Halllo gimana kabar Bpk ibu jenaat di hari ini masih ada semangat dan sukacita bersama selamat bekerja dan beraktifitas sambil nikmati firmannya hari ini
Yohanes 13:1-20
Sebuah peribahasa “Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan
belang, manusia mati meninggalkan nama” adalah sebuah peribahasa yang kita ketahui.
Peribahasa ini mengajarkan kepada kita bahwa setiap kali hal baik atau perbuatan baik
yang kita lakukan akan diingat oleh orang yang pernah berinteraksi dengan kita. Bukan
hanya hal baik, tetapi juga hal buruk yang kita pernah perbuat. Sebagai seorang guru, Yesus
telah meninggalkan sebuah teladan yang baik ketika Ia membasuh kaki para murid-Nya.
Pembasuhan kaki pada waktu itu adalah sebuah kegiatan yang umum dilakukan oleh
setiap orang Israel pada waktu itu. Hal ini dilakukan karena orang-orang Israel, seperti
semua orang-orang Timur lainnya, tidak menggunakan sepatu tertutup dalam aktivitas
mereka melainkan memakai sandal. Bahkan, mereka terbiasa untuk berjalan di rumah
tanpa menggunakan alas khaki. Oleh karena itu ketika orang Israel diundang untuk
menghadiri sebuah perjamuan atau pesta, maka tugas pertama dari tuan rumah untuk
memberikan air kepada tamu-tamu undangannya untuk mencuci kakinya (Kej. 18:4, 19:2,
24:32; Hak. 19:21). Ketika si tuan rumah tidak menyediakan air cuci untuk mencuci kaki, ini
adalah pertanda tidak bersahabat.
Pembasuhan kaki dari para tamu tidak dilakukan oleh Sang tuan rumah. Ia dapat
meminta budaknya untuk membasuh khaki para tamu yang datang pada perjamuan atau
pesta yang diadakan. Sebuah kegiatan yang “umum” menjadi istimewa karena dilakukan
dalam kondisi yang tidak umum. Yesus yang menjadi guru seharusnya tidak melakukan
pembasuhan itu, mengingat Ia bukanlah seorang budak. Kaki-Nya yang seharusnya dicuci
oleh para murid, tapi Ia yang mencuci kaki para murid-Nya. Kisah pembasuhan kaki yang
dilakukan oleh Yesus tidak hanya dilihat sebagai sebuah kisah yang menunjukkan
kerendahan hati dari Tuhan Yesus semata, namun kisah ini bertujuan untuk mengajak para
pembaca kitab Yohanes melihat Yesus sebagai korban yang akan mati di atas kayu salib
untuk menebus dosa umat manusia.
Hari ini, ketika kita merenungkan akan kisah mengenai pembasuhan kaki yang
dilakukan oleh Tuhan Yesus kepada murid-muridNya, apa yang menjadi refleksi bagi diri
kita. Ketika kita mengikut Tuhan dan melayani-Nya, apa yang telah kita “korbankan” bagi
diri-Nya? Waktu, tenaga, pikiran, uang, apa lagi? Pengorbanan yang kita lakukan bukanlah
sesuatu yang layak untuk dipuji melainkan adalah sebuah keharusan yang kita lakukan
karena kita adalah murid-murid-Nya.
Janganlah kendor tetap prokes pakai masker, cuci tangan, tidak bersalaman jauhi kerumunan dan demi menyelamatkan orang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar