Juli 2023 ~ Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

Kompromi Dengan Iman

Wahyu 2:12-17

Tetapi Aku mempunyai beberapa keberatan terhadap engkau: di antaramu ada beberapa orang yang menganut ajaran Bileam, yang memberi nasihat kepada Balak untuk menyesatkan orang Israel, supaya mereka makan persembahan berhala dan berbuat zinah.
- Wahyu 2:14

Kita sering mendengar plesetan dari sebuah lagu rock terkenal, Rocker Juga Manusia. Bahkan mungkin kita sendiri pernah mengucapkannya sebagai bahan candaan, “Ya maklum, orang Kristen juga manusia.” Memang benar manusia makhluk lemah dan dikuasai natur keberdosaan. Selama hidup di dunia, kecenderungan untuk berbuat dosa selalu ada. Namun, plesetan ini janganlah dipakai sebagai sebuah bentuk kompromi dengan iman kita.
Pergamus adalah ibukota pemerintahan Kerajaan Romawi di Asia Kecil. Kota ini memiliki banyak sekali kuil yang dipersembahkan kepada berbagai dewa, di antaranya dewa Zeus (kepala dewa orang Yunani) dan dewa Asclepius (dewa kesembuhan). Bahkan disebutkan di perikop bacaan bahwa kota Pergamus disebut sebagai “tempat takhta Iblis” (ay. 13).
Tidak mudah bagi orang beriman hidup di kota penuh dengan berhala, seperti Pergamus. Tantangan dari luar selalu ada, yakni tekanan dan penganiayaan dari orang-orang tak percaya. Namun, tantangan terberat yang dialami jemaat Pergamus justru datang dari dalam, yakni tekanan untuk kompromi dengan iman. Tantangan ini muncul dari kelompok Nikolaus yang menekankan bahwa supaya orang Kristen dapat diterima di kota tersebut, mereka harus menyesuaikan iman Kristen mereka dan mengikuti cara hidup tak bermoral penduduk kota (ay. 14-15). Sebagian jemaat Pergamus tergoda mengikuti ajaran Nikolaus. Tuhan Yesus melalui Rasul Yohanes menegur mereka agar bertobat (ay. 16). Hanya mereka yang setia dan menjaga iman kemurnian iman akan memperoleh hadiah “manna yang tersembunyi” dan “batu putih” (ay. 17). Manna tersembunyi dan batu putih adalah simbol keanggotaan surgawi.
Hari ini, orang percaya juga menghadapi tantangan dari luar, yakni penganiayaan dan kesulitan, dan juga tantangan dari dalam, yaitu tekanan untuk berkompromi. Godaan untuk melakukan cara-cara dunia dalam menyelesaikan berbagai permasalahan, sambil berkata, “Ya, namanya juga manusia,” sangat mudah membuat kita memelesetkan prinsip-prinsip Alkitab dan melupakan iman kita. Kita harus menang atas kedua tantangan tersebut. Tidak tunduk pada penganiayaan dari luar dan juga tidak kompromi dengan iman kekristenan kita.
Refleksi Diri:
Apa tantangan yang Anda alami hari ini? Apakah tantangan tersebut membuat Anda tergoda untuk berkompromi dengan iman?
Bagaimana Anda membangun keteguhan iman terhadap prinsip-prinsip yang Tuhan Yesus ajarkan?"
Share:

Jangan Jadi Kristen KTP

Wahyu 3:1-6

Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau dikatakan hidup, padahal engkau mati! Bangunlah, dan kuatkanlah apa yang masih tinggal yang sudah hampir mati, sebab tidak satupun dari pekerjaanmu Aku dapati sempurna di hadapan Allah-Ku.
- Wahyu 3:1b-2

Sardis adalah kota perdagangan, pusat industri kain wol, yang kaya dan makmur. Penduduknya hidup santai dan berfoya-foya. Sekalipun terletak di gunung batu yang kokoh, Sardis berkali-kali ditaklukkan oleh musuh. Hal ini disebabkan oleh kelalaian dalam menjaga pertahanan kota.
Apa yang terjadi pada kota Sardis, juga terjadi pada jemaat Kristen di sana. Jemaat Sardis kaya secara materi tetapi tidak memiliki kehidupan rohani yang sejati. Dalam ayat 1b, Tuhan Yesus menegur mereka dengan sangat keras, “Engkau dikatakan hidup, padahal engkau mati!” Identitas mereka sebagai orang Kristen hanya tersisa pada nama dan tidak ada lagi kehidupan rohani yang sesungguhnya. Mereka tipikal orang-orang Kristen KTP. Jemaat Sardis harus bertobat agar namanya tidak dihapus dari kitab kehidupan (ay. 5).
Bagaimana agar kita tidak menjadi orang Kristen sekadar nama saja? Pertama, gereja dan orang percaya tidak boleh mengandalkan harta. Kita hanya boleh mengandalkan Yesus Kristus “yang memiliki ketujuh Roh Allah dan ketujuh bintang itu” (ay. 1a). Tujuh adalah angka sempurna. Ketujuh Roh Allah artinya karya Roh Kudus yang sempurna, yang memberi hidup bagi gereja dan orang percaya. Ketujuh bintang adalah ketujuh malaikat jemaat (bdk. Why. 1:20), yakni para pemimpin gereja (pendeta, penginjil, penatua dan diaken). Hanya ketika gereja dan orang-orang percaya kembali bersandar kepada Kristus, mereka akan memperoleh kuat kuasa Roh Kudus yang menghidupkan gereja-Nya dan pemimpin-pemimpin-Nya.
Kedua, mereka harus bertobat, membangun dan menguatkan iman yang masih tertinggal yang sudah hampir mati. Tuhan memberikan kesempatan bagi orang Kristen KTP untuk bangkit kembali. Mereka tidak boleh lagi mengikuti cara hidup dunia yang santai dan berfoya-foya, sebaliknya harus awas dan berjaga-jaga karena Kristus Yesus akan datang seperti pencuri pada waktu yang tidak diketahui (ay. 3). Gereja dan orang percaya hendaklah bersikap seperti mempelai wanita yang selalu hidup suci dan siap menyambut kedatangan Yesus Kristus Sang Mempelai laki-laki. Mereka tidak boleh mencemarkan pakaian mereka (ay. 4). Yuk, jadilah murid Kristus sejati!
Refleksi Diri: 
Siapa yang Anda andalkan selama ini? Apakah Anda sungguh mengandalkan Yesus Kristus?
Bagaimana cara Anda membangun dan menguatkan iman di dalam Kristus Yesus?
"
Share:

Ayat pengantar

Supaya jiwaku menyanyikan mazmur bagi-Mu dan jangan berdiam diri. TUHAN, Allahku, untuk selama-lamanya aku mau menyanyikan syukur bagi-Mu. (Mazmur 30:13)
Waktu Tedu
Meneduhkan, menenangkan, dan memusatkan hati kepada Tuhan (1 menit).
Pujian kepada Tuhan
Memuji Tuhan dengan satu lagu pujian yang Anda pilih sendiri
Bacaan Alkitab
Matius 28:5-7)
5 Akan tetapi malaikat itu berkata kepada perempuan-perempuan itu: "Janganlah kamu takut; sebab aku tahu kamu mencari Yesus yang disalibkan itu. 6 Ia tidak ada di sini, sebab Ia telah bangkit, sama seperti yang telah dikatakan-Nya. Mari, lihatlah tempat Ia berbaring. 7 Dan segeralah pergi dan katakanlah kepada murid-murid-Nya bahwa Ia telah bangkit dari antara orang mati. Ia mendahului kamu ke Galilea; di sana kamu akan melihat Dia. Sesungguhnya aku telah mengatakannya kepadamu."
Pengantar untuk Renungan
Kasih Tuhan tidaklah terbatas, sehingga pribadi yang dipandang remeh oleh manusia tetap berharga di mata-Nya. Pada umumnya manusia menilai orang lain berdasarkan keadaan lahiriah yang bersangkutan. Orang yang kaya, berkedudukan tinggi dan ternama cenderung akan lebih diperhatikan dibandingkan orang-orang yang lebih sederhana. Namun tidak demikian halnya dengan Tuhan. Kasih-Nya sedemikian luasnya sehingga Ia menghargai manusia bukan menurut keadaan lahiriahnya. Oleh karena itu orang-orang yang sederhana dan dipandang sepele oleh orang lain tidak diabaikannya. Di dalam kasih-Nya Ia menerima semua orang tanpa mempedulikan tingkat sosial dari yang bersangkutan.
Penghargaan Tuhan terhadap orang-orang yang sederhana ini dapat dilihat dalam peristiwa kebangkitan-Nya. Sebagaimana yang dicatat dalam Matius 28 para perempuanlah yang menjadi orang-orang pertama yang mendengar kabar tentang kebangkitan-Nya tersebut. Padahal di dalam budaya orang Yahudi pada zaman itu perempuan dipandang sebagai warga kelas dua. Namun justru kepada merekalah Ia melalui malaikat-Nya menyampaikan berita bahwa diri-Nya telah bangkit dari kematian sebelum hal tersebut diwartakan kepada para rasul-Nya. Hal ini menunjukkan bahwa pribadi yang dipandang remeh oleh orang lain, seperti para perempuan itu, tetaplah berharga di pemandangan-Nya.
Pertanyaan untuk Direnungkan
Berhargakah diri Anda di mata Tuhan? Apakah alasan dari jawaban Anda tersebut?
Aplikasi Firman.
Tuhan, bukan saja kebangkitan-Mu membuktikan kuasa-Mu tidak terbatas tetapi juga bahwasanya kasih-Mu melampaui segala keadaan. Di dalam kasih-Mu Engkau bersedia menerima semua orang tanpa memandang status sosial maupun keadaan jasmaniah yang bersangkutan. Di dalam kasih-Mu itu Engkau mengangkat diriku dari jurang kebinasaan dan memulihkan harkat hidupku seperti rencana-Mu. Aku manusia yang hidup dalam kesia-siaan dan telah terpuruk di dalam kehinaan Engkau selamatkan dari kebinasaan. Engkau membentangkan hari esok yang baru bagi hidupku. Aku bersyukur untuk semuanya itu.
Doa Firman 
Dengan mengandalkan kasih-Mu aku memasuki hari yang baru ini dalam pengharapan kepada-Mu. Aku percaya hidupku berharga di mata-Mu. Oleh karena itu peliharalah diriku seperti biji mata-Mu sendiri. Lindungilah aku dari pada yang jahat dan tuntunlah diriku di jalan kehidupan. Berkatilah semua yang kukerjakan sebagaimana Engkau menjadikan diriku berkat bagi orang-orang di sekitarku. Pakailah hidupku untuk memuliakan nama-Mu sehingga hidupku merupakan persembahan yang berkenan di hati-Mu. Di dalam nama Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamatku, aku berdoa. Amin.
Waktu Teduh
Meneduhkan hati di hadapan Tuhan (2 menit).

