Sejarah Gereja Kristen Kalam Kudus Pos
Pelayanan Tepas.
Latar belakang GKKK Tepas letak geografis.
Sudah menjadi
kerinduan kami untuk dapat menuangkan perjalanan panjang jemaat GKKK tepas
dalam sebuah tulisan ini yang merupakan salah satu pos pelayanan dari sekitar
15 pos pelayanan GKKK di wilayah kecamatan kesamben dan sekitarnya.
Perlu
diketahui hanwa desa tepas yang terleatak disebelah utara kecamatan kesamben
dengan jarak sekitar 7 km pada ketinggian tertentu yang dapat di tempuh
melalui satu jalan alternatif dan beraspal. Keadaan topografi agak terbukti dengan jumlah penduduk kurang lebih 5.600 orang
dan terbagi atas 4 pedusunan. Dusun
Tepas krajan. Dusun rembang. Dusun mberkalong dan dusun dawung randuasri. Mata
pencaharian secara keseluruhan adalah masyarakat petani, buruh dan pedagang
sebagian kecil juga pegawai negeri guru
dan swasata, walaupun banyak pula yang bekerja di luar negeri dlam negeri dan
luar daerah untuk menunjang perekonomian keluarga. Kehidupan sosialnya ramah,
terbukadan semangat kegotong royongannya juga tinggi. Sebagaimana layaknya masyrakat pedesaan . dalam hal spiritual sebagaian
besar telah memeluk agama Islam dan Hindu, namun masih banyak yang menjalani
kepercayaan kepada para leluhur atau nenak moyang dan merupakan adat kebiasaan
tradisional setempat.
1.
Fase 1965. Cikal Bakal Jemaat GKKK
Pos Pelayanan Tepas.
Sudah menjadi kenyataan sejarah akibat gejolak
politik nasional pada tahun 1965 atas peristiwa G.30- S/PKI banyak msyarakat ingin menyatakan identitas
kepercayaannya untuk datang ketempat rumah rumah ibadah, sehingga membawa
dampak semaraknya hidup beragama. Menurut catatan masyrakat di sini. Pernah
tinggal seorang warga luar jawa sisa perjuangan’ 45. Yang baisa dipanggil tuan ROON ( ndoro
Roon ) pemeluk agama Kristen. Yang beristrikan wanita setempat ( Dawung
Randuasri) tuan Roon dengan sedikitnya mempunyai pengaruh 1 atau 2 orang
disekitarnya. Walaupun masyarakat pada waktu itu belum mengerti hal kekristenan. Hal ini memberi
kesan tertentu bagi 1 atau 2 orang tersebut, sehingga setelah terjadinya
G.30-PKI lebih memperjelas iman kepercayaan seorang bernama pak Kasmo kepada
Kristus.
Tuan Roon meninggal
pada usia relatif muda., kalau beribadah harus ke wlingi karena di kesambenpun
belum ada gereja, anak angkat Tuan Roon
( Ibu Karni) mengikuti jejak bapak angkatnya. Dalam iman kepada Kristus namun sejak muda
memang lama meninggalkan tepas ke kota serta hanya datang dan pergi semata.
Namun ada amanat injil atau pesan pribadi tuan Roon Terhadap bu karni anak
angkatnya. Pesannya. Ditanahku harus didirikan gereja. Maka dijuallah tanah itu
dan dibelikan di gereja ini. Hanya pak kasmo yang menurut pendapat saksi saksi
jemaat sekarang yang menetap di tepas pada waktu dan konsisten dengan Imannya
kepada Kristus, walau akhirnya meninggal pada usia muda 1985 yang selalu
mengikuti kebaktian ibadah minggu dengan setia.
Fase antara 1966
-1967.
Perjalanan yang
cukup sulit dimana pak kasmo harus menempuh perjalanan sepanjang 7 km ke kesamben,
dimana kondisi jalan masih tanah belum beraspal dengan jalan kaki atau naik
sepada pancal. Persekutuanpun masih
dilakukan disebuah rumah tinggal biasa milik seorang jemaat dengan nama
persekutaun kristen yang dilayani oleh penginjil dari MAAT ( Madrasah Alkitab
Asia Tenggara ) sekarang SAAT malang.
