Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

Misi Penginjilan di Mesir

Keluaran 6:28-7:13

Kisah sepuluh tulah di Mesir memperlihatkan bahwa misi penginjilan telah dimulai jauh sebelum kedatangan Yesus. Bahkan dalam Perjanjian Lama, Allah menunjukkan kekuasaan-Nya kepada bangsa-bangsa lain. TUHAN mengeraskan hati Firaun dan memberikan sepuluh tulah dengan tujuan yang jelas: agar orang Mesir, serta seluruh dunia, mengenal siapa TUHAN yang sesungguhnya.

Dengan "mengeraskan hati Firaun," TUHAN memberikan kesempatan kepada orang Mesir untuk menyaksikan keajaiban-keajaiban yang hanya bisa dilakukan oleh Allah yang benar. Jika Firaun langsung membiarkan umat Israel pergi, mereka mungkin tidak akan menyaksikan tanda-tanda dan mukjizat tersebut. Tulah-tulah itu menjadi cara Allah menyatakan kemahakuasaan-Nya dan memperkenalkan diri-Nya sebagai Yahweh, Allah Israel. Dalam prosesnya, Dia ingin agar bangsa Mesir mengenal-Nya dengan erat, bukan sekadar mengetahui tentang-Nya dari kejauhan. Penggunaan kata "mengetahui" atau 'yada' menunjukkan bahwa tujuan TUHAN adalah membangun relasi, sebuah pengenalan yang mendalam.

Lebih dari sekadar membebaskan umat Israel dari perbudakan, misi sepuluh tulah juga menunjukkan bahwa Allah ingin menyelamatkan umat manusia, termasuk orang Mesir. Bukti dari dampak misi ini terlihat ketika orang Israel akhirnya keluar dari Mesir. Mereka tidak pergi sendiri, melainkan bersama-sama dengan orang dari berbagai bangsa lain yang turut percaya kepada TUHAN (Kel. 12:38). Ini menunjukkan bahwa misi Allah untuk menyelamatkan dan menarik orang kepada-Nya sudah berlaku sejak awal, melibatkan bukan hanya Israel, tetapi juga bangsa-bangsa lain.

Dalam konteks masa kini, ini mengingatkan kita akan pentingnya misi penginjilan. Kita dipanggil untuk melanjutkan amanat agung Yesus Kristus, membawa kabar keselamatan kepada semua orang, tidak hanya dengan kata-kata, tetapi juga melalui tindakan nyata yang mencerminkan kasih dan kekuasaan Allah. Mari kita menjalankan misi penginjilan ini dengan setia, seperti yang telah Allah lakukan sejak masa lalu, sehingga lebih banyak orang dapat mengenal dan berhubungan erat dengan-Nya.

Pagi ini, kita memohon berkat dari TUHAN bagi Bapak, Ibu, dan semua jemaat serta saudara-saudari. Semoga berkat kesehatan, sukacita, dan damai sejahtera melimpah dalam hidup kita semua.

Semoga rumah tangga Anda diberkati, begitu juga dengan anak-anak dan cucu-cucu Anda. Semoga berkat tercurah atas pekerjaan Anda, sawah dan ladang Anda, perusahaan, studi, toko, usaha, kantor, pelanggan, rumah, keluarga, pelayanan, gereja, majikan, dan calon pendamping Anda.

Dalam nama TUHAN YESUS, biarlah berkat-Nya melimpah dalam hidup kami. Yang percaya, katakan AMIN! TUHAN YESUS memberkati.

Share:

Perhatian Khusus

Keluaran 6:14-27

Silsilah dalam bacaan kali ini menunjukkan perhatian khusus Allah terhadap keturunan Lewi, terutama melalui Harun dan keturunannya. Walaupun Ruben dan Simeon adalah anak-anak tertua Yakub, fokus utama silsilah beralih kepada keturunan Lewi. Silsilah ini memperlihatkan bagaimana Allah memilih untuk memakai keluarga tertentu dalam pelayanan-Nya, khususnya sebagai imam bagi bangsa Israel.

