Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

Renungan Harian - Setia dalam Kebaikan Allah

Ilustrasi orang percaya mengingat kebaikan Tuhan dan belajar tetap setia dalam kelimpahan sesuai Ulangan 6:10–25.

Setia dalam Kebaikan Allah

Ulangan 6:10–25

Ada masa dalam hidup ketika kita bergumul karena kekurangan, kegagalan, atau tekanan. Namun sering kali, ujian yang lebih besar justru datang ketika Allah memberi kelimpahan. Keberhasilan dapat menjadi berkat, tetapi juga bisa menjadi jebakan yang membuat hati perlahan menjauh dari Tuhan.

Musa mengingatkan Israel bahwa ketika mereka memasuki Tanah Perjanjian, mereka akan menerima kota-kota yang tidak mereka bangun, rumah penuh barang yang tidak mereka isi, sumur yang tidak mereka gali, dan kebun yang tidak mereka tanami. Semuanya adalah pemberian Tuhan—bukan hasil usaha mereka semata.

Tetapi Musa juga memberi peringatan yang tajam:
“Janganlah engkau melupakan TUHAN.”
Karena kelimpahan sering membuat manusia lupa. Saat hidup stabil, doa melemah. Saat semua tercukupi, hati tidak lagi sensitif. Saat sukses datang, kita merasa mampu tanpa Tuhan.

Keadaan ini nyata—bahkan Israel pun akhirnya jatuh dalam penyembahan berhala karena gagal menjaga hati saat Tuhan memberkati. Keberhasilan yang harusnya membawa mereka semakin dekat kepada Allah, justru menjauhkan mereka.

Renungan ini mengajak kita melihat ke dalam diri:

  • Apakah aku tetap setia ketika Tuhan memberkati?

  • Apakah aku masih merendahkan hati ketika segala sesuatu berjalan baik?

  • Atau aku mulai lupa bahwa semua berasal dari Allah, bukan dari kekuatanku?

Setiap fase hidup—baik gagal maupun berhasil—adalah peperangan rohani. Kita perlu Roh Kudus untuk menjaga hati tetap melekat pada Tuhan. Mari belajar setia, bukan hanya saat menunggu jawaban doa, tetapi juga saat Tuhan mengabulkannya.

Kiranya hati kita tetap terpaut kepada-Nya, baik saat kita kekurangan maupun saat kita berkelimpahan.

Share:

Renuangan Harian : ✨Ajaran Paling Utama bagi Seorang Anak

Ilustrasi seorang anak dan orang tua yang berjalan bersama dalam cahaya hangat, melambangkan pengajaran untuk mengasihi Tuhan.

Ajaran Paling Utama bagi Seorang Anak

Di zaman ini, banyak orang tua merasa bahwa tugas terbesar mereka adalah memastikan anak memperoleh nilai terbaik di sekolah. Rapor seakan menjadi ukuran utama keberhasilan. Namun bila kita menelusuri Firman Tuhan, ada sebuah prioritas yang jauh lebih penting daripada prestasi akademis.

Tuhan berkata, “Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu, dengan segenap jiwamu, dan dengan segenap kekuatanmu” (Ul. 6:5).
Inilah ajaran yang paling utama—ajaran yang Tuhan sendiri ingin orang tua tanamkan dalam hati anak-anak mereka.

Tuhan meminta agar ajaran ini diajarkan berulang-ulang. Bukan hanya lewat kata-kata, tetapi juga dibicarakan dalam setiap situasi: saat duduk, saat berjalan, sebelum tidur, dan ketika bangun. Firman ini harus “diikatkan pada tangan dan dahi,” tanda bahwa apa pun yang kita kerjakan, pikirkan, dan putuskan harus mengalir dari kasih kita kepada Allah.

Ajaran ini pun harus “pada tiang pintu” dan “pintu gerbang”—artinya menjadi nilai yang mempengaruhi kehidupan keluarga, komunitas, bahkan seluruh aspek kehidupan kita. Anak-anak bukan hanya membutuhkan penjelasan, tetapi teladan nyata. Mereka lebih mudah meniru tindakan orang tua dibanding mendengar perkataan mereka.

