Februari 2021 ~ Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

Mengerjakan Keselamatan

Bacaan: FILIPI 2:12-18

Saudara-saudaraku yang terkasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih lagi sekarang waktu aku tidak hadir. (Filipi 2:12)


Pembacaan dan pemahaman yang tidak cermat terhadap nas ini-dulu-membuat saya mengira bahwa keselamatan bergantung pada usaha saya sendiri. Setelah bertahun-tahun dalam pelayanan jemaat, saya juga menemukan banyak orang Kristen yang memiliki pemahaman demikian. Lalu, apa sebenarnya maksud Paulus?

Paulus menujukan surat ini kepada orang-orang yang sudah percaya dan telah menerima anugerah keselamatan dari Kristus. Namun itu tidak lantas membuat mereka tidak melakukan apa-apa ataupun bisa hidup sesuka hati. Mereka harus "mengerjakan keselamatan" (Yunani: katergazomai), yang bermakna "menyelesaikan atau mengerjakannya hingga akhir". Mereka diminta agar terus-menerus hidup selaras dengan ajaran keselamatan yang telah mereka terima. Mereka telah terbukti menaati Allah ketika Paulus ada di tengah mereka. Ia ingin agar mereka menaati Allah sampai akhir, selama hidup mereka, walau tanpa kehadiran Paulus.

Jadi, mengerjakan keselamatan berarti senantiasa hidup berpegang kepada firman Allah. Contohnya ialah dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah dalam melakukan segala sesuatu (ay. 14). Menjalani hidup yang benar menjadikan kita seperti bintang yang bercahaya sehingga menjadi tuntunan bagi orang-orang yang hidup dalam kegelapan (ay. 15). Ini berarti kita menghidupi status kita sebagai orang yang telah diselamatkan Kristus, menunjukkannya melalui hidup yang memuliakan Allah, juga menjadi berkat bagi sesama. Karenanya, marilah mengerjakan keselamatan kita setiap hari! Amin. 

MENJALANI HIDUP DENGAN BERPEGANG PADA FIRMAN TUHAN DAN MENAATINYA

MERUPAKAN TANDA BAHWA KITA SEDANG MENGERJAKAN KESELAMATAN KITA.

Share:

Bahaya Tidak Nyata

Bacaan: MATIUS 26:36-46

Setelah itu Ia kembali kepada murid-murid-Nya itu dan mendapati mereka sedang tidur. Lalu Ia berkata kepada Petrus, "Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku" (Matius 26:40)

Semasa kecil, anak-anak sulit diberi tahu tentang keadaan bahaya. Mereka bermain bebas, terkadang meniru adegan berbahaya di film laga atau kartun. Larangan, bahkan teriakan orang tua tidak mereka hiraukan. Sebab anak belum mampu memahami bahaya nyata sebagaimana orang dewasa. Di pihak lain, anak jauh lebih takut kepada bayangan atau suara aneh yang sebenarnya tidak berbahaya.

Yesus juga memiliki cara pandang yang berbeda dengan para murid-Nya tentang bahaya. Di sebuah peristiwa, Yesus bisa-bisanya tertidur lelap di perahu tatkala murid-murid-Nya panik menghadapi angin ribut yang menerjang mereka (Mat 8:24). Ketika dibangunkan, Yesus justru menegur murid-Nya dan mempertanyakan ketakutan mereka. Berbeda sekali ketika berada di taman Getsemani. Ketiga murid Yesus diminta-Nya untuk berjaga dan berdoa. Ironis, ketika Yesus bergumul berat, ketakutan, dan berdoa dengan sungguh-sungguh, ketiga murid-Nya justru tertidur. Rupanya apa yang dipandang bahaya oleh murid Yesus bukanlah bahaya sesungguhnya. Sebaliknya, para murid justru memandang ringan yang Tuhan pandang serius, yaitu kurangnya doa ketika berhadapan dengan pencobaan.

Mungkin kita sedang bergumul dengan yang kita anggap sebagai ancaman nyata. Tentu tidak salah bahwa kita memohon kecukupan keuangan dan kesehatan. Namun benarkah kekurangan itu adalah ancaman sesungguhnya? Bahaya nyata adalah ketika kita mulai kendur berdoa. Siapa tahu tekanan pencobaan segera melanda, lalu kita terjatuh dalam dosa akibat kurang waspada. Amin. 

BERJAGA-JAGA DAN BERDOA ADALAH CARA KITA MENGHADAPI BAHAYA
YANG TIDAK NYATA AGAR TIDAK TERJATUH DALAM PENCOBAAN.
Share:

Libatkan Tuhan di Setiap Pekerjaan

Keluaran 31:1-11

"Lihat, telah Kutunjuk Bezaleel bin Uri bin Hur, dari suku Yehuda, dan telah Kupenuhi dia dengan Roh Allah, dengan keahlian dan pengertian dan pengetahuan, dalam segala macam pekerjaan," (Keluaran 31:2-3)

Tuhan menghendaki anak-anak-Nya memiliki kualitas hidup yang berbeda dengan dunia! Karena itu firman-Nya mengajar kita untuk melakukan setiap pekerjaan dengan kualitas yang terbaik, bukan secara asal-asalan, sehingga mencapai hasil yang maksimal. Alkitab mengajar kita untuk melakukan setiap pekerjaan dengan kualitas yang terbaik. Jadi, "Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus adalah tuan dan kamu hamba-Nya." (Kolose 3:23-24). Kita diperintahkan untuk bekerja dengan sebaik mungkin tanpa memandang jenis pekerjaannya. Ini firman Tuhan, bukan perkataan manusia!

Ada dua orang yang dipilih Tuhan untuk terlibat dalam proses pembangunan Kemah Suci dan segala kelengkapannya, yaitu Bezaleel dan Aholiab. Bezaleel orang yang ahli dalam hal benda-benda berharga dan perhiasan-perhiasan, termasuk ukiran-ukiran. Aholiab adalah seorang yang ahli dalam hal pembuatan perkakas-perkakas, pakaian dan juga kelengkapan para imam dan orang Lewi. Tuhan berkenan memenuhi mereka dengan Roh-Nya. Pengertian "dipenuhi dengan Roh Tuhan" artinya: diperlengkapi dan diberi kemampuan rohani untuk pelayanan khusus bagi Tuhan: "...untuk membuat berbagai rancangan supaya dikerjakan dari emas, perak dan tembaga;" (ayat 4) dan "...untuk mengasah batu permata supaya ditatah; untuk mengukir kayu dan untuk bekerja dalam segala macam pekerjaan." (ayat 5).