Secara kebetulan entah bagaimana saat
beribadah di kesamben sering bertemu dengan Bp. Heru sujanto yang baru juga
mengenal Kristus. Sebagai guru dan tinggal menetap di Desa kemirigede. Dimana orang tua dan saudara beliau menetap di tepas. Walaupun
bapak heru sudjanto semula asal tepas dan juga kenal Pak Kasmo sejak mudanya.
Memberikan sedikit pengaruh bagi orang Tua bagi sanak saudara beliau sehingga
menjadi 4 keluarga ( 5-6 orang ) masuk kristen.
Untuk menjalankan
ibadah 4 keluarga tersebut harus bergabung dengan jemaat secara terpisah di
kecamatan Kesamben atau ke kemirigede yang pada waktu itu memang baru mempunyai persekutuan dan telah
ditetapkan akibat pemberitaan Bp Heu Seodjanto. Dan dibantu juga oleh mahasiswa Alkitab dari MAAT
malang.
Fase 1969
Pos pelayanan GKKK
Kemirigede telah berdiri dan lebih dekat 1,5 Km dari tepas. Maka 4 keluarga melaksanakan kebaktian
minggu di Kemirigede. Diantaranya Bpk Kasmo. Bpk Mukohaji. Bapa Pujianto Bpk Harnoto)
karena jemaat mula mula ditepas merasakan kessulitan untyuk menjankan ibadah
yang belum tersedianya sarana prasaran, timbul kesepakatan dan rasa kebersamaan
untyk mencari dan menentukan tempat beribadah di desa sendiri maka disepakati
menggunakan rumah tinggal ( bp Sumo ) orang tua dari Bp Heru Sudjanto.
Fase 1970-1979
berdirinya Persekutuan sekolah minggu.
Dengan
menggunakan rumah bapak Sumo itulah jemaat tepas telah dapat menjalankan ibadah
meski masih dibwah bimbingan GKKK kemirigede masih dengan kekuatan jemaat
4keluarga ( 6-8 orang) ibadah minggu telah dilaksanakan secara rutin dengan
ditunjang pelayanan dari mahasiswa mahasiswi Theologia SAKWI ( Sekolah Alkitab
Wlingi ) atau juga Bpk heru S. Dan pengurus dari GKKK Kesamben secara
bergiliran. Memang pertumbuhannya jemaat lambat saat itu karna belum adanya
gembala yang menetap dan lingkungan
sosial dan ekonomi belum mantap serta respon masyrakat tidak mendukung sehingga
timbul bermacam macam tanggapan dalam hal kekristenan yang masih merasa asing
mendengar Injil. Meski sudah ada kebaktian keluarga dan pelayanan sekolah
Minggu .
Pelayanan pada waktu ini dilayani oleh ibu
Ester ( SAAT malang ) dan Bp Daryono ( I3-Batu ) secara berhantian dengan
bermalam 2-3 hari karena seulitnya medan jalan masih tanah berlumpur. Dan belum
ada sarana angkutan. Kadang harus menginap sampai 1-2 bulan untuk menunjang pelayanan di Tepas.
Selain itu untuk pelayanan sekolah minggu dilakukan oleh Bpk Suyono ( GKKK
Kemirigede) dengan jumlah sekitar 15-16 anak. Anak anak merupakan ladang yang
lebih mudah untyk dilayani walaupun orang tua mereka belum mengenal Kristus,
namun membebaskan anak anaknya ikut serta ke sekolah minggu.
Fase 1979-1980 perjalanan jemaat biasa biasa
saja. Tanpa adanya pertumbuhan yang berarti, walaupun masih dapat melakssanakan
perayaan Natal dengan tetap setiap tahun dengan mengundang para tetangag dekat
dengan dukungan 4-5 keluarga serta simpatisan, hingga kebaktian minggu dihadiri
8-10 orang.