 

 
Share:

Jangan Jadi Kristen KTP

Wahyu 3:1-6

Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau dikatakan hidup, padahal engkau mati! Bangunlah, dan kuatkanlah apa yang masih tinggal yang sudah hampir mati, sebab tidak satupun dari pekerjaanmu Aku dapati sempurna di hadapan Allah-Ku.
- Wahyu 3:1b-2

Sardis adalah kota perdagangan, pusat industri kain wol, yang kaya dan makmur. Penduduknya hidup santai dan berfoya-foya. Sekalipun terletak di gunung batu yang kokoh, Sardis berkali-kali ditaklukkan oleh musuh. Hal ini disebabkan oleh kelalaian dalam menjaga pertahanan kota.
Apa yang terjadi pada kota Sardis, juga terjadi pada jemaat Kristen di sana. Jemaat Sardis kaya secara materi tetapi tidak memiliki kehidupan rohani yang sejati. Dalam ayat 1b, Tuhan Yesus menegur mereka dengan sangat keras, “Engkau dikatakan hidup, padahal engkau mati!” Identitas mereka sebagai orang Kristen hanya tersisa pada nama dan tidak ada lagi kehidupan rohani yang sesungguhnya. Mereka tipikal orang-orang Kristen KTP. Jemaat Sardis harus bertobat agar namanya tidak dihapus dari kitab kehidupan (ay. 5).
Bagaimana agar kita tidak menjadi orang Kristen sekadar nama saja? Pertama, gereja dan orang percaya tidak boleh mengandalkan harta. Kita hanya boleh mengandalkan Yesus Kristus “yang memiliki ketujuh Roh Allah dan ketujuh bintang itu” (ay. 1a). Tujuh adalah angka sempurna. Ketujuh Roh Allah artinya karya Roh Kudus yang sempurna, yang memberi hidup bagi gereja dan orang percaya. Ketujuh bintang adalah ketujuh malaikat jemaat (bdk. Why. 1:20), yakni para pemimpin gereja (pendeta, penginjil, penatua dan diaken). Hanya ketika gereja dan orang-orang percaya kembali bersandar kepada Kristus, mereka akan memperoleh kuat kuasa Roh Kudus yang menghidupkan gereja-Nya dan pemimpin-pemimpin-Nya.
Kedua, mereka harus bertobat, membangun dan menguatkan iman yang masih tertinggal yang sudah hampir mati. Tuhan memberikan kesempatan bagi orang Kristen KTP untuk bangkit kembali. Mereka tidak boleh lagi mengikuti cara hidup dunia yang santai dan berfoya-foya, sebaliknya harus awas dan berjaga-jaga karena Kristus Yesus akan datang seperti pencuri pada waktu yang tidak diketahui (ay. 3). Gereja dan orang percaya hendaklah bersikap seperti mempelai wanita yang selalu hidup suci dan siap menyambut kedatangan Yesus Kristus Sang Mempelai laki-laki. Mereka tidak boleh mencemarkan pakaian mereka (ay. 4). Yuk, jadilah murid Kristus sejati!
Refleksi Diri:
Siapa yang Anda andalkan selama ini? Apakah Anda sungguh mengandalkan Yesus Kristus?
Bagaimana cara Anda membangun dan menguatkan iman di dalam Kristus Yesus?
"
Share:

Membiarkan Dosa Dan Penyesatan

Wahyu 2:18-29

Tetapi Aku mencela engkau, karena engkau membiarkan wanita Izebel, yang menyebut dirinya nabiah, mengajar dan menyesatkan hamba-hamba-Ku supaya berbuat zinah dan makan persembahan-persembahan berhala.
- Wahyu 2:20

Tiatira yang terletak 72 km di sebelah tenggara Pergamus adalah sebuah kota industri yang menghasilkan wol, linen, garmen, tembikar, dll. Menurut tradisi waktu itu, para pengusaha dan pekerja di kota Tiatira harus bergabung dalam satu perkumpulan (serikat) sesuai dengan jenis industri mereka. Perkumpulan-perkumpulan ini melakukan ritual-ritual keagamaan yang menjadi tantangan bagi orang-orang Kristen di Tiatira. Apabila tidak bergabung dengan perkumpulan, mereka tidak bisa berusaha dan bekerja. Jika bergabung, mereka harus berkompromi melaksanakan ritual keagamaan yang tidak sesuai dengan iman Kristiani mereka.
Tidaklah mudah bagi orang-orang Kristen untuk menjalani hidup dan meniti karier di kota industri Tiatira, tetapi mereka tetap setia. Tuhan Yesus memuji akan kasih, iman, pelayanan, dan ketekunan mereka (ay. 19). Namun di tengah jemaat, ada penyesatan dilakukan oleh seseorang yang mengaku sebagai nabiah (nabi wanita). Tidak diketahui siapa namanya, ia disebut wanita Izebel. Perbuatannya menyerupai istri Ahab yang ada di Perjanjian Lama (bdk. 1Raj. 16:31). Nabiah ini mengajarkan bahwa tidak masalah mereka turut dalam ritual-ritual keagamaan dalam perkumpulan industri mereka (ay. 20). Menurut ajaran ini, iman boleh dikorbankan demi karier dan usaha.

Apa kesalahan jemaat Tiatiara? Mereka membiarkan terjadinya penyesatan dan tidak menjalankan disiplin atas penyesatan yang dilakukan nabiah. Gereja bersalah jika membiarkan dan tidak menerapkan disiplin atas jemaatnya yang jelas-jelas berdosa, apalagi mengajarkan ajaran sesat seperti yang terjadi di jemaat Tiatira. Gereja harus mempraktikkan disiplin gerejawi dan setiap anggotanya harus berpartisipasi.
Bagian Alkitab ini mengajarkan bagaimana kita bisa berpartisipasi dalam disiplin kerohanian di lingkungan gereja. Pertama, jika kita melakukan dosa, kita harus rela dan bersedia ditegur, serta bertobat dan dipulihkan. Entah hamba Tuhan atau saudara seiman sangat mungkin dipakai Tuhan untuk menyadarkan kita atas perbuatan dosa yang sengaja atau tidak sengaja kita lakukan. Kedua, jika kita tahu ada saudara seiman kita yang berdosa dengan bukti-bukti yang nyata maka kita harus berani dengan kasih menegurnya sesuai dengan cara dan nasihat Yesus (Mat. 18:15-17).
Refleksi Diri:
Apakah selama ini Anda rela dan bersedia ditegur oleh hamba Tuhan atau saudara seiman? Jika ada perbuatan dosa dilakukan, apakah Anda sudah bertobat di hadapan Tuhan?
Bagaimana Anda akan menegur dengan kasih saudara seiman yang telah melakukan perbuatan dosa?
"
Share:

DIKUATKAN OLEH KUASA KEMULIAAN-NYA

2 Petrus 1:1-11
AYAT HAFALAN
Kolose 1:11
RENUNGAN 
Daftar nama orang berpengaruh selalu berubah setiap tahun. Tapi dari semua nama tersebut, ada satu nama yang tak pernah usang di sepanjang sejarah kehidupan, yaitu nama Yesus Kristus. Sampai detik ini pengaruh Yesus masih eksis dalam hidup setiap orang percaya, bahkan bisa dirasakan secara nyata. Jika Anda ditanya, apakah pengaruh Yesus di dalam hidup Anda? Tentu salah satunya adalah keselamatan yang kita peroleh. Namun, setelah menjadi orang percaya, seharusnya ada pengaruh yang secara nyata bisa kita rasakan dalam hidup kita secara pribadi. Seperti halnya dengan yang dirasakan oleh Rasul Paulus. Katanya, “Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami.” (2 Korintus 4:10). 
Salah satu pengaruh signifikan yang seharusnya dialami oleh orang percaya adalah bagaimana keilahian Yesus membuat kita kuat dalam menjalani hidup ini. Seperti yang disampaikan oleh Paulus kepada jemaat di Kolose. Munculnya ajaran-ajaran palsu, yang hendak meruntuhkan dan menggantikan Yesus Kristus sebagai inti kepercayaan orang Kristen saat itu, tentu mengancam masa depan rohani mereka (Kolose 2:8). Paulus menyampaikan bahwa kuasa kemuliaan Kristus akan menguatkan mereka untuk menanggung segala sesuatu dengan tekun dan sabar.” (Kolose 1:11). Begitu pula dengan kita, tantangan iman yang kita hadapi memang berbeda-beda, tetapi setiap kita memiliki satu kuasa yang sama, yaitu kuasa Kristus. Kuasa ilahi-Nyalah yang memampukan kita tekun dan sabar dalam menghadapi pencobaan apa pun. Kuasa ilahi-Nya jugalah yang telah memanggil, menolong kita untuk hidup saleh, supaya olehnya kita boleh mengambil bagian dalam kodrat ilahi, dan luput dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan dunia, bahkan akan meneguhkan iman kita sampai kekekalan kelak (2 Petrus 1:3-4, 11). Kristus sendiri ketika hidup di dunia, dalam keterbatasan-Nya sebagai manusia, menghadapi berbagai-bagai pencobaan. Tetapi Yesus menang melalui semuanya, supaya kita di masa kini bisa kuat dan cakap menanggung setiap pencobaan, dengan bersandar kepada kuasa ilahi-Nya. [RS]

REFLEKSI DIRI 
1. Sudahkah Anda merasakan kuasa ilahi Kristus secara nyata dalam hidup Anda?
2. Melalui bacaan firman Tuhan ini, untuk apakah kuasa ilahi Kristus dianugerahkan kepada kita?
YANG HARUS DILAKUKAN
Dalam menghadapi tantangan iman, percayalah bahwa kuasa ilahi-Nya telah dianugerahkan kepada kita, sehingga kita boleh mengambil bagian dalam kodrat ilahi. Hiduplah di dalamnya. Ini
POKOK DOA
Tuhan Yesus, terimakasih karena kuasa ilahi-Mu telah menganugerahkan kepadaku segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh, agar aku boleh mengambil bagian dalam kodrat ilahi, sehingga berhasil dalam pengenalanku akan Engkau. Dalam nama Yesus. Amin.