Untuk dapat melakukan pekerjaan dengan kualitas yang terbaik kita harus selalu melibatkan Tuhan dan meminta tuntunan-Nya. Dalam praktek hidup sehari-hari kita sering merasa diri mampu, hebat, pintar dan berpengalaman, sehingga kita merasa tak membutuhkan campur tangan Tuhan. Namun, begitu kita menuai kegagalan atau hasil yang diraih tak seperti yang diharapkan, kita langsung marah dan menyalahkan Tuhan.

"Bukan dengan keperkasaan dan bukan dengan kekuatan, melainkan dengan roh-Ku, firman TUHAN semesta alam." (Zakharia 4:6a)
Sudahkah kita melibatkan Tuhan dalam segala karyamu hari ini. Dia tidak pernah terlambat untuk menolongmu. Terimalah Dia dalam hatimu. Amin.
Share:

Tak Pernah Ditinggalkan

Baca: Mazmur 37:27-29

"...Ia tidak meninggalkan orang-orang yang dikasihi-Nya." (Mazmur 37:28a)

Ada saat di mana kita pernah menghadapi situasi-situasi sulit yang dapat menyebabkan kita merasa sendiri, sepi, ditinggalkan, dan tak dipedulikan: ada orang tua yang mulai terserang rasa sepi tatkala anak-anaknya sudah berumah tangga dan tidak lagi tinggal bersamanya; ada anak-anak yang harus menjalani hari-harinya dengan luka hati yang terus membekas karena ditelantarkan oleh orang tuanya; ada pula istri yang harus menanggung hidup yang teramat berat yang membuatnya menangis sepanjang malam, karena telah ditinggalkan atau dikhianati oleh suami tercinta yang pergi dengan wanita lain.

Contoh di atas menunjukkan bahwa rasa sepi atau merasa sendiri dapat melanda semua orang, tanpa terkecuali, dan tanpa mengenal usia dan status, terlebih-lebih ketika dihadapkan pada masalah berat dan tiada seorang pun dapat menolong. Dalam situasi seperti itu sikap mengasihani diri sendiri muncul dan kita pun mulai berpikir Tuhan telah meninggalkan kita dan tidak lagi peduli dengan keadaan kita.

Bagaimana cara mengatasi masalah tersebut sehingga kita tidak lagi merasa sepi, sendiri dan ditinggalkan? Pertama, mendekatlah kepada Tuhan. Bangunlah keintiman dengan Tuhan secara personal melalui saat teduh setiap hari. Saat kita tinggal dekat dengan Tuhan melalui doa, kita akan merasakan ketenangan. Daud menyatakan "Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatanku." (Mazmur 62:2). Karena itu "Carilah TUHAN selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepada-Nya selama Ia dekat!" (Yesaya 55:6) dan nyatakanlah semua masalahmu, pergumulanmu, bebanmu dan keluh kesahmu kepada-Nya.
Kedua, pegang janji firman Tuhan. Adalah salah besar jika kita berpikir bahwa Tuhan meninggalkan kita dan tidak memedulikan kita. Justru kita yang seringkali meninggalkan Tuhan dan tidak lagi melibatkan Dia dalam hidup ini. Keberadaan orang percaya adalah berharga di mata Tuhan: "...engkau berharga di mata-Ku dan mulia, dan Aku ini mengasihi engkau," (Yesaya 43:4), karena itu "...TUHAN tidak akan membuang umat-Nya, dan milik-Nya sendiri tidak akan ditinggalkan-Nya;" (Mazmur 94:14).
"TUHAN itu dekat kepada orang-orang yang patah hati, dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya." (Mazmur 34:19)
Gimana rasanya di tinggalkan Tuhan. Tentu mati dan binasa. Tidak ada artinya dalam hidup ini. Mari jangan sampai ditinggalkan. Amin
Share:

Tidak Sia-sia Mengikut Kristus (1)

Baca: Markus 10:28-31

"...dan pada zaman yang akan datang ia akan menerima hidup yang kekal." (Markus 10:30)

Di setiap masa selalu banyak orang Kristen kehilangan semangat dalam pengiringannya kepada Tuhan. Mereka tidak lagi antusias terhadap perkara-perkara rohani. Apa penyebabnya? Mereka berpikir bahwa dengan menjadi pengikut Kristus akan terbebas dari masalah, kesulitan atau penderitaan. Kenyataannya? Masalah demi masalah, ujian demi ujian harus mereka alami, sementara kehidupan orang-orang di luar Tuhan sepertinya enak dan lancar-lancar saja. Kita benar-benar dibuat iri dan cemburu bila memperhatikan mereka. Hal ini juga dialami oleh pemazmur. "...aku cemburu kepada pembual-pembual, kalau aku melihat kemujuran orang-orang fasik." (Mazmur 73:3). Mungkin kita bertanya dalam hati apa upah kita mengikut Kristus seperti yang Petrus sampaikan kepada Yesus. Lalu, sia-siakah kita mengikut Tuhan?

Rasul Paulus memberi nasihat, "...saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia." (1 Korintus 15:58). Yesus menegaskan pula bahwa ada upah yang Dia sediakan bagi orang-orang yang setia mengiring Tuhan, "orang itu sekarang pada masa ini juga akan menerima kembali seratus kali lipat: rumah, saudara laki-laki, saudara perempuan, ibu, anak dan ladang, sekalipun disertai berbagai penganiayaan, dan pada zaman yang akan datang ia akan menerima hidup yang kekal." (ayat 30). Bila kita menyadari ada upah yang disediakan Tuhan bagi setiap orang yang percaya, maka tidak seharusnya kita menjadi lemah, kecut dan tawar hati. Justru kita harus makin sungguh-sungguh dan giat melayani pekerjaan Tuhan.

Musa rela meninggalkan istana Firaun dan segala kemegahannya demi memenuhi panggilan Tuhan, meski harus menderita sengsara bersama umat Israel di padang gurun. Bagi Musa, beroleh kepercayaan untuk memimpin umat Israel dan melayani Tuhan itu "...sebagai kekayaan yang lebih besar dari pada semua harta Mesir, sebab pandangannya ia arahkan kepada upah." (Ibrani 11:26).