Dampak dari hasil
pembangunan Nasional sudah dapat dirasakan sampai dipelosok pedesaan seperti
ruas jalan yang menghubungkan kecamatan desa tepas hinga reasapombo kurang
lebih 15 km sudah dia aspal. Arus lalu lintas telah telah membuka daerah daerah
sekitarnya yang semula sulit dilalui banyak memberikan pertumbuhan perekonomian
pedesan dan mobilitas penduduk demikian
juga pelayanan antar pos pos GKKK yang dilakukan mahasiswa Teologia / Sakwi
–wlingimaupun SAAT malang dan majelis lain pos PI yang sudah mampu membawakan
Firman memberikan kemudahan untuk melayani.
Tanpa diketahui dengan pasti
berdirilah kantor pelayanan social Prokeska Kalam kudus ( Proyek Kesejahteraan
Sosial) di desa Pagerwojo dibawah naunganDepartemen Sosial. Namun segenap
pekerjanya umat Kristiani. Dan mendapat dukungan dana dari WVI ( World Vision
Internasional ) yang berpusat di Jakarta.
Daerah yang memperoleh bantuan dari Prokeska ialah Kesamben sekitarnya termasuk
Desa tepas dekat tempat keluarga Jemaat, bantuan yang diperoleh antara lain.:
1.
Biaya
Pendidikan bagi anak yang kurang mampu dan peralatan Sekolah
2.
Bantuan
Biaya pengobatan anak yang kekurangan.
3.
Pemutaran
Film Pendidikan dan Kekristenan ( Film Rohani )
4.
Pengadaan
peralatan ( Pipanisasi ) air bersih ke rumah penduduk dll
Walaupun bantuan
Prokeska bersifat umum, namun membawa misi Kristen terutama bagi anak anak
berpendidikan Sekolah Dasar yang terhimpun sekitar 20 anak. Dan pengurus
Prokeska pada waktu itu adalah bapak Mukohaji.
Bapak Saridal ikut berperan ambil bagian pelayanan dan bantuan tersebut.
Hingga bapak Mukohaji wafat pada tahun 1984 dan dilanjutkan oleh bapak Saridal
juga pengurus prokeska sebagai pendatang
dan menetap serta bermukim bersama keluarga di tepas. Bapak Saridal yang punya
cukup pengalaman dalam pelayanan mengambil prakarsa bersama jemaat untuk
mengembangkan pertumbuhan jiwa jiwa baru sambil mengupayakan untuk memiliki rumah Ibadah sendiri di Tepas.
FAse 1981-1984
Jemaat sudah memperoleh
rumah ibadah yang di beli dari penduduk setempat yang terletak di depan Rumah
Bapak Sumo ( tempat lama) diataas area tanah
_+ 600 M2. Hanya banguunan fisiknya saja. ( 5X6 M ) dengan kondisi dari
bamboo dan kayu ( gubuk) dan oleh pemiliknya dijinkan untuk menumpang beribadah
diatas tanah miliknya ( Tanah 600 m2belum milik Jemaat).dari area tanah
tersebut itulah jemaat mengupayakan untyk membeli dengan komitmen bersama baik berupa uang ataupun
rela juga melepaskan tanah jemaat 200 m2 sebagai pengganti, sinode juga
memberikan bantuan serta sponsor dari donator – donator peran Bapak Saridal
banyak mendukung tumbuhnya jemaat Di Tepas.
Bersamaan ini para orang tua
yangnak anaknya ikut binaan Prokeska sudah mulai bergabung dengan kebaktian
Minggu ataupun kebaktian keluarga. Injil krisytus sudah mendapat titik terang
dengan pesat baik kaum dewasa juga anak anak hingga -+ 10 keluarga dan sekolah
minggu ( anak remaja ) _+ 30 orang. Secara keseluruhan pelayanan masih
dilakukan oleh Bapk Saridal baik kebaktian
minggu dan keluarga, karena pertumbuhan begitu pesat hingga memerlukan bantuan
pelayanan dari mahasiswa Theologia waktu IAA wlingi. Secara bergantian ataupaun
mahasiswa Praktek selama 2-3 bulan. Kehadiran jemaat sekitar 10-15 orang
pertiap ibadah minggu.