Nama-nama dalam silsilah ini menyoroti generasi demi generasi yang disiapkan Allah untuk tugas khusus. Kehat, Amram, Harun, Eleazar, dan Pinehas adalah beberapa nama penting yang silsilah ini fokuskan. Umur dari beberapa orang tersebut disebutkan, memperlihatkan pentingnya mereka dalam rencana Allah. Khususnya, keturunan Harun ditunjuk sebagai imam besar bagi Israel, sementara keturunan Musa tidak disebutkan. Ini menunjukkan bahwa pilihan Allah atas siapa yang akan melayani sebagai imam adalah anugerah yang tidak diwariskan berdasarkan popularitas atau kedudukan, tetapi berdasarkan panggilan-Nya yang unik.

Meskipun Musa memainkan peran utama dalam membimbing umat Israel keluar dari Mesir, jabatan imam besar akan diwariskan kepada keturunan Harun. Ini adalah gambaran bahwa setiap orang memiliki peran khusus yang ditetapkan Allah dalam rencana-Nya, dan pelayanan imam besar adalah hak istimewa yang dianugerahkan kepada keturunan Harun.

Sebagai orang percaya, ini mengingatkan kita bahwa dipilih dan dipakai Allah adalah anugerah besar. Berdoa agar kita dan keturunan kita bisa dipakai Allah dalam melaksanakan kehendak-Nya, apapun peran yang diberikan. Kita semua memiliki kesempatan untuk melayani Tuhan dengan cara kita masing-masing, dan berkat Tuhan dapat mengalir dari generasi ke generasi melalui pelayanan dan kesetiaan kita kepada-Nya.

Share:

Pernyataan Siapa Tuhan

Keluaran 6:2-13

Pernyataan Allah kepada Musa mengenai nama-Nya yang kudus, Yahweh, adalah salah satu momen penting dalam kisah Keluaran. Dalam konteks itu, Allah memperkenalkan diri-Nya sebagai Yahweh, yang bermakna lebih dalam dari sekadar nama pribadi. Walau nama Yahweh sudah muncul dalam kitab Kejadian, Allah belum menyatakan makna penuh dari nama tersebut kepada bapa-bapa leluhur.

Bagi Abraham, Ishak, dan Yakub, Allah terutama dikenal sebagai El-Shaddai, Allah yang Mahakuasa dan pemelihara. Allah memakai nama El-Shaddai untuk menunjukkan kuasa-Nya dalam memelihara umat-Nya dan memastikan kelangsungan mereka. Namun, dengan Musa, Tuhan memperkenalkan nama Yahweh dalam kaitannya dengan tindakan penyelamatan yang besar, yaitu membebaskan Israel dari perbudakan Mesir.

Nama Yahweh mengandung makna bahwa Allah adalah Tuhan yang aktif dalam sejarah umat-Nya, bukan sekadar memelihara, tetapi juga menyelamatkan. Di sini, Yahweh berperan sebagai penyelamat yang membawa umat Israel keluar dari perbudakan menuju tanah perjanjian. Oleh karena itu, kisah Keluaran menjadi sebuah pengungkapan yang lebih dalam tentang siapa Yahweh sesungguhnya.

Melalui nama Yahweh, Allah menegaskan bahwa Dia bukan hanya Allah bagi para leluhur, tetapi juga bagi seluruh bangsa Israel dan generasi selanjutnya. Nama ini menjadi pengingat bagi kita bahwa Allah bukan hanya pemelihara yang menjaga, tetapi juga penyelamat yang setia dan selalu hadir dalam pergumulan umat-Nya.

Kehadiran dan penyelamatan Allah sebagai Yahweh mengajak kita untuk merenungkan dan mempercayai bahwa kita memiliki Tuhan yang tidak hanya hadir dalam kekuatan-Nya, tetapi juga dalam kasih setia yang membebaskan. Kiranya kita semakin teguh dalam iman, menyadari bahwa Yahweh adalah Allah yang senantiasa memelihara dan menyelamatkan.

Share:

Permulaan yang Mengecewakan

Keluaran 5 

Ketika Allah memberi tugas, sering kali tugas tersebut tidak dimulai dengan mulus. Bahkan, bisa diawali dengan kesulitan dan kekecewaan yang membuat kita meragukan arah langkah kita.