Selagi waktu dan kesempatan masih ada, jangan pernah sia-siakan. Mari kita maksimalkan setiap potensi atau talenta yang sudah diberikan Tuhan bagi kita. Kiranya Tuhan memberikan kita untuk tidak menyiakannya. Amin
Share:

Jiwa yang Hidup

"Biarlah jiwaku hidup, supaya memuji-muji Engkau, dan biarlah hukum-hukum-Mu menolong aku." (Mazmur 119:175)

Selama manusia masih hidup, maka ia mesti punya jiwa sebab jiwalah yang menjadi sumber dan kekuatan hidupnya; tanpa jiwa matilah kehidupan, bahkan bisa terjadi tanpa jiwa matilah raga.
Jiwa yang hidup ditandai dengan hidup yang selalu memuji-muji Tuhan. Dengan demikian, hidup yang selalu mengeluh menjadi pertanda bahwa jiwa orang yang demikian telah mati.
Hidup memang selalu penuh dengan tantangan dan membutuhkan perjuangan, tetapi jiwa yang hidup tahu bahwa hukum-hukum Tuhan adalah penolong kehidupan. Hukum-hukum Tuhan adalah firman Tuhan yang menjadi pedoman untuk menjalani kehidupan ini.
Jiwa yang hidup adalah kehidupan yang selalu bergembira (memuji-muji Tuhan). Jiwa yang hidup adalah hidup yang selalu berpedoman pada hukum-hukum Tuhan.
Jiwa yang hidup adalah kehidupan yang hidup bersemangat dalam tantangan apapun yang dialami sebab memiliki pertolongan bagi hidupnya setiap waktu, yaitu hukum-hukum Tuhan.
"Saudaraku yang kekasih, aku berdoa, semoga engkau baik-baik dan sehat-sehat saja dalam segala sesuatu, sama seperti jiwamu baik-baik saja." (3 Yohanes 1:2)
 Bagaimana dengan jiwamu? Amin
Share:

Jangan Khawatir

Ketika terjadi kecelakaan pesawat, tidak sedikit orang yang membatalkan rencana penerbangannya karena khawatir mengalami hal serupa. Ini hanya sebuah contoh, di tengah keadaan yang serba tidak pasti, kekhawatiran gampang menyusup ke dalam hidup kita.

Namun, Yesus berkata, "Janganlah khawatir akan hidupmu." (Matius 6:25). Pernyataan-Nya ini mengajak kita untuk melihat kehidupan secara menyeluruh. Melalui ilustrasi burung di langit dan bunga bakung di ladang (Matius 6:26-29), Dia menyatakan kesempurnaan Allah sebagai pencipta dan pemelihara kita. Jika Allah memelihara alam semesta dengan kelimpahan perhatian dan kasih-Nya sebagai seorang Bapa, tidakkah Dia akan terlebih lagi memelihara umat yang telah ditebus-Nya dengan kematian Anak-Nya?

Pertanyaan tantangan Yesus, "Siapakah di antara kamu yang karena kekhawatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya?" (Matius 6:27), mengandung arti tentang pemeliharaan Bapa yang pasti dan rutin atas hidup kita. Hal itu juga mengarah pada pemahaman akan hakikat hidup seorang Kristen. Bahwa Allah telah meletakkan batasan dalam hidup kita, telah mempersiapkan pekerjaan baik untuk kita lakukan, dan telah berjanji bahwa dalam pemeliharaan-Nya, kita tidak akan berkekurangan.

Setelah mengetahui hal-hal tersebut, barulah kita dapat memahami betapa tidak bergunanya kekhawatiran itu. Juga, betapa pentingnya penyerahan diri kepada-Nya. Nah, sudahkah kita mengenal dan mempercayakan hidup kita kepada-Nya? Amin

Share:

Dosa Memikat Hati

Baca: Yakobus 1:12-18
"Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya. Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut." (Yakobus 1:14-15)

Pernah terdengar dari syair lagu dosa memikat hatiku.. Memikat hatiku memikat hatiku. Karena dosa itu timbul dari hati yang paling dalam untuk itu bagaimana hati kita ini kita isi. Apakah diisi dengan kebanaran apakah kejahatam
Tidak ada orang yang mendadak jatuh ke dalam dosa tanpa melalui proses atau tahapan. Dosa masuk ke dalam hidup seseorang melalui proses yang seringkali tidak disadari. Alih-alih mengakui dengan jujur bahwa ia telah melakukan dosa, orang berkilah, mencari alasan, menyalahkan situasi atau keadaan, menyalahkan orang lain, dan bahkan berani menyalahkan Tuhan. Ketika memakan buah terlarang, Adam dan Hawa berdalih dan saling melempar tanggung jawab ketika ditanya Tuhan. "Manusia itu menjawab: 'Perempuan yang Kautempatkan di sisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan.' Kemudian berfirmanlah TUHAN Allah kepada perempuan itu: 'Apakah yang telah kauperbuat ini?' Jawab perempuan itu: 'Ular itu yang memperdayakan aku, maka kumakan.'" (Kejadian 3:12-13).

Penyebab dari dosa adalah keinginan-keinginan manusia sendiri, sedangkan Iblis adalah si pemicu yaitu menggoda manusia. Iblis selalu mencari celah kelemahan seseorang dengan menggunakan situasi, orang lain, uang atau materi untuk menggoda. Pada saat godaan datang, keputusan dan pilihan ada pada kita sendiri, apakah kita akan menerima hal-hal yang ditawarkan oleh Iblis tersebut, atau kita bersikap tegas untuk menolaknya. Kalau kita menerima dan terus mengimajinasi apa yang ditawarkan Iblis, maka keinginan-keinginan kita akan menjadi semakin kuat. Akhirnya kita terpikat dan terseret untuk mewujudkan keinginan-keinginan tersebut dan menghasilkan buah dosa.