Fase 1985-1990.
Saudari Rus Dwi (Mahasiswa
Sakwi ) wlingi pernah berparktek dua bulan banyak membantu bagi anak anak dan keluarga
dalam pengembalaan, disamping hasrat jemaat untuk membangun tempat ibadah yang
lebih permanen( 7x14 m) berhubung rumah gubuk tempat ibadah lama dalam kondisi
mengkahwatirkan ( Hampir roboh ). Selaras dengan perkembangan jemaat _+ 20
keluarga dan pelayanan sekolah mingu _+ 30 serta remaja 15 anak atau
perhitungan ( 80 -90 mjiwa) keseluruhan. Akhirnya bangunan gereja sudah dapat
didirikan disamping rumah gubuk dengan kondisi hanya pasangan bata sekeliling (
7x14 M ) karena kekuatan dana dari mjemaat memang terbatas ( Kondisi bangunan
baru 30 % . iabadah masih dilakukan di
ruamh gubuk, pelayanan berjalan seperti biasa baik listrik belum masuk
pedesaan. Sedangkan perayaan Natal tiap yahun tetap diadakan dengan mengundang
masyarakat sekitar yang beragama lain, kadang juga mendapat jkunjunagn jemaat
gereja malang dan Surabaya sambil membagikan pakaian layak pakai. Makanan
ataupun keprluan sehari hari dengan beribadah bersama serta membagikan Alkitab
Bahasa Daerah ( Jawa ) dan Indosnesia.
Berhubung kebutuhan mendesak
bagi bangunan dengan kondisi 30% untuk menyelamatkan kusen pintu _+ jendela
dari sianr amtahari dan hujan serta satu sisi pasangan bata roboh oleh terpaan
angina. Jemaat dengan segala daya dan kemampuan yang ada segera menyelesaiakn
pasangan atap ( genting) sejak itu jemaat baru dapat beribadah dibangunan baru
dengan berteduh ( Kondisi 60%).pelayanan masih dilakukan oleh jemaat sendiri
sambil dibantu gembala atau penginjil dari pos pos GKKK lain dan mahasiswa
Teologia ( IAA) wlingi secara berganti an. Pemutaran Film Rohani ( Cerita
Alkitab ) juga ditanyangkan dan ditonton oleh masyarakat sekitar dan jemaat.
Kekristenan berangsur sudah dapat diterima oleh jemaat sendiri maupun
masyarakat sekitar. Umyuk meyaklinkan imannya jemaat sudah ada komitment dengan
babtisan orang dewasa dan remaja. Memang untuk mengajukan babtisan secara
keseluruhan masih menunggu kemantapan para orang tua dalam iman, karena adanaya
pergumulan dalam dirinya antara mengikut dan berserah kepada Kristus. Serta
meninggalkan adata kebiasaan para leluhurnya.