Tanpa disadari, ketika orang tua lebih fokus pada nilai sekolah, mereka sedang mengajarkan kepada anak bahwa prestasi lebih penting daripada mengasihi Tuhan.
Padahal, pengajaran iman yang paling kuat adalah hidup yang mencerminkan kasih kepada Allah.

Karena itu, marilah kita sebagai orang tua, pengasuh, atau pribadi dewasa, menuntun generasi berikutnya dengan kehidupan yang sungguh-sungguh mengasihi Tuhan.
Ketika kasih kepada Allah nyata dalam perkataan dan tindakan kita, anak-anak pun belajar untuk mengasihi Tuhan dan sesama dengan hati yang murni.


Doa Penutup

Puji syukur bagi-Mu ya Tuhan, atas kasih dan kuasa-Mu yang melampaui segala kuasa. Sertailah hidup kami, lindungilah keluarga kami, anak-anak dan cucu-cucu kami, pekerjaan kami, usaha kami, sawah dan ladang kami, studi kami, kantor dan pelayanan kami. Biarlah berkat-Mu mengalir atas rumah kami dan seluruh karya tangan kami.

Dalam nama Tuhan Yesus, kami mohon hikmat untuk melangkah, kekuatan untuk bertahan, dan hati yang taat agar hidup kami seturut kehendak-Mu.
Amin.

Share:

Renungan Harian ✨ Kebutuhan Kita Akan Pengantara

Ilustrasi cahaya ilahi yang bersinar dari atas, dengan sosok manusia kecil berdiri dalam bayangan, melambangkan kebutuhan manusia akan pengantara untuk mendekati Allah.

 Ulangan 5:23–33

Kebutuhan Kita Akan Pengantara

Ada saat-saat dalam hidup ketika kita menyadari betapa kecil dan rapuhnya kita di hadapan Allah yang kudus. Itulah yang dialami bangsa Israel ketika mereka mendengar suara Tuhan mengguntur dari tengah kegelapan. Mereka melihat kemuliaan-Nya, mendengar suara-Nya, dan menyadari bahwa mereka masih hidup—namun hati mereka diliputi ketakutan yang dalam.

“Apa pun yang terjadi, kami tidak sanggup mendengar suara TUHAN lebih lama lagi,” kata para pemimpin Israel kepada Musa. “Jika kami mendengarnya lagi, kami akan mati.”
Mereka tahu batas mereka. Mereka tahu bahwa kekudusan Allah tidak bisa disamakan dengan siapa pun. Karena itu, mereka memohon Musa untuk berdiri di antara mereka dan Allah—menjadi pengantara yang mendengar suara Tuhan dan menyampaikan firman-Nya kepada mereka.

Ketakutan Israel bukanlah ketakutan yang salah. Kekudusan Allah memang begitu besar, begitu suci, begitu berbeda, sehingga manusia berdosa tidak mungkin mendekat tanpa binasa. Namun, justru di titik inilah kita melihat kasih Allah bekerja. Ia tidak memaksa umat-Nya untuk mendekat dengan cara yang mereka tidak sanggup. Ia memanggil Musa, memberikan firman-Nya kepadanya, dan mengizinkan Musa menjadi jembatan bagi umat itu.

Sama seperti Israel, kita juga tidak dapat mendekati Allah dengan kekuatan sendiri. Kita membutuhkan Pengantara yang kudus namun mengerti kelemahan kita. Musa hanyalah bayangan; Yesuslah wujud nyata penggenapan itu.
Dalam diri-Nya, kekudusan Allah dan kasih Allah bertemu.
Dalam diri-Nya, kita dapat mendekat tanpa rasa takut.
Dalam diri-Nya, kita tidak dihancurkan—melainkan dipulihkan.

Apakah hari ini kamu merasa terlalu kotor untuk datang kepada Tuhan?
Apakah kamu merasa terlalu jauh, terlalu berdosa, atau terlalu tidak layak?

Datanglah melalui Yesus.
Ia tidak hanya menjadi pengantara, tetapi juga Penebus yang membuka jalan bagi kita.
Di dalam Dia, kita dapat mendekat kepada Allah tanpa dihantui rasa takut—karena kasih karunia telah lebih dulu mendekati kita.