Yakobus mengatakan bahwa dosa yang dilakukan secara berulang-ulang (matang) akan mengakibatkan maut atau kematian. Sukacita menjadi mati, harapan menjadi mati, pintu berkat menjadi tertutup, dan sebagainya. Jalan keluarnya? Kita harus mengatasi godaan sejak awal, ketika imajinasi yang salah itu muncul. "Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala, semuanya itu mendatangkan murka Allah (atas orang-orang durhaka)." (Kolose 3:5-6).
Berjaga-jaga dalam doa adalah langkah awal agar terhindar dari pencobaan!
Amin
Share:

Karya Terbaik dengan Cara Baik

1 Raja-raja 5:1-18 

Persiapan pembangunan Bait Suci menarik disimak. Salomo meminta kepada Hiram, raja Tirus, untuk mengirimkan pohon-pohon aras dari gunung Libanon (6). Pada masa itu kayu aras terkenal sangat keras, tidak mudah lapuk, dan tahan rayap. Serat kayunya begitu padat sehingga bagus untuk ukir-ukiran dan baunya sungguh khas.

Harganya pun tidak main-main. Salomo membayar dengan 322.500 kg gandum dan 4.400 ltr minyak zaitun asli per tahunnya (11). Jika harga gandum terbaik Rp 45 ribu per kg dan harga minyak zaitun terbaik Rp 300 ribu sekarang ini, maka setiap tahunnya Salomo mesti mengeluarkan sekitar Rp 16 miliar! Jika pembangunan Bait Suci itu memakan waktu 7 tahun, maka harganya menjadi sekitar Rp 112 miliar.

Harga yang lumrah mengingat kayu-kayu itu harus ditebang di pegunungan, dibawa ke Tirus, dan melalui Laut Tengah kayu-kayu itu dialirkan dalam bentuk rakit ke pelabuhan terdekat dengan Yerusalem (kemungkinan besar Yope), lalu dibawa kembali masuk ke pedalaman, dan ke dataran tinggi di Yerusalem (9). Kita mungkin bertanya, mengapa Salomo mengimpor dan tidak menggunakan bahan bangunan lokal? Sepertinya Salomo ingin memberi yang terbaik bagi Allah. Untuk fondasinya, Salomo menggunakan batu-batuan pilihan dalam negeri sendiri (17). Itu berarti Salomo tak hanya berorientasi impor.

Karya terbaik mesti dilakukan dengan cara baik. Itulah yang dilakukan Salomo. Dia tidak meminta kayu dari Tirus, tetapi sungguh-sungguh mau membayarnya dengan harga wajar dan tidak berutang.

Kita dapat belajar dari Raja Salomo. Saat mempunyai hajat membangun gedung gereja atau gedung pelayanan lainnya, adalah baik jika semua itu dibangun dengan semangat memberi yang terbaik. Namun, harus juga dengan cara terbaik. Jangan sampai belum apa-apa panitia sudah meminta diskon dari penyuplai dengan alasan untuk pekerjaan rohani. Kita perlu meminta harga yang wajar. Tentu kita senang jika mereka turut berdonasi, namun jangan dipaksakan! Sehingga "gedung rohani" itu sungguh rohani dalam pengerjaannya. Amin
Share:

Berbagi Hikmat

1 Raja-raja 4:1-34 

Pada masa pemerintahan Raja Salomo, Israel mengalami zaman keemasan. Raja membuat pemerintahan yang lebih efisien. Maka, penulis Kitab 1 Raja-raja mencatat: "Orang Yahudi dan orang Israel jumlahnya seperti pasir di tepi laut. Mereka makan dan minum serta bersukaria" (20). Negara dalam keadaan aman dan makmur. Penulis menyatakan untuk persedian makanan di istana, dibutuhkan 5.000 liter tepung halus dan 10.000 liter tepung kasar, belum lagi dengan kebutuhan daging per harinya.

Tak sekadar makmur. Penulis menyatakan bahwa kerajaan-kerajaan di sekitar Israel menyampaikan upeti sebagai tanda ketaklukan kepada Salomo (21). Itu berarti Israel pada masa Salomo dihormati, juga ditakuti banyak bangsa. Sungguh masuk akal jika melihat bahwa Salomo memiliki 40.000 kandang kuda untuk kereta-kereta perangnya. Jika satu kereta ditarik empat ekor kuda, maka Israel mempunyai 10.000 kereta kuda. Bandingkanlah itu dengan Indonesia yang memiliki 315 buah tank pada 2019.

Namun, di atas semuanya itu, penulis mencatat bahwa Allah memberikan hikmat dan pengetahuan yang luar biasa kepada Salomo (29). Hikmat itu yang membedakannya dari raja-raja yang ada pada masa itu, sehingga banyak orang datang untuk menimba ilmu darinya.

Apa yang dapat kita pelajari dari nas Alkitab hari ini? Pertama, betapapun tinggi prestasi manusia, semua itu hanyalah anugerah Allah. Persoalannya memang ada yang mengakui, namun ada pula yang tidak. Pengakuan itu menjadi logis karena manusia tidak begitu saja muncul di muka bumi ini. Allah menciptakan dan memperlengkapi manusia dengan akal budi, sehingga kita pun dipanggil untuk memuliakan Allah. Itu merupakan hal yang logis.

Kedua, kita dipanggil pula untuk tidak menikmati kepandaian itu sendirian, namun mau membagikannya kepada orang lain. Uniknya, saat berbagi ilmu kita tidak akan pernah kehabisan ilmu itu sendiri. Berbagi membuat kita makin mumpuni. Oleh karena itu, marilah kita berbagi ilmu agar dunia semakin dipenuhi dengan banyak orang yang berhikmat. Amin
Share:

Kasih Harus Diekspresikan

Baca: 1 Yohanes 3:11-18
"Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran." (1 Yohanes 3:18)
Hari hati ini masih hangatnya hari kasih sayang yang disebut dengan valentine day. Apakah kasih hanya sekedar teori tentu tidak kasih harus di exspresikan di tengah kehidupan nyata. 
Alkitab menyatakan bahwa di masa-masa akhir ini "...kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin." (Matius 24:12). Orang tidak lagi punya kepedulian terhadap sesamanya karena fokus hidupnya adalah untuk diri sendiri. Kata "kasih" acapkali hanya sekedar slogan yang tak berhenti digembar-gemborkan tapi tak ada wujud nyata. Ada kalimat bijak yang mengatakan bahwa kasih yang dipendam itu tak lebih dari sebuah kebohongan. Jadi kasih itu harus diekspresikan dalam sebuah tindakan nyata.