HIKMAT HARI INI
“Karena kuasa ilahi-Nya telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh oleh pengenalan kita akan Yesus Kristus.” – Rasul Petrus
Share:

Pengharapan Dalam Penderitaan

Wahyu 1:1-8

dan dari Yesus Kristus, Saksi yang setia, yang pertama bangkit dari antara orang mati dan yang berkuasa atas raja-raja bumi ini. Bagi Dia, yang mengasihi kita dan yang telah melepaskan kita dari dosa kita oleh darah-Nya
- Wahyu 1:5

Magda Herzberger, penulis dan penyintas kamp konsentrasi Nazi, sangat menderita selama berada di dalam kamp. Ia menyaksikan kekejaman luar biasa tentara Nazi terhadap orang-orang Yahudi. Magda bersaksi bahwa yang memampukan ia tetap bertahan dan tidak bunuh diri adalah pengharapannya di dalam Allah. Ada relasi erat antara pengharapan dan kemampuan bertahan hidup.
Kitab Wahyu adalah kitab tentang pengharapan akan kemenangan Yesus Kristus. Pengharapan ini disampaikan kepada Rasul Yohanes untuk dituliskan kepada gereja-gereja yang sedang menderita. Saat itu Yohanes sudah tua dan dibuang ke pulau Patmos. Tuhan Yesus menguatkannya melalui penglihatan. Dia memerintahkan Yohanes untuk menuliskan berita pengharapan kemenangan Kristus kepada gereja-gereja di Asia Kecil yang menderita akibat penganiayaan dari kaisar-kaisar Romawi (khususnya Kaisar Domitian di akhir abad ke-1). Mereka butuh pengharapan agar mampu bertahan dan meraih kemenangan.
Wahyu 1:5 memuat beberapa kebenaran untuk orang-orang percaya yang sedang menderita. Pertama, Tuhan kita Yesus Kristus mengerti akan penderitaan kita sebab Dia juga telah menderita dan bahkan mati bagi kita. Kedua, Tuhan Yesus bangkit dan hidup. Dia yang telah mengalahkan maut, mengampuni dosa kita dan akan memberikan kemenangan kepada orang-orang percaya. Ketiga, Dia juga Tuhan yang berkuasa atas raja-raja bumi. Maka tanpa izin dari-Nya, penguasa dunia tidak akan bisa berbuat apa-apa terhadap kita.
Hari ini, orang-orang percaya juga mengalami berbagai penderitaan, entah karena penganiayaan, sakit penyakit, kesulitan ekonomi, dsb. Jika kita terpana pada diri sendiri dan kondisi sekeliling, kita akan berputus asa dan menyerah. Namun, jika kita mengarahkan mata pada pengharapan di dalam Yesus Kristus, Dia yang telah menderita, mati, dan bangkit serta berkuasa atas dunia ini, maka kita akan memperoleh kekuatan untuk bertahan dan menang atas penderitaan.
Refleksi Diri:
Apa pergumulan atau penderitaan yang sedang Anda hadapi? Adakah Anda tergoda untuk menyerah?
Apakah Anda sudah mengarahkan mata hati pada pengharapan di dalam Yesus Kristus agar tidak perlu berputus asa dalam penderitaan? Berdoalah kepada-Nya meminta kekuatan dan pengharapan.
"
Share:

Menghadapi Situasi Tidak Kondusif

Yeremia 1:14-19

Tetapi engkau ini, baiklah engkau bersiap, bangkitlah dan sampaikanlah kepada mereka segala yang Kuperintahkan kepadamu. Janganlah gentar terhadap mereka, supaya jangan Aku menggentarkan engkau di depan mereka!
- Yeremia 1:17

Pada tahun 2021, Taliban menguasai Afganistan. Di tengah pemberitaan ini, seorang reporter wanita datang meliput berita di sana. Meskipun situasi sedang tidak kondusif, ia tetap menjalankan tugasnya sebagai reporter. Inilah yang juga Tuhan kehendaki dari anak-anak-Nya, tidak berputus asa dan menyerah akan panggilan-Nya meski di tengah situasi yang tidak kondusif.

Yeremia dipanggil bukan untuk situasi yang mudah, melainkan situasi yang jauh dari kondusif. Ia diutus Tuhan untuk memberitakan firman bukan kepada orang-orang yang mau mendengarkan firman dan melakukannya, melainkan mereka yang mau jalan sendiri, yang suka memberontak. Situasinya tidak mendukung, sebagian besar dari orang-orang tersebut berada di titik terendah kerohanian mereka. Hal lainnya dari panggilan atas Yeremia adalah tidak ada jaminan ia bakalan tidak terluka saat menjalankannya, sangat mungkin ia bisa cedera. Namun, kalau kita perhatikan, tidak ada situasi yang benar-benar kondusif saat melayani Tuhan. Pergumulan selalu silih berganti datang, tidak akan pernah berhenti masalah menghampiri hidup kita. Jikalau pelayanan hanya ditentukan oleh situasi, kita akan mudah sekali berubah arah dalam pelayanan.

Tuhan memahami situasi yang tidak kondusif tersebut sehingga Dia berkata, “Janganlah takut kepada mereka, sebab Aku menyertai engkau untuk melepaskan engkau, demikianlah firman TUHAN.” (ay.8). Panggilan Tuhan selalu dibarengi pemenuhan janji Tuhan, yaitu “Aku menyertai engkau”. Kata-kata ini terkesan klasik bagi orang Kristen, tetapi sering diabaikan. Kebangkitan Kristus menegaskan penyertaan yang tidak pernah luntur dan surut, bahwa Dia berjanji akan menyertai kita sampai akhir zaman.

Setiap anak Tuhan pasti akan selalu berhadapan dengan situasi yang tidak kondusif, apalagi kalau mengingat masa-masa pandemi. Tetap ingatlah selalu akan janji penyertaan Tuhan yang membuat ketakutan menjadi sirna. Tuhan memanggil kita untuk tetap berkarya dalam berbagai bidang kehidupan untuk kemuliaan-Nya dan supaya orang-orang mengenal Dia. Pelayanan bagi Tuhan begitu luas. Tuhan memanggil setiap kita secara unik dan Dia tidak mau kita menyerah pada keadaan. Tuhan menempatkan kita di zaman ini, di waktu ini, di situasi yang tidak kondusif, tetapi justru di tengah kondisi seperti inilah kita dipanggil.
Refleksi Diri:
Mengapa dalam situasi sulit sekalipun kita masih bisa tetap berkarya bagi Tuhan?
Apa yang akan tetap Anda lakukan bagi Tuhan meski situasi pelayanan Anda tidak kondusif?
"
Share:

Menembus Keterbatasan

Yeremia 1:6-10 Lalu TUHAN mengulurkan tangan-Nya dan menjamah mulutku; TUHAN berfirman kepadaku: “Sesungguhnya, Aku menaruh perkataan-perkataan-Ku ke dalam mulutmu. —Yeremia 1:9 P ernahkah Anda berpikir bagaimana perasaan orangtua saat melahirkan anak tanpa tangan dan kaki? Kenyataan ini dialami orangtua Nick Vujicic dan mereka berkata, “Anak saya tidak ada masa depan, ia tidak akan hidup seperti orang normal.” Inilah yang diceritakan Nick dalam bukunya, Life Without Limits, mengenai kondisi orangtuanya saat melihat keterbatasan fisiknya. Kita mungkin beruntung tidak punya keterbatasan fisik, tetapi kita seringkali memandang keterbatasan diri sebagai alasan untuk tidak melayani T uhan.
 Ketika T uhan menunjuk Yeremia menjadi nabi, ia langsung mengajukan keberatan, “Ah, T uhan ALLAH! Sesungguhnya aku tidak pandai berbicara, sebab aku ini masih muda.” (ay.6). Ini bukan alasan yang dibuat-buat, masuk akal. Yeremia memang masih muda, minim pengalaman, tetapi dipercayakan tugas yang berat. Mungkin Yeremia juga tidak punya kemampuan berbicara di depan umum, sedangkan ia harus menjadi juru bicara T uhan kepada bangsa Israel. Ia mungkin berpikir, bagaimana harus merangkai kata? Bagaimana kalau salah kata? Kita juga bisa mengajukan banyak keberatan yang cukup masuk akal di hadapan T uhan untuk melayani: Aduh Tuhan, aku di masa Covid ini banyak pergumulan; Tuhan usahaku juga lagi naik turun; Tuhan orang-orang yang dilayani tidak mudah juga.
 Jawaban T uhan atas keberatan Yeremia ada pada ayat emas di atas. T uhan menyentuh bagian yang Yeremia anggap paling lemah, yaitu kemampuan berbicaranya. Yeremia pasti dapat menjadi jubirnya T uhan, karena T uhan sendiri yang menaruh perkataan-Nya pada Yeremia. Melalui keterbatasan yang dipandang oleh Yeremia, justru dari situlah ia melihat kekuatan T uhan. T uhan juga berkata kepada Paulus, “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna” (2Kor. 12:9). Kasih karunia di dalam T uhan Yesus itu cukup buat anak-anak-Nya.
 T uhan tahu sekali setiap keterbatasan yang kita hadapi saat ini, baik di dalam kehidupan pribadi, keluarga, pekerjaan, termasuk pelayanan. Dia mau setiap kita bersandar pada kekuatan-Nya. Nick Vujicic dalam keterbatasan fisiknya mampu memberkati banyak orang lain. Hendaklah kita berkata seperti yang Nick ucapkan, “Karena saya ini ciptaan T uhan, didesain oleh T uhan, T uhan bisa memakai saya untuk melayani Dia.” T uhan Yesus mau kita menembus keterbatasan bersama-Nya, untuk menyaksikan kebesaran-Nya.
Refleksi Diri:
• Apa keterbatasan yang seringkali menjadi penghalang Anda untuk melayani T uhan?
• Apakah Anda sudah mendoakan agar dimampukan di tengah keterbatasan untuk melayani-Nya dengan maksimal?

"
Share:

Mimpi Yang Berubah

Yeremia 1:1-8 “Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa.” —Yeremia 1:5 S atu kutipan dari penulis, Andrea Hirata, berbunyi, “Bermimpilah, karena T uhan akan memeluk mimpi-mimpi itu.” Indah sekali yah, bahwa ketika kita memiliki mimpi di masa depan, dikatakan T uhan memeluknya, mungkin Dia tidak mengabaikannya.