Share:

Pujian Ibadah GKKK Tepas | 16 November 2025

Sujud Dan Terima Kasih

Kasih Tuhan sungguh mulia
Tulus dan sempurna mengasihiku
Pengorbanan di Kalvari
Sungguh berharga Kau tebus dosaku

 

Terpujilah Tuhan Yesus
Ditinggikan diatas pujian
Ho dari dalam lubuk hatiku
Kusujud dan bert'rima kasih

 

Kasih Tuhan tak bersyarat
Tak seperti cinta yang ada di dunia
S'lalu memb'ri lebih dari yang layak kuterima di hidupku

Terpujilah Tuhan Yesus

Ditinggikan diatas pujian
Dari dalam lubuk hatiku
Kusujud dan bert'rima kasih

 

Terpujilah Tuhan Yesus

Ditinggikan diatas pujian
Ho dari dalam lubuk hatiku
Kusujud dan bert'rima kasih

 

Salib-Mu kemenanganku
Bilur-Mu kesembuhanku
Salib-Mu kemenanganku
Bilur-Mu kesembuhanku

 

Terpujilah Tuhan Yesus
Ditinggikan diatas pujian
Dari dalam lubuk hatiku
Kusujud dan bert'rima kasih

 

Terpujilah Tuhan Yesus
Ditinggikan diatas sgalanya
Dari dalam lubuk hatiku
Kusujud dan bert'rima kasih

 

Dari dalam lubuk hatiku
Kusujud dan bert'rima kasih

 

Ada Satu Sobatku        

Ada satu sobatku yang setia
Tak pernah Dia tinggalkan diriku
Di waktu aku susah, waktu ku sendirian
Dia s'lalu menemani diriku

Nama-Nya Yesus, nama-Nya Yesus
Nama Yesus yang menghibur hatiku
Nama-Nya Yesus, nama-Nya Yesus
Nama Yesus yang menghibur hatiku

Ada satu sobatku yang setia
Tak pernah Dia tinggalkan diriku
Di waktu aku susah, waktu ku sendirian
Dia s'lalu menemani diriku

Nama-Nya Yesus, nama-Nya Yesus
Nama Yesus yang menghibur hatiku
Nama-Nya Yesus, nama-Nya Yesus
Nama Yesus yang menghibur hatiku

 

Penolong Yang Setia

Saat kuberjalan
Kasih-Mu menerangi langkahku
Tak kutakut, tak kubimbang
Kar'na kutahu Kau bersamaku

Kau lebih tahu yang terbaik bagiku
Kau lebih sanggup pulihkan hidupku
Kuberserah, kupercaya
Hanya Yesus penolong yang setia

Saat kuberjalan
Kasih-Mu menerangi langkahku
Tak kutakut, tak kubimbang
Kar'na kutahu Kau bersamaku

Kau lebih tahu yang terbaik bagiku
Kau lebih sanggup pulihkan hidupku
Kuberserah, kupercaya
Hanya Yesus penolong yang setia

Penolongku yang setia

Kau lebih tahu yang terbaik bagiku
Kau lebih sanggup pulihkan hidupku
Kuberserah, kupercaya
Hanya Yesus penolong yang setia

Hanya Yesus penolong yang setia

 

Ajarku Mengerti

Ajarku mengerti
Segala rencana—Mu
Ajarku berserah
Hanya pada—Mu

Pimpinlah jalanku
Dalam terang firman—Mu
Ajarku berharap
Hanya pada—Mu

Bapaku ajaib
S'gala rancangan—Mu
Tuhan, ku heran
Perbuatan—Mu

Engkau sanggup mengadakan
Segala yang kuperlukan
Menurut kehendak—Mu
Terjadilah

Bapaku ajaib
S'gala rancangan—Mu
Tuhan, ku heran
Perbuatan—Mu, oh—uh

Engkau sanggup mengadakan
Segala yang kuperlukan
Menurut kehendak—Mu
Terjadilah, oh

Ajarku mengerti
Segala rencana—Mu
Ajarku berserah
Hanya pada—Mu (pimpinlah)

Pimpinlah jalanku
Dalam terang firman—Mu
Ajarku berharap
Hanya pada—Mu

Ajarku berharap
Hanya pada—Mu

 

Gusti Nggendong Aku

Kadang aku ra ngerti

Opo rencanane Gusti

Ning aku percoyo

Manis endinge

Gusti wis ngatur dalane

 