Semangat ibadah dan
perkembangan jemaat biasa saja sepertinya ada kelesuan dikarenakan belum
memiliki Gembala yang menetap dan hanya dilayani oleh mahasiswa Theologia ( IAA
) Wlingi praktek setiap tahun bergantian yang berlangsung 3-4 tahun. Kadang
juga mahasiswa Theologia dari SAAT Malang. Juga kurang adanya pembinaan atau
penyegaran Iman, meski jemaat sekitar 20 keluarga sedang kalau kalau ibadah
minggu hanya sekitar 12-15 oarang yang hadir, namun kebaktian keluarga pada
malam hari lebih banyak. ( 25-30 orang ) dikarenakan kebaktian minggu mulai pukul 10: 00 pagi sedangkan
jemaat cenderung dengan pekerjaannya di sawah atau lading. Bila malam hari
lebih leluasa selesai dari lading sambil bersosialaisasi untuk berkumpul pada
kebaktian keluarga Pukul 7:00 malam bersama anak anaknya sambil mengasuh karena
memang demikianlah kehidupannya sambil duduk dilantai beralaskan tikar. Meski
jemaat telah sering beribadah, namun masih sebagian kecil sulit meninggalkan
kebiasaan adat seperti halnya mengadakan kenduri ( Selamatan) untuk mendoakan
sanak saudara dari keluarga yang telah meninggal dunia atau memberi sesaji di
sawah bila padi menguning menjelang siap di tuai atau pane. Ini hanya kaum tua
saja yang masih melakukannya. Ibadah kembali semarak bila menjelang Natal , walaupun
jemaat dewasa –remaja anak anak dapat menampilkan segala potensinya baik koor-Puisi Natal – tarian dan laian
lain. Dengan pengunjung cukup banyak dari gereja –gereja sekeliling Tepas dan masyarakat sekitar, namun
setelah itu ibadah minggu atau kebaktian
keluarga kembali surut, ini berlangsung cukup lama setiap tahunnya. Prokeska
telah berakhir masa kerjanya dan menghentikan bantuan karena dialihkan ke
wilayah lain, walau masih berkantor di pagerwojo . pertengahan tahun 1989 listrik ( PLN )mulai menerangi sebagian
rumah jemaat, sedangkan gedung gereja belum tersalur karena memang belum mampu
untuk mengajukan pemasangan serta kondisi masih tetap 60% dan belum ada
penyempurnaan.
FASE 1991-1995.
Karena tuntutan Hidup
2-3 keluarga jemaat bertransmigarasi, beberapa orang mencari pekerjaan kekota
sedangkan pelayanan hanya rutinitas lebih mempertajam kelesuan dari
semangat beribadah. Ada penuruanan moral
bagi remaja dan jemaat karena kurang terbina pengembalaan yang konsisten,
listrik pedesaan membuka kehidupan lebih dinamis, hiburan hingga larut malam
karena masyarakat sudah banyak memiliki media elektronika ( Radio –
TV).pergumulan lebih memprihatinkan adanya sengketa serta konflik antar sesama
tokoh jemaat yang berpengaruh hingga sangat meresahkan anggota jemaat dan
simpatisan . ada kevacuman yang mengambang serta undur dari persekutuan/ibadah
hingga sebagian jemaat merencanakan untuk pisah dari persekutuan . memang
jemaat kurang mengerti dan tidak dilibatkan bagaimana struktur pengurus
keorganisasian dan sinode hingga mekanismenya dan segala tatanannya , karena
hanya mengacu pada tokoh jemaat yang berperan dalam pelayanan serta pengadaan
tempat ibadah bukan kepada jesus kristus sebagai kepala gereja . jemaat sempat
terombang ambing walau ibadah minggu/keluarga tetap berlangsung dilayani oleh siswa theologia [IAA] praktek
dengan menetap selama 1-2 tahun yang
tinggal dirumah jemaat , semangat ibadah makin lesu dan surut sebab konflik
tanpa solusi dan belum terselesaikan . semuanya memberikan dampak pada ibadah
minggu yang hadir [8-12] orang , karena ada pemisah 3-4 keluarga ke persekutuan
denominasi lain . Majelis umum [M.U] dalam team datang ke tepas mengadakan
forum terbuka dengan jemaat menanyakan persoalannya , jemaat hadir segelintir
orang karena lainnya kurang peduli akan pergumulannya sebab memang tanpa
pengurus yang jelas. Akhirnya MU memutuskan agar jemaat segera menetukan
pengurus GKKK Tepas sendiri dengan sedikitnya 5 orang ( Ketua –Wakil Ketua-
sekertaris –bendahara I&II) untuk periode 1993 -1995 masa jabatan 2 tahun.