Seperti yang dialami oleh Musa dan Harun ketika menyampaikan firman Tuhan kepada Firaun. Mereka meminta agar Firaun mengizinkan bangsa Israel pergi untuk mengadakan perayaan di padang gurun (Keluaran 5:1). Namun, Firaun menanggapi dengan sikap yang sombong dan menantang. Ia mempertanyakan, "Siapakah Tuhan itu yang harus kudengarkan firman-Nya?" (Keluaran 5:2). Bukannya mengizinkan, Firaun justru membuat situasi semakin sulit dengan memerintahkan agar bangsa Israel tetap memproduksi batu bata, tetapi tanpa diberikan jerami sebagai bahan dasar (Keluaran 5:6-8). Ini membuat tugas mereka menjadi sangat berat, dan ketika jumlah batu bata tidak terpenuhi, para pengawas kerja Firaun memukuli mandor-mandor Israel (Keluaran 5:14).

Tidak heran, para mandor Israel menjadi marah dan menyalahkan Musa dan Harun atas situasi tersebut. Mereka bahkan menuduh Musa dan Harun memberi pedang kepada orang Mesir untuk membunuh mereka (Keluaran 5:21). Perasaan kecewa dan putus asa pun menyelimuti Musa. Ia berseru kepada Tuhan dan mempertanyakan kenapa tugas yang ia lakukan justru membawa kesulitan bagi bangsanya (Keluaran 5:22-23). Namun, Tuhan menegaskan kepada Musa bahwa ini hanyalah permulaan. Allah berjanji bahwa Ia akan memperlihatkan kuasa-Nya atas Firaun, dan bangsa Israel akan dibebaskan dari Mesir (Keluaran 6:1).

Permulaan yang mengecewakan adalah bagian dari perjalanan kita sebagai orang percaya. Seperti Musa, kita pun kadang-kadang mendapati bahwa tugas yang Allah berikan tidak selalu membawa hasil yang cepat atau terlihat. Dunia ini dikuasai oleh si jahat (1 Yohanes 5:19), dan ketidakadilan masih merajalela (Pengkhotbah 4:1). Yesus sendiri mengingatkan bahwa dunia akan membenci kita (Yohanes 15:18). Maka, tidaklah mengherankan jika dalam upaya menjalankan tugas dari Tuhan, kita menemui kegagalan atau bahkan ditolak oleh orang-orang yang kita tolong.

Yang perlu kita lakukan adalah tetap setia dan percaya bahwa Allah tidak pernah meninggalkan kita. Jangan putus asa ketika langkah awal tampaknya gagal total. Tuhan memahami kesulitan kita, dan Dia mengerti kekecewaan kita. Mungkin kita tidak mengerti semua rencana-Nya, tetapi kita dapat yakin bahwa Dia mampu menyelesaikan segala sesuatu tepat pada waktunya. Percayalah bahwa tugas yang Allah berikan akan tergenapi. Mari kita kuatkan hati kita dan segera minta pengampunan saat kita merasa kecewa dengan cara yang Tuhan izinkan. Sebab, Tuhan selalu memegang kendali atas segalanya, dan Dia akan memampukan kita untuk menyelesaikan tugas-Nya.

Pagi ini, kita bersama-sama memohon berkat dari Tuhan untuk kita semua. Kiranya Tuhan Yesus melimpahkan kesehatan, sukacita, dan damai sejahtera yang tak berkesudahan atas kita dan orang-orang yang kita kasihi.

Semoga setiap rumah tangga diberkati dengan keharmonisan dan cinta. Kiranya anak-anak dan cucu-cucu kita tumbuh dalam kasih dan didikan yang baik, menjadi berkat bagi banyak orang.

Berkat-Nya mengalir atas setiap pekerjaan, baik di sawah dan ladang, di perusahaan, di toko, dan di kantor. Semoga setiap usaha, studi, dan pelayanan kita dilimpahi keberhasilan dan berkat, dan kiranya hubungan dengan pelanggan, rekan kerja, majikan, maupun calon pendamping diberkati Tuhan.

Kita percaya, Tuhan Yesus akan mencurahkan berkat yang melimpah, membawa keberhasilan dan kelimpahan dalam segala aspek kehidupan kita. Kita ucapkan syukur dan berkata, "Amin!" Kiranya Tuhan Yesus memberkati kita hari ini dan selamanya.

