September 2022 ~ Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

Sungguh Dahsyat Kuasa Yesus

Matius 27:45 56

Yesus berseru pula dengan suara nyaring lalu menyerahkan nyawa Nya. Dan lihatlah, tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah dan terjadilah gempa bumi, dan bukit bukit batu terbelah,
 Matius 27:50 51

Ketika Yesus menyerahkan nyawa Nya di kayu salib, hal ini memicu reaksi peristiwa berantai. Awal dan akhir dari rangkaian peristiwa ini penting. Tirai Bait Suci yang memisahkan kekudusan Allah dari dunia, terkoyak. Sementara orang orang yang sudah mati masuk ke kota suci.

Matius menunjukkan bahwa kematian Yesus mengubah hubungan Allah yang kudus dengan dunia yang berdosa. Sebelumnya terdapat jurang pemisah di antara Tuhan dan dunia. Sekarang karena kuasa Yesus, orang berdosa bisa datang kepada Allah karena hutang dosa dosanya telah dilunasi. Kita tidak bersalah lagi karena telah dibenarkan oleh Kristus.

Apa hal hal yang terlalu baik yang Anda terima melalui pengorbanan Kristus? Tanpa Kristus, tujuan hidup semua manusia adalah kematian. Ya, kita sebetulnya hidup untuk mati. Namun, Kristus hidup sehingga meskipun kita mati, nanti di hari penghakiman akan dihidupkan kembali untuk bersama sama dengan Nya pergi ke sorga kekal. Karena kuasa Kristus, tabir disingkirkan dan jalan menuju tempat Mahakudus kini terbuka bagi kita yang percaya kepada Nya.

Hal baik lainnya adalah kapan saja dan di mana pun, kita bisa memanggil, berdoa, dan merasakan penyertaan Tuhan. Hiduplah dengan sungguh sungguh percaya dan berjalan dalam kehendak Tuhan!

Yesus berkuasa menciptakan langit dan bumi. Dia berkuasa mengalahkan maut dan menyembuhkan orang sakit. Dia juga berkuasa menghakimi bumi dan membuka pintu sorga. Betapa hebat kuasa Nya. Hai semua yang letih dan lemah, datang dan mohonkan Tuhan Yesus menyatakan kuasa Nya untuk menolong kehidupan kita, bahkan mengubah segala karakter kita.

Satu kali dalam Perjamuan Kudus, saya melihat dari mimbar, seorang jemaat tertunduk dan tidak berani mengambil roti perjamuan. Ketika kebaktian usai saya mendekatinya dan bertanya, Kenapa tidak ambil bagian? Ia menjawab lirih, Saya orang berdosa, tidak mungkin Tuhan menerima saya kembali. Saya menegaskan, Kematian Yesus menyediakan semua pembersihan yang dibutuhkan siapa pun. Dia adalah Tuhan yang berkuasa menghapus dosamu dan mengubah nasibmu. Puji Tuhan, orang tersebut memperoleh kelegaan di dalam jiwanya.

Saudaraku, apa masalah hidup Anda? Datanglah kepada Tuhan Yesus yang penuh kuasa.

Salam datanglah kepada Yesus yang berkuasa.

Refleksi diri:

Bagaimana kematian dan kuasa kebangkitan Tuhan Yesus telah mengubah kehidupan dan karakter Anda?

Apa bukti kuasa Yesus yang pernah menolong Anda dari kelemahan dan keletihan hidup?

Tetap patuhi prokes ya, jangan lupa masker dan hindari kontak brrsalaman. Tetap racun 3 M. Karena covid belum selesai. Dan selalu andalkan Tuhan.
Share:

Tuhan ikut ujian

Salim met pagi.. Bpk ibu jemaat gimana kabarnya hari ini, tentunya sehat dan selalu bahagia dan cerah bukan. Inilah anugerah dari Tuhan. Met bekerja dan aktifitas. 

Gema suara illahi
Maleakhi 3:6 12
Ia, yang tidak menyayangkan Anak Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama sama dengan Dia?
 Roma 8:32

Maleakhi 3:10 mungkin adalah ayat yang paling populer digunakan untuk mengingatkan jemaat dalam hal memberikan persepuluhan. Namun, bukan ini yang akan kita renungkan. Kita akan membahas mengenai perintah untuk menguji Tuhan. Dalam Ulangan 6:16, Tuhan memperingatkan orang Israel agar tidak mencobai Nya. Kenapa pada ayat 10, Dia kini meminta mereka menguji Nya? Kok Tuhan plin plan?

Biasanya penjelasan untuk kontradiksi ini adalah dengan membedakan antara menguji dan mencobai. Meskipun kedua kata ini memiliki pengertian yang sama di dalam Mazmur 95:9 tetapi poin yang mau disampaikan di sini adalah Tuhan tidak ingin ikut ujian. Terlebih diuji atau dicobai oleh orang percaya yang telah mengecap kasih dan kebaikan Nya. Lantas, mengapa Tuhan sampai meminta umat menguji Nya? Jawabannya karena begitu bobroknya iman kerohanian umat, sampai sampai Tuhan berbicara kepada mereka seolah olah mereka bukan orang percaya! Wajar kalau orang tidak percaya ingin menguji Tuhan. Mereka belum pernah mencicipi segala anugerah Nya. Namun, keterlaluan sekali jika kita yang sudah percaya ingin mengetes Tuhan. Apakah kebaikan Tuhan sampai saat ini masih kurang? Apakah pernah kasih Nya surut kepada kita? Punya keinginan itu wajar. Yang tidak wajar adalah ketika kita sampai mencobai atau menguji Tuhan untuk keinginan tersebut. Kenapa Tuhan tidak mengabulkan doaku? Tuhan tidak sayang aku, ya? Tuhan tidak sanggup menolong, ya? Gerutu seperti ini pun adalah bentuk menguji atau mencobai Tuhan, seperti yang dilakukan orang Israel sepuluh kali mencobai Tuhan di padang gurun (Bil. 14:22).

Jika diibaratkan sebagai ujian, Tuhan sudah mendapat nilai A++++ atau bahkan nilai tak terhingga, ketika Dia menyerahkan Anak Nya untuk menebus kita dari dosa. Jika kita meminta hal yang baik di waktu yang tepat, tidak mungkin Tuhan tidak memberikannya untuk kita, sampai sampai kita harus menguji Nya. Daripada menguji Tuhan, lebih baik menguji diri sendiri. Apakah hal yang kita minta adalah hal yang baik dan di waktu yang tepat?

Refleksi diri:

Pernahkah Anda, baik secara sadar maupun tidak, mengetes Tuhan baik di dalam gerutuan maupun doa doa Anda?

Apa kebaikan dan kasih Yesus di masa lalu yang bisa mengingatkan Anda akan anugerah Nya yang tak pernah berkurang sedikit pun?

Tetap patuhi prokes ya, jangan lupa masker dan hindari kontak brrsalaman. Tetap racun 3 M. Karena covid belum selesai. Dan selalu andalkan Tuhan.
Share:

Pengkhianat Dalam Pernikahan


Maleakhi 2:10 16

Bukankah Allah yang Esa menjadikan mereka daging dan roh? Dan apakah yang dikehendaki kesatuan itu? Keturunan ilahi! Jadi jagalah dirimu! Dan janganlah orang tidak setia terhadap isteri dari masa mudanya.
Maleakhi 2:15

Kalau mendengar kata pengkhianat, nama Yudas Iskariot langsung terbayang dalam kepala kita. Di masa kini, mungkin para pengkhianat adalah mereka yang murtad dan meninggalkan iman, atau mereka yang pindah gereja atau denominasi. Jadi, mungkin kita akan kaget ketika membaca bagian ini saat disampaikan bahwa mengkhianati istri pertama sama dengan mengkhianati Tuhan sendiri. Orang orang Israel pada saat itu menceraikan istri istri mereka untuk menikahi anak perempuan allah asing, yakni wanita wanita non Israel penyembah berhala (ay. 11).

Saya percaya (dan berharap) tidak ada di antara Anda yang berpikir untuk menceraikan pasangan Anda, lebih lebih untuk menikahi orang yang belum percaya. Sebagai orang Kristen, kita tahu bahwa bercerai adalah dosa besar. Larangan untuk bercerai juga diiringi dengan perintah untuk membangun kehidupan pernikahan yang indah. Entah berapa banyak orang Kristen yang tidak bercerai tetapi sudah seperti orang asing dengan pasangannya. Ini pun bukan hal yang dikehendaki Tuhan.