Aku tansah kelingan

Nalikane aku susah

Aku ra dewean

Ngadepi kenyataan

Gusti paring pitulungan

 

Puji Gusti aku diberkahi

Mulo biyen tekane saiki

Masio tanpo iso

Mbales katresnan-Ne

Kejobo mung memuji asma-Ne

 

Maturnuwun aku ditresnani

Tanpo watesan rino lan wengi

Nganti putih rambutku

Lan ilang kekuatanku

Gusti nggendong aku


Share:

Renuangan Harian : "Hukum Sabat dan Penebusan"

Ilustrasi cahaya lembut di atas tangan terbuka, melambangkan perhentian dan penebusan yang diberikan Tuhan kepada umat-Nya.

Ulangan 5:1–22

Hukum Sabat dan Penebusan

Ada momen ketika Tuhan mengajak kita berhenti sejenak—bukan untuk bermalas-malasan, tetapi untuk mengingat siapa diri kita di hadapan-Nya. Dalam Sepuluh Hukum, Sabat awalnya diberikan sebagai peringatan akan penciptaan. Tetapi hari ini, melalui Kitab Ulangan, Tuhan mengaitkan Sabat dengan sesuatu yang jauh lebih pribadi: penebusan.

Generasi kedua bangsa Israel yang mendengar ulang hukum-hukum Tuhan pernah hidup sebagai budak di Mesir. Mereka tahu rasanya bekerja tanpa jeda, hidup tanpa harapan, dan terbelenggu tanpa kebebasan. Ketika Musa berkata, “Haruslah kauingat bahwa engkau pun dahulu budak… dan engkau dibawa keluar… oleh tangan Tuhan yang kuat,” ia sedang mengingatkan mereka bahwa Sabat adalah perayaan pembebasan.

Di Keluaran, Sabat mengingatkan pada karya penciptaan.
Di Ulangan, Sabat mengingatkan pada karya penebusan.
Keduanya adalah karya Tuhan—keduanya adalah kasih Tuhan.

Di Perjanjian Baru, Sabat mengambil makna yang lebih dalam. Yesus bangkit pada hari pertama, dan sejak saat itu jemaat merayakan hari kebangkitan sebagai hari perhentian rohani. Kita berhenti bukan karena lelah, tetapi karena Yesus telah menyelesaikan karya keselamatan lebih dahulu. Kita tidak bekerja untuk diterima; kita bekerja karena sudah diterima.

Sabat menjadi waktu untuk mengingat bahwa:

  • kita dulu terbelenggu, tetapi Tuhan membebaskan,

  • kita dulu hilang, tetapi Tuhan menemukan,

  • kita dulu kosong, tetapi Tuhan memenuhi,

  • kita dulu lemah, tetapi Tuhan menguatkan.

Hari ini, mungkin kita tidak merayakan Sabat seperti orang Israel. Namun, panggilan Tuhan tetap sama:
Berhentilah. Ingatlah. Disembuhkanlah. Dipulihkanlah.

Sabat adalah undangan Tuhan untuk kembali ke hati-Nya.
Untuk merasakan damai yang tidak bisa diberikan dunia.
Untuk menyadari bahwa perjalanan hidup kita ada dalam tangan penebus yang setia.

Apakah hidupmu saat ini terasa penat?
Apakah minggu ini berjalan begitu berat?
Apakah hatimu terasa sesak oleh tuntutan dan rasa bersalah?

Datanglah kepada Yesus.
Dialah Sabatmu.
Dialah tempat di mana jiwamu pulang, beristirahat, dan diperbarui.

🙏 Pokok Doa :

  • Bersyukur atas kuasa Tuhan yang melampaui segala kuasa dan memohon penyertaan-Nya yang senantiasa melindungi kita.

  • Berdoa agar berkat Tuhan mengalir dalam hidup kami: keluarga, anak-cucu, pekerjaan, usaha, pelayanan, dan setiap langkah yang kami jalani.

  • Memohon hikmat yang baru setiap hari, kekuatan untuk menghadapi proses hidup, serta terobosan yang Tuhan sediakan.

  • Berserah agar seluruh perjalanan hidup kami menjadi seturut kehendak-Nya.
    Dalam nama Tuhan Yesus kami berdoa. Amin.

Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.