Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

Mengelola Persembahan

📖 Bilangan 18:1–32

💡 Tugas Kudus, Pengelolaan Serius

Dalam Bilangan 18, TUHAN kembali menegaskan struktur pelayanan yang kudus dan tertib:

  • Harun dan anak-anaknya ditetapkan sebagai imam untuk melayani langsung di hadapan TUHAN.

  • Suku Lewi ditugaskan membantu tugas-tugas pelayanan di Kemah Pertemuan, tapi mereka sendiri tidak boleh mendekat ke bagian paling kudus.

  • Orang biasa atau awam tidak boleh sembarangan mendekat, agar murka TUHAN tidak menimpa umat Israel (ayat 1–7).

Sebagai bagian dari pengaturan rohani dan praktis itu, TUHAN memberikan persembahan tertentu kepada Harun dan keluarganya (ayat 8–20), dan suku Lewi menerima bagian dari persepuluhan umat Israel (ayat 21). Namun, bahkan suku Lewi pun tidak luput dari tanggung jawab memberi—mereka juga diperintahkan mempersembahkan sepersepuluh dari apa yang mereka terima sebagai persembahan khusus kepada TUHAN (ayat 26).


🧭 Pelajaran bagi Gereja Masa Kini

Gambaran ini memberi prinsip penting tentang pengelolaan persembahan dalam kehidupan gereja masa kini:

  1. Pendeta dan majelis adalah figur yang memikul tanggung jawab rohani, menjaga umat agar hidup benar dan tidak jatuh dalam dosa.

  2. Mereka juga memimpin dan mengatur keberlangsungan pelayanan, mulai dari ibadah hingga kebutuhan praktis gereja.

  3. Persembahan dan persepuluhan jemaat menjadi sumber utama untuk:

    • Menopang kebutuhan pelayanan,

    • Membiayai kegiatan gereja,

    • Memenuhi kebutuhan hidup para pelayan Tuhan.


💰 Persembahan: Kudus dan Bertanggung Jawab

Persembahan bukan sekadar urusan uang—tetapi bagian dari ibadah. Cara kita memberi dan mengelolanya mencerminkan:

  • Rasa syukur kepada Allah,

  • Tanggung jawab rohani atas berkat yang kita terima,

  • Komitmen terhadap keberlangsungan pekerjaan Tuhan.

Itulah sebabnya pengelolaan persembahan harus dilakukan dengan:

  • Tertib dan transparan,

  • Berorientasi pada pelayanan,

  • Dengan penuh hikmat dan doa.


🙌 Apa yang Bisa Kita Lakukan?

  • Sebagai jemaat, marilah kita memberi dengan tulus dan setia.

  • Sebagai pengelola gereja, mari kita kelola dana dengan takut akan Tuhan dan integritas.

  • Sebagai satu tubuh Kristus, marilah kita mendoakan para pelayan Tuhan agar mereka:

    • Diberi hikmat dalam mengelola keuangan,

    • Tetap hidup dalam kekudusan dan tanggung jawab,

    • Menjadi saluran berkat bagi banyak orang.


🙏 Doa Pagi

Bapa di surga,
Kami bersyukur untuk setiap berkat yang Engkau limpahkan.
Tolong kami agar dapat memberi dengan hati yang rela dan penuh iman.
Berkati para pelayan-Mu—pendeta, majelis, pengurus gereja—agar mampu mengelola persembahan dengan bijaksana dan takut akan Tuhan.
Biarlah setiap rupiah yang diberikan dapat menjadi alat untuk memperluas Kerajaan-Mu.
Dalam nama Tuhan Yesus kami berdoa. Amin.
Tuhan Yesus memberkati!

Share:

Menghormati Pemimpin Pilihan TUHAN

 

📖 Bilangan 17:1–13

🌿 Tanda dari Allah: Tongkat yang Bertunas

Setelah pemberontakan yang dipimpin Korah, Datan, dan Abiram, Allah telah menghukum para pelakunya secara nyata. Namun, keraguan umat terhadap kepemimpinan Musa dan Harun belum juga lenyap. Maka, TUHAN melakukan sesuatu yang tak terbantahkan untuk meneguhkan otoritas Harun sebagai imam besar.