Amin!

Share:

Pujian Ibadah Minggu 06 Oktober 2024

Share:

Allah Telah Mengantisipasi Kelemahan Kita

Keluaran 4

Penolakan dan kegagalan di masa lalu sering membuat seseorang enggan mencoba kembali. Hal ini juga dialami oleh Musa, yang beberapa kali menolak panggilan Tuhan untuk memimpin bangsa Israel keluar dari perbudakan di Mesir. Ketakutan Musa bukanlah tanpa alasan. Ketika ia masih di Mesir, Musa berpikir bahwa saudara sebangsanya akan mengerti bahwa Allah ingin memakai dia untuk menyelamatkan mereka. Namun, mereka justru menolak dan tidak mengerti (Kis. 7:24-25). Pengalaman penolakan itu meninggalkan trauma yang mendalam bagi Musa, sehingga meskipun Tuhan telah berjanji untuk menyertainya, Musa tetap merasa takut dan ragu.

Musa bertanya, "Bagaimana jika mereka tidak percaya kepadaku?" (Keluaran 4:1). Dalam menanggapi keraguan ini, Tuhan melakukan beberapa mukjizat untuk menguatkan Musa. Tuhan memerintahkan Musa melemparkan tongkatnya ke tanah, yang kemudian berubah menjadi ular. Lalu, Tuhan menyuruh Musa memasukkan tangannya ke dalam bajunya, dan ketika ditarik keluar, tangannya menjadi putih karena penyakit kulit. Namun, Tuhan menyembuhkan tangan Musa seketika setelah tangan itu dimasukkan kembali ke dalam baju (Keluaran 4:3-7).

Meskipun sudah menyaksikan mukjizat-mukjizat ini, Musa masih merasa tidak layak dan mencari alasan lain, kali ini tentang ketidakmampuannya berbicara dengan baik (Keluaran 4:10). Tuhan menegaskan bahwa Dia akan mengajari Musa apa yang harus dikatakan (Keluaran 4:11-12). Bahkan ketika Musa tetap keberatan, Tuhan murka, namun Dia tidak menyerah. Sebagai solusi, Tuhan mengutus Harun, saudara Musa, untuk menjadi juru bicara yang mendampingi Musa (Keluaran 4:13-14).

Kisah ini menunjukkan bahwa Tuhan telah mengantisipasi setiap kelemahan dan keberatan Musa. Tuhan bahkan telah mengutus Harun sebelum Musa mengungkapkan keraguannya. Ini adalah bukti bahwa Tuhan selalu mengetahui kekurangan kita, bahkan sebelum kita menyadarinya. Namun, kelemahan bukanlah alasan bagi kita untuk menolak panggilan Tuhan. Tuhan tidak memanggil kita karena kita sempurna, melainkan karena Dia tahu bahwa Dia dapat memperlengkapi kita untuk tugas yang diberikan.

Sebagai orang percaya, kita harus memahami bahwa Allah telah mengantisipasi segala kekurangan dan kelemahan kita. Ketika Tuhan menugaskan kita untuk suatu pekerjaan, Dia sudah mempersiapkan jalan dan akan memperlengkapi kita dengan segala yang kita butuhkan. Oleh karena itu, daripada menggunakan kelemahan sebagai alasan untuk menghindar, marilah kita percaya bahwa Tuhan akan memberikan kita kekuatan dan kemampuan yang diperlukan untuk menjalankan kehendak-Nya.

Dengan keyakinan bahwa Tuhan menyertai kita, marilah kita berani menerima panggilan-Nya dan menjalankan tugas yang diberikan dengan penuh iman.


Share:

Tuhan Utus, Tuhan Urus

Keluaran 2:23-3:22

Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan. Keyakinan ini menjadi sumber kekuatan bagi kita, orang percaya, ketika menghadapi tantangan yang tampak mustahil secara logika. Cara kerja Tuhan sering kali melampaui pemahaman kita, dan Ia selalu hadir untuk menolong kita keluar dari kesulitan.