Dalam kehidupan kristiani mengasihi itu bukanlah perbuatan pilihan atau perbuatan manasuka yang ditawarkan oleh Tuhan, tetapi perbuatan wajib yang harus menjadi bagian hidup kita. Pada dasarnya perbuatan kasih meliputi tiga kepedulian yaitu peduli pada penderitaan orang lain, peduli pada kebutuhan orang lain dan peduli pada keselamatan orang lain.
Bagaimana seharusnya kita mengekspresikan kasih itu? Pertama, jangan membalas kejahatan dengan yang jahat. "Janganlah kamu heran, saudara-saudara, apabila dunia membenci kamu. Kita tahu, bahwa kita sudah berpindah dari dalam maut ke dalam hidup, yaitu karena kita mengasihi saudara kita. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tetap di dalam maut." (ayat 13-14). Kalau orang dunia berprinsip bahwa pembalasan lebih kejam dari perbuatan, firman Tuhan mengajarkan: "...supaya jangan ada orang yang membalas jahat dengan jahat, tetapi usahakanlah senantiasa yang baik, terhadap kamu masing-masing dan terhadap semua orang." (1 Tesalonika 5:15). Kehendak Tuhan adalah kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan (baca Roma 12:21).

Yang kedua adalah suka menolong orang lain. "Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya?" (ayat 17). Banyak orang suka menunda-nunda menolong orang lain, dengan alasan untuk kebutuhan sendiri saja belum cukup. "Janganlah menahan kebaikan dari pada orang-orang yang berhak menerimanya, padahal engkau mampu melakukannya." (Amsal 3:27).

Orang percaya yang tidak memraktekkan kasih sama seperti gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing (baca 1 Korintus 13:1).
Share:

Berjalan Demi Nama Tuhan

"Biarpun segala bangsa berjalan masing-masing demi nama allahnya, tetapi kita akan berjalan demi nama TUHAN Allah kita untuk selamanya dan seterusnya." (Mikha 4:5)
Perjalanan yang berarti hanyalah perjalanan yang dilakukan dengan dasar berpijak yang jelas serta benar serta memiliki tujuan yang jelas.
Perjalanan yang hanya ikut arus tanpa tahu ke mana arus itu mengalir adalah perjalanan yang tidak bermakna.
Perjalanan dengan pijakan yang benar dan tujuan yang jelas adalah berjalan demi nama Tuhan. Dasar berpijaknya adalah demi nama Tuhan dan tujuannya adalah demi nama Tuhan.
Perjalanan bangsa lain demi nama allahnya masing-masing atau sesuatu yang lain selain nama Tuhan adalah perjalanan yang sia-sia, meski kelihatan berhasil dalam ukuran dunia. Perjalanan seperti ini mempunyai kemungkinan untuk berhasil secara fisik - material - status. Karenanya perjalanan seperti ini diperbandingkan dengan perjalanan yang dilakukan demi nama Tuhan.
Perjalanan demi nama Tuhan adalah perjalanan yang bukan berarti tanpa tantangan dan hambatan dan karena itu diharapkan supaya tetap (selamanya dan seterusnya) dilakukan walau halangan merintangi. Perjalanan demi nama Tuhan yang hanya dilakukan separuh jalan, terhenti karena alasan apapun adalah perjalanan yang sia-sia.
"Lihat, itu Tuhan ALLAH, Ia datang dengan kekuatan dan dengan tangan-Nya Ia berkuasa. Lihat, mereka yang menjadi upah jerih payah-Nya ada bersama-sama Dia, dan mereka yang diperoleh-Nya berjalan di hadapan-Nya." (Yesaya 40:10)
Selama ini perjalanan hidup kita ini sudah di dalam Tuhan atau belum. Mari sinkron kan dan teliti kembali perjalanan hidup kita. Tuhan memberkati. Amin
Share:

Bisakah Kita Menguasai Diri?

Baca: Amsal 25:1-28
"Orang yang tak dapat mengendalikan diri adalah seperti kota yang roboh temboknya." (Amsal 25:28)

Dahulu kala kota-kota selalu dikelilingi oleh tembok yang tinggi. Tembok tersebut berfungsi sebagai benteng perlindungan yang kuat terhadap serangan musuh. Apabila tembok tersebut runtuh, musuh dapat dengan mudahnya memasuki kota itu dan mendudukinya. Begitu juga orang yang kehilangan penguasaan diri akan menjadi sasaran empuk Iblis. Kehidupannya akan mudah tergoncang dan tidak pernah merasa aman, karena ia telah ditawan dan diperdaya oleh Iblis, sebab "...si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya." (1 Petrus 5:8b).

Penguasaan diri dalam segala hal sangat penting bagi anak-anak Tuhan. Orang yang memiliki penguasaan diri mampu mengendalikan diri, menjauhkan diri dari segala jenis kejahatan dan dapat mendisiplinkan diri sendiri. Banyak contoh dalam Alkitab tentang orang-orang yang memiliki penguasaan diri. Daud dapat menguasai diri sehingga enggan membunuh Saul meskipun ia memiliki kesempatan balas dengan terhadap kejahatan yang dilakukan Saul terhadapnya. Saat melihat Saul berada di dalam gua, "...berdebar-debarlah hati Daud, karena ia telah memotong punca Saul; lalu berkatalah ia kepada orang-orangnya: 'Dijauhkan Tuhanlah kiranya dari padaku untuk melakukan hal yang demikian kepada tuanku, kepada orang yang diurapi TUHAN, yakni menjamah dia, sebab dialah orang yang diurapi TUHAN.'" (1 Samuel 24:6-7).

Yusuf, pemuda yang takut akan Tuhan, digoda dan dibujuk oleh istri Potifar, "'Marilah tidur dengan aku.' Tetapi Yusuf meninggalkan bajunya di tangan perempuan itu dan lari ke luar." (Kejadian 39:12). Yusuf dapat menguasai dirinya dari perangkap istri tuannya itu dan menjaga kekudusan dengan tidak mencemarkan diri. Itulah sebabnya kehidupan Yusuf semakin berkenan di hadapan Tuhan.

Penguasaan diri tidak datang dengan sendirinya namun melalui suatu proses yaitu tunduk pada pimpinan Roh Kudus; tanpa-Nya mustahil kita dapat menguasai diri terhadap musuh.