Tuhan memerintahkan Musa untuk:

  • Mengambil tongkat dari setiap kepala suku (12 suku),

  • Menuliskan nama mereka di tongkat masing-masing,

  • Meletakkannya di Kemah Pertemuan, tepat di hadapan tabut hukum.

Allah berfirman bahwa tongkat dari orang yang dipilih-Nya akan bertunas (ayat 5). Keesokan harinya, tongkat Harun tidak hanya bertunas, tetapi berkuntum, berbunga, bahkan berbuah badam (ayat 8). Ini bukan hanya tanda kehidupan dari sesuatu yang mati, tetapi juga tanda kehadiran dan pilihan Allah.


⚖️ Mengapa Tanda Ini Penting?

Reaksi umat sangat tegas: “Kami akan mati, kami akan binasa!” (ayat 12). Mereka akhirnya sadar bahwa:

  • Melawan Harun = melawan Allah.

  • Otoritas rohani bukan ditentukan oleh manusia, melainkan oleh pemilihan Allah sendiri.

Allah ingin menunjukkan kepada Israel bahwa ketaatan pada pemimpin yang diurapi-Nya adalah bagian dari ketaatan kepada-Nya sendiri.


👣 Aplikasi Bagi Kita Saat Ini

Sebagai umat Allah masa kini:

  • Kita dipanggil untuk menghormati dan mendukung pemimpin rohani yang diutus Tuhan.

  • Kita tidak menaruh hormat karena pribadi mereka sempurna, tetapi karena jabatan itu berasal dari Allah.

“Jabatan pelayanan adalah penetapan surgawi. Jika Allah yang menetapkan, Dia pula yang akan menjaga.”

Sebaliknya, pemberontakan dan sikap meremehkan pemimpin rohani membuka celah bagi kehancuran, seperti yang dialami oleh pemberontak di zaman Musa.


🛡️ Jika Anda Pemimpin: Jangan Gentar!

Mungkin saat ini Anda seorang gembala, pengurus, pelayan, atau pemimpin rohani yang:

  • Diragukan oleh orang-orang,

  • Ditekan atau bahkan diabaikan.

Jangan mundur. Allah yang memanggil, Allah pula yang akan meneguhkan. Anda tidak perlu membela diri—Tuhan akan membuat “tongkat Anda bertunas” di hadapan umat. Ia akan membuktikan otoritas Anda berasal dari-Nya.

🌱 Ketika Allah memanggil, Ia juga akan menyediakan tanda-tanda yang tak terbantahkan bagi dunia bahwa Anda adalah utusan-Nya.


🙏 Doa Pagi

Bapa di surga,
Terima kasih karena Engkau adalah Allah yang berotoritas dan setia kepada firman-Mu.
Ajarlah kami untuk hidup dalam ketaatan dan menghormati pemimpin yang Engkau tetapkan.
Berikanlah kerendahan hati untuk tidak memberontak, tetapi mendukung pekerjaan-Mu.
Bagi para pemimpin yang Engkau pilih, teguhkan hati mereka, kuatkan langkah mereka, dan tunjukkan tanda-tanda dari-Mu.
Dalam nama Tuhan Yesus kami berdoa. Amin.
Tuhan Yesus memberkati!

Share:

Pujian Ibadah 18 Mei 2025

Share:

Ambisi yang Dikuduskan


📖 Bilangan 16:1–35

Ambisi adalah hal yang wajar dimiliki setiap manusia. Namun, ambisi yang tidak dikuduskan bisa berubah menjadi bencana.


🔥 Pemberontakan dari Dalam

Korah, Datan, Abiram, dan On menggugat kepemimpinan Musa dan Harun, dengan mengklaim bahwa seluruh umat adalah kudus dan tidak ada yang lebih tinggi dari yang lain (ayat 2-3). Namun, dalih mereka menyembunyikan ambisi pribadi.

  • Korah, dari suku Lewi, sudah memiliki hak istimewa untuk melayani di Kemah Suci. Tapi ia menginginkan jabatan imam, sesuatu yang hanya Allah tetapkan.