Memang perlu usaha dan niat untuk menyisihkan waktu bagi pasangan di tengah zaman modern yang penuh tantangan dan tuntutan. Anda bekerja setiap hari. Ketika pulang atau ada hari libur, Anda menghabiskan waktu bersama sama dengan anak. Di hari Minggu, Anda beribadah dan pelayanan. Jika menunggu mood, waktu untuk kedekatan tidak akan pernah datang. Berbeda dengan di novel novel atau film drama, seringkali kedekatan dan kemesraan harus diusahakan, bahkan dijadwalkan. Jordan Peterson, seorang psikolog Kanada, menyarankan total minimal empat jam per minggu untuk berkencan (siapa bilang hanya orang orang yang berpacaran yang boleh kencan?), menjalin hubungan yang dekat sekali atau dua kali per minggu, dan melakukan percakapan mendalam (bukan hanya sekedar membicarakan anak atau uang) minimal selama sembilan puluh menit per minggu. Apakah jadwal seperti ini realistis untuk dilakukan, khususnya bagi Anda yang sibuk, bukanlah pertanyaan terpenting. Pertanyaan terpenting adalah apakah Anda memiliki niat untuk membangun kedekatan dengan pasangan? Perlu digarisbawahi, landasi kedekatan Anda dengan pasangan di atas dasar kedekatan dengan Tuhan Yesus Kristus.

Refleksi diri:

Bagaimana kehidupan pernikahan Anda? Apakah hanya sekadar lalu saja? Sehatkah kehidupan pernikahan seperti itu?

Bagaimana usaha Anda membangun kedekatan di dalam kehidupan pernikahan Anda?



Tetap patuhi prokes ya, jangan lupa masker dan hindari kontak brrsalaman. Tetap racun 3 M. Karena covid belum selesai. Dan selalu andalkan Tuhan.

Share:

Mata ganti Mata, Gigi ganti Gigi

Salim met pagi.. Bpk ibu jemaat gimana kabarnya hari ini, tentunya sehat dan selalu bahagia dan cerah bukan. Inilah anugerah dari Tuhan. Met bekerja dan aktifitas. 

Gema suara illahi
Obaja 1:15 16

… perbuatanmu akan kembali menimpa kepalamu sendiri.
Obaja 1:15b

Anda mungkin tidak suka membaca judul ini. Bukankah ini adalah salah satu hukum Taurat yang Tuhan Yesus katakan sudah tidak berlaku, kemudian diganti dengan, siapa pun yang menampar pipi kananmu, berikanlah juga pipi kirimu. (Mat. 5:39)? Eits, siapa bilang Yesus mengatakan hukum ini sudah tidak berlaku? Ia malah mengatakan, Lebih mudah langit dan bumi lenyap dari pada satu titik dari hukum Taurat batal. (Luk. 16:17). Tuhan memperingatkan orang orang Edom bahwa apa pun yang mereka telah lakukan terhadap Israel, akan menimpa mereka pula. Mata ganti mata, gigi ganti gigi. Ini adalah prinsip keadilan Tuhan yang diterapkan di bangsa Israel yang teokratis. Jadi, bagaimana menyelaraskan hal ini dengan perintah Tuhan Yesus di Injil?

Hal pertama yang harus diingat adalah Tuhan adalah Hakim yang lebih adil daripada kita. Jika kita sendiri yang menjalankan prinsip mata ganti mata, gigi ganti gigi, pada umumnya dua hal ini yang terjadi: (1) mata ganti gigi, atau (2) gigi ganti mata. Mata ganti gigi berarti dalam keterbatasan kita, kita tidak bisa memberikan penghakiman yang setimpal. Akibatnya, orang itu tidak jera, atau bahkan tidak sadar. Lantas apa gunanya kita membalas? Gigi ganti mata berarti kita membalas jauh melampaui dosa mereka. Jika hal ini terjadi, maka Tuhan sendiri yang akan menghakimi kita. Oleh karena itu, serahkan saja kepada Dia yang menghakimi dengan adil. Ini juga yang dilakukan Tuhan Yesus (1Ptr. 2:23).

Hal kedua adalah apakah kita yakin motivasi kita untuk menghukum orang tersebut benar? Ingin orang itu jera? Ingin ia bertobat? Omong kosong. Jujur saja, alasan kita membalas kejahatan orang lain bukanlah untuk keadilan, melainkan untuk balas dendam saja. Itulah sebabnya penghakiman diserahkan kepada Tuhan, atau setidaknya kepada institusi pemerintahan yang dipercaya Tuhan.

Hanya Tuhan lah hakim yang sanggup menjalankan mata ganti mata, gigi ganti gigi dengan sempurna. Tugas kita adalah memaafkan, bukan main hakim sendiri.

Refleksi diri:

Apakah Anda pernah atau sedang mendendam kepada seseorang?

Bagaimana prinsip ini memberi Anda kelapangan hati untuk menyerahkannya kepada Tuhan?


Tetap patuhi prokes ya, jangan lupa masker dan hindari kontak brrsalaman. Tetap racun 3 M. Karena covid belum selesai. Dan selalu andalkan Tuhan.
Share:

Dosa dan Neraka

Salim met pagi.. Bpk ibu jemaat gimana kabarnya hari ini, tentunya sehat dan selalu bahagia dan cerah bukan. Inilah anugerah dari Tuhan. Met bekerja dan aktifitas. 

Obaja 1:1 6, 8 9

Kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejaTuhan.
Amsal 16:18

Lagi lagi… Baru saja beberapa waktu yang lalu kita menyudahi bacaan bacaan yang sarat pesan penghukuman Tuhan melalui renungan eksposisi kitab Amos, kini kita memulai kisah penghukuman yang lain. Bedanya, kali ini penghakiman tersebut bukan menimpa umat Tuhan melainkan Edom, bangsa yang berabad abad bermusuhan dengan Israel sejak zaman leluhur mereka, Esau, yang berseteru dengan Yakub.

Orang Edom sombong karena banyak hal. Pertama, mereka bermukim di tempat tinggi, yakni pegunungan Seir (ay. 3 4) dan mengandalkan keuntungan strategis lokasi mereka, khususnya dalam peperangan. Kedua, banyak orang bijak di Edom (ay. 8). Elifas, salah satu teman Ayub, adalah berasal dari Teman (Ayb. 2:11). Ketiga, mereka memiliki banyak pahlawan pahlawan perang (ay. 9). Tidak heran mereka congkak.

Kita tentu pernah mendengar bahwa kesombongan adalah dosa yang paling dibenci Tuhan. C.S. Lewis pernah berkata bahwa dosa dosa yang lain merupakan pekerjaan setan melalui natur binatang kita. Namun, kesombongan adalah dosa yang sama sekali bukan melalui natur binatang kita, melainkan langsung dari neraka. Inilah dosa pertama, yang mengakibatkan kejatuhan Iblis (yang biasa disebut Lucifer). Kesombongan adalah dosa yang sering dianggap remeh tetapi sesungguhnya sangat berbahaya.

Yang lebih celaka adalah kadang kala kita dapat memakai kesombongan untuk mengalahkan dosa dosa kecil. Sewaktu kita selesai merenungkan kitab Amos yang penuh dengar teguran, baiklah kita kemudian membuat rencana jangka panjang untuk menyelesaikan dosa tersebut. Kenapa? Yah, aku kan orang yang baik? Nanti, ketika kita berhasil, kita akan mengatakan, Tuh, kan? Sudah kubilang aku adalah orang yang baik. Iblis pun tertawa, kata C.S. Lewis.

Bagaimana cara menghindari jebakan Batman yang satu ini? Mungkin kutipan dari C.S. Lewis ini dapat membantu, Kerendahan hati bukanlah memikirkan kekurangan diri, tapi mengurangi memikirkan diri sendiri. Ketika Anda di dalam perjalanan menjadi pengikut Kristus, Tuhan dan sesama lah yang menjadi fokus Anda. Tidak heran hukum yang terutama (Mat. 22:34 40) menyebut dua aspek ini, tanpa embel embel tetapi kamu harus memulai dari mengasihi diri sendiri. Tidak. Kita sudah mengasihi diri sendiri karena diri sendirilah yang mula mula kita pikirkan.

Refleksi diri:

Bagaimana cara Anda lolos dari terjebak dosa kesombongan yang memikirkan diri sendiri?

 Ketika mengambil keputusan apa pun, siapakah yang terlebih dahulu menjadi objekpertimbangan Anda? Yesus? Sesama? Atau diri sendiri?

Tetap patuhi prokes ya, jangan lupa masker dan hindari kontak brrsalaman. Tetap racun 3 M. Karena covid belum selesai. Dan selalu andalkan Tuhan.
Share:

Di Mulai Dari Yang Kecil

Gimana kabarnya hari ini, sehat..pastinya baik luar biasa. Selamat beraktifitas untuk meraih sukses bersama Tuhan. 
Sebelumnya baca renungan hari ini

Gema Suara Illahi
“… Kerajaan Allah … seumpama biji sesawi … seumpama ragi ….”