Dari MU menjelaskan
perihal sejarah GKKK –sinode dan aturan penatalaksanaan organisasi, demikianlah
sedikit aktifitas jemaat sudah dapat memahami mekanismenya hingga ditunjuk
sebagai pengurus oleh Jemaat sendiri. Tanggal 26 april 1993 terbentukalh
pengurus GKKK Tepas periode 1993-1995. 20 juni 1993 peneguhan oleh Pdt HAriyono
( GKKK Kesamben ) hari minggu. Pengurus baru terbentuk mempunyai tanggung jawab
moral untuk membenahi dari kelesuan dan pergumulan yang berat meski dengan
kemampuan terbatas. Pelayanan dilakukan oleh pengurus dengan pengetahuan
Theologia yang kurang sambil dibantu mahasiswa mahasiswi praktek silih
berganti. Dengan semangat saling membangun sesama tubuh Kristus serta menghapus
citra buruk dari pandangan IAAwlingi. –SAAT malang sebab mahasiswa mahasswi
Theologi tersebut pernah berpraktek di tepas.
Untuk melengkapi
pengurus yang memang sedikit pengetahuan
Theologinya di tempatkan MAhasiwa Praktek IAA wlingi untuk membentu pelayanan
yang datang esminggu sekali berlangsung sampai beberapa bulan saja dan
dilanjutkan untuk berpraktek menetap 1 tahun sebagai kelengkapan kuriulum
pendidikan akhir wisuda Sarjana Muda ( Sm.Th) STTIAA wlingi ( Ev Chris Biantoro ). Selang beberpa
bulan jemaat selesai bergumul untuk berbenah dari kelesuan ada keputusan yang
kurang dipahami akan ditempatkannya Gembala ( penginjil ) dari pos lain yang
tanpa mufakat dalam forum dengan jemaat, sedikit timbul keresahan lagi dalam
dalam jemaat namun utusan dari pengurus dan MU mengakses ke sinode ( Sekum GKKK ) kebetulan berkantor di malang ( SAAT )
dekat dengan Kesamben dan segera terselesaikan sedang pelayanan tetap
dilaksanakan mahasiswa praktek yang telah menunjukkan titik terang dari
kelesuan antara lain:
@ Ada semangat
persekutuan dan pertumbuhan
@ Jemaat yang lama
tidak hadir kembali hadir beribadah
@ Kegairahan anak anak
sekolah Minggu dan Remaja
@ Jemaat Bertambah menyatakan
Iman dengan babtisan
@ Hasrat melanjutkan
rumah Ibadah dan membangun Pastori ( 6x6 ) meter
@ Pembinaan Iman bapak
ibu tiap tahun bergantian di pos pos Pelayanan Injil.
Maka ibadah mulai
berangsur meningkat ( 20-25 ) orang, semarak persekutuan dan ibadah makin
berkembang, persembahan meningkat pula dengan ditunjang dana dari sinode
maupun donator atau simpatisan lain
hingga memberi motivasi bagi jemaat untuyk merealisasikan penyempurnaan gedung
gereja dan pastori seperti pengantian bangku bangku, pasang plafon dan lampu
penerangan dan sebagainya. Hingga menyambut perayaan Natal 1994 dengan wajah
baru selaras semangat jemaat serta mengundang pos pos lain pada awal 1995 mengadakan
ibadah ucapan syukur. Dengan berkantornya sinode ( Sekum Sinode GKKK ) di malang yang sering
menjaju dan membantu pos pos wilayah kesamben abnyak memberikan dukungan
semangat dan kesadaran jemaat, tokoh jemaat yang bersengketa dengan terbuka
hati dan dan berpamitan menyatakan pisah dari persekutuan secara baik baik
memberi dampak kepada jemaat lebih mantap dan tenang untuk melanjutkan program
–program gereja. Pertengahan 1995 mahasiswa yang berpraktek telah menyelesaikan
studinya Wisuda STT IAA wlingi dihadiri oleh pengurus dan jemaat sepakat untuk
menempatkan siswa tersebut ( Ev Chris biantoro Sm.Th) sebagai gembala di GKKK
tepas sambil menunggu SK Penempatan selama 4 tahun. Pastori sudah dihuni oleh
Gembala dengan fasilitas memadai air- listrik –dapur- kamar mandi dan WC serta
perabot secukupnya demikian juga surat pemilikan tanah gereja juga diserah
terimakan oleh tokoh jemaat yang bersengketa secara baik –baik di depan jemaat.