Tinggal dalam firman-Nya dan mengijinkan Roh Kudus bekerja adalah kunci untuk memiliki penguasaan diri!
Amin
Share:

Ketaatan Akan Menyelamatkan

1 Raja-raja 1:28-53 

Menjadi tua bisa saja membuat kita kurang bijaksana, tetapi ketaatan kepada Allah menyelamatkan kita. Pada masa tuanya, Daud membuat keputusan penting, yaitu memilih Salomo menggantikan dirinya sebagai raja atas Israel.

Daud menyampaikan kepada Batsyeba bahwa takhta kerajaan Israel diwariskan kepada Salomo sesuai dengan janjinya di hadapan Tuhan (28-31). Daud pun kemudian memberi perintah penting kepada Imam Zadok, Nabi Natan, dan Benaya bin Yoyada untuk melakukan prosesi pengurapan Raja Salomo atas Israel di Gihon (32-37).

Lalu, Nabi Natan, Imam Zadok, dan Benaya bin Yoyada melakukan perintah Raja Daud dengan diikuti oleh orang Kreti dan orang Pleti, serta seluruh rakyat pun kemudian mengikuti mereka sambil bersukaria dan meniup suling (38-40). Setelah Adonia mendengar tentang pengangkatan Salomo, dia menjadi takut kepada Salomo dan ditinggalkan oleh para pengikutnya. Dia mencari perlindungan dengan memegang tanduk-tanduk mazbah, dan dia diizinkan hidup oleh Raja Salomo (49-53).

Dari kisah pengurapan Raja Salomo atas Israel tersebut, kita belajar bagaimana kerap kali kita kurang mampu memberikan perhatian terhadap anak-anak yang kita sayangi. Namun demikian, Tuhan tetap menunjukkan kesetiaan-Nya dengan memberi teguran kepada kita. Tidak ada kata terlambat dalam menaati firman Tuhan. Raja Daud pada masa tuanya ditegur oleh Allah melalui Nabi Natan mengenai perilaku anaknya dan menaati teguran itu. Pada akhirnya, ketaatan Daud membuatnya bisa menyelamatkan kerajaannya. Dia masih bisa melihat pewaris takhtanya sebelum dia meninggal.

Apakah kita sedang merasa terancam atau sedang merasa gagal? Tuhan tidak akan membiarkan kita terlantar. Oleh karena itu, kita harus terus peka terhadap pimpinan-Nya. Jika kita mendengarkan teguran dari-Nya, kita harus segera taat. Tidak ada kata terlambat untuk taat kepada-Nya. Ketaatan kita kepada Tuhan menolong kita memperbaiki kesalahan dan membuka kesempatan bagi kita untuk menjadi lebih baik. Amin
Share:

Bila Tuhan Menuntun

"TUHAN akan menuntun engkau senantiasa dan akan memuaskan hatimu di tanah yang kering, dan akan membaharui kekuatanmu; engkau akan seperti taman yang diairi dengan baik dan seperti mata air yang tidak pernah mengecewakan." (Yesaya 58:11)

Selalu pada jalan hyang tepat, itulah yang pertama kita tahu tentang mereka yang senantiasa dituntun Tuhan.

Hidup adalah perjalanan dalam siklus waktu siang dan malam yang terus menerus terjalin oleh suka dan duka yang silih berganti. Hidup manusia adalah susah-senang, sehat-sakit. Siklus waktu dan keadaan hidup ini hanya berhenti ketika kematian tiba.

Orang yang dituntun Tuhan tidak bermasalah dengan siklus yang silih berganti itu sebab dalam keadaan serba penuh halangan pun, yang digambarkan dengan berada di tanah yang kering, hatinya selalu dipuaskan. Hati yang dipuaskan (bukan puas makan dan minum) adalah hati yang selalu bisa melihat penyertaan Tuhan dalam segala keadaan dan itulah yang menjadi kekuatan baginya menghadapi dan menjalani kehidupan dalam segala situasi.

Taman yang diairi dengan baik adalah gambaran bahwa bila hidup dituntun Tuhan, maka ia akan menjadi orang yang terus bertumbuh, berkembang, berhasil, dan sejahtera. Taman (tempat yang indah) yang diairi dengan baik adalah tempat di mana ada kehidupan yang baik dan membahagiakan.

Bila hidup dituntun Tuhan, orang akan ada dalam kehidupan yang tidak hanya hidup untuk dirinya sendiri melainkan ia akan menjadi orang yang hidup untuk menghidupkan orang lain juga, laksana mata air yang tidak pernah mengecewakan.

"Sebab Anak Domba yang di tengah-tengah takhta itu, akan menggembalakan mereka dan akan menuntun mereka ke mata air kehidupan. Dan Allah akan menghapus segala air mata dari mata mereka." (Wahyu 7:17)
Share:

Prioritaskan Tuhan!

Baca: Keluaran 36:1-7
"Tetapi orang Israel itu masih terus membawa pemberian sukarela kepada Musa tiap-tiap pagi." (Keluaran 36:3b)

Alkitab menyatakan bahwa ketika memberikan persembahan untuk mendukung pembangunan Bait Suci orang-orang Israel membawa persembahannya tiap-tiap pagi. Kata "tiap-tiap pagi" menunjukkan bahwa mereka memprioritaskan Tuhan terlebih dahulu sebelum mereka melakukan aktivitas-aktivitas lain. Dengan kata lain mereka tidak memberikan dari sisa-sisa berkat yang telah diterimanya dan kemudian membawanya kepada Musa pada malam hari untuk dipersembahkan, tetapi mereka memberikannya tiap-tiap pagi. Mereka mengutamakan kepentingan rohani terlebih dahulu.

Persembahan kita akan berkenan kepada Tuhan dan menyenangkan hati-Nya apabila kita menempatkan Tuhan sebagai prioritas kita. Oleh karena itu "Muliakanlah TUHAN dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu, maka lumbung-lumbungmu akan diisi penuh sampai melimpah-limpah, dan bejana pemerahanmu akan meluap dengan air buah anggurnya." (Amsal 3:9-10). Bila semua orang percaya menempatkan Tuhan sebagai prioritas utama dalam hidupnya, baik itu dalam hal waktu, tenaga, pikiran, materi atau segala yang dimilikinya, maka pekerjaan Tuhan akan semakin dahsyat, Injil akan mampu menjangkau jiwa-jiwa di belahan bumi mana pun dan hamba-hamba Tuhan dapat menjalankan tugasnya sebagai penjala jiwa secara maksimal, sehingga banyak jiwa dimenangkan dan diselamatkan, dan nama Tuhan semakin ditinggikan dan dipermuliakan.

