April 2023 ~ Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

Tanda Yunus

Matius 12:38-41; Yunus 2:1-10.

Tetapi aku, dengan ucapan syukur akan kupersembahkan korban kepada-Mu; apa yang kunazarkan akan kubayar. Keselamatan adalah dari TUHAN.

-Yunus 2:9
Pembahasan tentang kisah Nabi Yunus tidak mungkin terlepas dari apa yang dikatakan oleh
 Tuhan Yesus kepada ahli Taurat dan orang Farisi di Matius 12. Yesus mengatakan bahwa para ahli Taurat dan orang Farisi akan diberikan tanda Yunus untuk membuktikan bahwa Yesus itu Kristus, Sang Mesias. Apa maksud Yesus dengan mengatakan tanda Yunus?
Pada saat itu, T uhan Yesus tidak memberikan tanda apa pun karena sebelum mereka meminta, Dia sudah menunjukkan berbagai tanda dan mukjizat yang membuktikan Diri-Nya adalah Mesias. Permintaan tanda dari ahli Taurat dan orang Farisi hanyalah sebuah usaha untuk mencobai Yesus, bukan untuk percaya kepada-Nya. Yesus memberikan tanda yang sudah ada sejak Perjanjian Lama, yaitu tanda Yunus yang ditelan perut ikan selama tiga hari dan kemudian memberitakan kabar yang membawa keselamatan bagi orang Niniwe. 
Yesus menjanjikan sebuah tanda bahwa Mesias juga akan bangkit setelah tiga hari di dalam kubur yang membuktikan bahwa Diri-Nya adalah Mesias dari Allah dan barangsiapa percaya kepada-Nya akan selamat.
Kisah Yunus di dalam perut ikan menyatakan dengan jelas bahwa keselamatan hanya dari Tuhan. Yunus memberontak terhadap panggilan Tuhan dan berencana lari dari hadapan-Nya, tetapi Allah mencegat kapal yang ditumpanginya dengan angin besar. Yunus pun harus dilempar ke laut agar angin besar itu tenang. Ia mengalami pengalaman hampir mati di dalam laut hingga Tuhan menyelamatkan melalui ikan besar yang menelannya. Yunus akhirnya menyadari bahwa keselamatan dari Tuhan begitu absolut setelah tiga hari berada di perut ikan (ay. 6-9). Dan kesudahannya, Yunus menjadi alat Tuhan membawa keselamatan bagi orang Niniwe (Yun. 3:5).
Keselamatan bagi manusia yang berdosa juga tersedia di dalam Tuhan Yesus Kristus. 
Dosa merupakan pemberontakan kepada Tuhan. Upah dosa ialah maut, tetapi kasih karunia Allah ialah hidup kekal di dalam Kristus Yesus, Tuhan kita (Rm. 6:23). Janganlah keraskan hati seperti ahli Taurat dan orang Farisi. Percayalah kepada Tuhan Yesus dan undang Dia masuk ke dalam hati sebagai Juruselamat Anda. Dan janganlah lupa jika Anda sudah percaya, beritakanlah kepada orang-orang di sekitar Anda yang belum percaya.

Refleksi Diri:

Apakah ada pikiran-pikiran yang membuat Anda kurang percaya terhadap T uhan Yesus yang menyelamatkan Anda dari maut?
Setelah Anda percaya dan menerima Yesus, siapa orang yang Anda rindu untuk beritakan kabar baik tentang keselamatan di dalam T uhan Yesus?
Share:

Layakkah Engkau Marah?

Tetapi firman TUHAN: “Layakkah engkau marah?”
- Yunus 4:4

Seorang bapak ketika melihat anaknya sembuh dari sakit berkata, “Puji Tuhan!” Seorang mahasiswa ketika lulus dari sidang skripsi juga bersorak, “Puji Tuhan!” Seorang karyawan yang mendapatkan promosi jabatan, spontan berujar, “Puji Tuhan!” Kita bisa dengan mudah bersyukur dan memuji Tuhan ketika mengalami yang baik atau harapan kita terwujud. Namun ketika yang dialami bertolak belakang dengan apa yang kita harapkan, bagaimana reaksi kita? Apakah kita masih memuji atau marah kepada Tuhan?
Yunus marah kepada Tuhan karena orang-orang jahat di kota Niniwe yang dibencinya, ketika mendengarkan khotbah pendek yang hanya satu kalimat (Yun. 3:4), mereka kemudian bertobat. Ia tidak suka dengan pertobatan mereka. Yunus seorang nabi lebih suka mereka dihukum bukan diselamatkan. Ia marah-marah ketika menyaksikan pertobatan massal itu terjadi. Tuhan lalu bertanya, “Layakkah engkau marah?” Yunus kembali marah kepada Tuhan ketika pohon jarak yang Tuhan tumbuhkan, Dia izinkan untuk layu kembali, Yunus marah karena tempat berteduhnya hilang, ia marah karena keadaannya tidak mengenakkan (ay. 6-9). Lalu Tuhan berkata lagi, “Layakkah engkau marah karena pohon jarak itu?” Yunus marah untuk hal-hal yang sebetulnya dia tidak punya hak untuk marah.
Kadang kala tanpa disadari, kita berlaku tidak adil terhadap Tuhan. Kita sepertinya berhak untuk mendapatkan apa yang kita inginkan sehingga sering menempatkan diri sebagai Tuhan atas hidup. Ketika pemberian-pemberian dari Tuhan Dia izinkan hilang atau diambil-Nya, kita pun dengan mudah menyalahkan Tuhan. Apalagi dengan sesama, kita merasa sangat berhak untuk menghakimi orang lain.
Namun, kesabaran Tuhan begitu besar. Semua manusia seharusnya dihukum karena dosa, tidak ada seorang pun yang luput, padahal selayaknya Tuhan murka. Tetapi karena kasih karunia Tuhan, kita tidak dimurkai-Nya. Kemurkaan Tuhan yang seharusnya kita terima tidak terjadi, melainkan justru kasih-Nya yang besar melalui Tuhan Yesus Kristus yang kita dapatkan. Jika segala sesuatu tidak berjalan sesuai dengan rencana kita dan kita marah-marah kepada Tuhan, ingatlah perkataan Tuhan, “Layakkah engkau marah?” Coba kita renungkan: apakah kita berhak untuk marah kepada Tuhan? Apakah Tuhan sudah melakukan kesalahan dalam hidup kita? Apakah Tuhan sudah berbuat jahat kepada kita?
Refleksi Diri:
Apakah Anda pernah/sedang marah kepada Tuhan atas masalah yang terjadi dalam hidup Anda?
Bagaimana seharusnya sikap Anda kepada Tuhan ketika hidup tidak sesuai dengan apa yang Anda harapkan?
Share:

Orang Hidup Punya Harapan

Pengkhotbah 9:1-10

Tetapi siapa yang termasuk orang hidup mempunyai harapan, karena anjing yang hidup lebih baik dari pada singa yang mati.
- Pengkhotbah 9:4

Jika meneliti lebih dalam kitab Pengkhotbah, kita akan menemukan hal menarik. Pembacaan sekilas kitab ini akan membawa kita pada kesimpulan bahwa nada kitab Pengkhotbah itu pesimis, ditandai dengan pengulangan kata “sia-sia” sampai 79 kali. Namun, sebenarnya Pengkhotbah tidak mengajarkan pesimisme. Di antara ayat-ayat yang berkesan pesimis justru kita menemukan ayat yang optimis seperti ayat di atas.