  • Datan dan Abiram, dari suku Ruben, merasa Musa gagal memimpin bangsa Israel ke Tanah Perjanjian, sehingga menolak tunduk pada otoritasnya.

Ambisi yang tidak diproses secara rohani telah melahirkan pemberontakan yang mengguncang tatanan kepemimpinan dan membawa kehancuran besar.


⚖️ Akibat Ambisi yang Tak Terkuduskan

Allah tidak tinggal diam. Ia menegakkan otoritas-Nya melalui tindakan tegas:

“Tanah terbelah... dan mereka turun hidup-hidup ke dunia orang mati...” (Bil. 16:32-33)

Ini bukan hanya hukuman, tapi juga peringatan keras bahwa melawan pemimpin yang ditetapkan Allah sama dengan melawan Allah sendiri.


🕊️ Arahkan Ambisimu kepada Allah

Ambisi bisa menjadi kekuatan luar biasa bila diarahkan dengan benar. Jika diselaraskan dengan kehendak Allah, ambisi dapat melahirkan perubahan besar, visi pelayanan, dan dampak kekal.

Namun, jika ambisi digerakkan oleh iri hati, ketidakpuasan, atau haus kekuasaan, maka yang lahir adalah konflik, perpecahan, dan kehancuran.

Ambisi yang dikuduskan adalah ambisi yang tunduk kepada kehendak Allah, lahir dari hati yang taat, dan diwujudkan dalam kerendahan hati.


🙏 Doa Pagi

Bapa di surga,
Terima kasih atas firman-Mu yang mengajar kami hidup dalam ketaatan dan kekudusan.
Tolong kami untuk menjaga hati kami dari ambisi yang jahat, dan tuntunlah kami mengarahkan kerinduan kami sesuai kehendak-Mu.
Berkatilah hari ini: jemaat-Mu, keluarga kami, usaha dan pekerjaan kami.
Biarlah kami hidup seturut kehendak-Mu, menjadi terang dan garam di tengah dunia.
Dalam nama Tuhan Yesus kami berdoa. Amin.
Tuhan Yesus memberkati!

Share:

Bukan Sekadar Aksesori

📖 Bilangan 15:37–41

Allah memerintahkan umat Israel untuk membuat jumbai-jumbai di ujung pakaian mereka—bukan sekadar hiasan, melainkan tanda visual yang membawa makna mendalam.

“…supaya kamu melihatnya dan mengingat segala perintah TUHAN, serta melakukannya…” (Bil. 15:39)


🎗️ Tanda yang Mengingatkan

  • Benang ungu kebiru-biruan pada jumbai sama seperti warna di Kemah Suci dan pakaian imam—menunjukkan kekudusan (Kel. 26 & 28).

  • Jumbai adalah pengingat identitas, bahwa mereka adalah umat kudus, milik Allah, yang dipanggil untuk hidup dalam ketaatan (Kel. 19:6).

  • Ini juga peringatan untuk tidak mengikuti hati dan mata sendiri yang bisa menyesatkan (lih. pengumpul kayu pada hari Sabat & pengintai yang tidak percaya).


✝️ Makna Salib di Zaman Sekarang

Hari ini, kita mungkin memakai tanda kekristenan seperti salib—di kalung, gelang, bahkan tato. Tapi yang Allah kehendaki bukan sekadar simbol luar, melainkan makna yang dihayati.

Salib mengingatkan kita akan:

  • Kasih Allah dalam pengorbanan Kristus

  • Identitas baru sebagai umat Kerajaan Allah

  • Panggilan untuk meninggalkan dosa dan hidup taat

“Setiap kali kita melihat salib, seharusnya hati kita tersentak dan tertunduk—karena salib adalah lambang kasih, pengampunan, dan kehidupan baru.”


🙏 Doa Pagi

Bapa di surga,
Terima kasih atas firman-Mu yang mengajar kami hidup dalam ketaatan dan kekudusan.
Ajarkan kami untuk tidak mengikuti keinginan hati dan mata, tetapi tetap berpegang pada firman-Mu.
Berkatilah kami hari ini—jemaat-Mu, keluarga kami, usaha dan pekerjaan kami.
Biarlah kami hidup seturut kehendak-Mu, menjadi terang dan garam di tengah dunia.
Dalam nama Tuhan Yesus kami berdoa. Amin.
Tuhan Yesus memberkati!

Share:

Konsekuensi atas Ketidaktaatan


📖 Bilangan 15:32–36

Allah tidak main-main dengan perintah-Nya. Kisah tentang seseorang yang mengumpulkan kayu api pada hari Sabat menegaskan hal itu. Padahal, hukum tentang menjaga hari Sabat telah berulang kali disampaikan Allah kepada umat-Nya (Kel. 20:8–11; 31:12–17; Im. 23:3).

Orang itu sengaja melanggar — ia tahu perintahnya, tapi tetap melakukan pekerjaan. Itu bukan sekadar kesalahan, melainkan pemberontakan terhadap firman Allah.

“Orang itu harus dihukum mati; seluruh umat harus melontari dia dengan batu di luar perkemahan.” (Bil. 15:35)

⚖️ Allah Serius soal Ketaatan

Hukuman ini keras, tapi bukan tanpa alasan. Ini adalah konsekuensi dari:

  • Dosa yang disengaja

  • Sikap menghina otoritas dan kekudusan Allah

  • Hati yang keras dan memberontak

Allah memberi hukum bukan untuk membebani, melainkan untuk menjaga umat agar hidup dalam persekutuan dengan-Nya. Ketika hukum diabaikan, relasi dengan Allah rusak.

❤️ Ketaatan = Penghormatan kepada Allah

Hari ini, kita tidak lagi hidup di bawah hukum Taurat yang mengatur Sabat secara harfiah. Namun prinsipnya tetap:
Allah menghendaki hati yang taat. Ketika kita memilih untuk taat, itu berarti kita:

  • Menghormati Tuhan lebih dari kepentingan pribadi

  • Menempatkan firman Tuhan sebagai pedoman hidup

  • Menjaga relasi yang benar dengan Allah

“Ketaatan lebih baik daripada korban sembelihan...”
(1 Samuel 15:22)
“Pembangkangan adalah seperti dosa bertenung; kedegilan adalah seperti menyembah berhala.”
(1 Samuel 15:23)

🙏 Doa Pagi

Bapa di surga, terima kasih atas firman-Mu yang mengajar kami arti pentingnya ketaatan.
Tolong kami untuk tidak keras hati, melainkan lembut mendengar dan setia melakukan perintah-Mu.
Berkatilah seluruh jemaat-Mu hari ini:
Kesehatan bagi tubuh, sukacita dalam hati, dan damai dalam rumah tangga.
Limpahkan berkat atas pekerjaan, studi, usaha, pelayanan, dan keluarga kami.
Dalam nama Tuhan Yesus, kami mohon hikmat, perlindungan, dan tuntunan-Mu.
Amin. Tuhan Yesus memberkati!

Share:

Merespons Anugerah Allah

 

📖 Bilangan 15:22–31

Allah menunjukkan perbedaan yang jelas antara dosa yang dilakukan tanpa sengaja dan dosa yang dilakukan dengan sengaja. Bagi mereka yang berbuat dosa tanpa sengaja, Allah menyediakan jalan pengampunan melalui persembahan kurban dan pendamaian oleh imam (ay. 25–28). Namun, untuk yang berdosa dengan sengaja — menentang Allah secara sadar — tidak ada pengampunan. Mereka telah menghina Tuhan (ay. 30–31).

📌 Kata “dengan sengaja” (Ibrani: rum) berarti meninggikan diri melampaui otoritas Allah — sikap kesombongan dan pemberontakan.


💝 Kurban: Sarana Anugerah, Bukan Alasan Dosa

Kurban adalah anugerah dan kasih Allah bagi manusia berdosa. Namun, bukan untuk membenarkan atau mempermainkan dosa. Dalam Perjanjian Baru, Yesus Kristus menjadi kurban sejati (Rm. 3:25), mendamaikan kita dengan Allah. Melalui pengorbanan-Nya, kita menerima pengampunan dan pemulihan (Ef. 1:7; Kol. 1:14).