Setiap orang yang memprioritaskan Tuhan di segala aspek kehidupannya juga akan memperoleh berkat yang berkelimpahan, bahkan mampu menjadi saluran berkat bagi orang lain. "Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu." (Lukas 6:38). Persembahan yang sesuai firman Tuhan akan menciptakan berkat bukan hanya untuk kita secara pribadi, tapi juga berdampak terhadap perkembangan gereja dan pelayanan.

"Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu." (Matius 6:33)
Share:

Kembalikan Fokus Kita!

Matius 14:13-36 

Banyak orang rela menempuh perjalanan darat demi bertemu dengan Tuhan Yesus. Alkitab mencatat bahwa mereka tiba lebih awal daripada Yesus dan murid-murid-Nya. Mereka berjalan dengan membawa berbagai harapan terhadap Yesus. Demikian pula yang terjadi di Genesaret.

Yesus tergerak hati-Nya oleh perjuangan dan harapan orang banyak, sehingga Dia kemudian menyembuhkan mereka yang sakit. Kekhawatiran pun muncul di tengah para murid. Hari yang mulai gelap dan tempat yang terpencil membuat para murid berpikir untuk menyuruh orang banyak itu pergi ke desa-desa terdekat. Bukannya menyuruh orang banyak itu pergi, Yesus justru menyuruh murid-murid-Nya untuk memberi mereka makan.

Yesus bukannya tidak mengetahui apa yang menjadi kekhawatiran para murid. Sesungguhnya, Yesus sedang mengembalikan fokus mereka kepada hal yang paling utama. Yesus menyadarkan para murid, dari yang semula khawatir menjadi lebih berfokus kepada kehendak Allah. Dengan demikian, mereka bisa lebih mengenal Yesus--Sang Anak Allah--dengan benar.

Ajaran Yesus kepada para murid juga berlaku untuk kita. Apa yang kita lakukan saat sedang khawatir? Apakah kita mencari kehendak Allah atau kita mengandalkan diri sendiri?

Kenyataannya, kita sering kali lebih mengandalkan dan memercayai apa yang dilihat oleh mata kita yang terbatas. Setelah indera penglihatan kita terpuaskan, baru kemudian kita datang kepada Tuhan. Jadi, sebenarnya kita datang bukan untuk mencari kehendak-Nya tetapi justru menyuruh Allah untuk melakukan sesuatu bagi kita. Dari hal yang tidak tepat inilah kita perlu bertobat.

Firman Tuhan kali ini mengingatkan kita bahwa kehendak Allah harus menjadi hal yang utama. Pada saat kekhawatiran mulai datang mengganggu kita, marilah kita kembali berfokus kepada kehendak Allah. Kita tidak lagi menyerah pada tuntutan-tuntutan yang memuaskan indera kita. Percayalah bahwa di balik setiap peristiwa ada kehendak Allah yang ingin dinyatakan di dalam perjalanan hidup kita. Amin
Share:

Berdoalah setiap waktu

Efesus 6:18
Betapa banyaknya doa yang telah kita panjatkan sejak pertama kita belajar berdoa. Doa pertama kita adalah untuk diri sendiri; kita memohon Allah untuk mengampuni kita, dan menghapuskan dosa kita. Dia mendengar kita. Tetapi ketika Dia sudah menghapuskan dosa kita layaknya awan, kita masih punya banyak doa lain untuk diri sendiri. Kita pernah berdoa demi anugerah yang menguduskan, demi anugerah yang membatasi dan menahan diri; kita pernah dipimpin untuk merindukan jaminan keselamatan lagi dan lagi, demi mendapatkan cara yang nyaman dalam melaksanakan janji itu, demi jalan keluar pada saat dicobai, demi bantuan saat menjalankan tugas, dan demi pertolongan saat ujian datang. Kita telah dipanggil untuk datang kepada Allah demi jiwa kita, sebagai pengemis yang selalu meminta segalanya. Bersaksilah, hai anak Allah, bahwa engkau tidak pernah sanggup mendapatkan apapun untuk jiwamu di tempat lain. Semua roti yang telah jiwamu makan datangnya dari surga, dan setiap air yang telah jiwamu minum mengalirnya dari Sang Batu Hidup—Tuhan Yesus Kristus. Jiwamu tidak pernah bertumbuh subur dengan sendirinya; selamanya ia bergantung kepada berkat harian dari Allah; dan maka itu doamu telah naik ke surga demi segala macam belas kasihan rohani, segalanya namun tak terbatas. Kebutuhanmu tidak terhitung, karenanya persediaan tersedia begitu banyak tak terbatas, dan seperti halnya doamu sangat beraneka ragam, belas kasihan-Nya pun tidak terhitung. Maka tentunya engkau mempunyai cukup alasan untuk berkata, “Aku mencintai Allah, karena Dia telah mendengar doaku.” Karena sebanyak doa-doamu, sedemikianlah Allah memiliki jawaban kepada setiap doamu. Ia telah mendengarkan engkau dalam hari-hari yang bermasalah, telah menguatkan engkau, dan menolong engkau, bahkan ketika engkau tidak hormat kepada Dia dengan bersikap gemetar dan ragu di hadapan tutup tabut perjanjian. Ingatlah akan hal ini, dan biarlah hatimu dipenuhi dengan rasa syukur kepada Allah, yang telah demikian penuh rahmat mendengarkan doa-doamu yang lemah. “Pujilah TUHAN, hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala kebaikan-Nya!” [Mazmur 103:2]
Share:

Sandaran Hati

Baca: Mazmur 84

"Berbahagialah manusia yang kekuatannya di dalam Engkau," (Mazmur 84:6)

Manusia hidup tak pernah luput dari masalah. Tetapi pemazmur menyatakan berbahagia manusia yang saat dalam masalah menyandarkan kekuatannya hanya kepada Tuhan. Jadi bukan seberapa besar masalah yang kita alami, namun bagaimana tanggapan dan reaksi kita di kala sedang dalam masalah itu. Dalam keadaan terjepit apakah kita mengandalkan kepandaian dan kekuatan sendiri? Ataukah kita mencari sesama lalu bersandar kepadanya?