 Banyak orang mencapai apa yang diimpikan, tetapi tidak sedikit yang gagal meraih mimpinya. Mempunyai mimpi itu sah-sah saja, tetapi ingatlah T uhan tidak selalu menyetujui mimpi-mimpi kita. Dia punya cara membawa kita pada jalan yang tepat, untuk lebih efektif bagi-Nya. Mimpi yang tidak kesampaian juga dialami oleh Yeremia ketika T uhan memanggilnya.

 T uhan memanggil Yeremia sebagai nabi, padahal ia berasal dari keluarga imam. Ayahnya seorang imam, bahkan Anatot tempat kelahirannya adalah desa para imam (ay.1). Yeremia mungkin sudah punya impian untuk mengikuti jejak keluarganya. Imam dan nabi punya peran yang berbeda. Imam mewakili umat di hadapan Allah, berdoa untuk umat kepada Allah, dan mempersembahkan korban. Sedangkan nabi menyuarakan suara T uhan kepada umat. Berita baik atau buruk harus disampaikan secara tepat seperti yang dikatakan T uhan. 
Yeremia mengerti sekali panggilannya. Kalau boleh memilih, ia lebih nyaman menjadi imam daripada nabi.
  Namun, T uhan menjawabnya, “Janganlah katakan: Aku ini masih muda, tetapi kepada siapa pun engkau Kuutus, haruslah engkau pergi, dan apa pun yang Kuperintahkan kepadamu, haruslah kausampaikan.” (ay.7). T uhan tidak berkata, “Iya yah, mimpimu bukan jadi nabi. Yowes-lah saya cari orang lain.” T uhan tahu siapa yang dipilih-Nya, Dia tidak pernah salah. Panggilan T uhan mengajarkan Yeremia, sikap tunduk kepada T uhan. Sama seperti Kristus mengatakan diri-Nya adalah utusan Bapa, Dia datang dan taat kepada Bapa untuk menyelamatkan kita.
 Di masa pandemi yang lalu, mimpi-mimpi kita sepertinya berubah. Banyak hal di kehidupan yang tidak sesuai ekspektasi. Namun, ingatlah T uhan jauh lebih baik merancang hidup kita daripada kita yang merancangnya. Marilah tetap melayani-Nya. Jika T uhan berkata, “T etaplah di pekerjaanmu sekarang,” janganlah pindah, tetaplah di sana bekerja sebaik mungkin. Mungkin saat ini juga T uhan berkata, “Belum saatnya engkau sekolah ke luar negeri,” tetaplah percaya pada jalan-Nya.
Refleksi Diri:
• Mengapa Anda perlu tetap taat pada jalan-Nya T uhan?
• Apa mimpi Anda yang mau dibawa ke hadapan T uhan pada saat ini? Apakah mimpi Anda sejalan dengan kehendak-Nya? Bawalah dalam doa.

"
Share:

MENGAMBIL RUPA SEORANG HAMBA

Filipi 2:1-11 Filipi 2:6-7

RENUNGAN INSPIRASI
Tak dipungkiri bahwa setiap manusia memiliki hasrat dalam dirinya untuk mendapatkan atau mencapai sesuatu. Inilah faktor pendorong yang membuat manusia terus berjuang dalam hidupnya. Bagi kita orang-orang percaya, pada dasarnya hasrat kita harus dibentuk oleh hal-hal yang bersifat kekal. Memang bukan hal yang mudah untuk menyerahkan kehendak kita dengan rela hati kepada Tuhan oleh karena kita masih hidup dalam daging. Namun sebagai orang yang telah ditebus oleh darah Yesus, sudah seharusnya kita memiliki sikap sadar dan selalu berusaha mengutamakan kehendak Bapa dibandingkan kehendak kita. 
Yesus sendiri telah memilih untuk mengosongkan diri-Nya agar bisa menjadi serupa dengan manusia. Kata “mengosongkan” yang dipakai disini berasal dari kata Yunani “kenoo” yang artinya mengosongkan atau menghampakan diri. Artinya, ketika Yesus berada di dunia, Ia bukan melepaskan sifat keilahian-Nya, namun Ia memilih untuk menyelubungi kemuliaan ilahi-Nya, membatasi kuasa-Nya dan juga reputasi-Nya untuk mengambil rupa seorang hamba dan turut merasakan kelemahan manusia. Ia menjadi seorang bayi yang lahir dari seorang wanita, dengan tubuh manusia yang permanen dan sepenuhnya, Ia merendahkan diri-Nya dan menjalankan peran yang dipilih oleh Allah Bapa bagi-Nya. Ketaatan Yesus hingga mati di kayu salib bagi kita merupakan bukti bahwa Ia mengutamakan kehendak Bapa di atas segala atribut-Nya yang ilahi. Melalui realitas kehidupan Yesus, perikop bacaan Alkitab hari ini menasihatkan kita untuk turut merendahkan diri seperti Dia, menaruh pikiran dan perasaan yang juga terdapat dalam Kristus Yesus. Tujuan kita terdiri dari tujuan akhir Allah untuk menampilkan kemuliaan-Nya. Kitalah alat kemuliaan Tuhan, kita telah ditebus dari segala tujuan hidup yang sia-sia dan tidak berarti kepada tujuan hidup yang jauh lebih besar dengan konsekuensi kekal. Semoga keindahan karakter Kristus terpancar dalam segala hal yang kita katakan dan lakukan. Sekali pun itu artinya mengorbankan kepentingan kita, melepas posisi atau jabatan, mengubur agenda duniawi kita, supaya Bapa bisa lebih leluasa bekerja di dalam dan melalui hidup kita. [KH, LS]
REFLEKSI DIRI 
1. Apakah hidup Anda saat ini sudah fokus pada kehendak Bapa daripada kepentingan Anda pribadi?
2. Adakah hal-hal yang perlu Anda korbankan untuk menjalankan kehendak-Nya?
YANG HARUS DILAKUKAN
Selalu sadar dan berusaha merendahkan diri di hadapan Bapa, melepas seluruh agenda pribadi kita. Biarlah kehendak Bapa yang menjadi motivasi kita dalam melakukan segala sesuatu.
POKOK DOA
Tuhan Yesus, aku bersyukur mempunyai teladan seperti-Mu, yang rela merendahkan diri bahkan taat sampai mati untuk menebus dosa-dosaku. Ajar aku untuk mempunyai hati seperti-Mu yang rindu untuk melakukan kehendak Bapa melebihi kehendak pribadiku. Dalam nama Yesus. Amin.

HIKMAT HARI INI
Tidak ada kegagalan dalam kehendak Tuhan dan tidak ada kesuksesan di luar kehendak Tuhan.
– George W. Truett
Share:

“Kuatkanlah Hatimu”?

Zakharia 8:9-13

Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, ...
- Filipi 2:12
Entah berapa kali Tuhan memerintahkan “kuatkanlah hatimu”. Sesudah Tuhan menghukum orang-orang Israel yang mencobai-Nya ketika keluar dari Mesir dengan cara memutar-mutar mereka di padang gurun selama empat puluh tahun, Tuhan memberikan perintah ini sebelum mereka memasuki Tanah Perjanjian (Yos. 1:9). Kini, sesudah Tuhan menghukum umat-Nya di dalam pembuangan di Babel, Dia sekali lagi memberikan perintah ini ketika mereka baru saja kembali ke Tanah Perjanjian.

Meski terlihat sama dalam terjemahan LAI, di dalam bahasa aslinya perintah pada bagian ini agak berbeda. Perintah “kuatkanlah hatimu” dalam bahasa Ibrani berbunyi, “kuatkanlah tanganmu” (teḥĕzaqnāh yəḏêḵem). Jadi, bagian ini sebenarnya bukan membicarakan hati, tetapi membicarakan tangan. Apa maksudnya?

Dalam bagian ini, Tuhan berjanji bahwa Dia akan membawa pemulihan kepada umat-Nya. Tuhan akan memberi mereka damai sejahtera, melimpahi mereka dengan anugerah-Nya (ay. 12), dan yang paling penting menjadikan mereka berkat bagi segala bangsa (ay. 13). Jadi, secara logika manusia, apa yang mereka pikirkan dan akan lakukan? Ahh.. santai-santai saja lah. Toh, Tuhan sudah berjanji dan pasti akan menggenapinya. Jadi, nggak masalah kalau saya tidak melakukan apa-apa, bukan?

Ini adalah logika manusia. Seolah mengantisipasi pikiran ini, dua kali Tuhan mengingatkan mereka, “kuatkan tanganmu!” baik sesudah dan sebelum janji diberikan. Dengan kata lain, fakta bahwa Tuhan beranugerah tidak lantas menghilangkan mereka dari tanggung jawab!

Inilah sebabnya, meski kita telah diselamatkan oleh Tuhan Yesus, Rasul Paulus tetap mengingatkan, “Kerjakan keselamatanmu!” Memang kita diselamatkan oleh anugerah, bukan perbuatan, tetapi ini tidak seharusnya membuat kita malas. Kita harus bekerja dengan giat, bukan untuk memperoleh keselamatan, tetapi justru karena kita telah diselamatkan!

Apa yang telah kita kerjakan bagi-Nya? Yang paling minimal, apakah kita menjadi kutuk atau berkat bagi orang-orang di sekeliling kita (ay. 13)? Menjadi berkat bukan hanya sekedar melakukan kewajiban kita sesuai peran kita di dalam lingkungan sosial tertentu. Menjadi berkat berarti melakukan lebih dari kewajiban kita, guna melayani sesama kita. Dan tentu saja, untuk melayani membutuhkan tangan yang kuat.
Refleksi Diri:
Apakah kehidupan Anda sebagai orang Kristen membuat Anda makin rajin melakukan kebaikan atau justru makin malas?
Apa hal-hal yang telah Anda lakukan, yang melebihi kewajiban Anda, untuk melayani sesama?
Share:

RASA SAKIT MENDORONG PERUBAHAN

BACA Rut 1:1-6;Rut 4:14-15
AYAT HAFALAN
Rut 4:14
RENUNGAN 
Dalam bukunya, Geri Scazzero menjelaskan bagaimana rasa sakit menjadi salah satu motivasi yang secara khas mendorong seseorang untuk berubah. “Rasa sakit dari situasi Anda saat ini begitu hebat sehingga Anda harus membuat perubahan. Beberapa dari kita memiliki toleransi yang besar terhadap rasa sakit sehingga butuh ledakan yang kuat untuk membuat kita bergerak”, ucapnya. 
Pandangan ini membuka pemahaman bagaimana rasa sakit itu sendiri membuka peluang besar bagi sebuah perubahan dalam hidup kita. Tak ada yang menyukai rasa sakit, namun kita harus merubah paradigma kita dalam memandang rasa sakit. Ada saat-saat ketika kita tak lagi tahan akan rasa sakit tersebut, itu justru mendorong kita untuk membuat perubahan. Bukan tidak mungkin Tuhan mengizinkan kita menderita sedemikian rupa agar kita berubah. Kisah Naomi menjadi contoh nyata bagi kita. Bagaimana Naomi akhirnya mengambil langkah perubahan untuk kembali lagi ke Betlehem, tempat asalnya, setelah ia ditinggal mati oleh suami dan kedua anaknya. Yang pada akhirnya keputusan itu membuat Rut, menantunya, memilih untuk ikut bersamanya. Seiring berjalannya waktu, di Betlehem, Rut akhirnya menikah dengan Boas dan melalui mereka lahirlah generasi yang kelak menjadi penerus garis keturunan Tuhan Yesus (Rut 4:14-15). Segala kesakitan Naomi selama itu, Tuhan gantikan dengan kehadiran cucunya melalui Rut dan Boas. Tak ada yang tahu cerita utuh dari kehidupan kita, selain daripada Tuhan. Ia adalah Penulis hidup kita, yang tahu semua cerita hidup kita baik dari awal, pertengahan, sampai akhir. Yang perlu kita lakukan adalah berserah penuh pada tuntunan tangan Tuhan yang kuat. Manakala ada hal-hal yang begitu menyakitkan, berdoalah secara khusus dan tekun kepada Tuhan. Mohonkanlah petunjuk dari-Nya atas perubahan-perubahan apa yang perlu kita lakukan. Jika sudah mantap, ambilah langkah perubahan sebagai sikap kita atas rasa sakit tersebut. Percayalah Tuhan belum selesai dengan hidup kita. Selalu ingat janji firman-Nya bahwa semua akan indah pada waktu-Nya. [RS]

REFLEKSI DIRI 
1. Bagaimana selama ini Anda memandang rasa sakit?
2. Adakah hal yang membuat Anda merasa begitu sakit? Perubahan apa yang hendak Anda ambil atasnya?

YANG HARUS DILAKUKAN
Ketika ada hal-hal yang begitu menyakitkan terjadi, berdoalah secara khusus dan tekun kepada Tuhan. Mohonkan petunjuk dari-Nya untuk perubahan-perubahan yang perlu Anda ambil.

POKOK DOA
Bapa, di tengah situasi menyakitkan yang kualami, mungkin saja Engkau menghendaki sebuah perubahan dalam hidupku. Berikanku kepekaan dan pengertian untuk mengambil langkah perubahan seturut kehendak-Mu. Dengarlah doaku ini ya Tuhan Yesus. Amin.
HIKMAT HARI INI
“Pikiran tentang mengubah situasi bisa dengan mudah membuat kita kewalahan. Namun, ada satu titik tertentu, di mana pemikiran untuk tetap berada di keadaan tertentu lebih lagi menakutkan daripada mengambil risiko karena membuat perubahan.” – Geri Scazzero
Share:

Allah Menyertai Kamu

Zakharia 8:18-23

Kepada mereka Allah mau memberitahukan, betapa kaya dan mulianya rahasia itu di antara bangsa-bangsa lain, yaitu: Kristus ada di tengah-tengah kamu, Kristus yang adalah pengharapan akan kemuliaan!
- Kolose 1:27

Amanat Agung tidak hanya berisi perintah, tetapi juga janji penyertaan. Mengapa Tuhan Yesus perlu menyertai kita? Tentu saja karena kita membutuhkan penyertaan-Nya. Ini benar. Namun, bagian yang kita baca hari ini melengkapi jawaban ini.

Sesudah berjanji bahwa Dia akan membawa mereka pulang, diam di tengah-tengah mereka (Zak. 8:7-8), dan memulihkan mereka (Zak. 8:12-13), Tuhan berjanji bahwa bangsa-bangsa lain akan datang mencari mereka. Mengapa? “Sebab telah kami dengar, bahwa Allah menyertai kamu!” (ay. 23). Jadi, mengapa bangsa-bangsa mencari umat Tuhan? Karena di dalam diri umat Tuhan-lah mereka melihat Tuhan yang benar dan penuh kasih, yang tetap menyertai umat-Nya meski mereka telah berdosa terhadap-Nya.

Jadi, kembali ke Amanat Agung. mengapa Tuhan Yesus menyertai kita melaksanakan Amanat-Nya, selain karena kita membutuhkan-Nya? Supaya orang lain pun dapat melihat Tuhan Yesus di dalam kita! Hal ini pula yang dikatakan Paulus di dalam Kolose 1:27. Kita tidak hanya sekedar dipanggil untuk berkata-kata layaknya radio, tetapi juga menunjukkan Kristus sendiri yang selalu beserta dengan kita.

Sayangnya, entah berapa kali kita enggan mengabarkan Injil karena berpikir aku tidak pandai bicara, aku takut ditolak atau aku takut merusak persahabatan. Sebaliknya, kita yang lebih percaya diri menganggap bahwa mengkomunikasikan Injil adalah yang terpenting. Masalahnya, komunikasi verbal saja tidak cukup. Orang lain harus melihat bagaimana Tuhan Yesus menyertai kita, barulah mereka akan datang kepada-Nya.

Jadi, bagaimana caranya menunjukkan penyertaan Tuhan? Jawabannya ada di ayat 18. Yerusalem jatuh ke tangan Babel pada bulan keempat. Bait Allah dibakar pada bulan kelima. Gedalya, gubernur yang diangkat raja Babel atas Israel, dibunuh pada bulan kesembilan. Yerusalem di kepung pada bulan kesepuluh. Semua ini adalah bulan-bulan yang penuh duka.  Namun, Tuhan mengatakan bahwa bulan-bulan ini akan menjadi sukacita.
Bagaimana kita berespons terhadap kesulitan hidup? Jika kita melaluinya dengan bersungut-sungut, bagaimana orang bisa merasakan bahwa kita disertai Tuhan? Sebaliknya, ketika kita dapat tetap bersukacita dalam tiap keadaan, orang dapat melihat Tuhan menyertai kita.
Refleksi Diri:
Apakah Anda merasakan penyertaan Tuhan? Apakah orang yang tidak percaya dapat melihat hal ini?
Apakah Anda merasakan Tuhan memberi sukacita, bahkan di dalam kondisi-kondisi sukar? Jika belum, berdoalah kepada-Nya.
"
Share:

MENGUSAHAKAN KEDAMAIAN HATI

Kolose 3:15-17 Kolose 3:15

Kita semua pasti tak asing dengan sesama kita yang mengatakan, “butuh healing nih”. Belakangan terakhir, istilah “healing” sering digaungkan dan dikaitkan dengan liburan ke tempat-tempat sunyi, sejuk, dan jauh dari hiruk pikuk kota untuk bisa memperoleh kedamaian. Banyak orang yang mendambakan kedamaian dan memaknai kedamaian sebatas ketenangan di tempat-tempat tertentu. Tak salah memang, namun anggapan sebatas tak jarang mendegradasi makna dari kedamaian yang sesungguhnya. Lebih dari sekadar situasi, kedamaian adalah ketenangan hati dan jiwa walau berada di tengah badai sekalipun. 
Tuhan Yesus memandang betapa pentingnya kedamaian. Salah satu tujuan kedatangan-Nya ke dunia ialah hendak melawat kita dan mengarahkan kaki kita kepada jalan damai sejahtera (Lukas 1:78-79). Sebelum naik ke Surga, kedamaianlah yang Ia wariskan, “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu.” (Yohanes 14:27). Itu sebabnya kita harus terus memelihara dan mengusahakan hati kita tetap memiliki damai sejahtera, karena demikianlah diperintahkan di dalam firman-Nya, “Usahakanlah agar kedamaian hati yang berasal dari Kristus selalu ada dalam hidup dan hati Saudara, karena inilah tanggung jawab dan hak Saudara sebagai anggota tubuh-Nya. Dan bersyukurlah senantiasa.” (Kolose 3:15 FAYH). Dunia hanya mengerti dan menetapkan kedamaian berdasarkan keadaan yang nyaman, namun tidak dengan damai yang diberikan Kristus. Kedamaian dimiliki oleh orang percaya, “Yang hatinya teguh Kaujagai dengan damai sejahtera, sebab kepada-Mulah ia percaya.” (Yesaya 26:3). Kedamaian dikehendaki oleh Tuhan, dan merupakan buah roh dari hidup orang percaya. Kedamaian ialah kunci kebahagiaan dalam hidup yang tidak terpengaruh oleh keadaan. Sebagai orang-orang yang hidup di dalam Kristus, adakah alasan bagi kita untuk kehilangan damai sejahtera? Kita harus berjanji bahwa serumit apa pun kehidupan, tetapi kita harus menjalaninya dengan hati yang penuh damai, karena inilah tanggung jawab dan hak kita. [RS]
REFLEKSI DIRI 
1. Apakah Anda sudah menjaga kedamaian hati yang berasal dari Kristus selalu ada dalam hidup dan hati Anda? Dengan cara bagaimana?
2. Mengapa kita harus mengusahakan agar kedamaian hati yang berasal dari Kristus selalu ada dalam hidup dan hati kita?
YANG HARUS DILAKUKAN
Usahakanlah kedamaian hati yang berasal dari Kristus agar selalu ada dalam hidup dan hati kita dengan memiliki hati yang teguh, yang tetap percaya penuh pada Tuhan apa pun keadaan yang menimpa kita.
POKOK DOA
Tuhan Yesus, aku bersyukur karena damai-Mu dicurahkan di hatiku, tidak seperti damai yang diberi oleh dunia ini, yang tak dipengaruhi oleh keadaan terkacau sekalipun. Sungguh itu adalah anugerah. Beri hamba kedamaian di mana pun. Dalam nama Yesus. Amin.
HIKMAT HARI INI
Damai sejahtera yang diberikan Yesus tidak sama seperti damai yang diberikan oleh dunia ini, kedamaian hati dan jiwa walau berada di tengah badai sekalipun.