Pada ayat 1-3 perikop bacaan, Pengkhotbah mengatakan bahwa semua manusia pada dasarnya menuju tujuan yang sama, yaitu alam orang mati. Seolah-olah tak ada bedanya antara orang baik dan orang jahat. Sampai di sini kita masih melihat nada pesimis. Akan tetapi, Pengkhotbah 9:4 menandai awal perspektif yang berbeda. Ia menekankan keberhargaan kehidupan dibandingkan kematian. Bahwa hidup, sekalipun dalam keadaan menderita atau dianggap hina (seperti anjing), masih lebih baik daripada kematian. Sekadar catatan, pada masa kitab Pengkhotbah ditulis, ajaran tentang kehidupan setelah kematian belum sejelas pada masa Perjanjian Baru sehingga mereka menganggap kematian sebagai akhir segala kehidupan (bdk. Pkh 9:5).
Seseorang disebut hidup jika ia mempunyai harapan. Harapan akan sesuatu yang lebih baik, harapan menjalani hidup yang bermakna, harapan melakukan sesuatu bagi kemuliaan Allah sebelum menghadap takhta pengadilan-Nya (Pkh. 12:14). Seorang yang berpengharapan tidak akan berdiam diri. Ia akan berusaha sebaik-baiknya menjalani kehidupan ini (Pkh. 9:10). Selaras dengan yang dikatakan Rasul Paulus, “Pergunakanlah waktu yang ada (dengan sebaik-baiknya—tambahan penulis), karena hari-hari ini adalah jahat” (Ef. 5:16).
Harapan juga membuat perbedaan ketika seseorang menghadapi tantangan kehidupan. Selama seseorang masih punya harapan, ia akan sanggup menjalani kehidupan, betapa pun beratnya. Dengan demikian, pengkhotbah ingin menyampaikan pesan, “Jangan menyerah, jangan berputus asa. Meskipun hidup ini sia-sia, tidak berarti tidak ada harapan dalam hidup. Hidup adalah berkat yang Tuhan berikan pada manusia. Kehidupan itu lebih baik daripada kematian. Karena itu, selama masih hidup, jadikanlah hidupmu berarti.”

Refleksi Diri:
Mengapa harapan sangat penting bagi hidup kita?
Bagaimana menyatakan sikap hidup berpengharapan di dalam hidup sehari-hari Anda?
Share:

Haus Akan Tuhan

Mazmur 42:1-12

Jiwaku haus kepada Allah, kepada Allah yang hidup. Bilakah aku boleh datang melihat Allah?
- Mazmur 42:3

Pendeta dan penulis Amerika, A.W. Tozer berpendapat, “Salah satu musuh terbesar orang Kristen adalah cepat puas diri secara rohani. Kekristenan telah jatuh dalam keadaannya yang rendah sekarang ini karena kurangnya hasrat akan Allah. Di antara mereka yang mengaku sebagai orang Kristen sangat jarang memperlihatkan rasa haus yang bergairah akan Tuhan.” Fenomena riil saat ini memperlihatkan bahwa tidak banyak orang yang mau membayar harga dan berkorban untuk mengejar pengenalan akan Allah. Umumnya, kita lebih berani berkorban demi mencapai kesuksesan jasmaniah dibandingkan rohaniah, bukan?
Rasa haus dan lapar merupakan tanggapan tubuh sebagai tanda bahwa tubuh kita masih hidup. Demikian juga dalam hal kerohanian. Salah satu indikator kerohanian kita masih hidup dan sehat adalah adanya rasa haus dan lapar akan Tuhan. Berhenti haus dan lapar akan Allah berarti kita sedang mati secara rohani.
Ayat di atas mencerminkan kehidupan rohani Pemazmur. Ia menganalogikan orang percaya dengan rusa yang haus akan air, yang selalu mencari pemuasan dan kepuasan di dalam Tuhan saja. Karena harta kekayaan, kesenangan, hobi, maupun makanan, tak satu pun dapat memuaskan dahaga jiwa kita. Hanya di dalam Tuhan Yesus, kita menemukan kepuasan sejati. Yesus mengundang kita datang kepada-Nya, “Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi.” (Yoh. 6:35). Kristus adalah makanan yang memelihara kehidupan kerohanian sehingga kita yang percaya kepada-Nya pasti mengalami kepuasan jiwa.
Jangan biarkan perkara duniawi menghambat dan mengurangi kerinduan jiwa kita akan Tuhan. Tidaklah salah menikmati berkat-berkat Tuhan, tapi jangan sampai kita terikat padanya. Itu bukan tujuan hidup, tapi sarana hidup. Ingatlah, tujuan hidup kita adalah untuk memuliakan Tuhan dan menikmati Dia selamanya. Karena itu, waspadalah terhadap ketamakan, usaha mengejar kesenangan dan kenikmatan dunia yang menghalangi kecintaan kita kepada Tuhan. Berdoalah agar keinginan akan hadirat Tuhan diperkuat, kasih kita akan Tuhan makin bertambah, dan hasrat untuk membaca Alkitab makin bertambah. Kerinduan akan relasi dengan Tuhan melalui doa makin intensif dan komitmen melayani Tuhan makin bertumbuh.
Refleksi Diri:
Kapan terakhir kali Anda memiliki rasa haus dan lapar akan Tuhan? Apa yang menghalangi rasa haus Anda akan Tuhan saat ini?
Apa yang Anda akan lakukan untuk menumbuhkan atau membangkitkan kembali rasa lapar dan haus akan Tuhan?
Share:

Tenang dan Percaya

Nats: Yesaya 30:15, 
Sebab beginilah firman Tuhan ALLAH, Yang Mahakudus, Allah Israel: “Dengan nyaman dan diam kamu akan diselamatkan dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatanmu.” Tapi kamu enggan”

Bagi orang yang tidak bisa berenang, tercebur ke kolam yang dalam adalah pengalaman yang menakutkan. Orang itu tentu membutuhkan pertolongan. Namun, supaya bisa ditolong dia harus tenang, mendengarkan, dan menurut petunjuk penolongnya. Kepanikan hanya akan menambah bahaya baginya.
Yehuda sedang panik. Di tengah krisis, mereka sibuk mencari bantuan dengan caranya sendiri. Mereka memutuskan untuk melindungi bangsa lain yang menurut mereka lebih kuat daripada bangsa penyerang.
Mereka mencari perlindungan kepada Mesir dan melupakan Allah (2). Padahal, Allah menginginkan agar mereka tetap tenang dan percaya kepada-Nya. Firman Allah yang datang kepada mereka mengingatkan bahwa berharap kepada Mesir dan kekuatan perangnya hanya akan membuat mereka malu, sebab Mesir tidak akan berdaya menghadapi Asyur (3, 7). Allah menyebut mereka sebagai anak-anak pemberontak, sebab sekalipun mereka adalah anak-Nya tetapi mereka tidak mau mendengarkan suara-Nya yang datang melalui nabi-Nya. Justru mereka membungkam dan mengusir nabi itu (10-11). Saat Allah meminta mereka tinggal tenang dan berharap kepada-Nya, Yehuda justru sibuk dengan kepanikannya.
            Kita pasti pernah mengalami peristiwa yang berat dalam hidup ini. Pada saat seperti itu, kita punya dua pilihan.
Pertama, kita bereaksi terhadap kepanikan dan berpikir pendek mengenai penyelesaian masalah sesegera mungkin.

Kedua, kita merespons dengan berhenti sejenak untuk menenangkan diri, berdoa memohon pertolongan Allah dan hikmat-Nya.
            Cara pertama akan mendorong kita untuk mengambil pilihan yang tidak cermat bahkan tidak sesuai dengan kehendak Allah. Cara kedua akan memberi kesempatan kepada Allah untuk bekerja menolong dan membuat kita berpikir jernih.
Jadi dengan pilihan yang ada itu, memilih tetap tenang dan percaya serta mengikuti kehendak Allah adalah pilihan yang terbaik. Akankah Anda memilihnya?
Hanya kepada Tuhanlah, Israel seharusnya berharap. Kesetiaan dan kemahakuasaanNya telah terbukti  benar-benar berdaulat sebab itu jangan lupakan Tuhan. 
Saudara-saudara percayalah dan arahkanlah hati kita pada pimpinan Tuhan, itulah harapan satu-satunya yang takkan pernah luntur tetapi membuahkan kedamaian, selanjutnya yakinilah bahwa kita akan melihat bagaimana Allah akan bertindak mengatasi setiap masalah dalam kehidupan kita.
Tuhan Yesus nemberkati…
Share:

Alkitab Di Tangan

2 Raja-raja 23:1-30
Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.
- Mazmur 119:105
Jakob Van Bruggen, seorang profesor Perjanjian Baru mengatakan, “Gereja Kristen yang Am di sepanjang masa mempunyai Rajanya di surga, Roh Allah di hatinya, dan Alkitab di tangannya.” Bruggen menyampaikan keterkaitan dengan Alkitab merupakan karakteristik utama dari gereja Tuhan dan murid Tuhan yang sejati. Seseorang tidak bisa menjadi Kristen jika tidak hidup bergaul dan dituntun oleh Alkitab dalam setiap tindak- tanduk kehidupannya. Kehidupan Kristen didasari oleh wahyu Allah, bukan oleh penilaian manusia. Alkitab diberikan Tuhan bagi manusia agar kita dapat mengerti kehidupan seperti apa yang Tuhan kehendaki.
Raja Yosia dapat melakukan transformasi rohani di Yehuda semata-mata karena ia dituntun oleh firman Tuhan, khususnya kitab Taurat. Sebelum Taurat ditemukan di Bait Suci, bangsa Israel hidup berkubang dosa. Mereka mengikuti raja-raja sebelum Yosia dan terlibat dalam penyembahan berhala. Mereka tidak lagi mengunjungi Bait Suci untuk berbakti kepada Tuhan. Setelah Taurat ditemukan, umat Tuhan ini pun acapkali mengabaikan firman Tuhan yang tertulis di dalamnya. Betapa terpuruknya kehidupan umat Tuhan yang meninggalkan wahyu Tuhannya.
Setelah membaca kitab Taurat, Yosia kembali mengerti apa yang menjadi kehendak Tuhan bagi hidupnya dan bangsa Israel. Ia mengembalikan peribadatan yang benar kepada Tuhan di Bait Suci. Ia menghancurkan segala tempat penyembahan berhala beserta patung- patung sesembahannya. Yosua juga memperbarui perjanjian antara Tuhan dan bangsa Israel, yaitu mereka akan hidup mengikut Tuhan dengan segenap hati dan jiwa. Paskah kembali dirayakan sehingga bangsa Israel tahu bahwa Tuhan adalah Allah yang telah menyertai mereka sepanjang zaman, bukannya berhala. Yosia juga mengusir semua orang-orang jahat yang memengaruhi bangsa Israel untuk menduakan Allah. Yosia melakukan ini semua karena ada Alkitab di tangannya.
Tanpa Alkitab napas hidup kita tidak akan berhenti. Hidup kita akan terus berjalan meskipun tidak membaca Alkitab. Namun, yakinlah hidup Anda tidak akan sejalan dengan kehendak Allah tanpa Alkitab. Tidak ada hari depan yang penuh pengharapan bagi Anda di luar Alkitab (Yer. 29:11).
Refleksi Diri:
Apakah Anda masih membaca Alkitab setiap hari? Jika tidak, bagaimana Anda ingin memperbaiki komitmen Anda dalam hal tersebut?
Apa yang akan terjadi dengan kehidupan Anda jika tidak dituntun oleh Alkitab?
Share:

Sikap Dalam Memberi Persembahan

2 Korintus 9:7-12
Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita.
- 2 Korintus 9:7

Perjanjian Lama memuat banyak kejadian penyembahan berhala. Mulai dari penyembahan kepada patung lembu emas, penyembahan allah yang disembah oleh bangsa-bangsa di sekitar orang Israel, pemberian korban bakaran untuk dewa-dewa Mesir, dan lain sebagainya. Ah, semua itu kan masa lalu! Zaman sekarang tidak banyak orang menyembah patung dan siapa saat ini yang membakar kambing/domba untuk dijadikan persembahan? Eits, tunggu dulu. Berhala zaman dahulu wujudnya berbeda dengan berhala zaman sekarang. Hal yang menurut kita baik, bisa jadi itu adalah berhala kita. Mungkin salah satunya adalah dalam hal memberikan persembahan.
Apa tujuan kita dalam memberikan persembahan? Apakah supaya gereja dapat menjalankan fungsinya dengan baik? Atau persembahan hanyalah bentuk tanggung jawab yang harus kita lakukan agar tidak ada orang yang menggunjingkan kita karena tidak memasukkan amplop ke kotak persembahan? Jika tujuan kita adalah hal-hal yang baru disebutkan maka memberikan persembahan hanyalah sebagai tuntutan agamawi yang harus dilakukan dan lama-kelamaan bisa menjadi berhala dalam hati kita. Apa yang harus kita lakukan supaya memberikan persembahan tidak menjadi berhala dalam hidup kita?
Memberikan persembahan seharusnya bukan didasarkan pada pemahaman bahwa jika saya memberikan banyak persembahan maka Tuhan akan memberkati berkali-kali lipat dari apa yang saya berikan kepada-Nya. Bukan pula pemahaman bahwa jika bukan karena saya yang memberikan persembahan maka gereja tidak bisa berkembang hingga sekarang.
Memberikan persembahan yang Tuhan kehendaki ialah didasari sukacita, kasih, dan rasa syukur kita kepada Allah yang telah lebih dahulu menyatakannya kepada kita (ay. 7, 12). Tiga prinsip dalam memberi yang benar dari ayat emas di atas. Pertama, memberi dengan kerelaan hati atau sukarela karena kita memberi kepada Tuhan. Kedua, memberi dengan sukacita, bukan dengan sedih hati sebab saat kita memberi, kita bukannya kehilangan, melainkan sedang menabur. Ketiga, memberi bukan karena terpaksa sebagai kewajiban agamawi, melainkan harus dengan ketulusan hati. Marilah memeriksa sikap hati kita dalam hal memberi persembahan. Ingat, Tuhan Yesus telah lebih dahulu memberi banyak anugerah dalam hidup kita, terlebih pemberian hadiah keselamatan dengan cuma-cuma.
Refleksi Diri:
Apa tujuan Anda selama ini dalam memberi persembahan? Apakah sudah didasari pemahaman yang benar?
Apakah Anda sudah memberi persembahan sesuai dengan ketiga prinsip yang disampaikan di atas?
Share:

Bekerja Dipenuhi Roh Kudus

Keluaran 31:1-11

Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: “Lihat, telah Kutunjuk Bezaleel bin Uri bin Hur, dari suku Yehuda, dan telah Kupenuhi dia dengan Roh Allah, dengan keahlian dan pengertian dan pengetahuan, dalam segala macam pekerjaan,
- Keluaran 31:1-3

Banyak orang Kristen memaknai hidup yang dipenuhi Roh Kudus mengenai hal-hal spektakuler. Jika melihat pekerjaan Roh Kudus hanya sebatas itu maka kuasa kerja Roh Kudus tampak sangat terbatas dan tidak efektif karena hanya bekerja di saat-saat tertentu dan dalam wujud hal-hal spektakuler saja. Apakah Anda pernah berpikir bahwa ketika Anda melakukan pekerjaan sehari-hari seharusnya juga dilakukan berdasar kepenuhan Roh Kudus?

Waktu Tuhan akan membuat kemah suci, Dia memilih dua orang yang ahli dalam pekerjaannya, yaitu Bezaleel dan Aholiab. Yang menarik adalah mereka bekerja dengan pimpinan Roh Tuhan bukan hanya dengan skill (keahlian) mereka saja, seperti yang dikutip pada ayat emas. Padahal pekerjaan mereka adalah pekerjaan yang tampak biasa, tetapi tetap bermakna rohani. Bisa dibayangkan ketika mereka mengasah batu pertama, mengukir kayu, menenun kain dengan jarum dan benang yang ada di tangannya, orang-orang mungkin melihat semuanya adalah pekerjaan biasa. Namun, kita melihat mereka bekerja dalam kepenuhan Roh Tuhan. Mereka bukan asal ahli, tetapi Roh Tuhan yang memimpin sehingga mereka bisa menyelesaikan pekerjaan yang seharusnya. Seperti dua orang yang dipilih oleh Tuhan, mereka mampu melakukan itu karena dimulai dengan dipenuhi Roh Tuhan. Setiap pekerjaan itu penting bagi Tuhan.

Kita pun harus ingat ini di dalam Efesus 2:10, “Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.” Kita diciptakan bukan hanya untuk bekerja atau mencari uang, melainkan dengan tujuan yang lebih utama. Tuhan Yesus yang telah mati dan bangkit, menyelamatkan untuk mengembalikan kita kepada tujuan semula Tuhan, yaitu berkarya di semua lini kehidupan untuk kemuliaan Tuhan.

Pekerjaan apa pun yang Anda jalani hari ini, ingat berjalanlah dalam pimpinan Roh Kudus. Biarlah setiap karya yang Anda buat, tetap terhubung dengan Tuhan. Renungkan dan pikirkan dari pekerjaan yang Anda kerjakan, apa yang bisa dibuat untuk Tuhan? Bagaimana bisa menjadi berkat buat orang banyak?