Adalah bijak bila dalam kesesakan kita bertindak seperti pemazmur berdoa: "Perlihatkanlah kepada kami kasih setia-Mu, ya TUHAN, dan berikanlah kepada kami keselamatan dari pada-Mu!" (Mazmur 85:8). Pada saat-saat yang gawat, kritis, detik-detik saat kita akan tenggelam dan binasa dalam bencana kesulitan apa pun kita harus berseru dan lari kepada Tuhan, mohon keselamatan dari-Nya. Jangan sekali-kali menaruh pengharapan pada manusia karena pertolongan mereka sangat terbatas. Kita akan kecewa karena mereka tak dapat menolong kita. Bahkan sebaliknya ada kemungkinan mereka akan mencela dan mencemooh kita dengan ejekan atau macam-macam perkataan negatif.

Kita harus belajar seperti Daud. Dalam keadaan apa pun ia senantiasa mempersembahkan korban syukur dan bersekutu dengan Tuhan. Daud berkata, "Betapa disenangi tempat kediaman-Mu, ya TUHAN semesta alam! Jiwaku hancur karena merindukan pelataran-pelataran TUHAN; hatiku dan dagingku bersorak-sorai kepada Allah yang hidup." (ayat 2-3). Itulah kunci kemenangan hidup Daud!

Mengapa banyak orang Kristen hidup sebagai pecundang? Karena mereka tidak karib dengan Tuhan. Mereka mendekat kepada-Nya saat perlu saja. Akibatnya saat dalam pergumulan berat langsung stres, mengomel dan mengasihani diri sendiri. Berbeda dengan orang yang senantiasa karib dengan Tuhan, "...yang terus-menerus memuji-muji Engkau. Mereka berjalan makin lama makin kuat," (ayat 5b,8a).

Seberapa besar kerinduan kita mencari Tuhan dan seberapa besar bersandar pada-Nya menentukan besarnya kekuatan kita! Amin
Share:

Ibadah di Hadapan Allah

"Ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka, dan menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia." (Yakobus 1:27)

Ibadah adalah perbuatan bakti (kebaktian) kepada Allah karena Allah telah mengasihi kehidupan ini. Ibadah bukanlah terutama berarti "ada harapan" untuk dipenuhi tetapi "ada syukur" untuk disampaikan.

Ibadah yang dilakukan adalah sebuah panggilan untuk dilaksanakan secara tulus dan murni bagi Tuhan (di hadapan Allah) dan bukan sekedar kebiasaan atau karena kebutuhan tanpa penghayatan untuk rasa hormat dan syukur kepada Allah.

Ibadah terdiri atas dua, yaitu ibadah secara ritual seremonial, yang dilaksanakan dalam bentuk upacara dengan tata cara tertentu, dan ibadah dalam bentuk tindakan nyata dalam kehidupan setiap saat.
Ibadah dalam bentuk tindakan nyata juga hendaknya diwarnai oleh kesadaran sebagai ibadah di hadapan Allah yang praktiknya adalah kepada sesama manusia yang dicontohkan dengan membantu janda dalam kesusahannya dalam ayat ini.
Hal terakhir untuk dilakukan agar ibadah tetap menjadi murni dan tak bercacat adalah tindakan nyata yang alamatnya bukan pada menolong sesama melainkan menjaga diri sendiri tidak dicemarkan oleh dunia.

Ibadah seremonial tanpa tindakan nyata bukanlah ibadah yang murni dan tak bercacat di hadapan Allah demikian juga sebaliknya.

"Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku." (Matius 25:40)
Janganlah berhenti untuk berbakti dengan ibadah kita. Karena apapun yang kita lakukan hanyalah bakti kita kepada Allah. Amin
Share:

Sandaran Hati

Baca: Mazmur 84

"Berbahagialah manusia yang kekuatannya di dalam Engkau," 

(Mazmur 84:6)

Manusia hidup tak pernah luput dari masalah. Tetapi pemazmur menyatakan berbahagia manusia yang saat dalam masalah menyandarkan kekuatannya hanya kepada Tuhan. Jadi bukan seberapa besar masalah yang kita alami, namun bagaimana tanggapan dan reaksi kita di kala sedang dalam masalah itu. Dalam keadaan terjepit apakah kita mengandalkan kepandaian dan kekuatan sendiri? Ataukah kita mencari sesama lalu bersandar kepadanya?


Adalah bijak bila dalam kesesakan kita bertindak seperti pemazmur berdoa: "Perlihatkanlah kepada kami kasih setia-Mu, ya TUHAN, dan berikanlah kepada kami keselamatan dari pada-Mu!" (Mazmur 85:8). Pada saat-saat yang gawat, kritis, detik-detik saat kita akan tenggelam dan binasa dalam bencana kesulitan apa pun kita harus berseru dan lari kepada Tuhan, mohon keselamatan dari-Nya. Jangan sekali-kali menaruh pengharapan pada manusia karena pertolongan mereka sangat terbatas. Kita akan kecewa karena mereka tak dapat menolong kita. Bahkan sebaliknya ada kemungkinan mereka akan mencela dan mencemooh kita dengan ejekan atau macam-macam perkataan negatif.


Kita harus belajar seperti Daud. Dalam keadaan apa pun ia senantiasa mempersembahkan korban syukur dan bersekutu dengan Tuhan. Daud berkata, "Betapa disenangi tempat kediaman-Mu, ya TUHAN semesta alam! Jiwaku hancur karena merindukan pelataran-pelataran TUHAN; hatiku dan dagingku bersorak-sorai kepada Allah yang hidup." (ayat 2-3). Itulah kunci kemenangan hidup Daud!


Mengapa banyak orang Kristen hidup sebagai pecundang? Karena mereka tidak karib dengan Tuhan. Mereka mendekat kepada-Nya saat perlu saja. Akibatnya saat dalam pergumulan berat langsung stres, mengomel dan mengasihani diri sendiri. Berbeda dengan orang yang senantiasa karib dengan Tuhan, "...yang terus-menerus memuji-muji Engkau. Mereka berjalan makin lama makin kuat," (ayat 5b,8a).


Seberapa besar kerinduan kita mencari Tuhan dan seberapa besar bersandar pada-Nya menentukan besarnya kekuatan kita! Amin

Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.