 
Share:

ROH KUDUS YANG MENGHIBUR KITA

BACAAN ALKITAB HARI INI
Yohanes 16:1-13
AYAT HAFALAN
Yohanes 16:7

Saat akan mengungkap mengenai Roh Kudus, pendeta dan teolog Sinclair Ferguson mengatakan ada sesuatu yang sangat misterius tentang Dia. Dia adalah pribadi ketiga dari Trinitas, yang “tidak menonjolkan diri”. Namun Ia selalu bekerja seiring dengan firman Tuhan, dan Ia adalah salah satu sumber penghiburan terbesar orang Kristen.
Menjelang akhir hidup Rasul Paulus, saat-saat dia akan dipenggal mati dan seorang diri dalam penjara, isi hatinya ia tuangkan dalam suratnya. Katanya, “Pada waktu pembelaanku yang pertama tidak seorangpun yang membantu aku, semuanya meninggalkan aku … tetapi Tuhan telah mendampingi aku dan menguatkan aku.” (2 Timotius 4:16-17). Mustahil bagi Paulus bisa kuat dan bertahan sampai akhir hidupnya, jika Tuhan tidak menguatkannya. Begitu pula halnya dengan Yesus, yang dalam keadaan-Nya sebagai manusia. Menjelang detik-detik kematian-Nya, Yesus harus menghadapi masa di mana orang terdekat, yaitu para murid-Nya meninggalkan dan mengkhianati-Nya. Di masa-masa itulah Roh Kudus berjalan bersama-Nya menuju lembah kematian maut (Ibrani 9:14). Bagi para murid, kenaikan Tuhan Yesus menjadi pukulan bagi mereka. Apalagi sesaat sebelum naik, Yesus memberitahu bagaimana para murid akan mengalami hal-hal mengerikan, dikucilkan, dan akan datang saatnya setiap orang yang membunuh mereka akan menyangka bahwa mereka berbuat bakti bagi Allah. Hal ini tentu menimbulkan ketakutan di dalam diri mereka. Tuhan memahami betul keadaan ini, mereka bisa menjadi sedih, putus asa, sampai-sampai ada yang ingin kembali ke kehidupan masa lalunya. Karenanya Tuhan memberikan Roh Kudus. Sampai tiga kali Tuhan Yesus menyebut Roh Kudus sebagai Penghibur (Yohanes 14:26; 15:26; 16:7), yang menunjukkan betapa pentingnya peran itu. Dalam hidup ini, akan ada saat-saat di mana kita berjalan sendiri. Saat itu adalah saat di mana tak seorang pun dapat menolong, termasuk orang-orang terdekat sekalipun. Saat itu bisa jadi momen ketika kita berada di ruang operasi, saat dikecewakan, dikhiniati di mana tiada seorang pun yang dapat memahami kita. Manakala kita melalui masa-masa itu, alamilah kebenaran ini, “Roh Kudus adalah Sahabat yang menghiburku!” [RS]

REFLEKSI DIRI 
1. Apa peran Roh Kudus yang Anda dapati dalam bacaan REVIVE hari ini?
2. Apakah Anda pernah merasa seorang diri menjalani kehidupan ini, sudahkah Anda merasakan bagaimana Roh Kudus menjadi Sahabat sejati yang menghibur Anda?
YANG HARUS DILAKUKAN
Saat merasa seorang diri menjalani kehidupan, mintalah melalui doa agar Roh Kudus menghibur Anda.
POKOK DOA
Roh Kudus, Engkaulah sahabat sejati yang menghiburku. Engkau ada di setiap musim hidupku, dan Engkau hadir di saat-saat terberat kehidupanku. Ingatkanku selalu bahwa aku memiliki-Mu di dalam hidupku. Dalam nama Tuhan Yesus. Amin.

HIKMAT HARI INI
“Roh Kudus adalah Sahabat yang berharga dan menyertai dalam hidup saya. Dia memberikan penghiburan.” – John Bevere
Share:

JANGAN TINGGALKAN KOMUNITAS

BACAAN ALKITAB HARI INI
Ibrani 10:24-25
AYAT HAFALAN
Efesus 2:19-20
Pada tanggal 8 Juli 2022, perdana menteri Shinzo Abe dibunuh oleh seorang pria berusia 41 tahun bernama Tetsuya Yamagami. Menurut berita lokal, ia menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk merencanakan serangan menggunakan senjata rakitannya dan menghadiri acara-acara kampanye Abe. Pria tersebut percaya bahwa Shinzo Abe terkait dengan kelompok agama yang menjadi alasan kehancuran finansial ibunya. Menurut surat kabar Mainichi, Tetsuya mulai sering bolos kerja tanpa izin. Pada pertengahan April 2022 ia menghabiskan jatah cuti dan berhenti bekerja pada bulan Mei. Kantor berita Reuters juga mewawancarai tetangga Tetsuya yang mengatakan bahwa tersangka adalah seorang penyendiri yang tidak menjawab ketika diajak bicara. 
Dari kisah ini kita belajar bahwa seseorang sangat mungkin memutuskan hal-hal yang fatal tanpa pertimbangan ketika mereka terisolasi dalam masyarakat, menjadi seorang penyendiri yang sulit berkomunikasi dan tidak terbuka dengan orang lain, bahkan meninggalkan komunitasnya (dalam hal ini tempat kerjanya). Setiap orang memiliki masalah dalam hidupnya, namun jika kita tetap berada dalam komunitas yang tepat, terutama komunitas rohani, maka kita dapat saling berbagi suka dan duka. Kita bisa mendapatkan kekuatan, saran, koreksi, bahkan solusi. Seperti dalam bacaan Alkitab hari ini supaya kita tidak menarik diri dari pertemuan ibadah, namun hendaknya kita saling menasihati. Melalui komunitas rohani, kita akan mendapat pengaruh yang baik, saling mendukung untuk bertumbuh di dalam Kristus. Di dalam gereja kita, terdapat komunitas yang disebut  Soli Deo Gloria. Komunitas ini adalah sarana bagi kita untuk saling mendewasakan di dalam Kristus, menjadi wadah untuk saling memperhatikan dan mendukung para jemaat, saling mendoakan, menegur, dan menguatkan satu sama lain layaknya sebuah keluarga. Sebegitu pentingnya berada dalam komunitas, maka usahakanlah untuk tetap ada di dalamnya. [TJ]

REFLEKSI DIRI 
1. Apakah Anda sudah tergabung di dalam CORE? Jika tidak, apa yang membuat Anda tidak bergabung di dalamnya dan jika ya, apakah Anda sudah aktif terlibat di dalamnya?
2. Hal apa yang pernah Anda lakukan ketika ada salah satu anggota core Anda menceritakan masalahnya kepada Anda?
YANG HARUS DILAKUKAN
Tergabunglah di dalam komunita gereja. Saling memberi dukungan satu dengan yang lain.
POKOK DOA
Bapa, firman-Mu mengajarkanku bahwa Engkau tidak akan membiarkan aku menghadapi masalah sendiri. Hari ini aku mau bertumbuh dengan rekan seimanku, dengan komunitas yang Kau tetapkan. Di dalam nama Yesus. Amin.

HIKMAT HARI INI 
Perubahan yang besar dimulai dari komunitas yang menemukan apa yang menjadi perhatiannya.
Share:

BAHAYA TAAT TAPI MENGGERUTU

BACAAN ALKITAB HARI INI
Filipi 2:12-16 (:14)
Di dalam surat Paulus kepada jemaat di Filipi, ia menyapa mereka sebagai umat yang taat. Kemudian Paulus menasihati supaya mereka menjalani pengakuan iman mereka dengan sikap dan perilaku yang pantas, yaitu melakukan segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantah, supaya mereka tiada beraib dan tiada bernoda, tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya. Dengan kata lain, Paulus juga ingin mengatakan kepada kita bahwa cara kita menaati itu penting.
Tidak sedikit orang yang menggerutu dan membantah di dalam ketaatannya. Mereka melakukan perintah, namun dengan bersungut-sungut. Mereka melakukan perintah, namun dengan beribu bantahan dalam hati. Motivasi dan semangat di balik melakukan sesuatu itu penting. Sebab standar Tuhan kepada kita bukan sekedar hanya untuk ditaati, namun untuk ditaati sepenuhnya, segera, dan dengan ringan hati. Artinya, ketaatan yang dilakukan dengan rasa jengkel, bantahan, dan sungut-sungut sama dengan ketidaktaatan. Kita harus memperhatikan kebenaran ini dalam setiap aspek ketaatan kita kepada Tuhan dan juga kepada otoritas di atas kita. Tanpa mengabaikan kenyataan bahwa ada banyak sumber kesulitan dan frustrasi yang mungkin menekan kita, entah itu rekan kerja, atasan, orang tua, pasangan, atau anak-anak kita, kita cenderung memperlihatkan keluhan dan keengganan dalam kepatuhan kita sehingga semua orang akan tahu dan melihat harga yang harus kita bayar dalam ketaatan tersebut. Jangan bertahan dengan sikap seperti ini, sekali pun atas perintah yang tidak masuk akal, lebih baik kita bertukar pikiran dan berdiskusi mencari solusi daripada bertahan sebagai pengeluh. Tanamkan dalam pikiran kita sebuah kebenaran sederhana, bahwa Tuhan menghendaki ketaatan yang sepenuhnya, segera, dan dengan ringan hati. Ia senang dengan seseorang yang memberi dengan sukacita (2 Korintus 9:7), seseorang yang memberi tumpangan dengan tidak bersungut-sungut (1 Petrus 4:9), dan yang berdoa dengan tidak munafik (Matius 6:5). (LS)

REFLEKSI DIRI 
1. Apa alasan paling sering yang membuat Anda menggerutu atau berbantahan dalam kepatuhan Anda?
2. Mengapa bersungut-sungut dalam ketaatan sama dengan ketidaktaatan?
YANG HARUS DILAKUKAN
Lakukan segala sesuatu dengan ringan hati.
POKOK DOA
Bapa, aku mohon ampun untuk segala bantahan, sungut-sungut, dan gerutuku dalam menjalankan setiap perintah-Mu. Aku mau belajar untuk melakukan dengan ringan hati, agar Engkau disenangkan. Di dalam nama Yesus. Amin.