(Luk. 13:18-19, 21)

Pada permulaan abad pertama, orang-orang Kristen hanyalah sekelompok orang yang tidak memiliki akses pada kekuasaan, dan malah sering mengalami aniaya. Lalu, apa yang menyebabkan Konstantinus Agung (306-337 M) menetapkan agama Kristen sebagai agama negara di seluruh kekaisaran Romawi? Tampaknya, meskipun berjumlah sedikit, orang-orang Kristen pada masa itu telah memberikan dampak yang nyata.
Gambaran ini juga yang diungkapkan Yesus melalui perumpamaan biji sesawi dan ragi. Biji sesawi dapat tumbuh menjadi sebatang pohon dengan tinggi mencapai dua hingga hingga meter. Pohon ini sering dikerumuni burung karena buahnya memang sangat disukai burung. Pada masa itu, pohon besar dipahami sebagai simbol dari kerajaan besar. Bangsa-bangsa yang tunduk untuk mendapatkan perlindungan dan tempat berteduh di dalam kerajaan besar diumpamakan seperti burung-burung yang bernaung pada cabang-cabang pohon. Melalui perumpamaan ini, Yesus menjelaskan tentang Kerajaan Allah yang akan mengayomi seluruh umat manusia. Cara kerja Kerajaan Allah adalah seperti ragi. Meskipun kecil dan tidak terlihat, ragi dapat mengkhamirkan atau memengaruhi seluruh adonan. Begitu pula Kerajaan Allah bekerja secara senyap, tetapi berdampak sangat besar; memengaruhi semua.
Setiap orang percaya dapat mewujudkan Kerajaan Allah seperti biji sesawi dan ragi. Artinya, memberikan dampak secara nyata di dalam setiap bidang kehidupan. 

REFLEKSI:

Sekecil apa pun diri kita, setiap peran yang kita lakukan dengan penuh kasih dan ketaatan kepada Tuhan akan berdampak kebaikan.

Jangan lengah, covid19 belum selesai, tetap pakai masker saat bepergian, tetap prokes, dan selalu menjaga kesehatan dengan maksimal, Serta tetap berserah amdalkan Tuhan
Share:

Aku Tahu

Gimana kabarnya hari ini, sehat..pastinya baik luar biasa. Selamat beraktifitas untuk meraih sukses bersama Tuhan. 
Sebelumnya baca renungan hari ini

Wahyu 2:8-11
“Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan.
(Why. 2:10)
Banyak orang menganggap penting untuk tahu tentang masa depannya. Itulah penyebab ramalan laris manis sejak dulu. Namun, apa jadinya jika kita tahu masa depan, tetapi tidak mampu berbuat apa-apa? Jangan-jangan hidup kita hari ini justru dihantui oleh ketakutan akan masa depan.
Ada Pribadi yang bukan hanya tahu, tetapi berada di masa lalu sekaligus masa depan kita. Dia adalah Yang Mahakuasa. Dia yang memperkenalkan diri sebagai “Yang Awal dan Yang Akhir” (Why. 2:8). “Aku tahu” (Why. 2:9). Itulah yang dikatakan Kristus kepada jemaat-Nya di Smirna, yang saat itu sedang mengalami aniaya. Kalau Allah diam, sementara umat-Nya mengalami penderitaan, itu tidak berarti Ia tidak peduli. “Aku tahu kesusahanmu dan kemiskinanmu,” itulah yang Tuhan katakan. Ia tahu. Karena itu, Ia memberi penguatan dan penghiburan, “Jangan takut terhadap apa yang harus engkau derita!” (Why. 2:10). Penguatan ini sepatutnyalah membuat jemaat di Smirna tetap setia sampai akhir hidup mereka.
“Aku tahu!” Apa dampak perkataan ini jika kita dengarkan saat kita sedang mengalami penderitaan; saat kita merasa tak seorang pun memahami kita; saat kita merasa keadaan tidak berubah, meski sudah berdoa ribuan kali banyaknya? Perkataan Tuhan, “Aku tahu,” kiranya menjadi kekuatan bagi kita untuk menjalani kehidupan kita hari ini dan bertahan serta setia dalam keadaan apa pun sampai akhir. 
REFLEKSI:
Perkataan Tuhan, “Aku tahu,” adalah kekuatan yang memampukan kita bertahan dalam kesulitan dan tetap setia.

Jangan lengah, covid19 belum selesai, tetap pakai masker saat bepergian, tetap prokes, dan selalu menjaga kesehatan dengan maksimal, Serta tetap berserah amdalkan Tuhan
Share:

POHON DAN BUAH

Gimana kabarnya hari ini, sehat..pastinya baik luar biasa. Selamat beraktifitas untuk meraih sukses bersama Tuhan. 
Sebelumnya baca renungan hari ini

Lukas 6:43-45

“Sebab setiap pohon dikenal pada buahnya.”

(Luk. 6:44a)

Bagaimana orang yang tidak ahli di bidang tanaman dapat mengenali jenis pohon: Apakah pohon mangga, jambu, atau delima? Sebab, ada beberapa pohon yang mirip, baik daun maupun batangnya, yang mengakibatkan pohon tersebut sulit dikenali. Cara terbaik untuk mengenali pohon tersebut adalah melihat buah pohon tersebut.
Yesus sering menegur orang-orang Yahudi yang menunjukkan kesalehan dengan perilaku tertentu. Mungkin istilah yang tepat adalah pencitraan atau pura-pura saleh. Mudah bagi Kristus untuk mengenali orang-orang seperti itu. Semua terangbenderang bagi-Nya. Ia adalah Tuhan Yang Mahatahu. Namun,
bagi kebanyakan orang mengenali orang lain tidak mudah. Mereka justru dibuat kagum oleh orang-orang yang tampak saleh, meskipun pura-pura. Kristus membantu kita mengenali orang-orang demikian melalui perumpamaan pohon dan buah. Ia berkata, “Setiap pohon dikenal pada buahnya. Karena dari semak duri orang tidak memetik buah ara dan dari duri-duri orang tidak memetik buah anggur.” Buah ara dan anggur tidak mungkin dihasilkan dari semak duri. Pada akhirnya, semua akan terlihat dengan jelas, “Orang yang baik mengeluarkan barang yang baik dari perbendaharaan hatinya yang baik.”

Mari menyadari bahwa hidup kita bagaikan kitab terbuka, yang dapat dibaca oleh siapa pun. Apa yang benar-benar baik, seharusnya akan tampak secara natural, tidak perlu dibuat-buat. Lagi pula, waktu akan membuktikan semuanya. 

REFLEKSI:

Waktu akan membuktikan apakah pohon kehidupan kita menghasilkan buah; apakah buah yang baik atau buruk.
P
Jangan lengah, covid19 belum selesai, tetap pakai masker saat bepergian, tetap prokes, dan selalu menjaga kesehatan dengan maksimal, Serta tetap berserah amdalkan Tuhan
Share:

MEMAKSAKAN KEHENDAK

Gimana kabarnya hari ini, sehat..pastinya baik luar biasa. Selamat beraktifitas untuk meraih sukses bersama Tuhan. 
Sebelumnya baca renungan hari ini

Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan.
(Ef. 6:4)

Seorang anak perempuan bernama Yuan Yuan (13 tahun) di Hangzhou, China, mengalami cedera persendian serius. Ia dipaksa ibunya untuk lompat tali sebanyak tiga ribu kali setiap hari agar menjadi lebih tinggi. Ibunya berharap setidaknya Yuan dapat bertambah tinggi dua sentimeter lagi. Yuan memiliki tinggi badan 158 cm dan berat badan 120 kg. Ibunya berharap Yuan akan terlihat lebih langsing dan menjadi cantik. Karena itu, ibunya berpikir bahwa Yuan harus latihan lompat tali. Namun, karena berat badan yang berlebihan, persendian Yuan pun mengalami cedera serius.
Jemaat yang di kasihi Tuhan, dengan berpegang pada firman Tuhan, kita dapat menghindar dari pemaksaan kehendak diri sendiri. Sebagai orangtua, kita tidak boleh memaksa anak kita sekehendak hati kita. Dengan tegas firman Tuhan memerintahkan kepada semua orang agar tidak menimbulkan kepahitan pada diri anak-anak. Setiap anak berhak mendapatkan kasih sayang yang tulus. Mereka juga tidak ingin diabaikan perasaan dan pendapatnya. Jika berbuat salah, anak juga mau ditegur dan dinasihati, tetapi dengan dasar cinta kasih. Teguran dan nasihat tidak boleh dilandaskan pada kebencian atau kemarahan belaka. Mari kita belajar untuk tidak memaksakan kehendak pada siapa pun.


DOA:

Ajarlah kami sebagai orangtua atau orang yang lebih dewasa untuk menunjukkan cinta kasih kepada anak-anak atau yang lebih muda dengan baik. Tolong kami, ya Tuhan. Amin.

Jangan lengah, covid19 belum selesai, tetap pakai masker saat bepergian, tetap prokes, dan selalu menjaga kesehatan dengan maksimal, Serta tetap berserah amdalkan Tuhan
Share:

Dosa dàri Neraka

Gimana kabarnya hari ini, sehat..pastinya baik luar biasa. Selamat beraktifitas untuk meraih sukses bersama Tuhan. 
Sebelumnya baca renungan hari ini

Obaja 1:1 6, 8 9

Kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejaTuhan.
Amsal 16:18

Lagi lagi… Baru saja beberapa waktu yang lalu kita menyudahi bacaan bacaan yang sarat pesan penghukuman Tuhan melalui renungan eksposisi kitab Amos, kini kita memulai kisah penghukuman yang lain. Bedanya, kali ini penghakiman tersebut bukan menimpa umat Tuhan melainkan Edom, bangsa yang berabad abad bermusuhan dengan Israel sejak zaman leluhur mereka, Esau, yang berseteru dengan Yakub.

Orang Edom sombong karena banyak hal. Pertama, mereka bermukim di tempat tinggi, yakni pegunungan Seir (ay. 3 4) dan mengandalkan keuntungan strategis lokasi mereka, khususnya dalam peperangan. Kedua, banyak orang bijak di Edom (ay. 8). Elifas, salah satu teman Ayub, adalah berasal dari Teman (Ayb. 2:11). Ketiga, mereka memiliki banyak pahlawan pahlawan perang (ay. 9). Tidak heran mereka congkak.

Kita tentu pernah mendengar bahwa kesombongan adalah dosa yang paling dibenci Tuhan. C.S. Lewis pernah berkata bahwa dosa dosa yang lain merupakan pekerjaan setan melalui natur binatang kita. Namun, kesombongan adalah dosa yang sama sekali bukan melalui natur binatang kita, melainkan langsung dari neraka. Inilah dosa pertama, yang mengakibatkan kejatuhan Iblis (yang biasa disebut Lucifer). Kesombongan adalah dosa yang sering dianggap remeh tetapi sesungguhnya sangat berbahaya.

Yang lebih celaka adalah kadang kala kita dapat memakai kesombongan untuk mengalahkan dosa dosa kecil. Sewaktu kita selesai merenungkan kitab Amos yang penuh dengar teguran, baiklah kita kemudian membuat rencana jangka panjang untuk menyelesaikan dosa tersebut. Kenapa? Yah, aku kan orang yang baik? Nanti, ketika kita berhasil, kita akan mengatakan, Tuh, kan? Sudah kubilang aku adalah orang yang baik. Iblis pun tertawa, kata C.S. Lewis.

Bagaimana cara menghindari jebakan Batman yang satu ini? Mungkin kutipan dari C.S. Lewis ini dapat membantu, Kerendahan hati bukanlah memikirkan kekurangan diri, tapi mengurangi memikirkan diri sendiri. Ketika Anda di dalam perjalanan menjadi pengikut Kristus, Tuhan dan sesama lah yang menjadi fokus Anda. Tidak heran hukum yang terutama (Mat. 22:34 40) menyebut dua aspek ini, tanpa embel embel tetapi kamu harus memulai dari mengasihi diri sendiri. Tidak. Kita sudah mengasihi diri sendiri karena diri sendirilah yang mula mula kita pikirkan.

Refleksi diri:

Bagaimana cara Anda lolos dari terjebak dosa kesombongan yang memikirkan diri sendiri?

 Ketika mengambil keputusan apa pun, siapakah yang terlebih dahulu menjadi objekpertimbangan Anda? Yesus? Sesama? Atau diri sendiri?

Jangan lengah, covid19 belum selesai, tetap pakai masker saat bepergian, tetap prokes, dan selalu menjaga kesehatan dengan maksimal, Serta tetap berserah amdalkan Tuhan
Share:

Hidup Berkenan kepada Allah

Gimana kabarnya hari ini, sehat..pastinya baik luar biasa. Selamat beraktifitas untuk meraih sukses bersama Tuhan. 
Sebelumnya baca renungan hari ini

1 Tesalonika 4:1 12

Akhirnya saudara saudara, kami minta dan nasihatkan kamu dalam Tuhan Yesus: Kamu telah mendengar dari kami bagaimana kamu harus hidup supaya berkenan kepada Allah.
 1 Tesalonika 4:1a

Apakah orang yang rajin beribadah, berdoa, dan membaca Alkitab sudah pasti hidupnya berkenan kepada Allah? Belum tentu! Orang orang Farisi dan para ahli Taurat juga tak kalah rajin beribadah dan membaca kitab suci tetapi hidup mereka justru jauh dari berkenan kepada Tuhan (Mat. 13). Hidup yang berkenan kepada Allah itu menyangkut kedekatan relasi dengan Allah dan sesama manusia. Pertanyaannya: bagaimana hidup yang berkenan kepada Allah?

Pertama, hidup berkenan kepada Allah ditandai dengan hidup dalam kekudusan dan kebenaran (ay. 3 8). Para pengikut Kristus sering disebut sebagai orang orang kudus. Sebutan ini menunjuk kepada status orang percaya yang telah dikuduskan melalui karya Kristus. Namun, status orang orang kudus harus direalisasikan melalui proses pengudusan perilaku oleh Roh Kudus dan ketaatan kita. Salah satu aspek pengudusan adalah menjauhi percabulan atau perkara perkara yang melanggar kesusilaan. Hubungan seks hanya boleh dilakukan dalam ikatan pernikahan yang sah antara seorang pria dengan seorang wanita. Selain itu, hubungan seks harus dilandasi oleh kasih dan penghargaan, bukan oleh keegoisan dan pemuasan nafsu semata, seperti yang dilakukan oleh orang orang non Yahudi yang menyembah berhala pada waktu masa itu, yang sering kali disertai praktik seks bebas. Paulus mengingatkan orang percaya supaya tidak boleh meniru gaya hidup mereka yang tidak mengenal Allah.

Kedua, hidup berkenan kepada Allah itu ditandai dengan hidup di dalam kasih (ay. 9 12). Kecenderungan orang yang mengutamakan kepentingan diri sendiri akan menyingkirkan kasih terhadap sesama, padahal saling mengasihi adalah ciri khas hidup orang Kristen. Ungkapan kasih bisa disampaikan tidak hanya melalui perhatian dan pemberian, tetapi juga dengan menjalani hidup yang bertanggung jawab dan tidak menjadi beban bagi orang lain. Salah satu contohnya, bila kita sehat tetapi tidak mau bekerja maka kita menjadi beban bagi orang yang membantu dan menyayangi kita.

Mari saudaraku, usahakan hidup Anda berkenan di mata Allah. Teladani bagaimana Yesus mempraktikkan kekudusan selama masa hidup Nya dan juga bagaimana Dia mengasihi sesama melalui pelayanan yang dilakukan Nya. Kiranya Tuhan Yesus memberkati usaha Anda.

Refleksi diri:

Apakah Anda sudah berusaha hidup lebih baik dalam hal kekudusan dan mengasihi orang lain?

Apa yang ingin Anda lakukan untuk membuktikan status Anda sebagai murid Kristus yang hidup kudus dan penuh kasih?

Bagaimana Anda mengevaluasi ketaatan Anda dalam mengikut Tuhan Yesus?

Jangan lengah, covid19 belum selesai, tetap pakai masker saat bepergian, tetap prokes, dan selalu menjaga kesehatan dengan maksimal, Serta tetap berserah amdalkan Tuhan
Share:

Bukti Anugerah Keselamatan

Gimana kabarnya hari ini, sehat..pastinya baik luar biasa. Selamat beraktifitas untuk meraih sukses bersama Tuhan. 
Sebelumnya baca renungan hari ini

Amos 9:7 10

Bukan setiap orang yang berseru kepada Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa Ku yang di sorga.
Matius 7:21

Coba kita lihat orang orang di sekeliling kita. Sebagian, bahkan mungkin mayoritas, bukanlah orang percaya. Namun, mereka toh sama suksesnya, sama sehatnya, sama menderitanya. Intinya, sama saja.

Orang orang Israel pun diajak untuk memandang bangsa bangsa di sekeliling mereka. Bukan hanya mereka saja yang Tuhan bebaskan dari Mesir. Musuh musuh Israel seperti Filistin dan Aram pun Tuhan lepaskan dari Kaftor dan Kir (ay. 7). Lebih lebih lagi, kini mereka sama bobroknya dengan bangsa bangsa yang dimusnahkan Tuhan. Tuhan pun mengatakan akan memusnahkan mereka. Namun, ada satu hal yang membedakan orang Israel dari bangsa bangsa lain. Ada secercah harapan yang Tuhan nyatakan, yakni bahwa Dia tidak akan memunahkan mereka sama sekali (ay. 8). Ada sebagian kecil kaum yang tetap setia dan taat. Merekalah yang akan selamat.

Orang Kristen tidak terlalu berbeda dengan orang dunia dalam banyak aspek. Bahkan, apakah bisa dikatakan bahwa orang Kristen lebih baik secara moral daripada mereka yang bukan? Secara teori, seharusnya demikian. Namun kita melihat banyak juga orang orang Kristen yang sama bobroknya dengan orang orang yang tidak percaya. Orang orang Kristen yang seperti ini, yang KTP nya lebih Kristen daripada dirinya sendiri, adalah sama seperti mayoritas orang Israel yang tidak taat. Bahkan orang yang rajin ke gereja setiap minggu pun bisa saja jatuh ke dalam golongan ini. Yang membedakan orang Kristen sejati dari mereka yang tidak adalah ketaatan mereka. Ketaatan mau mengikut Kristus dengan sungguh dan melakukan kehendak Bapa di Sorga.

Tapi, kita bertanya, bukankah kita dipilih bukan karena perbuatan baik, melainkan semata mata karena anugerah? Benar. Tetapi apa bukti bahwa kita menerima anugerah keselamatan? Tidak lain dan tidak bukan adalah ketaatan! Jika kita berkubang di dalam dosa, jika kita asyik sendiri di dalam ketidaktaatan kita, benarkah kita sungguh sungguh diselamatkan?

Renungan hari ini tidak sedang mengajak Anda untuk meragukan keselamatan Anda. Renungan ini hanya ingin bertanya: sudahkah Anda mengerjakan keselamatan itu dalam hidup sehari hari?

Refleksi diri:

Sudah berapa lama Anda menjadi orang percaya? Bagaimana Anda mempertanggungjawabkan anugerah keselamatan Anda dalam keseharian?

Bagaimana Anda mengevaluasi ketaatan Anda dalam mengikut Tuhan Yesus?

Jangan lengah, covid19 belum selesai, tetap pakai masker saat bepergian, tetap prokes, dan selalu menjaga kesehatan dengan maksimal, Serta tetap berserah amdalkan Tuhan
Share:

Hidup Berkenan kepada Allah

Gimana kabarnya hari ini, sehat..pastinya baik luar biasa. Selamat beraktifitas untuk meraih sukses bersama Tuhan. 
Sebelumnya baca renungan hari ini
 


Akhirnya saudara saudara, kami minta dan nasihatkan kamu dalam Tuhan Yesus: Kamu telah mendengar dari kami bagaimana kamu harus hidup supaya berkenan kepada Allah.
 1 Tesalonika 4:1a

Apakah orang yang rajin beribadah, berdoa, dan membaca Alkitab sudah pasti hidupnya berkenan kepada Allah? Belum tentu! Orang orang Farisi dan para ahli Taurat juga tak kalah rajin beribadah dan membaca kitab suci tetapi hidup mereka justru jauh dari berkenan kepada Tuhan (Mat. 13). Hidup yang berkenan kepada Allah itu menyangkut kedekatan relasi dengan Allah dan sesama manusia. Pertanyaannya: bagaimana hidup yang berkenan kepada Allah?

Pertama, hidup berkenan kepada Allah ditandai dengan hidup dalam kekudusan dan kebenaran (ay. 3 8). Para pengikut Kristus sering disebut sebagai orang orang kudus. Sebutan ini menunjuk kepada status orang percaya yang telah dikuduskan melalui karya Kristus. Namun, status orang orang kudus harus direalisasikan melalui proses pengudusan perilaku oleh Roh Kudus dan ketaatan kita. Salah satu aspek pengudusan adalah menjauhi percabulan atau perkara perkara yang melanggar kesusilaan. Hubungan seks hanya boleh dilakukan dalam ikatan pernikahan yang sah antara seorang pria dengan seorang wanita. Selain itu, hubungan seks harus dilandasi oleh kasih dan penghargaan, bukan oleh keegoisan dan pemuasan nafsu semata, seperti yang dilakukan oleh orang orang non Yahudi yang menyembah berhala pada waktu masa itu, yang sering kali disertai praktik seks bebas. Paulus mengingatkan orang percaya supaya tidak boleh meniru gaya hidup mereka yang tidak mengenal Allah.

Kedua, hidup berkenan kepada Allah itu ditandai dengan hidup di dalam kasih (ay. 9 12). Kecenderungan orang yang mengutamakan kepentingan diri sendiri akan menyingkirkan kasih terhadap sesama, padahal saling mengasihi adalah ciri khas hidup orang Kristen. Ungkapan kasih bisa disampaikan tidak hanya melalui perhatian dan pemberian, tetapi juga dengan menjalani hidup yang bertanggung jawab dan tidak menjadi beban bagi orang lain. Salah satu contohnya, bila kita sehat tetapi tidak mau bekerja maka kita menjadi beban bagi orang yang membantu dan menyayangi kita.

Mari saudaraku, usahakan hidup Anda berkenan di mata Allah. Teladani bagaimana Yesus mempraktikkan kekudusan selama masa hidup Nya dan juga bagaimana Dia mengasihi sesama melalui pelayanan yang dilakukan Nya. Kiranya Tuhan Yesus memberkati usaha Anda.

Refleksi diri:

Apakah Anda sudah berusaha hidup lebih baik dalam hal kekudusan dan mengasihi orang lain?

Apa yang ingin Anda lakukan untuk membuktikan status Anda sebagai murid Kristus yang hidup kudus dan penuh kasih?


Jangan lengah, covid19 belum selesai, tetap pakai masker saat bepergian, tetap prokes, dan selalu menjaga kesehatan dengan maksimal, Serta tetap berserah amdalkan Tuhan
Share:

HATI YANG TAAT

Gimana kabarnya hari ini, sehat..pastinya baik luar biasa. Selamat beraktifitas untuk meraih sukses bersama Tuhan. 
Sebelumnya baca renungan hari ini

Yohanes 10:11-21

“Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya ....” (Yoh. 10:11)
Ada sebuah pernyataan demikian, “Tidak ada rasa sakit yang bisa dibandingkan dengan rasa sakit karena dikhianati oleh orang yang spesial di hati kita.” Sesakit itulah dikhianati. Seolah-olah semua waktu yang dihabiskan bersama dan pengorbanan yang kita lakukan tidak ada artinya lagi. Padahal, sangat manusiawi jika seseorang mengharapkan yang terbaik dari orang yang dikasihinya.
Yesus adalah gembala kita. Sebagai gembala, Ia tidak hanya memberikan yang terbaik dari diri-nya. Ia bahkan memberikan nyawa-Nya untuk kita. Ia juga menjaga dan menyertai kita senantiasa. Yesus sangat mengenal kita. Dalam segala keterbatasan yang ada, Ia bahkan tetap merengkuh dan menuntun kita. Pengorbanan yang Yesus lakukan sebagai gembala kita bukanlah hal yang bisa dihitung dengan materi. Ia menaruh hati-Nya dalam semua hal yang Ia lakukan untuk kita. Bayangkan bagaimana rasa sakit-Nya ketika kita, domba-domba kesayangan-Nya, mengkhianati-Nya, atau dengan sengaja mengingkari apa yang menjadi panggilan dan tanggung jawab kita, atau menjual iman kita demi untuk kesenangan dan keamanan semata, atau lebih memilih yang lain dibanding memilih Tuhan. Seolah-olah yang Ia lakukan selama ini tidak ada artinya. Rasanya pasti sakit sekali.
Saudaraku yang terkasih, , sebagai gembala, Yesus hanya meminta kita untuk melakukan hal sederhana, yaitu memiliki hati bagai seekor domba: taat, mau mendengarkan suara-Nya, mengikuti tuntunan-Nya, dan dalam segala keterbatasan selalu memilih untuk bergantung penuh kepada-Nya. Jangan pernah mengkhianati Tuhan kita. Responslah kasih-Nya dengan mengasihi-Nya secara sadar.
1. Apa yang Yesus lakukan sebagai seorang gembala?
2. Apa yang Anda lakukan untuk merespons kasih-Nya?


Jangan lengah, covid19 belum selesai, tetap pakai masker saat bepergian, tetap prokes, dan selalu menjaga kesehatan dengan maksimal, Serta tetap berserah amdalkan Tuhan
Share:

Semua àda Waktunya

Gimana kabarnya hari ini, sehat..pastinya baik luar biasa. Selamat beraktifitas untuk meraih sukses bersama Tuhan. 
Sebelumnya baca renungan hari ini

Amos 8:11 14
Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apa pun di bawah langit ada waktunya.
Pengkhotbah 3:1

Sepenggal lagu.. Waktu Tuhan pàsti yang terbaik.. Walau kadang tak mudah di mengerti... 

Lagu ini mengingatkan akan apa yang ada di dunia ini dan apa yang kita lakukan semua sudah ada yang mengaturnya, sudah ada sang sutradara terhebat dan terlaris sepanjang masa, Dia adalah Tuhan sendiri. 
Bagian yang kita baca hari ini merupakan lanjutan dari bagian sebelumnya. Konsekuensi logis dari tidak adanya istirahat, termasuk tidak adanya waktu untuk beribadah adalah orang orang yang bahkan tidak tahu siapa Allah mereka. Dibaca di dalam konteksnya, ayat 11 bukanlah janji anugerah, melainkan janji penghakiman. Saat itu orang orang Israel akan mencari Allah mereka, tetapi mereka tidak menemukan Nya. Akibatnya, mereka lari kepada dewa dewa sesembahan bangsa bangsa lain (ay. 14). Akhir dari semuanya ini adalah mereka akan rebah lesu.

Sekali lagi, tidak ada yang baru di bawah matahari (Pkh. 1:9). Hal ini pun terjadi di masa kini. Ketika orang orang tidak memiliki waktu untuk beristirahat dan beribadah, mulailah mereka lari ke hal hal yang lain, meski tidak selalu dalam bentuk dewa dewa. Ada orang yang makin menenggelamkan diri ke dalam pekerjaannya. Dalam hal ini, mereka lari kepada uang. Ada pula yang melarikan diri ke tempat tempat hiburan, misalnya ke bar maupun diskotik sesudah bekerja. Ada pula yang lari ke meja judi. Hal hal ini makin lama akan makin menjauhkan seseorang dari ibadah. Bahkan hal hal yang sebenarnya baik seperti fitness center maupun lari pagi pun bisa menjadi hal menjauhkan kita dari ibadah. Pagi hari berolahraga ketika seharusnya ke gereja. Oke, sore hari ke gereja. Masalahnya ketika sore tiba, ada saja alasan untuk tidak beribadah karena lelah atau mengurusi anak, dan sebagainya. Jangankan olahraga. Maaf saja, pelayanan di gereja pun kadang bisa menjauhkan kita dari Tuhan.

Poin saya bukanlah untuk menggurui Anda tentang apa yang harus Anda lakukan. Mengutip perkataan Bapak Gereja Agustinus, total abstinence is easier than perfect moderation (pantangan total lebih mudah daripada keseimbangan sempurna), keseimbangan dalam hidup adalah hal yang penting. Ada waktu untuk bekerja, ada waktu untuk rekreasi. Ada waktu untuk berolahraga, ada waktu untuk beristirahat. Ada waktu untuk keluarga, ada waktu untuk me time. Ada waktu untuk berada di tempat lain, dan ada waktu untuk berada di rumah Tuhan.

Refleksi diri:

Bagaimanakah jadwal sehari hari Anda? Apakah ada keseimbangan atau berat sebelah?

Apa komitmen Anda dalam hal mengatur waktu yang seimbang antara bekerja/belajar dengan beribadah dan beristirahat?

Jangan lengah, covid19 belum selesai, tetap pakai masker saat bepergian, tetap prokes, dan selalu menjaga kesehatan dengan maksimal, Serta tetap berserah amdalkan Tuhan
Share:

HATI YANG TAAT

Yohanes 10:11-21

“Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya ....” (Yoh. 10:11)

Ada sebuah pernyataan demikian, “Tidak ada rasa sakit yang bisa dibandingkan dengan rasa sakit karena dikhianati oleh orang yang spesial di hati kita.” Sesakit itulah dikhianati. Seolah-olah semua waktu yang dihabiskan bersama dan pengorbanan yang kita lakukan tidak ada artinya lagi. Padahal, sangat manusiawi jika seseorang mengharapkan yang terbaik dari orang yang dikasihinya.

Yesus adalah gembala kita. Sebagai gembala, Ia tidak hanya memberikan yang terbaik dari diri-nya. Ia bahkan memberikan nyawa-Nya untuk kita. Ia juga menjaga dan menyertai kita senantiasa. Yesus sangat mengenal kita. Dalam segala keterbatasan yang ada, Ia bahkan tetap merengkuh dan menuntun kita. Pengorbanan yang Yesus lakukan sebagai gembala kita bukanlah hal yang bisa dihitung dengan materi. Ia menaruh hati-Nya dalam semua hal yang Ia lakukan untuk kita. Bayangkan bagaimana rasa sakit-Nya ketika kita, domba-domba kesayangan-Nya, mengkhianati-Nya, atau dengan sengaja mengingkari apa yang menjadi panggilan dan tanggung jawab kita, atau menjual iman kita demi untuk kesenangan dan keamanan semata, atau lebih memilih yang lain dibanding memilih Tuhan. Seolah-olah yang Ia lakukan selama ini tidak ada artinya. Rasanya pasti sakit sekali.
Saudaraku yang terkasih sebagai gembala, Yesus hanya meminta kita untuk melakukan hal sederhana, yaitu memiliki hati bagai seekor domba: taat, mau mendengarkan suara-Nya, mengikuti tuntunan-Nya, dan dalam segala keterbatasan selalu memilih untuk bergantung penuh kepada-Nya. Jangan pernah mengkhianati Tuhan kita. Responslah kasih-Nya dengan mengasihi-Nya secara sadar.
1. Apa yang Yesus lakukan sebagai seorang gembala?
2. Apa yang Anda lakukan untuk merespons kasih-Nya?






Jangan lengah, covid19 belum selesai, tetap pakai masker saat bepergian, tetap prokes, dan selalu menjaga kesehatan dengan maksimal, Serta tetap berserah amdalkan Tuhan
Share:

Investasi tanpa Resiko

Gimana kabarnya hari ini, sehat..pastinya baik luar biasa. Selamat beraktifitas untuk meraih sukses bersama Tuhan. 
Sebelumnya baca renungan hari ini

Amos 7:1 9; 8:1 3

Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa orang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya!
 Yakobus 5:16

Di bagian ini kita membaca bagaimana Tuhan memberikan kepada Amos empat penglihatan yang berisi pesan penghakiman. Pada penglihatan pertama dan kedua, Tuhan berencana menghukum Israel dengan belalang dan api. Namun, Amos bersyafaat agar Tuhan mengasihani Israel. Tuhan pun memberikan penglihatan ketiga. Banyak ahli memperdebatkan makna bahasa Ibrani anak, yang di dalam LAI diterjemahkan sebagai tali sipat (ay. 7 8) dan tegak lurus (ay. 7), lebih tepat diterjemahkan sebagai aluminium, dimana dinding aluminium yang ada di sisi Tuhan sekaligus yang akan Dia taruh di tengah tengah umat Israel menggambarkan Kerajaan Asyur. Kerajaan Asyur merupakan kerajaan yang diandalkan Israel menggantikan Tuhan, dan Asyur juga yang akan Tuhan pakai untuk memusnahkan Israel. Sampai di sini, Amos tidak bersyafaat lagi. Penglihatan keempat menggambarkan keadaan Israel yang seperti buah masak yang siap dimakan.

Jika doa syafaat diibaratkan sebagai sebuah investasi maka syafaat adalah investasi yang paling minim risiko! Return nya bisa dalam beragam bentuk. Salah satunya mungkin return dalam bentuk doa syafaat orang lain untuk Anda. Bisa juga dalam bentuk ketika orang yang kita doakan mendapat pertolongan Tuhan, dipulihkan keadaannya atau setidaknya mendapat damai sejahtera. Kebalikannya berlaku juga. Jika saat ini Anda merasakan pertolongan Tuhan terlepas dari suatu masalah, maupun dapat menjalani hari dengan sukacita, mungkin itu pun karena doa syafaat orang lain untuk Anda. Saya jadi ingat cerita rakyat dari Kalimantan Barat. Seorang saudagar kaya bernama Saudagar Borong sangat suka menolong kaum fakir miskin. Mereka pun setia mendoakannya. Konon, ketika Saudagar Borong ditanya rahasianya berbisnis, ia menjawab bahwa doa fakir miskin itulah rahasia kesuksesannya.

Tentu saja poin dari renungan ini bukanlah bahwa doa menjamin kesuksesan. Poinnya adalah bersyafaat bukanlah tanggung jawab hamba Tuhan semata, melainkan semua orang percaya. Setiap orang yang sudah percaya Tuhan Yesus, dengan pertolongan Roh Kudus punya kuasa melalui doanya asal memang doa itu seturut kehendak Allah dan sesuai dengan kebenaran firman Tuhan. Yuk, rajin bersyafaat!

Refleksi diri:

Berapa kali Anda bersyafaat dalam seminggu? Siapa orang orang terdekat yang ingin Anda bawa dalam doa?

Apa pengalaman return yang pernah Anda dapatkan melalui syafaat yang Anda panjatkan?


Jangan lengah, covid19 belum selesai, tetap pakai masker saat bepergian, tetap prokes, dan selalu menjaga kesehatan dengan maksimal, Serta tetap berserah amdalkan Tuhan
Share:

Perjumpaan Dengan Tuhan

Gimana kabarnya hari ini, sehat..pastinya baik luar biasa. Selamat beraktifitas untuk meraih sukses bersama Tuhan. 
Sebelumnya baca renungan hari ini

Amos 4:12 13

TUHAN, siapakah yang boleh menumpang dalam kemah Mu? Siapa yang boleh diam di gunung Mu yang kudus? Yaitu dia yang berlaku tidak tercela, yang melakukan apa yang adil dan yang mengatakan kebenaran dengan segenap hatinya,
Mazmur 15:1 2

Apa yang ada di bayangan Anda ketika mendengar kata  berjumpa dengan Tuhan? Mungkin altar call di sebuah KKR sehabis khotbah yang bisa membuat Anda menangis? Atau praise and worship dengan lagu lagu yang menggugah perasaan? Atau mendengar seminar teologi yang membuka pikiran Anda? Atau mendapat penglihatan dari Tuhan? Ketika mengalami mukjizat? Saat menjalani sakramen Perjamuan Kudus atau Baptisan?

Bagian yang kita baca menceritakan perjumpaan dengan Tuhan yang mungkin tidak pernah kita pikirkan. Di bagian bagian sebelumnya, Tuhan telah memberitahukan penghakiman apa yang akan menimpa umat Nya karena dosa dosa mereka. Kini, di ayat 12, Tuhan mengatakan kepada mereka untuk mempersiapkan diri berjumpa dengan Nya. Untuk apa? Perjumpaan seperti apakah itu? Tentunya bukan perjumpaan seperti yang kita bayangkan, melainkan perjumpaan dengan Tuhan yang akan menghukum.

Namun, di balik perjumpaan yang mengerikan ini, kita dapat melihat belas kasihan Tuhan. Dia bersedia berjumpa dengan umat Nya meski mereka telah berdosa terhadap Nya. Tuhan bisa saja mengirim malaikat untuk berjumpa dengan mereka. Tetapi tidak. Dia sendiri yang datang. Ini wajar. Jika Anda memiliki anak yang nakal dan perlu dihukum, tentu Anda akan menghukumnya sendiri, tidak menyuruh orang lain untuk melakukannya. Mungkin bahkan Anda akan marah jika orang lain menghukumnya.

Tidak selalu perjumpaan dengan Tuhan ditandai dengan perasaan tenang atau kebahagiaan seperti yang kita bayangkan. Kadangkala, perjumpaan dengan Tuhan yang menghajar kita akan memperdalam pengenalan kita akan Tuhan, sekaligus memperbaiki hidup kita. Perjumpaan itu bisa terjadi ketika Anda yang selama ini terlalu sibuk dan mengabaikan anak, tahu tahu ia menjadi remaja dengan pergaulan yang tidak baik. Jika Anda seorang istri yang tidak memedulikan suami, tahu tahu Anda melihat ia dekat dengan
wanita lain.

Masalahnya, maukah kita berjumpa dengan Tuhan dalam kondisi seperti ini? Ataukah kita hanya mau berjumpa dengan Tuhan seperti yang kita bayangkan?

Refleksi diri:

Pernahkah Anda berjumpa dengan Tuhan yang menghajar Anda? Apa yang Anda rasakan?

Bagaimana sekarang Anda ingin mengisi hidup setelah mengalami perjumpaan yang menghajar Anda?




Jangan lengah, covid19 belum selesai, tetap pakai masker saat bepergian, tetap prokes, dan selalu menjaga kesehatan dengan maksimal, Serta tetap berserah amdalkan Tuhan
Share:

SIAP MENGHADAPI PERTENTANGAN

Renungan Malam 
Gimana kabarnya hari ini, sehat..pastinya baik luar biasa. Selamat beraktifitas untuk meraih sukses bersama Tuhan. 
Sebelumnya baca renungan hari ini

Matius 10:34-42
Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang.” (Mat. 10:34)l

Di dunia ini jarang sekali kita menjumpai orang yang kesenangannya adalah berkonflik,  berkelahi, bermusuhan, atau mencari masalah. Mengapa? Sebab, itu adalah pilihan hidup yang sangat melelahkan untuk dijalani. Tidak sedikit orang yang sebisa mungkin, bahkan dengan sengaja, menghindari hal-hal tersebut karena ingin merasakan kedamaian dan ketenangan dalam hidupnya.
Di saat semua orang rindu merasakan kedamaian, penulis Injil Matius justru menyatakan dengan tegas bahwa dalam mengikut Tuhan akan ada masa penuh pertentangan dan konflik yang berat. Ketika teks Alkitab hari ini menyatakan bahwa kedatangan Yesus membawa pedang, ini tidak berarti Yesus suka membuat keributan. Bukan pula berarti Injil keselamatan itu bermasalah. Ini justru bentuk penegasan yang mendorong kita untuk mempersiapkan diri pada konsekuensi yang akan kita hadapi sebagai orang Kristen. Kita bisa saja dibenci dan dijauhi oleh orang-orang terdekat kita, termasuk keluarga, karena keyakinan iman kita. Mungkin saja akan ada banyak kesempatan dalam pekerjaan kita yang harus kita tolak karena hal itu bertentangan dengan iman kita. Namun, di atas semua itu, Yesus menjanjikan penyertaan-Nya bahwa mengikut Tuhan tidak akan pernah menjadi pilihan yang salah, betapapun beratnya. Sebab, kita memercayakan hidup kita langsung kepada Allah, Sang Pemilik Kehidupan.
Pembaca yang terkasih, persiapkanlah diri kita dengan baik. Dengan demikian, mengikut Tuhan akan dapat menjadi proses yang tidak hanya membentuk, tetapi juga mendewasakan kita. Tetaplah bergantung kepada Tuhan dalam segala keadaan.

1. Apa makna Yesus datang untuk membawa pedang?
2. Bagaimana kita mempersiapkan diri kita dalam mengikut Tuhan?
Pokok Doa: Mohon tuntunan Tuhan agar bisa berproses dengan baik.




Jangan lengah, covid19 belum selesai, tetap pakai masker saat bepergian, tetap prokes, dan selalu menjaga kesehatan dengan maksimal, Serta tetap berserah amdalkan Tuhan
Share:

Gema Suara Illahi

Renungan Malam 
Gimana kabarnya hari ini, sehat..pastinya baik luar biasa. Selamat beraktifitas untuk meraih sukses bersama Tuhan. 
Sebelumnya baca renungan hari ini

Amos 4:6 11

Suatu hardikan lebih masuk pada orang berpengertian daripada seratus pukulan pada orang bebal.
Amsal 17:10

Apa kalimat yang berulang ulang muncul di bagian yang kita baca? namun kamu tidak berbalik kepada Ku. Kalimat ini diulang sampai lima kali. Ibarat seorang ayah, Tuhan sudah berkali kali memukul dan menghajar orang Israel, entah dengan kelaparan, kekurangan air, gagal panen, sampar, dan bencana alam. Namun, tetap saja mereka tidak bertobat. Di bagian Alkitab yang lain, Tuhan mengatakan bahwa Dia sampai tidak tahu lagi dimana harus memukul umat Nya karena mereka sudah babak belur, tetapi mereka malah makin jahat (Yes. 1:5 6). Tidak heran mereka disebut bangsa yang tegar tengkuk.

Alkitab memiliki nama untuk orang orang seperti ini, yakni orang bebal. Ketika kita membaca Mazmur dan Amsal misalnya, kita mendapat impresi bahwa orang orang bebal adalah mereka yang tidak mengenal Tuhan, para musuh Israel. Ini tidak benar. Ketika Amsal membandingkan orang benar (atau orang bijak) dengan orang bebal, yang dibandingkan adalah sesama umat Tuhan yang sama sama telah tahu kebenaran. Tentu tidak apple to apple (sebanding) kalau Tuhan membandingkan orang orang yang sudah lama mengenalnya dan mereka yang tidak tahu apa pun tentang Nya.

Apakah pukulan Tuhan terlalu keras? Tidak! Ketika kita membandingkan bagian ini dengan kutukan di Imamat 26:14 39 dan Ulangan 28:15 46, kita akan menemukan bahwa peringatan ini sudah diberikan beratus ratus tahun yang lalu dan dituliskan dalam Taurat Musa yang sangat dijunjung tinggi orang orang Israel. Celakanya, sesudah itu pun, mereka masih saja tidak bertobat, bahkan sampai nanti di zaman Tuhan Yesus. Inilah mengapa kebebalan sangat dibenci Tuhan karena sejahat apa pun seseorang, hatinya bisa dilunakkan dan berbalik kepada Tuhan, kecuali jika memang ia bebal.

Saya pernah iseng menghitung berapa kali saya mendengar khotbah mingguan, ikut CG, KKR, retreat, dan lain sebagainya. Sudah ribuan kali. Mungkin Anda juga demikian. Masalahnya, ketika kita mendengar firman Tuhan, respons kita seringkali adalah, Ah, ini tidak relevan dengan hidupku, atau nah ini cocok untuk si X! atau pengkhotbah ini tidak tahu apa apa. Jangan jangan kita sendiri orang orang bebal tersebut.

Refleksi diri:

Apa yang terbesit di kepala Anda ketika mendengar sekali lagi mengenai firman Tuhan?

Apakah pesan Tuhan hanya masuk telinga kanan keluar telinga kiri? Apakah ada sikap kita yang seperti orang bebal?

Jangan lengah, covid19 belum selesai, tetap pakai masker saat bepergian, tetap prokes, dan selalu menjaga kesehatan dengan maksimal, Serta tetap berserah amdalkan Tuhan
Share:

Mungkin

Renungan Malam 
Gimana kabarnya hari ini, sehat..pastinya baik luar biasa. Selamat beraktifitas untuk meraih sukses bersama Tuhan. 
Sebelumnya baca renungan hari ini

Amos 5:1 17

Sebenarnya kamu harus berkata: Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu.
 Yakobus 4:15

Saya pernah mendengar seorang pengkhotbah mengatakan bahwa orang Kristen tidak boleh seperti agama saudara sepupu yang mengatakan, Insyaallah. Kenapa? Karena kita sebagai orang Kristen hidup oleh iman. Benarkah demikian?

Sesudah menyampaikan pesan penghakiman Tuhan, Amos melakukan apa yang dilakukan pengkhotbah KKR pada umumnya: altar call. Memang tidak seperti altar call pada umumnya, tetapi suatu panggilan untuk orang orang Israel bertobat. Namun perhatikan apa yang ia katakan, khususnya di ayat 15. Apakah Amos berkata, Bencilah yang jahat dan cintailah yang baik; dan tegakkanlah keadilan di pintu gerbang; pasti Tuhan akan melepaskan
kita dari hal hal buruk yang kita alami dan melimpahi kita dengan kekayaan, kesembuhan, dan lain sebagainya.? Apakah ini yang ia sampaikan? Tidak, Amos mengatakan mungkin.

Apakah ini berarti Amos kurang iman karena memakai kata mungkin? Tidak! Jika kita melihat sepanjang Perjanjian Lama, tokoh tokoh yang beriman kepada Tuhan pun menggunakan kata mungkin. Ketika Kaleb berencana untuk menduduki tanah yang didiami orang orang asing (Yos. 14:12), ketika Yonatan akan berperang mati matian melawan pasukan Filistin yang jauh lebih besar (1Sam. 14:6), ketika Daud dihina hina oleh Simei saat ia melarikan diri (2Sam. 16:12), dan ketika Yerusalem akan diserang oleh Asyur dan Hizkia memohon pertolongan Tuhan (2Raj. 19:4). Mengapa mereka tidak mengatakan pasti? Jawabannya adalah karena kerendahan hati. Tokoh tokoh ini tidak menjadi sombong mentang mentang anak Tuhan, lantas mengatakan bahwa Tuhan pasti akan menghendaki dan memberikan yang mereka inginkan. Mereka sadar bahwa mereka hanyalah hamba Tuhan yang dipakai menjadi kepanjangan tangan Tuhan untuk menyatakan kehendak Allah
atas manusia dan dunia.

Tentu, dalam hal keselamatan, jaminan hidup kekal dan pengampunan adalah suatu kepastian. Namun, apakah Tuhan akan meluputkan kita dari konsekuensi dosa dosa kita selama di dunia? Apakah Tuhan akan memberkati usaha kita? Apakah Tuhan akan meluruskan rencana kita? Bukan kewajiban Tuhan untuk memberikan kepada kita apa yang kita mau. Melainkan jika Tuhan menghendakinya, kata Yakobus.

Refleksi diri:

Bagaimana kehidupan doa kita? Apakah kita cenderung menuntut Tuhan melakukan yang kita inginkan?

Bagaimana Anda akan membangun sikap hidup jika Tuhan menghendaki?


Jangan lengah, covid19 belum selesai, tetap pakai masker saat bepergian, tetap prokes, dan selalu menjaga kesehatan dengan maksimal, Serta tetap berserah amdalkan Tuhan
Share:

MENJADI MEMPELAI ALLAH

Yeremia 2:1-3, 14-22

Aku teringat kepada kasihmu pada masa mudamu, kepada cintamu pada waktu engkau menjadi pengantin ....” (Yer. 2:2)
Pada tahun 1981 Ted Huston dari University of Texas melakukan penelitian mengenai pernikahan. Ia menemukan bahwa usaha yang dibangun dalam dua tahun pertama pernikahan akan menentukan lama pernikahan pasangan tersebut. Ia mengamati 156 pasangan. Ia menemukan bahwa setelah 13 tahun menikah, 68 pasangan menikah dengan bahagia, 32 pasangan menikah dengan tidak bahagia, 56 pasangan telah bercerai. Semua penemuan ini menunjukkan bahwa pernikahan yang bahagia adalah pernikahan yang diperjuangkan sejak tahun pertama. Hal ini terjadi karena banyak tantangan yang harus dihadapi dalam pernikahan.
Yeremia 2 juga berbicara mengenai pernikahan. Sekalipun demikian, pernikahan yang dimaksud adalah pernikahan Allah dengan umat-Nya. Gambaran umat Allah sebagai mempelai perempuan dari Allah adalah salah satu gambaran umat di Alkitab. Sayangnya, gambaran Israel sebagai mempelai perempuan di Yeremia adalah mempelai yang tidak setia. Israel menyerahkan dirinya pada godaan di sekitarnya. Mereka gagal untuk setia kepada Allah. Mereka menyerahkan diri pada ketidaksetiaan. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan bersama dengan Allah juga dipenuhi tantangan. Ada perjuangan yang harus dilakukan umat Allah untuk dapat membangun cinta kasih kepada Allah.
Pembaca yang dimuliakan Tuhan, , membangun cinta kasih kepada Allah adalah hal yang sangat penting. Kita perlu untuk terus mengupayakan hubungan yang baik dengan Allah. Ada banyak tantangan dalam hubungan dengan Allah. Mari kita berupaya menjadi mempelai Allah yang mengasihi dan setia kepada-Nya.
1. Apa yang menyebabkan Allah begitu kecewa dengan Israel sebagai pengantin-Nya?
2. Apakah yang dapat kita usahakan untuk menjaga hubungan kita dengan Allah?
Pokok Doa: Upaya membangun hubungan pribadi dengan Allah.


Jangan lengah, covid19 belum selesai, tetap pakai masker saat bepergian, tetap prokes, dan selalu menjaga kesehatan dengan maksimal, Serta tetap berserah amdalkan Tuhan

Share:

RASI BINTANG ALLAH

Gimana kabarnya hari ini, sehat..pastinya baik luar biasa. Selamat beraktifitas untuk meraih sukses bersama Tuhan. 
Sebelumnya baca renungan hari ini

Ibrani 13:7-21

Ingatlah akan pemimpinpemimpin kamu, yang telah menyampaikan firman Allah kepadamu. (Ibr. 13:7)

Jauh sebelum perkembangan teknologi seperti saat ini, rasi bintang pernah menjadi alat manusia untuk melakukan navigasi. Rasi bintang adalah sekelompok bintang yang terlihat di langit malam dan tampak saling terhubung membentuk formasi tertentu. Rasi dapat dijadikan sebagai petunjuk arah karena bintang bergerak secara teratur dan dapat diprediksi. Formasi bintang-bintang itu digunakan manusia sebagai petunjuk arah saat malam hari, khususnya ketika berlayar. Setidaknya ada 4 rasi bintang yang digunakan sebagai petunjuk arah, yaitu biduk (arah utara), layang-layang (arah selatan), kalajengking (arah tenggara atau timur), dan orion (arah barat).

Jika rasi bintang di masa lalu menjadi petunjuk arah, maka umat Tuhan di masa lalu juga diberikan petunjuk oleh Tuhan untuk menolong mereka mengikuti Kristus. Petunjuk tersebut, menurut Ibrani 13, adalah para pemimpin. Ibrani 13 memuat nasihat agar umat dapat mengikuti panduan pemimpin. Bagi penulis Ibrani, pemimpin diberikan Allah kepada umat untuk menolong umat mengikuti ajaran Kristus. Hal ini juga tidak lepas dari ragam pengajaran di sekitar umat yang berpotensi untuk menyesatkan umat. Karena itu, mengikuti pemimpin yang dipilih Allah adalah salah satu cara umat untuk dapat tetap berjalan di jalan Tuhan.

Pembaca yang terkasih, di dalam kehidupan kita, Allah memberikan pemimpin yang menolong kita agar dapat tetap berjalan di jalan-Nya. Pemimpin tersebut bisa jadi adalah orang tua, pendeta, pembina di gereja, dan sebagainya. Marilah kita membangun hubungan yang baik dengan para pemimpin tersebut.

1. Siapakah yang diberikan Allah untuk menolong umat mengikuti ajaran Kristus?
2. Siapa sajakah pemimpin di dalam hidup kita yang Tuhan berikan untuk menolong kita berjalan mengikuti ajaran Kristus?

Pokok Doa: Pemimpin yang Tuhan tempatkan untuk menolong kita.
Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.