Refleksi Diri:

Apakah tujuan dan makna dari pekerjaan Anda saat ini?
Apakah yang mau Anda lakukan dari pekerjaan Anda agar dapat memuliakan Tuhan?
Share:

Kekekalan Dalam Hati

Pengkhotbah 3:1-11
Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir.
- Pengkhotbah 3:11

Manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir.” Apa maksudnya? Kita tahu Allah berkuasa mengendalikan segala sesuatu, bahwa segala sesuatu terjadi sesuai musimnya, dan bahwa kita makhluk yang kekal. Namun, pengetahuan itu tidak serta merta membuat kita memahami dan menerima mengapa Allah melakukan ini dan itu. Jalan Allah bukan jalan manusia, rancangan Allah bukan rancangan manusia (Yes. 55:8). Seringkali kita dibiarkan tidak mengerti mengapa sesuatu hal terjadi. Dalam hal ini, kita hanya bisa beriman bahwa jalan-Nya sempurna (Rm. 8:28).

Banyak orang yang menderita berat bertanya kepada Tuhan, “Mengapa ya, Tuhan?” atau “Mengapa saya ya, Tuhan? Apa dosa saya?” Apakah mereka mendapat jawaban? Tidak. Jarang sekali Tuhan berbicara langsung kepada mereka menyatakan alasan penderitaan tersebut. Bahkan Ayub pun tidak langsung mendapat jawaban ketika menderita sangat berat. Sampai akhir kitab Ayub, kita tidak mendapatkan penjelasan langsung Allah kepada Ayub mengapa ia menderita. Ayub hanya diperintahkan untuk percaya dan mengakui kedaulatan Allah. Jadi, alih-alih bertanya, “Mengapa?”, lebih baik kita membuat pernyataan “Aku percaya ya, Tuhan! Percaya kepada rancangan-Mu adalah yang terbaik bagi hidupku.”

Saya coba kutipkan apa yang dikatakan Matthew Henry sebagai wasasan tambahan, “Setiap hal adalah seperti yang Tuhan buat; tidak seperti yang tampak bagi kita. Kita terlalu banyak menyimpan dunia di dalam hal kita, terlalu dikuasai pikiran dan beban hal duniawi sehingga tidak punya waktu dan hati untuk melihat tangan Allah di dalamnya. Dunia tidak hanya berhasil menguasai hati kita tetapi telah membangun pikiran yang berlawanan dengan keindahan karya Allah.”

Tuhan Yesus pernah menderita sangat saat harus memikul salib dan meregang nyawa di atas kayu salib tersebut untuk memberikan rancangan hidup indah dan kekal bagi kita. Marilah belajar melihat bahwa penderitaan yang Tuhan izinkan terjadi dalam hidup kita berada di dalam rancangan-Nya dan pada akhirnya membawa kebaikan kepada kita.

Refleksi Diri:

Mengapa pertanyaan “mengapa saya menderita” adalah pertanyaan yang sia-sia?
Bagaimana seharusnya Anda bersikap ketika menderita?
Share:

Kekekalan Dalam Hati

Pengkhotbah 3:1-11

Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir.
- Pengkhotbah 3:11

Pengkhotbah 3:11 adalah ayat terkenal. Namun, seringkali hanya dikutip bagian awalnya saja, sampai kata “waktunya”. Yang menarik justru bagian selanjutnya. Setidaknya ada dua pertanyaan, yaitu apa yang dimaksud dengan “Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka” dan “manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir”.

Manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Allah menanamkan dalam hati manusia kesadaran akan kekekalan, bahwa yang di dunia ini hanyalah sementara, bukan final. Kehidupan manusia di dunia ini tidak selesai begitu saja ketika manusia mati. Ada sesuatu yang tidak dapat kita lihat dan alami di sini dan sekarang ini. Musim kehidupan seperti yang digambarkan dalam ayat 1-8 hanyalah sebagian dari keseluruhan. Tidak ada yang memuaskan di dunia ini (Pkh. 1:2). Akan tetapi, sekalipun hidup manusia naik-turun dan berubah-ubah, ada satu hal yang pasti dan tidak berubah, yaitu kekekalan di dalam hati manusia.

Kitab Pengkhotbah sepertinya mengajarkan pesimisme dalam hidup dengan sering sekali memakai kata “sia-sia”. Namun, sesungguhnya bukan itu tujuannya. Pengkhotbah mengajari kita bahwa hidup akan menjadi sia-sia jika hanya berfokus pada kehidupan di muka bumi ini dan saat ini. Jika kita melihat kehidupan melampaui masa yang sekarang maka hidup tidak akan lagi menjadi sia-sia. Jika kita fokus pada kehidupan kekal yang ada di dalam Yesus Kristus maka hidup akan menjadi berarti.

Jauh sebelum Kristus lahir ke dalam dunia, Pengkhotbah sudah menyatakan bahwa kebahagiaan hidup manusia hanya ada di dalam Allah yang hidup. Dia sudah mengarahkan pesan tulisannya pada kedatangan Yesus Kristus yang menjamin kehidupan kekal bagi manusia. Bahwa Tuhan Yesus-lah yang mampu mengubah kesia-siaan dalam kefanaan dunia ini menjadi kebermaknaan dalam kehidupan kekal di dalam-Nya dan bersama-Nya.

Mari semua anak Tuhan, kerjakanlah keselamatan Anda dengan menjalani hidup sekarang yang fana dengan hal-hal berarti dan bersifat kekal. Hendaklah hidup kita mempermuliakan nama Tuhan. Jangan sia-siakan hidup!

Refleksi Diri:

Apakah kesalahannya jika Anda hanya memikirkan perkara fana di dunia ini?
Mengapa penting mengarahkan pikiran kita pada perkara kekal, yaitu kehidupan kekal di dalam Tuhan Yesus?
Share:

Aktif Berserah

Sebab aku ini rela bukan saja untuk diikat, tetapi juga untuk mati di Yerusalem oleh karena nama Tuhan Yesus.
- Kisah Para Rasul 21:13b

Rabu 14 Juni 2017 dinihari menjadi hari yang sangat mencekam bagi kota London. Sebuah apartemen berlantai 24 mengalami kebakaran yang sangat hebat. Seorang saksi mata menceritakan, orang-orang berteriak meminta pertolongan dan sebagian dengan nekat melompat keluar dari jendela. Tujuh belas orang meninggal karena kebakaran, sementara puluhan orang luka-luka dan hilang. Di balik kejadian yang mencekam ini, hal ajaib terjadi, seorang bayi berhasil selamat dengan cara dilemparkan dari jendela lantai 10. Saksi mata menceritakan seorang wanita terlihat hendak melemparkan bayinya ke bawah dengan harapan ada yang menangkap. Ketika seorang pria berlari dan siap menangkap sang bayi, perempuan itu segera melempar dan bayi itu selamat.

Rasul Paulus menjadi teladan dalam kehidupan yang berserah kepada Tuhan. Meskipun Agabus menubuatkan bahwa ia akan dianiaya dan ditangkap di Yerusalem, Paulus tidak bergeming. Paulus mengetahui dengan jelas segala penderitaan yang menantinya di Yerusalem (Kis. 20:23). Perjalanan dari kota ke kota mengajarkannya bahwa perjalanan ke Yerusalem tidak akan lebih mudah, seperti perjalanan-perjalanan sebelumnya yang akan membawanya pada kesengsaraan hebat. Tapi dengan bulat hati Paulus tetap ingin pergi ke Yerusalem. “Sebab aku ini rela bukan saja diikat, tetapi juga untuk mati di Yerusalem oleh karena nama Tuhan Yesus.” (ay. 13). Perkataan ini bukanlah wujud kesombongan Paulus, melainkan seruan yang menandakan bahwa Paulus berserah kepada Tuhan. Paulus hidup bagi Kristus yang telah memanggilnya untuk memberi kesaksian tentang Injil dan dia memercayakan kehidupannya pada kehendak Kristus.

Dalam kehidupan Kristen, berserah bukanlah suatu kepasifan melainkan suatu lompatan iman yang menyerahkan diri pada kehendak Tuhan. Ketika Paulus bersikukuh pergi ke Yerusalem, ia secara aktif mencari kehendak Tuhan dan menyerahkan hidup pada kehendak Tuhan. Dalam segala keadaan hidup mari kita berserah kepada Tuhan. Berserah bukan berarti berdiam diri dan berharap bahwa Tuhan akan membereskan segala sesuatunya bagi kita, tetapi berserah yang secara aktif mencari dan memercayakan kehidupan kepada kehendak Tuhan. Serahkanlah hidup Anda kepada Tuhan Yesus karena hanya Tuhan-lah yang sanggup menyelamatkan hidup Anda.

Refleksi Diri:

Apa alasan-alasan Anda harus berserah kepada Tuhan?
Bagaimana sikap hidup yang berserah kepada Tuhan Yesus? Apa rencana Anda untuk mengembangkan sikap ini?
Share:

BERJALAN DALAM KEMENANGAN

Roma 6:11-12
Ketika seseorang mati secara fisik, orang itu tak lagi memiliki kepekaan terhadap rangsangan dan segala sesuatu yang terjadi di sekitarnya. Demikianlah dengan kita yang pada dasarnya telah mati secara rohani dalam dosa (Efesus 2:1), kita tidak memiliki kepekaan terhadap Tuhan dan firman-Nya. Kita dipisahkan dari Allah sebagai hukuman atas dosa-dosa kita, dan apabila kita tidak pernah dilahirkan kembali, maka kita dipisahkan dari Allah selamanya. Itulah sebabnya, kita perlu dilahirkan kembali. 
Di dalam Alkitab, kelahiran baru kita dikaitkan dengan kebangkitan Kristus. Sebagaimana kata Petrus, “Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati.” (1 Petrus 1:3), dan juga kata Paulus, “sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita--oleh kasih karunia kamu diselamatkan--dan di dalam Kristus Yesus Ia telah membangkitkan kita juga”. Ketika kita percaya dan menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, kita diidentifikasikan dengan Kristus dalam kematian dan juga kebangkitan-Nya, “kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru.” (Roma 6:4). Teolog Wayne Grudem mengatakan bahwa dengan membangkitkan Kristus dari kematian, Allah Bapa menyetujui pekerjaan penderitaan dan kematian Kristus untuk dosa-dosa kita. Tidak ada lagi murka Allah yang harus ditanggung, tidak ada lagi rasa bersalah, semuanya dibayar lunas. Kristus tidak hanya membayar hukuman atas dosa dan mematahkan kuasa dosa atas hidup kita, kebangkitan-Nya pun memberdayakan kita untuk berjalan dalam kemenangan. Sesuai kata Paulus bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan supaya dosa tak lagi berkuasa dalam tubuh kita dan kita dapat mempersembahkan diri kepada Tuhan menjadi senjata kebenaran. Dengan mengetahui kuasa kebangkitan, marilah kita berjalan di dalamnya, yaitu dengan tinggal di dalam Kristus bagaikan ranting yang sangat bergantung pada pokok anggur. Tinggal di dalam-Nya dilakukan melalui doa setiap saat, mengikuti program Bible Reading di gereja kita, melalui penyembahan dan ketaatan kita pada petunjuk-Nya, serta melalui pelayanan kita. Praktik-praktik ini akan membantu kita untuk senantiasa merenungkan identitas baru kita di dalam Kristus yang telah bangkit. Ingat, kita bukanlah kita yang dahulu, jadi jangan bertindak seperti dulu..
REFLEKSI DIRI
1. Apa saja praktik dari kehidupan yang berjalan di dalam kuasa kebangkitan?
2. Apakah kehidupan sehari-hari Anda telah menunjukkan kehidupan yang berjalan dalam kuasa kebangkitan? Jika belum, apa upaya Anda untuk berjalan di dalamnya?

YANG HARUS DILAKUKAN
Berjalan dalam kemenangan dengan cara tinggal di dalam Kristus melalui doa setiap saat, mengikuti program Bible Reading di gereja kita, melalui penyembahan dan ketaatan kita pada petunjuk-Nya, serta melalui pelayanan kita.
POKOK DOA
Tuhan Yesus, aku mau menjadi ranting yang bergantung kepada pokok anggur. Aku mau hidup di dalam Engkau. Roh Kudus mampukan aku untuk dapat berdoa setiap saat, mengikuti program Bible Reading, taat pada petunjuk-Mu, dan setia melayani-Mu. Dalam nama Yesus. Amin.
HIKMAT HARI INI
“Di luar Kristus, saya hanyalah orang berdosa, tetapi di dalam Kristus, saya diselamatkan. Di luar Kristus, saya kosong; di dalam Kristus, saya dipenuhkan. Di luar Kristus, saya lemah; di dalam Kristus, saya kuat. Di luar Kristus, saya tidak bisa; di dalam Kristus, saya sudah menang. Betapa berartinya kata-kata, ‘di dalam Kristus’”. – Watchman Nee
Share:

Kasih yang disiplin Keras (Though love)

Yunus 2:1-10

Hai anakku, janganlah engkau menolak didikan TUHAN, dan janganlah engkau bosan akan peringatan-Nya. Karena TUHAN memberi ajaran kepada yang dikasihi-Nya, seperti seorang ayah kepada anak yang disayangi.
- Amsal 3:11-12

Tough love merupakan sebuah istilah bahasa Inggris yang berarti memperlakukan orang lain dengan tegas dan disiplin untuk membantunya menjadi orang yang lebih baik di kemudian hari. Istilah ini menunjukkan sebuah tipe kasih yang keras, yang tampaknya tidak akan disenangi oleh kebanyakan orang. Gambaran kasih yang disenangi banyak orang adalah kasih yang lemah lembut dan menerima seseorang dengan segala kondisinya. Meskipun demikian, Tuhan terkadang menyatakan kasih yang keras ini terhadap umat-Nya yang sedang tersesat.
Pengalaman Yunus di perut ikan menunjukkan tough love dari Tuhan kepadanya. Yunus menolak panggilan Tuhan dengan terang-terangan meski ia tahu konsekuensi dari tindakannya. Tuhan pun tidak tinggal diam terhadap pilihan Yunus yang salah, Dia menggunakan berbagai cara untuk membawa Yunus kembali pada panggilan-Nya. Allah melemparkan angin ribut ke laut di mana kapal Yunus berada (Yun. 1:4), sampai akhirnya Yunus juga dilemparkan ke laut oleh para awak kapal (Yun. 1:15). Semua kondisi membuat Yunus merasa hidupnya sudah berakhir (ay. 4-5) tetapi Tuhan menyelamatkannya dengan ajaib (ay. 6; bdk. Yun. 1:17). Pengalaman Yunus membuat ia tersadar bahwa Tuhan adalah Juruselamat dan keselamatan hanya berasal daripada-Nya (ay. 9).
Tuhan juga dapat memberikan tough love kepada orang Kristen pada masa kini. Bentuk dari kasih Tuhan yang keras memang tidak akan sama seperti yang dialami oleh Yunus. Namun, Dia tetap dapat mengizinkan hal-hal kurang baik terjadi dalam hidup umat-Nya. Ketika Tuhan mengizinkan hal yang kurang baik terjadi dalam hidup bukan berarti Dia tidak atau kurang mengasihi umat-Nya. Mungkin saja ada sifat atau perilaku salah yang Tuhan ingin ubah dari dalam diri seseorang atau memang hal tersebut konsekuensi buruk dari kesalahan seseorang. Jika ada hal buruk terjadi dalam kehidupan, lebih baik kita mengevaluasi kehidupan, mungkin ada hal yang Tuhan ingin ubah. Tetaplah percaya bahwa Tuhan Yesus selalu memegang kendali. Bahkan, dalam kondisi paling buruk sekalipun, Yesus tetap mampu menggunakannya untuk mendatangkan kebaikan bagi orang yang mengasihi-Nya (Rm. 8:28).
Refleksi Diri:
Kapan Anda terakhir kali mengalami hal buruk dalam hidup? Apa yang Anda pelajari tentang kasih Tuhan dalam kondisi tersebut?
Apakah ada hal yang ingin Tuhan ubah dalam hidup Anda dari pengalaman buruk tersebut?
Share:

Kepastian Kebersamaan Sekarang Juga

1 Tesalonika 5:1-11

Karena Allah tidak menetapkan kita untuk ditimpa murka, tetapi untuk beroleh keselamatan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita, yang sudah mati untuk kita, supaya entah kita berjaga-jaga, entah kita tidur, kita hidup bersama-sama dengan Dia.
- 1 Tesalonika 5:9-10

Kita tahu kepastian keselamatan ada di dalam Tuhan Yesus, tetapi kepastian itu bukan hanya kepastian keselamatan nanti yang akan dirasakan, tetapi kepastian sekarang juga. Ayat 10 mengatakan, “supaya, entah kita berjaga-jaga, entah kita tidur, kita hidup bersama-sama dengan Dia.” Kata “berjaga-jaga” bisa disamakan dengan hidup, sedangkan kata “tidur” disamakan dengan kematian. Jadi, di dalam dua keadaan yang kita pasti jalani, waktu terjaga (hidup), waktu tidur (kematian), kita hidup bersama-sama dengan Tuhan. Kata “bersama-sama” bisa juga berarti di waktu yang sama, saat ini dan kapan pun, Tuhan selalu bersama-sama dengan kita.

Karya Kristus menghubungkan kembali relasi kita dengan Tuhan yang tadinya terpisah tanpa bisa diseberangi, sekarang tersambung dan tidak ada yang bisa memisahkan. Seringkali muncul pemikiran keliru, bahwa kita akan bersama-sama dengan Allah waktu di surga saja. Namun, Rasul Paulus mengingatkan bahwa di kehidupan sekarang ini pun kita ada bersama- sama dengan Allah. Hidup memang kadang terasa sulit, menakutkan karena tidak tentu, bisa juga menyakitkan, tetapi di dalam semua itu, di waktu ini, sekarang juga, kita hidup bersama-sama dengan Dia. Ini kepastian yang tidak tergantikan, yang sangat menghibur. Satu bagian firman Tuhan yang menguatkan, “Apabila engkau menyeberang melalui air, Aku akan menyertai engkau, atau melalui sungai-sungai, engkau tidak akan dihanyutkan; apabila engkau berjalan melalui api, engkau tidak akan dihanguskan, dan nyala api tidak akan membakar engkau. Sebab Akulah TUHAN, Allahmu, Yang Mahakudus, Allah Israel, Juruselamatmu.” (Yes. 43:2-3).

Janji Tuhan bagi setiap orang percaya adalah Dia akan selalu berjalan bersama dengan kita. Banyak orang di masa yang tidak pasti ini merasa dirinya berjalan sendirian, tidak ada yang memedulikannya. Kiranya mereka dapat mendengar bahwa ada kepastian kebersamaan dengan Tuhan bagi yang percaya kepada-Nya, kebersamaan sekarang juga. Perjalanan hidup yang penuh ketidakpastian pasti bisa dijalani dengan pasti karena ada Tuhan yang selalu menemani perjalanan tersebut.

Refleksi Diri:

Mengapa orang Kristen memiliki kepastian kebersamaan di dalam Tuhan Yesus?
Bagaimana kebenaran Tuhan Yesus selalu bersama-sama dapat menguatkan dan menghiburkan Anda?
Share:

Kepastian Keselamatan

1 Tesalonika 5:1-11

Karena Allah tidak menetapkan kita untuk ditimpa murka, tetapi untuk beroleh keselamatan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita,
- 1 Tesalonika 5:9

Jangan cepat-cepat dilewat ketika membaca judul di atas. Mungkin Anda sudah sering mendengar tentang kepastian keselamatan, tetapi ada alasan penting bahwa hal ini akan tetap relevan sepanjang zaman dan dalam berbagai situasi hidup. Ketidakpastian adalah momok menakutkan di beberapa momen pada masa pandemi. Saat Covid varian Delta sedang puncak-puncaknya, kita sering dikejutkan dengan kematian beberapa orang yang cukup dekat. Selain itu, pandemi memunculkan ketidakpastian di dalam pekerjaan, kesehatan, studi, dll. Ketidakpastian hidup memuncak. Ketidakpastian bisa menakutkan, tetapi ada kepastian yang perlu dipahami kembali oleh anak-anak Tuhan. Di dalam situasi-situasi tersebut kita perlu mengingat kepastian bagi anak-anak Tuhan dan memberitakannya kepada mereka yang belum mengetahuinya.
Dikatakan, “Karena Allah tidak menetapkan kita untuk ditimpa murka, tetapi untuk beroleh keselamatan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.” Hidup orang percaya bukanlah acak tanpa pegangan dan berujung pada kesengsaraan. Frasa “Allah menetapkan kita” artinya kita ini ada dalam rancangan Tuhan. Rancangan seperti apa? Jelas sekali dikatakan rancangan keselamatan, bukan untuk ditimpa murka Allah. Keselamatan itu bukan kita yang pegang, bukan kita yang bisa pertahankan, tetapi Tuhan yang menetapkan dan menjaminnya. Tidak dikatakan, “Mungkin Anda akan selamat, mungkin Anda tidak akan mendapat murka.” Allah menetapkan Anda untuk mendapatkan keselamatan, tidak ada yang bisa mengubah itu.
Yohanes menjelaskan mengenai keselamatan melalui penglihatannya (Why. 21:1-5). Langit dan bumi yang baru, Tuhan menghapus segala air mata, tidak ada perkabungan dan dukacita. Hidup yang baru adalah hidup yang benar-benar hidup. Orang-orang percaya di gereja mula-mula, yang hidupnya dalam penganiayaan karena imannya, rumahnya dijarah, dihadapkan dengan binatang buas, dijadikan lilin hidup yang dibakar di jalan-jalan, mereka bisa bernyanyi memuji Tuhan di surga karena pengharapan kepastian keselamatan di dalam Kristus itu hidup dan nyata.
Timothy Keller mengatakan, “Tidak ada yang lebih praktis bagi orang yang mengalami penderitaan daripada memiliki harapan.” Ketidakpastian pasti ada, tetapi hidup dalam kepastian keselamatan di dalam Kristus akan selalu membesarkan hati dan menghiburkan. Orang yang sudah memiliki kepastian keselamatan akan selalu punya pengharapan, sekalipun menghadapi kesulitan besar. Situasi memang tidak pasti, tetapi jangan takut ada kepastian di dalam Tuhan Yesus.
Refleksi Diri:
Bagaimana seseorang dapat meyakini akan kepastian keselamatannya?
Apakah Anda, yang sudah menerima keselamatan, mau membagikan kepastian keselamatan ini kepada orang lain?
Share:

Cara Mendapat Kekuatan Maksimal Dari Roti Hidup Yang Kekal

“Kata Yesus kepada mereka: “Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi.” Yohanes 6:35a

Tubuh manusia selalu membutuhkan makanan setiap hari. Berbagai macam makanan yang dikonsumsi agar semua kebutuhan protein, gizi, vitamin, karbohidrat dan zat lainnya dapat tercukupi. Semua makanan yang dikonsumsi akan diolah/dicerna untuk menjadi energi bagi manusia. Energi itulah yang akan memberi kekuatan bagi kita untuk dapat bergerak, beraktifitas, berpikir dan melakukan berbagai macam hal dalam kegiatan sehari-hari. Berbagai macam tugas dan pekerjaan akan dapat diselesaikan jika ada energi yang cukup untuk beraktivitas. Semua target dan tujuan dapat lebih mudah tercapai dengan baik jika tubuh manusia dalam keadaan yang fit dan sempurna.
Secara rohani, keadaannya akan sama persis dengan keadaan fisik kita. Tubuh rohani kita juga sangat membutuhkan makanan rohani yang tepat sehingga semua aspek rohani yang dibutuhkan dapat masuk dan dicerna dengan baik.
Inilah roti yang turun dari sorga: Barangsiapa makan dari padanya, ia tidak akan mati. Yohanes 6:50
Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia.”  Yohanes 6:51
Tuhan Yesus berbicara mengenai roti hidup yang jika kita konsumsi akan membuat kita tidak lapar lagi. Roti hidup ini berbicara mengenai Tuhan Yesus sendiri dimana Ia telah menjadi Firman yang hidup.
“Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.” Yohanes 1:14
Dengan kata lain, Yesus memberitahukan kepada kita bahwa jika kita senantiasa membaca, merenungkan dan melakukan FirmanNya, maka kita akan senantiasa menjadi hidup dan tidak akan kelaparan. Tubuh kita akan menjadi kuat dan tidak lemas. Semua Firman yang kita konsumsi akan diolah oleh tubuh rohani kita, diubah menjadi energi rohani yang akan memampukan kita melakukan aktivitas dengan maksimal.
Hidup dalam Firman Tuhan akan memberi pertumbuhan rohani yang sehat dan memampukan kita untuk berjalan dengan iman. Kita akan berani bertindak secara iman dan melakukan hal-hal supranatural, yaitu hal-hal di luar akal dan pikiran kita. Keadaan tubuh rohani yang kuat, sehat dan segar akan memampukan kita untuk berpikir secara jernih dan mengerti apa yang menjadi kehendak Tuhan dalam hidup kita.
Sebuah mobil dapat beroperasi dengan leluasa jika bahan bakarnya tersedia cukup banyak. Semakin penuh tangki bahan bakarnya, akan semakin jauh pula daya jelajahnya. Bahkan pengemudinya-pun dapat berkendara cukup agresif dengan tersedianya bahan bakar yang cukup banyak.
Namun jika bahan bakarnya tinggal sedikit, maka kebanyakan pengemudi akan mencoba berkendara secara ekonomis. Fitur seperti AC akan dikecilkan atau bahkan tidak digunakan agar bahan bakarnya tidak cepat habis. Daya jelajahnya-pun akan jauh berkurang dengan kondisi bahan bakar yang menipis. Akan timbul kekuatiran apa yang terjadi jika bahan bakar habis dan tidak menemukan pompa bensin (gas station).
Kondisi rohani kita akan melemah jika kita kurang membaca Firman Tuhan. Kondisi iman kita juga akan jauh melemah jika kita tidak membaca Firman Tuhan lagi. Banyak “fasilitas” dari Tuhan yang akan jauh berkurang dengan melemahnya iman kita dan hidup kita menjauh dari Firman Tuhan. Daya jelajah iman kita juga akan berkurang banyak tanpa adanya asupan Firman Tuhan.
Kita harus merasa kuatir jika kita sudah lama tidak mengisi ulang tubuh rohani kita. Jika bahan bakar rohani kita sudah lama habis, maka tubuh rohani kita tidak akan dapat bergerak lagi. Iman kita akan menjadi mati, sehingga semua keputusan dan tindakan yang kita ambil, tanpa kita sadari tidak akan melibatkan Tuhan di dalamnya.
Bacalah Firman Tuhan setiap hari. Renungkan dan lakukan FirmanNya setiap saat. Isi ulang bahan bakar roh rohani kita secara rutin, maka kita akan dapat melakukan banyak hal dalam kehidupan kita.

Keadaan rohani yang sehat dan kuat akan menopang kehidupan kita secara fisik. Aktivitas-aktivitas fisik kita akan sangat terbantu oleh iman yang bertumbuh kuat dengan hidup dalam Firman Tuhan setiap hari.

Raih tujuan hidup kita dengan mengisi ulang bahan bakar rohani kita setiap hari. Baca, renungkan dan hidup di dalam FirmanNya setiap hari. Bersama Yesus kita lakukan perkara besar. Haleluya!

“Tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah. ” Yesaya 40:31
Share:

MENGASIHI DI SAAT KRISIS

Yohanes 13:1-17, 31b-35
“Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu ….”
(Yoh. 13:14).
Perayaan hari Kamis Putih adalah awal dari Triduum, yaitu Trihari Paskah yang meliputi: Kamis Putih, Jumat Agung, Sabtu Sunyi, Paskah. Dengan demikian, liturgi Kamis Putih merupakan penutup masa Prapaskah. Dalam liturgi Kamis Putih, gereja merayakan Perjamuan Malam Terakhir yang dilakukan Yesus bersama para murid-Nya dengan terlebih dahulu membasuh kaki para murid-Nya.
Mengetahui saat ajal akan tiba tidaklah mudah. Tak seorang pun siap menghadapi kematiannya. Makna Yesus “tahu” dalam konteks ini adalah Ia mengetahui dengan persis bahwa saat kematian-Nya sudah mendekat. Yohanes 13:1 menyatakan, “Yesus telah tahu, bahwa saat-Nya sudah tiba untuk beralih dari dunia ini kepada Bapa.” Kata “tahu” (eidos) berarti: mengerti, melihat, menyadari. Semua arti tersebut dipakai untuk menunjuk kesadaran Yesus yang tahu dengan persis bahwa kematian-Nya akan segera terjadi.
Pergumulan batin Yesus, selaku manusia yang mengetahui dengan persis akan kematian-Nya, tidak menghalangi-Nya untuk melakukan sesuatu yang terbaik. Yesus memilih untuk membasuh kaki para murid-Nya. Yohanes 13:15 menyatakan bahwa apa yang dilakukan oleh Yesus adalah memberi teladan kepada murid-murid-Nya. Keteladanan yang dimaksud adalah para murid dipanggil untuk saling merendahkan diri, saling peduli dan mengasihi walau mereka berada di tengah-tengah bahaya atau kematian.
DOA:
Tuhan Yesus mampukanlah kami bersiap seperti Engkau yang mampu
mengasihi walau kami sedang menghadapi beban yang berat. Amin.

 
Share:

Mengasihi Walau Terluka

Matius 5:43 48
Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian?
Matius 5:46
Satu kali saya bertanya kepada seorang bapak, Kalau Bapak asalnya dari mana? Keluarga Bapak di mana? Lalu bapak ini menjawab, Apa yang Bapak maksud dengan keluarga? Kadang keluarga kita juga tidak seperti keluarga. Dari jawaban bapak ini tersirat adanya permasalahan dengan keluarganya. Banyak cerita sedih di dalam keluarga: suami istri yang pernah berjanji akan saling mencintai dalam keadaan apa pun menjadi saling menyakiti, orangtua yang sudah belasan tahun tidak berbicara dengan anaknya, anak yang membenci orangtuanya, belum lagi kakak beradik saling beradu di pengadilan karena masalah warisan. Sedih sekali melihat keluarga yang seharusnya menjadi tempat di mana kasih bersemi, sekarang gersang akan kasih.
Perhatikan ayat emas di atas. Pemungut cukai sangat dipandang buruk pada saat itu, seorang penjilat, pengkhianat bangsa, orang egois yang rakus harta. Dikatakan pemungut cukai bisa mengasihi kalau orang lain mengasihi dia. Kalau ada orang yang menguntungkan dia, dia pun akan mengasihi orang itu. Nah, orang orang yang dicap jahat dan seperti tidak punya perasaan pun bisa mengasihi. Namun, cara murid Kristus berbeda. Kita bukan berprinsip:
lu baik, gua baik; kalau lu jahat, gua bisa lebih jahat. Tuhan Yesus menegaskan, Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. (ay. 44). Inilah prinsip orang percaya, sekalipun orang lain jahat terhadap kita, kita tetap harus mengasihi dan berdoa bagi mereka. Apa bisa? Apa mungkin? Apa masuk akal?
Lihatlah Tuhan Yesus. Dia mati di kayu salib saat kita berdosa, masih jadi seteru, musuh Nya. Tuhan punya segala kemampuan untuk menghukum kita yang seharusnya dihukum, tetapi Kristus memberikan diri Nya, mengasihi kita bukan hanya sampai terluka, bahkan sampai mati untuk menanggung seluruh hukuman dosa supaya kita tidak dihukum. Ini fondasi bagi kita untuk bisa mengasihi orang yang jahat kepada kita karena ketika kita jahat pun kita sudah dikasihi Nya.
Mungkin Anda ditempatkan di dalam keluarga yang menyusahkan, menyebalkan, dan menyakitkan. Kasihilah mereka di dalam kasih Kristus. Sekalipun berkali kali mereka sudah menyakiti, mintalah pertolongan Roh Kudus untuk mengasihi mereka. Biarlah keluarga Anda menyaksikan kasih Kristus melalui Anda.