❗ Namun ingat:

"Sebab jika kita sengaja berbuat dosa, sesudah memperoleh pengetahuan tentang kebenaran, maka tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa itu..."
(Ibrani 10:26–30)


🛐 Respons yang Benar

Anugerah Allah mengundang kita bukan hanya untuk bersyukur, tapi juga untuk hidup menghormati Allah. Tanda syukur yang sejati adalah berhenti berbuat dosa, hidup dalam ketaatan dan ketulusan.


🙏 Doa Pagi

Terpujilah Bapa di surga, pagi ini aku bersyukur atas pertolongan-Mu sepanjang malam.
Aku mohonkan berkat-Mu bagi Bapak, Ibu, saudara-saudari seiman dan jemaat-Mu.
Kiranya berkat kesehatan, sukacita, dan damai sejahtera mengalir dalam kehidupan kami.
Berkati rumah tangga, anak-cucu, pekerjaan, usaha, studi, pelayanan, dan seluruh aspek hidup kami.
Dalam nama Tuhan Yesus, biarlah berkat-Mu terus melimpah. Tambahkan hikmat dan kekuatan,
agar kami terus setia, bertumbuh, dan berhasil dalam pimpinan-Mu.
Amin. Tuhan Yesus memberkati!

Share:

Jangan Tunda

 

📖 Bilangan 15:1–21

Setelah mengampuni umat Israel, Allah kembali menyampaikan ketetapan-Nya kepada Musa. Kali ini, ketetapan tentang persembahan yang harus diberikan umat ketika mereka masuk ke Tanah Perjanjian. Selain hewan, Allah menetapkan supaya umat mempersembahkan tepung, minyak, dan anggur (ay. 4–10). Bahkan buah pertama pun harus dipersembahkan dalam bentuk olahan (ay. 17–21). Ini belum pernah diatur sebelumnya (bdk. Im. 1–7, 19:24–25).

Selama di padang gurun, umat hanya memiliki hewan untuk dipersembahkan. Namun, di tanah yang baru, mereka akan menikmati hasil bumi. Oleh karena itu, Allah menyesuaikan persembahan dengan apa yang mereka miliki. Tujuannya tetap sama: menjadi bau yang menyenangkan bagi TUHAN (ay. 3, 10, 14).

🔴 Persembahan: Total dan Sekarang

Aturan ini menegaskan bahwa:

  1. Allah pasti akan membawa umat-Nya ke Tanah Perjanjian (ay. 2, 18).

  2. Semua berkat yang akan mereka nikmati adalah milik Allah yang patut dipersembahkan kembali kepada-Nya.

Persembahan bukan hanya tentang jumlah, melainkan tentang ketulusan dan waktu. Allah ingin umat-Nya mempersembahkan apa yang mereka miliki sekarang, dengan sukacita dan kerelaan hati (bdk. 2Kor. 8:12). Sayangnya, banyak orang menunda memberi. "Nanti saja," begitu alasannya — nanti saat sudah mapan, nanti saat ada lebih, nanti saat semua beban selesai. Namun, menunda memberi sama dengan menunda menempatkan Allah sebagai yang utama dalam hidup kita.

📿 Doa Pagi

Terpujilah Bapa yang di surga, pagi ini aku bersyukur atas pertolongan-Mu sepanjang malam.
Pagi ini aku mohonkan berkat bagi Bapak, Ibu, saudara-saudariku, dan seluruh jemaat.
Kiranya berkat kesehatan, sukacita, dan damai sejahtera mengalir dalam kehidupan kami.
Diberkatilah rumah tangga, anak-anak, cucu-cucu, pekerjaan, sawah dan ladang, perusahaan, studi, toko, kantor, pelanggan, pelayanan, dan gereja kami.
Juga majikan, calon pendamping, serta seluruh rencana-rencana kami.
Dalam nama Tuhan Yesus, biarlah berkat-Mu mengalir melimpah.
Tambahkan hikmat, kekuatan, dan terobosan baru agar kami sukses di dalam pimpinan-Mu.
Jadilah seturut kehendak-Mu.
Amin! Tuhan Yesus memberkati.

Share:

Pujian Ibadah Minggu 11 Mei 2025

Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.