HIKMAT HARI INI
Kepatuhan yang disertai sungut-sungut sama dengan ketidakpatuhan.
Share:

AGAR IBLIS LARI DARI PADAMU

Yakobus 4:7

The Pope's Exorcist adalah sebuah film yang diangkat dari kisah nyata Pastor Gabriele Amorth, seorang pengusir setan yang berpengalaman dan telah banyak melakukan praktik eksorsisme. Salah satu yang menjadi sorotan di sepanjang film ini adalah momen-momen ketika Pastor tersebut mengusir setan, di mana ia selalu berkata, “Rendahkanlah dirimu di bawah kuasa Allah” dan juga ucapan, “Dalam nama Tuhan Yesus, orang Nazaret.” Kalimat ini senada dengan kebenaran firman Tuhan yang disampaikan oleh Rasul Yakobus, “Karena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu!” (Yakobus 4:7).
Tuhan Yesus Yesus sendiri menunjukkan bagaimana Iblis akhirnya mundur dari pada-Nya ketika Ia memilih untuk taat pada kebenaran firman Tuhan. Ketika dicobai oleh Iblis di padang gurun, yang Yesus lakukan adalah memperkatakan firman Tuhan dan bertindak seturut kebenaran tersebut. Bukan tak mungkin bagi Yesus untuk melakukan apa yang diminta oleh Iblis, tetapi Yesus memilih untuk tunduk dan taat kepada apa yang dikatakan oleh firman. Sampai tiga kali Yesus menolak untuk melakukan apa yang diminta oleh Iblis, sehingga Iblis pun mundur daripada-Nya dan menunggu waktu yang baik. Prinsip yang sama berlaku dalam kehidupan kita. Kita harus senantiasa menyadari bahwa Iblis terus bekerja seperti singa mencari orang yang dapat ditelannya (1 Petrus 5:8). Iblis juga selalu berusaha untuk memperdaya kita dengan segala siasatnya, sebab Iblis adalah bapa dari segala pendusta (Yohanes 8:44). Tetapi kebenaran firman Tuhan telah memberikan arahan bagaimana agar Iblis lari daripada kita, yaitu melalui ketundukan kita kepada Tuhan. Kita telah diberikan senjata rohani, pedang Roh, yaitu firman Tuhan (Efesus 6:17). Kita juga tahu bahwa firman itu adalah Allah (Yohanes 1:1), dan firman itu telah menjadi Manusia (Yohanes 1:14). Melalui ketaatan kepada firman-Nya dan iman akan kuasa di dalam nama Tuhan Yesuslah, maka Iblis akan lari dari pada kita. Maka, tunduklah kepada Allah. [RS]
REFLEKSI DIRI 
1. Mengapa kita harus tunduk kepada Allah?
2. Bagaimana wujud dari ketundukan kita kepada Allah agar kita menang melawan godaan, siasat, dan serangan Iblis?
YANG HARUS DILAKUKAN
Isilah hati kita dengan firman Tuhan, percayalah dalam kuasa nama Tuhan Yesus, dan taatlah kepada firman-Nya.
POKOK DOA
Bapa, terima kasih Engkau memperlengkapiku dengan pedang rohani, yaitu firman-Mu. Tolong aku ya Roh Kudus untuk taat sepenuhnya kepada firman-Mu, sebab melalui ketundukan kepada-Mulah maka Iblis akan lari dari padaku. Dalam nama Tuhan Yesus. Amin.

HIKMAT HARI INI
Ketundukan kepada Allah tampak melalui ketaatan kita terhadap firman-Nya.
Share:

“Kuatkanlah Hatimu”?

Zakharia 8:9-13

Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, ...
- Filipi 2:12

Entah berapa kali Tuhan memerintahkan “kuatkanlah hatimu”. Sesudah Tuhan menghukum orang-orang Israel yang mencobai-Nya ketika keluar dari Mesir dengan cara memutar-mutar mereka di padang gurun selama empat puluh tahun, Tuhan memberikan perintah ini sebelum mereka memasuki Tanah Perjanjian (Yos. 1:9). Kini, sesudah Tuhan menghukum umat-Nya di dalam pembuangan di Babel, Dia sekali lagi memberikan perintah ini ketika mereka baru saja kembali ke Tanah Perjanjian.
Meski terlihat sama dalam terjemahan LAI, di dalam bahasa aslinya perintah pada bagian ini agak berbeda. Perintah “kuatkanlah hatimu” dalam bahasa Ibrani berbunyi, “kuatkanlah tanganmu” (teḥĕzaqnāh yəḏêḵem). Jadi, bagian ini sebenarnya bukan membicarakan hati, tetapi membicarakan tangan. Apa maksudnya?
Dalam bagian ini, Tuhan berjanji bahwa Dia akan membawa pemulihan kepada umat-Nya. Tuhan akan memberi mereka damai sejahtera, melimpahi mereka dengan anugerah-Nya (ay. 12), dan yang paling penting menjadikan mereka berkat bagi segala bangsa (ay. 13). Jadi, secara logika manusia, apa yang mereka pikirkan dan akan lakukan? Ahh.. santai-santai saja lah. Toh, Tuhan sudah berjanji dan pasti akan menggenapinya. Jadi, nggak masalah kalau saya tidak melakukan apa-apa, bukan?
Ini adalah logika manusia. Seolah mengantisipasi pikiran ini, dua kali Tuhan mengingatkan mereka, “kuatkan tanganmu!” baik sesudah dan sebelum janji diberikan. Dengan kata lain, fakta bahwa Tuhan beranugerah tidak lantas menghilangkan mereka dari tanggung jawab!
Inilah sebabnya, meski kita telah diselamatkan oleh Tuhan Yesus, Rasul Paulus tetap mengingatkan, “Kerjakan keselamatanmu!” Memang kita diselamatkan oleh anugerah, bukan perbuatan, tetapi ini tidak seharusnya membuat kita malas. Kita harus bekerja dengan giat, bukan untuk memperoleh keselamatan, tetapi justru karena kita telah diselamatkan!
Apa yang telah kita kerjakan bagi-Nya? Yang paling minimal, apakah kita menjadi kutuk atau berkat bagi orang-orang di sekeliling kita (ay. 13)? Menjadi berkat bukan hanya sekedar melakukan kewajiban kita sesuai peran kita di dalam lingkungan sosial tertentu. Menjadi berkat berarti melakukan lebih dari kewajiban kita, guna melayani sesama kita. Dan tentu saja, untuk melayani membutuhkan tangan yang kuat.
Refleksi Diri:
Apakah kehidupan Anda sebagai orang Kristen membuat Anda makin rajin melakukan kebaikan atau justru makin malas?
Apa hal-hal yang telah Anda lakukan, yang melebihi kewajiban Anda, untuk melayani sesama?"
Share:

Diet vs Puasa

Zakharia 7:1-7
Hari itu harus menjadi sabat, hari perhentian penuh, bagimu dan kamu harus merendahkan diri dengan berpuasa. Itulah suatu ketetapan untuk selama-lamanya.

— Imamat 16:31
Seorang teman non-Kristen pernah bertanya kepada saya, “Kenapa kamu juga berpuasa? Kan tidak diwajibkan di agamamu?” Saya yang saat itu masih belum menjadi hamba Tuhan, menjawab setengah bercanda, “Sekalian diet.” Apa sebenarnya tujuan berpuasa? Di bagian ini, orang-orang Israel yang telah mendengar penglihatan-penglihatan Zakharia, bertanya kepada Tuhan, “Apakah kami perlu berpuasa untuk menunjukkan pertobatan kami?” Jawaban Tuhan pada ayat 5-7 bernada sarkastik sekali. Tuhan seolah bertanya balik, “Memangnya selama ini kamu benar-benar berpuasa?”

 Puasa bukanlah untuk mengurangi kalori, tetapi untuk merendahkan diri. Demikianlah yang dikehendaki Tuhan. Coba saja baca perintah Tuhan di dalam Imamat 16:29, 31; 

23:27, 29, 32 dan sebagainya. Frasa yang banyak digunakan pada ayat-ayat tersebut adalah “merendahkan diri dengan berpuasa”. Yang penting adalah sikap merendahkan diri di hadapan Tuhan. Puasa hanyalah ekspresi sikap tersebut.

 Namun kenyataannya, puasa yang selama ini dilakukan umat Tuhan hanyalah rutinitas rohani belaka. Tidak ada kesungguhan hati untuk bertobat. Apa bedanya dengan diet?

 Orang Kristen zaman Perjanjian Baru seperti kita memang tidak diwajibkan untuk berpuasa. Namun, esensinya tetap berlaku, yakni bahwa kita harus merendahkan diri di hadapan Tuhan. Itulah sebabnya Imamat 16:31 mengatakan bahwa merendahkan diri adalah ketetapan untuk selama-lamanya.

 Malah, tuntutan kepada kita lebih tinggi. Meski tidak ada puasa wajib, Tuhan meng-hendaki kita agar senantiasa merendahkan diri di hadapan-Nya, tidak hanya satu kali se-tahun atau sebelum Perjamuan Kudus saja, tetapi setiap saat ketika kita memikirkan atau melakukan dosa. Sayangnya, seringkali kita sudah menyiapkan seribu satu alasan untuk berdalih di hadapan Tuhan. “Kenapa kamu marah kepada istrimu?” “Karena dia terlambat menyiapkan makan, padahal aku sudah lapar sehabis pulang kerja.” “Kenapa kamu mendiamkan suamimu?” “Karena dia lupa memperbaiki pipa ledeng.” Kita selalu bisa berdalih di hadapan Tuhan.

 Bagian ini tidak hanya mengajarkan tentang puasa, tetapi prinsip tentang merendahkan diri. Merendahkan diri berarti sadar bahwa dosa adalah dosa. Sudahlah, tidak perlu mencari seribu satu alasan seolah-olah Tuhan tidak tahu keadaan kita. Tuhan Yesus memang mengerti keadaan kita, tetapi ini tidak berarti Dia memberi lampu hijau untuk dosa.

Refleksi Diri:

• Cobalah menghitung dosa yang Anda lakukan dalam sehari. Bandingkan berapa kali Anda secara jujur merendahkan diri dan berapa kali Anda berdalih kepada Tuhan.

