BERJAGA-JAGA
Tidak Melebihi Batas Kemampuan
Terikat Kuasa Kemiskinan: Kemalasan
Amsal 6:9-11
"Hai pemalas, berapa lama lagi engkau berbaring? Bilakah engkau akan bangun dari tidurmu? Tidur sebentar lagi, mengantuk sebentar lagi, melipat tangan sebentar lagi untuk tinggal berbaring maka datanglah kemiskinan kepadamu seperti seorang penyerbu, dan kekurangan seperti orang yang bersenjata."
Banyak orang salah kaprah menganggap bahwa kemiskinan adalah sebuah takdir. Saya berulang kali mendengar perkataan, "sudah takdir saya 'kali ya untuk miskin.." , "yah..mau gimana lagi, namanya juga suratan.." dan lain-lain. Artinya, kemiskinan adalah jatah sebagian orang yang diberikan Tuhan buat mereka. Atau dengan kata lain, apapun yang mereka buat pasti sia-sia, karena toh semua itu takdir dari Yang Maha Kuasa. Bayangkan jika anda berada di pihak Tuhan, kesal tidak mendengar ini? Sementara anda menjanjikan berkat bagi setiap anak, dan janji-janji itu tidak pernah meleset, sebagian anak malah menuduh anda pilih kasih dan memberikan hal buruk dalam hidup mereka. Pembantu saya tadi siang pun bercerita tentang sulitnya hidup dibawah pas-pasan. Mulai dari sulitnya membiayai tujuh orang anak hingga rumah mereka yang bakal digusur sebentar lagi. Lagi-lagi perkataan "sudah nasib" itu saya dengar. Saya sadar hidup di jaman sekarang ini sama sekali tidak mudah. Tapi menyalahkan Tuhan dan menganggap itu sebagai "jatah" dari surga pun tidak beralasan. Saya mengajak teman-teman sekalian untuk melihat masalah keterikatan pada kuasa kemiskinan. Walaupun alkitab sebenarnya banyak membahas mengenai kemiskinan, saya melihat ada sesuatu yang terbuka di depan bahwa
Salah satu penyebab datangnya kemiskinan hadir dalam bentuk kemalasan. Alkitab berkata cukup keras mengenai hal ini dalam banyak ayat. Salah satunya bisa dibaca pada 2 Tesalonika 3:10 "kamu: jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan." Kemalasan bukanlah hanya berbicara mengenai orang yang tidak mau bekerja, tapi juga mengenai orang yang tidak disiplin, malas berusaha atau malas mencari Tuhan. Salomo juga menegur para pemalas untuk belajar dari semut dalam Amsal 6:6. Begitu banyak di antara kita yang terlalu malas untuk bangun meninggalkan kasur yang empuk untuk memulai hari bersama Tuhan atau pergi bekerja. Kemalasan tumbuh secara perlahan dalam diri kita. Ketika kita mulai memberi toleransi terhadap kemalasan, ketika kita mulai berpikir bahwa 5 menit menyambung tidur tidaklah apa-apa,kemalasanpun akan semakin dalam menyerang kita.Tanpa disadari kita tidak lagi mampu melawan kemalasan dan bisa berakibat datangnya kemiskinan dalam hidup kita.
Waktu yang berlalu tidak akan pernah kembali, sebaiknya mulailah menghargai waktu sehingga tidak ada yang terbuang sia-sia. Kita harus melatih diri kita untuk disiplin dan tidak berkompromi pada kemalasan. Jangan sampai banyak berkat Tuhan terlewatkan sia-sia hanya karena kita sulit berpisah dengan kasur yang empuk.
Hidup tidak ditentukan oleh nasib, tapi oleh hasil usaha kita dalam tuntunan Tuhan. Amin.
Bersyukurlah! Hai Orang Yang Takut Akan Tuhan
Berikan dengan Hati
TANGGUNG JAWAB DALAM PERSEKUTUAN
Berduka cita dalam pengharapan
Dalam KesetiaanNya.
Ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri
Taat
SETIA PADA PERINTAH-NYA
Sudah merdeka, tetapi rasa tetap hamba
ADA HIKMAH DI BALIK PENDERITAAN
Ulangan 32:10
"Didapati-Nya dia di suatu negeri, di padang gurun, di tengah-tengah ketandusan dan auman padang belantara. Dikelilingi-Nya dia dan diawasi-Nya, dijaga-Nya sebagai biji mata-Nya." Ulangan 32:10
Alkitab mencatat bahwa Musa adalah seorang pemimpin yang memiliki kelembutan hati, seperti tertulis: "Adapun Musa ialah seorang yang sangat lembut hatinya, lebih dari setiap manusia yang di atas muka bumi." (Bilangan 12:3). Kelembutan hati Musa benar-benar diuji saat ia memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir.