Kisah Musa adalah bukti nyata bagaimana Tuhan bekerja dengan cara-Nya yang ajaib. Setelah kematian raja Mesir, penderitaan bangsa Israel masih berlanjut karena perbudakan. Mereka berseru meminta tolong, dan Allah mendengar seruan mereka. Allah memperhatikan mereka, mengingat perjanjian-Nya dengan Abraham, Ishak, dan Yakub, serta memutuskan untuk bertindak demi menyelamatkan bangsa Israel.

Tuhan memanggil Musa melalui pengalaman luar biasa, ketika Musa melihat semak duri yang menyala tetapi tidak terbakar di Gunung Horeb (Keluaran 3:1-5). Tuhan mengutus Musa dengan misi besar: membawa bangsa Israel keluar dari Mesir menuju Tanah Perjanjian, negeri yang berlimpah susu dan madu (Keluaran 3:6-10).

Namun, Musa merasa ragu dan tidak percaya diri. Ia bertanya, "Siapakah aku ini, sehingga aku yang akan menghadap Firaun dan membawa orang Israel keluar dari Mesir?" (Keluaran 3:11). Di tengah keraguannya, Tuhan memberikan jaminan, mengatakan, "AKULAH AKU telah mengutus aku kepadamu" (Keluaran 3:14), menegaskan bahwa Musa tidak sendiri—Tuhan sendiri yang menyertainya dalam setiap langkah.

Walaupun Musa tahu bahwa membawa bangsa Israel keluar dari Mesir bukanlah tugas yang mudah, Tuhan berjanji akan memberkati upayanya. Dengan tangan-Nya yang kuat, Tuhan akan melakukan perbuatan ajaib untuk melembutkan hati Firaun dan orang Mesir, sehingga mereka membiarkan bangsa Israel pergi dengan kekayaan yang akan menjadi modal mereka untuk masa depan.

Pesan ini juga berlaku bagi kita saat ini. Kita, sebagai orang percaya yang telah menerima keselamatan dari Tuhan, juga dipanggil dan diutus untuk menolong mereka yang tertindas dan membawa perubahan di lingkungan kita. Tugas ini mungkin tampak besar, namun Tuhan yang mengutus kita, juga yang akan mengurus segala sesuatunya.

Bagaimana kita merespons panggilan Tuhan? Pertama, kita harus bersyukur karena Tuhan berkenan memakai kita untuk pekerjaan-Nya. Kedua, kita perlu terus berdoa agar Tuhan memperlengkapi dan memampukan kita untuk bekerja bersama-sama dengan orang lain yang juga diutus-Nya. Dengan demikian, kita dapat membawa perubahan positif dan menjadi terang di dunia ini sesuai dengan kehendak-Nya.

Share:

Tetap Berjuang untuk Kebenaran

Keluaran 2:11-22

Setiap hari, kita dihadapkan pada berbagai pilihan—apakah kita akan memperjuangkan kebenaran atau membiarkan ketidakadilan terjadi? Dalam kisah Musa, kita melihat bahwa ia memilih untuk peduli dan membela bangsanya yang tertindas, meskipun tindakannya memiliki konsekuensi besar (Keluaran 2:11-12). Musa tidak memilih kenyamanan hidup sebagai anak angkat Putri Firaun. Ia tidak tergoda untuk menikmati fasilitas istana atau menjalani hidup egois. Sebaliknya, Musa memilih untuk berbagi penderitaan dengan bangsanya.

Namun, tindakan Musa tidak dihargai oleh orang-orang yang ia bela. Bahkan, mereka menolak dan membuatnya harus melarikan diri ke Midian demi menghindari konflik yang lebih besar (Keluaran 2:13-15). Di pengasingan itu, Musa mengalami perjalanan hidup yang berat dan penuh dengan ketidakpastian. Meskipun demikian, masa di Midian justru menjadi momen persiapan penting bagi Musa. Di sana, Allah sedang mempersiapkan Musa untuk menjadi pemimpin besar yang kelak akan membebaskan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir.

Seperti Musa, kita juga dihadapkan pada pilihan untuk membela kebenaran. Memperjuangkan kebenaran tidak selalu mudah. Ada risiko penolakan, kesulitan, bahkan penderitaan. Namun, jangan pernah ragu, karena Tuhan selalu berpihak pada mereka yang berjuang demi kebenaran. Ketika kita memilih untuk setia pada kehendak Tuhan dan memperjuangkan keadilan, Tuhan akan memberikan kekuatan dan hikmat untuk melewati segala tantangan.