• Mana yang lebih banyak? Maukah Anda belajar merendahkan diri di hadapan Tuhan?"
Share:

ROH KUDUS YANG MENGHIBUR KITA

BACAAN ALKITAB HARI INI
Yohanes 16:1-13 Yohanes 16:7

Saat akan mengungkap mengenai Roh Kudus, pendeta dan teolog Sinclair Ferguson mengatakan ada sesuatu yang sangat misterius tentang Dia. Dia adalah pribadi ketiga dari Trinitas, yang “tidak menonjolkan diri”. Namun Ia selalu bekerja seiring dengan firman Tuhan, dan Ia adalah salah satu sumber penghiburan terbesar orang Kristen.
Menjelang akhir hidup Rasul Paulus, saat-saat dia akan dipenggal mati dan seorang diri dalam penjara, isi hatinya ia tuangkan dalam suratnya. Katanya, “Pada waktu pembelaanku yang pertama tidak seorangpun yang membantu aku, semuanya meninggalkan aku … tetapi Tuhan telah mendampingi aku dan menguatkan aku.” (2 Timotius 4:16-17). Mustahil bagi Paulus bisa kuat dan bertahan sampai akhir hidupnya, jika Tuhan tidak menguatkannya. Begitu pula halnya dengan Yesus, yang dalam keadaan-Nya sebagai manusia. Menjelang detik-detik kematian-Nya, Yesus harus menghadapi masa di mana orang terdekat, yaitu para murid-Nya meninggalkan dan mengkhianati-Nya. Di masa-masa itulah Roh Kudus berjalan bersama-Nya menuju lembah kematian maut (Ibrani 9:14). Bagi para murid, kenaikan Tuhan Yesus menjadi pukulan bagi mereka. Apalagi sesaat sebelum naik, Yesus memberitahu bagaimana para murid akan mengalami hal-hal mengerikan, dikucilkan, dan akan datang saatnya setiap orang yang membunuh mereka akan menyangka bahwa mereka berbuat bakti bagi Allah. Hal ini tentu menimbulkan ketakutan di dalam diri mereka. Tuhan memahami betul keadaan ini, mereka bisa menjadi sedih, putus asa, sampai-sampai ada yang ingin kembali ke kehidupan masa lalunya. Karenanya Tuhan memberikan Roh Kudus. Sampai tiga kali Tuhan Yesus menyebut Roh Kudus sebagai Penghibur (Yohanes 14:26; 15:26; 16:7), yang menunjukkan betapa pentingnya peran itu. Dalam hidup ini, akan ada saat-saat di mana kita berjalan sendiri. Saat itu adalah saat di mana tak seorang pun dapat menolong, termasuk orang-orang terdekat sekalipun. Saat itu bisa jadi momen ketika kita berada di ruang operasi, saat dikecewakan, dikhiniati di mana tiada seorang pun yang dapat memahami kita. Manakala kita melalui masa-masa itu, alamilah kebenaran ini, “Roh Kudus adalah Sahabat yang menghiburku!” [RS]

REFLEKSI DIRI 
1. Apa peran Roh Kudus yang Anda dapati dalam bacaan REVIVE hari ini?
2. Apakah Anda pernah merasa seorang diri menjalani kehidupan ini, sudahkah Anda merasakan bagaimana Roh Kudus menjadi Sahabat sejati yang menghibur Anda?
YANG HARUS DILAKUKAN
Saat merasa seorang diri menjalani kehidupan, mintalah melalui doa agar Roh Kudus menghibur Anda.
POKOK DOA
Roh Kudus, Engkaulah sahabat sejati yang menghiburku. Engkau ada di setiap musim hidupku, dan Engkau hadir di saat-saat terberat kehidupanku. Ingatkanku selalu bahwa aku memiliki-Mu di dalam hidupku. Dalam nama Tuhan Yesus. Amin.

HIKMAT HARI INI
“Roh Kudus adalah Sahabat yang berharga dan menyertai dalam hidup saya. Dia memberikan penghiburan.” – John Bevere
Share:

Hidup dalam keputusasaan

10 Segala yang Kaujadikan itu akan bersyukur kepada-Mu, ya TUHAN, dan orang-orang yang Kaukasihi akan memuji Engkau. 11 Mereka akan mengumumkan kemuliaan kerajaan-Mu, dan akan membicarakan keperkasaan-Mu, 12 untuk memberitahukan keperkasaan-Mu kepada anak-anak manusia, dan kemuliaan semarak kerajaan-Mu. (Mazmur 145:10-12)
Waktu Teduh
Meneduhkan, menenangkan, dan memusatkan hati kepada Tuhan (1 menit)
Pujian kepada Tuhan
Memuji Tuhan dengan satu lagu pujian yang Anda pilih sendiri.
Bacaan Alkitab
22 Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: 23 "Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel" --yang berarti: Allah menyertai kita. (Matius 1:22, 23)
Pengantar untuk Renungan
Kesadaran bahwa Allah menyertai kita akan mengubah keputusasaan menjadi hidup yang penuh dengan pengharapan. Memang keputusasaan merupakan salah satu masalah terbesar yang dialami oleh manusia. Tidak sedikit orang yang mengakhiri hidupnya sendiri karena di dalam rasa putus asa ia beranggapan bahwa dirinya tidak lagi memiliki masa depan. Di sinilah pentingnya kehadiran Allah di dalam hidup kita. Dia adalah pribadi yang kasih dan kuasa-Nya tidak terbatas. Oleh karena itu penyertaan-Nya yang kita alami di dalam Yesus Kristus akan menghapus keputusasaan di dalam diri kita, dan menggantikannya dengan pengharapan yang tidak mengecewakan.
Pengharapan di dalam Kristus itulah yang disampaikan malaikat Tuhan sebagaimana yang dicatat di dalam Matius 1. Malaikat itu menyebut bahwa Yesus adalah pribadi yang dinubuatkan di dalam Yesaya 7, yaitu Imanuel, "yang berarti: Allah menyertai kita." Nabi Yesaya menyampaikan nubuatan ini kepada Ahas, raja Yehuda yang sedang ketakutan oleh karena ancaman kerajaan Aram. Melalui nubuatan itu Allah meneguhkan hati Ahas dengan berjanji bahwa Ia akan menyertai dan melindungi umat-Nya dari tentara Aram. Singkat kata, penyertaan Allah melalui Yesus Kristus akan menghapus keputusasaan dari hidup kita, dan mengubahnya dengan hidup yang penuh pengharapan.
Pertanyaan untuk Direnungkan
Apakah Anda sedang mengalami keputusasaan? Apakah yang perlu Anda lakukan untuk mengatasi keputusasaan tersebut?
Doa Menanggapi Bacaan Alkitab
Tuhan, aku berterima kasih kepada-Mu karena Engkau bersedia hadir di dalam hidupku. Penyertaan-Mu memungkinkan diriku untuk memandang masa depan tanpa kekuatiran. Kasih setia-Mu menjamin bahwa Engkau tidak akan pernah meninggalkan diriku. Kuasa-Mu yang tidak pernah berubah memberi kepastian bahwa tidak ada rencana-Mu yang gagal. Engkau sanggup melaksanakan janji-Mu dan menggenapi firman-Mu. Di dalam Engkau aku dapat hidup dengan penuh pengharapan dan bukan di dalam keputusasaan.

Mengawali hari ini aku menyerahkan seluruh hidupku ke dalam tangan-Mu. Sertailah diriku di sepanjang hari ini. Tuntunlah aku untuk berjalan di jalan-jalan-Mu, dan bawalah diriku untuk hidup sesuai dengan kehendak-Mu. Tolonglah aku di dalam semua hal yang harus kukerjakan, dan mampukan aku untuk meraih keberhasilan oleh anugerah-Mu. Jauhkanlah diriku dari yang jahat, dan jadikanlah hidupku berkat bagi orang-orang yang ada di sekelilingku. Di dalam nama Yesus Kristus, Tuhan dan Sumber pengharapan yang tidak pernah mengecewakan, aku berdoa. Amin.
Waktu Teduh
Meneduhkan hati di hadapan Tuhan (2 menit).
Share:

Tuhan Dan Pemerintahan

Zakharia 6:1-8

Ingatkanlah mereka supaya mereka tunduk pada pemerintah dan orang-orang yang berkuasa,
- Titus 3:1a

Masih mengikuti struktur paralel terbalik, penglihatan yang terakhir ini paralel dengan penglihatan pertama. Di bagian perikop ini, empat kereta menggambarkan Tuhan yang mengawasi seluruh penjuru mata angin. Perbedaan dengan penglihatan pertama adalah kali ini kita diberitahukan salah satu cara Tuhan mengawasi bumi.
Ahli biblika sepakat bahwa keempat kereta kuda yang diutus ke seluruh bumi sesudah menghadap Tuhan (ay. 5) menggambarkan institusi pemerintahan yang ditunjuk Tuhan untuk menegakkan keadilan-Nya di atas negara-negara di bumi. Meski terjemahan LAI tidak menggunakan huruf kapital, kata “ia” di ayat 6 dan 7 merujuk kepada Raja di atas segala raja, yakni Tuhan Yesus sendiri. Dari Dia-lah penguasa-penguasa di bumi memiliki otoritas untuk menjalankan pemerintahan.
Seorang psikolog Kanada bernama Jordan Peterson pernah menuturkan mimpinya di mana ia melihat ribuan kuburan dari raja-raja dan penguasa-penguasa di masa lalu. Tiba-tiba saja para pemimpin masa lalu ini bangkit keluar dari liang kubur, kemudian saling memerangi satu sama lain. Bagaimana tidak? Mereka adalah penguasa yang haus akan kekuasaan. Namun, Peterson menceritakan, mendadak sesosok Figur muncul di tengah-tengah mereka. Saat itu juga, mereka semua menjatuhkan senjata mereka dan bertekuk lutut. Figur tersebut adalah Yesus Kristus.

Yang menarik adalah, saat menceritakan mimpi ini, Peterson bukanlah seorang Kristen. Ia menafsirkan mimpi tersebut bahwa setiap penguasa mewakili satu kualitas moral seorang pemimpin. Tuhan Yesus-lah, Raja di atas segala raja, yang memiliki seluruh kualitas moral tersebut. Meski yang dikatakan Peterson benar, kita tahu bahwa realitanya jauh lebih daripada penafsiran moralistiknya. Tuhan Yesus memang adalah Pemberi kuasa bagi pemerintahan dunia (Kol. 1:16) dan dengan menjalankan keadilan-Nya, secara tidak langsung mereka bertelut kepada-Nya.

Apa artinya ini bagi kita? Seperti yang dikatakan Rasul Paulus, kita sebagai orang Kristen harus taat kepada pemerintah selama mereka menjalankan fungsinya menegakkan keadilan. Bagaimanapun, merekalah yang ditunjuk oleh Sang Raja segala raja untuk mengawasi bumi. Jadi, menaati rambu lalu lintas, membayar pajak tepat pada waktunya, menjaga lingkungan hidup, berpartisipasi dalam pemilu, dan lain sebagainya, bukan hanya kewajiban kita sebagai Warga Negara Indonesia, tetapi juga kewajiban kita sebagai Warga Kerajaan Allah.
Refleksi Diri:
Dari hal-hal yang disebutkan di atas, apa kewajiban yang paling Anda abaikan sebagai warga negara? Mengapa?
Sebagai pengikut Kristus, apa sumbangsih sederhana yang dapat Anda berikan kepada negara Indonesia?
"
Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.