Sepanjang perjalanan selama 40 tahun di padang gurun Musa harus menghadapi penderitaan yang datang silih berganti, termasuk berhadapan dengan umat Israel yang tegar tengkuk, yang tak henti-hentinya protes, mengomel dan bersungut-sungut seperti berikut ini: "Ah, kalau kami mati tadinya di tanah Mesir oleh tangan TUHAN ketika kami duduk menghadapi kuali berisi daging dan makan roti sampai kenyang! Sebab kamu membawa kami keluar ke padang gurun ini untuk membunuh seluruh jemaah ini dengan kelaparan." (Keluaran 16:3). Namun demikian Musa tetap mampu menjaga sikap hatinya untuk tidak mengeluh kepada Tuhan, justru ia bisa bersyukur kepada Tuhan. Bagaimana bisa? Karena Musa mampu melihat sisi positif di balik masalah yang ada.
Musa sadar bahwa penderitaan merupakan cara yang dipakai Tuhan untuk mendidik umat-Nya. "Laksana rajawali menggoyangbangkitkan isi sarangnya, melayang-layang di atas anak-anaknya, mengembangkan sayapnya, menampung seekor, dan mendukungnya di atas kepaknya," (Ulangan 32:11). Di atas bukit yang tinggi induk rajawali membuat sarangnya yang terbuat dari ranting kecil berduri yang dilapisi dengan bulu halus dan sejenis tumbuhan kecil yang lembut untuk melindungi telur dan anak-anaknya. Tapi terkadang induk rajawali harus bertindak tegas dengan menggoyangbangkitkan sarang itu sampai tinggal ranting-ranting duri yang tersisa, sehingga si anak harus beranjak dari sarang agar tidak tertusuk duri sambil mengepak-ngepakkan sayapnya di pinggir sarang itu. Karena letih mereka pun terjatuh dari ketinggian, namun secepat kilat induk rajawali itu menopang dengan kepak sayapnya.
Penderitaan yang diijinkan Tuhan pasti mendatangkan kebaikan! Tak perlu takut karena tangan-Nya yang kuat siap menopang! Amin
Pengingat Perintah Kristus "Saudara Tuhan”
Rencana Allah Tergenapi: Yesus Naik ke Sorga
Prioritaskan Tuhan!
Kesempatan untuk Menghasilkan Buah
Baca: Matius 3:1-12
"Kapak sudah tersedia pada akar pohon dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api." (Matius 3:10)
Rancangan Tuhan bagi kehidupan anak-anak-Nya adalah rancangan yang baik dan bermasa depan cerah (baca Yeremia 29:11). Karena itu Tuhan memberikan segala sesuatu untuk kita, bahkan Ia rela mengorbankan nyawa-Nya supaya kita beroleh penebusan dosa, dibebaskan dari kutuk. "Hal itu terjadi supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya: 'Dialah yang memikul kelemahan kita dan menanggung penyakit kita.'" (Matius 8:17). Bukan hanya itu Tuhan juga memberikan Roh Kudus-Nya sebagai Penolong bagi kita. Semua Tuhan lakukan dengan tujuan supaya kita memiliki kesempatan untuk berbuah. Ini adalah target Tuhan dalam hidup setiap orang percaya! "Sebab setiap pohon dikenal pada buahnya." (Lukas 6:44a).
Buah pertama yang harus dihasilkan orang percaya adalah buah pertobatan. "Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan." (ayat 8). Buah pertobatan dalam diri seseorang akan terlihat jelas melalui perubahan hidup yang semakin baik yaitu meninggalkan kehidupan lama dan menjalani hidup sebagai manusia baru (baca 2 Korintus 5:17). Manusia baru adalah proyek besar Bapa sendiri yang dikerjakan-Nya secara sempurna melalui Kristus. "...yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan, supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu, dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya." (Efesus 4:22-24).
Selanjutnya buah yang harus dihasilkan adalah buah Roh. Orang yang sudah mengalami pertobatan sejati pasti ada buah Roh di dalam kehidupannya yaitu "...kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu." (Galatia 5:22-23). Ketika buah pertobatan dan buah Roh berjalan secara seimbang, saat itulah kehidupan seseorang melangkah ke taraf yang lebih lagi yaitu hidup yang menjadi berkat atau kesaksian bagi orang lain. Inilah yang disebut buah jiwa. Melalui kesaksian hidup secara nyata kita dapat membawa orang lain datang kepada Kristus.
Kunci agar kehidupan kita berbuah adalah tinggal di dalam Tuhan dan firman-Nya!