Ada 4-5 jemaat
merantau sebagai tenaga kerja keluar negeri, sebagian kaum muda bekerja di kota
atau rantau, juga remaja menyelesaiakan pendidikan ( SMU ) di kota. Seorang
siswa mengikuti pendidikan Theologi di STT IAA Blitar. Semuanya itu tidak
mengurangi semangat ibadah karena ada
penambahan dari sanak saudara akibat penginjilan keluarga jemaat sendiri.
FASE tahun 1996 – 2000
Semangat persekutuan atau ibadah
tetap dipertahankan karena rasa kebersamaan untuk mambangun tubuh Kristus dan saling
menguatkan baik gembala –pengurus jemaat. Peningkatan persembahan dan
perpuluhan serta laporan keuangan diberitakan setiap bulan secara terbuka di
depan jemaat. Perbaikan gereja dan pastori juga pemeliharaan terus dilaksanakan
dan penyempurnaan terakhir pembuatan tembok pagar halaman gereja, semua dilakukan atas
kesadaran yang tinggi selaras dengan pertumbuhan iman jemaat untuk beribadah
yang semakin meningkat ( 35-40 ) orang kebaktian minggu dewasa.
Memiliki kolam ikan
sebagai penunjang kebutuhan gereja yang boleh digunakan milik jemaat, kapasitas
bangku mampu untuk menampung jemaat 110-120 orang. Sering mendapat kunjungan
dari GKKK Malang maupun SAAT dan pembinaan dari dosen dosen SAAT malang jugaLembaga Kristen ( LPMI ) Blitar.
Kehidupan jemaat di tengah masyarakat dan penganut agama lain juga harmonis
penuh toleransi, jemaat aktif berkiprah pada hari besar Nasional dan
mengunjungi hari Raya Agama lain. Jemaat seluruhnya bermukim dalam radius
200-500 meter dari lokasi gereja hingga mudah untuk saling menghubungi, yang
terdaftar 29 keluarga atau jumlah keseluruhan 120-130 orang akibat penambahan
generasi yang 10-15 tahun yang lalu masih anak anak kini telah berkeluarga dan
jiwa jiwa baru. Pergumulan silih berganti, namun Bapa Kepala gereja Jesus
kristus selalu memimpin jemaatNya untuk survive dan tegar menghadapi tantangan
jaman. Gereja telah memiliki sertifikat (IMB) hak tanah dan bangunan sendiri.
Jadwal Kegiatan Ibadah GKKK Tepas
Hari
|
Waktu
|
Kegiatan
|
|
Minggu
|
10:00
pagi
|
Kebaktian
Umum
|
|
Minggu
|
7:00
|
Kebaktian
Sek Minggu
|
|
Sabtu
|
07:00
Malam
|
Kebaktian
Remaja
|
|
Rabu
Senin
|
07:00
malam
07:00
malam
|
Persekutuan
Doa
Ibadah
Keluarga
|
|
Kamis
Jumat
|
07
:00 Malam
07
:00 malam
|
Kaum
Bapak
Kaum
Ibu
|
Demikianlah perjalanan panjang jemaat GKKK
Tepas. Dusun Dawung Randuasri kecamatan
Kesamben, Kabupaten Blitar
Saksi I. Ev Chrisbiantoro. Ev Nita Kusuma.
Saksi Ke II. Bp Saridal, Bu Sriasih. Bp Karji. Bu Karti
PIC: Pdt Yanes Susanto. S.Th
Tidak ada komentar:
Posting Komentar