Refleksi Diri:
Apa yang seringkali membuat Anda sulit mengasihi seseorang?
Bagaimana Anda mau belajar untuk mengasihi mereka yang sudah menyakiti Anda?
Share:

Penyakit dan hukuman

Mazmur 38
Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!
Mazmur 139:23 24
Tidak semua penyakit diakibatkan dosa. Benar! Akan tetapi, tidak berarti dosa dan penyakit sama sekali tidak berkaitan. Kenyataannya, ada penyakit yang disebabkan oleh dosa. Harus diakui penentuan apakah penyakit itu karena dosa atau tidak bersifat subjektif, yaitu oleh si penderita itu sendiri, bukan oleh orang lain. Kesadaran ini muncul dari refleksi dan kepekaan diri, bukan karena dihakimi oleh orang lain. Dalam Mazmur 38, pemazmur menyadari bahwa dosalah yang membuatnya menderita. Oleh karena itu, pengakuan dosa yang dilakukannya adalah tindakan yang tepat. Ia rendah hati dan membuka diri di hadapan Tuhan. Ia tidak membela diri atau merasa diri benar.

Saat menderita sakit adalah waktu yang tepat untuk berdiam diri dan memeriksa diri seperti menginjak rem ketika kehidupan kita sedang melaju kencang. Bagaimana kehidupan saya selama ini di hadapan Allah? Apakah yang saya perbuat atau jalani sudah benar? Penderitaan bisa menjadi pengeras suara (megafon) Allah bagi dunia yang tuli, kata C.S. Lewis. Maksudnya, seringkali kita begitu asyik dengan jalan kehidupan yang kita pikir normal, wajar, dan benar, serta tidak mendengar suara Allah yang berbicara kepada kita. Dalam keasyikan tersebut, suara Allah seperti berbisik bisik dan tenggelam oleh suara kebisingan keseharian kita. Tiba tiba datanglah penyakit. Itu seperti megafon yang bersuara keras menyadarkan kita bahwa Allah sedang berbicara. Pasti ada pesan dari Allah kepada kita melalui sakit penyakit tersebut. Kadangkala Allah mengoreksi kita agar kembali ke tujuan yang benar karena selama ini kita sudah melenceng. Adakalanya juga Dia mengarahkan kita ke tujuan baru. Selama ini jalan hidup kita sudah benar, tetapi Tuhan menghendaki kita mengambil jalan baru yang lebih baik dalam pandangan Nya.

Jika hari ini Anda sedang menderita sakit, jangan tenggelam dalam susah ataupun sedih hati. Jumpailah Allah di dalam penderitaan Anda. Ambil waktu sejenak untuk menyendiri, undur sejenak dari kegiatan keseharian. Selami isi hati Nya, temukan kehendak Nya.

Refleksi Diri:
Apa yang Anda lakukan ketika sedang menderita? Apakah Anda mengambil waktu untuk refleksi atau bercermin diri?
Apa manfaat yang Anda rasakan dari refleksi atau bercermin diri?
Share:

Penyakit dan Hukuman

Jawab Yesus: Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena pekerjaan 
pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia.
 Yohanes 9:3

Tidak ada seorang pun yang ingin sakit. Namun, realitanya sakit adalah bagian dari kehidupan manusia. Penyakit bukan hanya mengakibatkan penderitaan fisik tetapi juga rohani dan mental. Pertanyaan yang sering ditanyakan oleh orang sakit biasanya: apakah dosa saya sehingga menderita seperti ini? Sebagai hamba Tuhan, saya sering sekali menerima pertanyaan itu dari jemaat, di antaranya ada yang sudah lama menjadi orang Kristen. Ketika divonis penyakit kanker pada tahun 2016, saya tidak menanyakan pertanyaan itu, karena saya tahu pertanyaan itu tidak bermanfaat bahkan hanya akan menambah kesusahan hati saya.
Dalam Mazmur 38, kita membaca bahwa pemazmur juga mengaitkan sakit penyakitnya dengan dosa dan penghukuman Allah. Dengan lantang ia mengatakan bahwa penyakitnya disebabkan oleh dosanya (ay. 4 6). Karena dosanya, hukuman Allah menimpanya. Apakah jalan pikiran pemazmur benar? Bagaimana kita memahami hubungan antara penyakit dengan dosa dan hukuman Allah?
Kita harus mengakui bahwa kejatuhan manusia ke dalam dosa telah mengakibatkan penderitaan, termasuk sakit penyakit. Jadi, sakit penyakit datang ke dalam dunia karena dosa Adam dan Hawa. Andaikata Adam dan Hawa tidak berdosa, maka kita akan sehat sehat selalu. Akan tetapi, kita tidak bisa menarik kesimpulan bahwa setiap kali seseorang menderita sakit, itu pasti dipicu oleh dosa yang dilakukannya. Ada dosa maka muncul penyakit. Ini keliru!
Tidak semua penyakit diakibatkan dosa spesifik. Tuhan Yesus mengoreksi kesalahan ini dalam Yohanes 9:3 ketika murid murid Nya mengaitkan dosa dengan kebutaan sejak lahir. Perkataan Tuhan Yesus, … tetapi karena pekerjaan pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia menunggangbalikkan ajaran yang salah di atas. Ini pula yang saya yakini ketika menderita sakit kanker, bahwa Allah bekerja melalui penderitaan saya. Saya tidak dicampakkan tetapi justru dijadikan saluran berkat di dalam penderitaan.
Saudaraku, jika Anda saat ini mungkin sedang bergumul dengan sakit penyakit yang diderita, yakinlah bahwa terkadang itu dialami semata mata untuk menyatakan kemuliaan Allah melalui diri Anda. Tuhan berhak untuk memakai Anda sebagai alat menyatakan kemuliaan Nya dengan cara apa pun yang Dia kehendaki, salah satunya barangkali melalui sakit Anda. Mari melihat pekerjaan Allah dinyatakan melalui penderitaan Anda.
Refleksi Diri:
Apakah Anda pernah mengaitkan penderitaan yang Anda alami dengan dosa yang Anda perbuat? Mengapa?
Bagaimana cara Anda memaknai penderitaan yang dialami sebagai cara Allah bekerja dalam hidup Anda?
Share:

VISI DAN PREDIKSI

Markus 10:32-34
“… dan Ia akan diolok-olokkan, diludahi, disesah dan dibunuh, dan sesudah tiga hari Ia akan bangkit.”
(Mrk. 10:34)
Manusia mewujudkan impian atau cita-citanya melalui visi. Pemimpin akan sukses apabila ia memiliki visi yang jelas. Dengan visi yang jelas, ia akan mampu memprediksi berbagai kemungkinan yang akan dihadapi dalam mewujudkan visinya. Berdasarkan prediksi tersebut ia mengantisipasi segala kemungkinan hambatan atau kegagalan. Sebuah visi yang kuat senantiasa dilandasi oleh analisa yang kritis dan kemampuan memprediksi.
Visi Kristus adalah menghadirkan anugerah keselamatan sehingga terjadi pendamaian antara manusia dengan Allah. Namun, Yesus justru memprediksi bahwa Ia akan diolokolok, diludahi, disesah dan dibunuh. Bukankah prediksi yang janggal? Visi Yesus yang utama didasarkan pada prediksi akan kematian-Nya. Sekilas tampak kontradiktif. Namun, sesungguhnya visi Yesus sangat efektif. Sebab, visi itu didasarkan pada kematian-Nya sebagai media penebusan dosa. Lebih daripada itu, Ia akan bangkit setelah wafat. Prediksi Yesus juga mempersiapkan hati para murid agar mereka tidak terlalu terguncang.
Prediksi Yesus akan kematian-Nya menunjukkan betapa Ia begitu total menghayati visi-Nya sebagai Anak Allah. Ia menempatkan diri-Nya sebagai pribadi yang rela berkorban dan taat sampai wafat. Visi hidup kita juga akan efektif apabila tidak sekadar memprediksi hambatan dan kegagalan, tetapi utamanya persembahan diri yang total. Visi besar senantiasa dihayati dengan kesediaan berkorban dan setia sampai pada akhirnya.

Refleksi 
1.Apakah visimu sudah sesuai dengan prediksi? 
2.Adakah langkah konkrit dalam memprediksi visi anda saat ini? 
DOA:
Kristus, Sang Firman Hidup, berilah kepada setiap kami visi Ilahi sehingga kami
mampu berperan untuk mewujudkan kehendak-Mu. Amin.

 
Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.