Bila kita mendapati diri kita berada dalam situasi yang sulit karena memperjuangkan kebenaran, ingatlah bahwa Tuhan tidak akan meninggalkan kita. Sebagaimana Tuhan menyertai Musa, Ia juga akan menyertai kita dalam perjuangan kita. Selain itu, kita juga dipanggil untuk mendukung sesama pejuang kebenaran di sekitar kita—berdoa untuk mereka, menyemangati mereka, dan saling menguatkan.

Mari kita berani memilih kebenaran, walaupun mungkin jalan tersebut dipenuhi tantangan. Tuhan selalu setia mendampingi dan memberikan kemenangan kepada mereka yang memperjuangkan apa yang benar sesuai firman-Nya.

Share:

Perjuangan Orang Tua

Tak ada orang tua yang ingin anaknya mengalami bahaya. Ketika ancaman datang, naluri orang tua adalah melindungi anaknya dengan segala daya. Demikian juga dengan kisah Musa dalam bacaan hari ini. Untuk menyelamatkan Musa dari ancaman Firaun, ibunya berani mengambil risiko besar dengan menyembunyikan bayi itu selama tiga bulan dan mencari cara untuk menyelamatkannya.

Ibu Musa tidak menyerah pada keadaan. Ia bertindak dengan berani, meskipun tindakannya berpotensi membahayakan dirinya sendiri (Keluaran 2:1-3). Namun, dalam perjuangannya, ia tidak bekerja sendirian. Anak perempuannya juga berperan penting dalam membantu menyelamatkan adiknya (Keluaran 2:4). Anak ini menunjukkan kasih sayang dan tanggung jawab yang besar, kualitas yang jelas ia pelajari dari teladan ibunya. Sikap orang tua sangat memengaruhi cara anak bertindak; apa yang ditanamkan akan dituai pada waktunya.

Tidak hanya ibu dan anak perempuan yang terlibat, tetapi juga Putri Firaun. Meskipun ia bagian dari keluarga kerajaan yang mengeluarkan perintah pembunuhan bayi laki-laki Ibrani, hatinya tergerak oleh belas kasih ketika melihat bayi Musa (Keluaran 2:5-10). Tindakannya menunjukkan bahwa kasih sejati mampu melampaui perbedaan status, budaya, bahkan hukum.

Dari kisah ini, kita dapat melihat bagaimana Allah bekerja melalui berbagai pihak untuk melaksanakan rencana penyelamatan-Nya. Ia tidak hanya menggunakan ibu Musa, tetapi juga anak perempuan dan Putri Firaun untuk menyelamatkan sang bayi yang kelak akan menjadi pemimpin besar bagi umat Israel.

Sebagai orang tua, kita belajar bahwa perjuangan kita bukan hanya tentang melindungi secara fisik, tetapi juga tentang menanamkan nilai-nilai kasih dan iman dalam kehidupan anak-anak kita. Kita dipanggil untuk berperan dalam rencana Tuhan, dan setiap langkah kita seharusnya disertai dengan kepercayaan penuh kepada-Nya. Mari terus berjuang dengan kekuatan dan hikmat dari Tuhan, menjalani setiap rencana-Nya dengan tanggung jawab dan ketekunan.

Pagi ini, marilah kita memohonkan berkat kepada Tuhan bagi Bapak, Ibu, jemaat, serta saudara-saudari sekalian. Kiranya Tuhan melimpahkan berkat kesehatan, sukacita, dan damai sejahtera dalam kehidupan kita semua.
Kiranya Tuhan memberkati rumah tanggamu, anak-anakmu, cucu-cucumu, pekerjaanmu, sawah dan ladangmu, perusahaanmu, studimu, tokomu, usahamu, kantormu, kerja samamu, dan para pelangganmu. Biarlah berkat-Nya juga tercurah atas rumahmu, keluargamu, pelayananmu, gerejamu, majikanmu, dan calon pendampingmu.
Dalam nama Tuhan Yesus, biarlah berkat-Nya mengalir dengan limpah dalam hidup kita. Yang percaya katakan, Amin! Tuhan Yesus memberkati. 🙏
Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.