Agustus 2023 ~ Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

Berapa Harga Pemuridan?

Lukas 14:25-33

Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku.
- Lukas 14:26

Peribahasa Indonesia mengatakan: ada harga, ada rupa. Artinya, harga sebuah barang disesuaikan/ditentukan dengan kualitas barang tersebut. Dengan kata lain, barang yang mahal adalah barang yang berkualitas tinggi dan sebaliknya, barang yang berkualitas rendah biasanya harganya murah. Demikian juga dengan kualitas seorang murid Yesus Kristus ditentukan oleh harga yang ia bayar.
Yesus mencari orang yang sungguh-sungguh mau berkomitmen membayar harga dalam mengikut Dia. Hal ini diumpamakan seperti seorang yang akan mendirikan menara atau seorang raja yang akan pergi berperang dimana mereka akan duduk dahulu untuk mempertimbangkan kemampuan mereka (ay. 28, 33). Frasa “duduk dahulu” artinya, mempertimbangkan secara matang akan harga yang harus dibayar sebelum bertindak. Yesus menantang para pendengar-Nya untuk memikirkan dahulu harga yang harus mereka bayar ketika menjadi murid-Nya. Apa harga menjadi murid Kristus?
Pertama, berkomitmen mengasihi Tuhan Yesus melebihi yang lain. Kata “membenci” di ayat 26 (miseo) tidak mengajarkan kita membenci keluarga sendiri sebab hal itu bertentangan dengan hukum kelima, hormatilah orangtua kita (Kel. 20:12). Namun, kata ini bisa diartikan kurang mengasihi atau love less (Mat. 10:37), yang merupakan gaya bahasa Ibrani untuk membandingkan kepada siapa kita harus lebih loyal atau lebih mengasihi. Kita harus lebih mengasihi Allah daripada keluarga kita atau apa pun juga. Kasihilah Tuhan dengan segenap hati, jiwa, dan akal budi kita (Mat. 22:37).
Kedua, berkomitmen memikul salib dan mengikut Yesus dengan setia. Salib adalah lambang penderitaan yang sangat mengerikan dan mematikan, sekaligus lambang kemenangan. Jadi, memikul salib adalah menanggung penderitaan sebagai murid Kristus sejati yang meliputi penolakan, penghinaan, dan penganiayaan karena memegang kebenaran demi memperoleh kemenangan hidup di dalam Kristus.
Mengikut Kristus tidak hanya sekadar emosi sesaat, coba-coba atau ikut-ikutan orang. Mengikut Kristus berarti berani membayar harga, yakni meninggalkan dosa, kejahatan, kesenangan dan mungkin juga terputusnya hubungan dengan keluarga, kehilangan pekerjaan atau kerugian materi, bahkan kehilangan nyawa. Marilah kita evaluasi komitmen kita dalam mengikut Yesus dan memperbaruinya agar sesuai dengan tuntutan-Nya.
Refleksi Diri:
Apakah selama ini Anda hanya menjadi penggemar Yesus ataukah murid Yesus? Apakah Anda berani membayar harga pemuridan yang dituntut Yesus di atas?
Apa komitmen yang ingin Anda buat agar menjadi murid Kristus yang sejati?
"
Share:

Roh Allah Bersama Dengan Kita

Roma 8:18-39

Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan.
- Roma 8:26

Sebelumnya kita sudah membahas peranan Roh Kudus dalam perjuangan kita melawan dosa. Dalam Roma 8:18-39, Rasul Paulus melanjutkannya dengan membahas peranan Roh Kudus dalam menolong kita menghadapi penderitaan.

Hal pertama yang disinggung adalah ke
nyataan adanya penderitaan dalam hidup. Sekarang ini, kita hidup dalam masa peralihan. Di satu sisi kita sudah diselamatkan, tetapi di sisi lain, penggenapan keselamatan belum sepenuhnya terjadi. Kita masih hidup di dunia yang sudah jatuh ke dalam dosa dan mengenakan tubuh yang lama. Itu sebabnya kita masih mengalami penderitaan. Namun, penderitaan bersifat sementara. Kelak penderitaan di dunia akan berakhir dan Tuhan akan ganti dengan kemuliaan (ay. 18).
Bagaimana bersikap ketika menderita? Jawabnya: berpengharapan. “Sebab kita diselamatkan dalam pengharapan” (ay. 24a). Hal yang membuat kita kuat dalam menghadapi penderitaan adalah pengharapan. Apa yang kita harapkan? Yaitu “pengangkatan sebagai anak, yaitu pembebasan tubuh kita” (ay. 23). Suatu saat kelak, kita akan dibebaskan dari tubuh yang fana. Kita akan mendapat tubuh baru yang mulia. Jadi, kita tidak menderita sia-sia. Kita menghadapi penderitaan dengan pengharapan. Sikp yang Allah kehendaki adalah bertekun di dalam pengharapan itu (ay. 25).
Syukur kepada Allah, kita tidak menghadapi penderitaan sendirian. Roh Allah membantu kita berdoa (ay. 26). Kalau mengandalkan kekuatan sendiri, kita tidak mungkin sanggup menghadapinya. Ada saat-saat ketika kita sangat lemah dan tidak tahu lagi harus mengucapkan apa dalam doa, Roh membantu kita berdoa. Bahkan Roh mendoakan kita. Inilah penghiburan yang besar bagi kita. Allah sangat peduli keadaan kita. Jika Anda sedang dalam penderitaan yang berat dan merasa tidak sanggup lagi menanggungnya, ingatlah bahwa Roh Allah bersama dengan Anda. Roma 8:38-39 merupakan puncak dari pasal 8, yang menegaskan janji Allah bagi orang percaya. Tak ada hal apa pun yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus.
Refleksi Diri:
Apa yang Anda lakukan ketika mengalami penderitaan?
Bagaimana perasaan Anda mengetahui kebenaran bahwa Roh Kudus berdoa bagi Anda ketika Anda menderita?
"
Share:

Hidup Dalam Roh

Roma 8:1-17

Tetapi kamu tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah diam di dalam kamu.
- Roma 8:9a

Dalam renungan kemarin kita sudah membahas tentang kemungkinan orang Kristen berdosa. Menurut tokoh gereja Agustinus, ada empat kemungkinan manusia dalam hal berdosa. Pertama, manusia sebelum jatuh ke dalam dosa: ia dapat berdosa; ia juga dapat tidak berdosa. Kedua, manusia setelah jatuh ke dalam dosa: ia tidak dapat tidak berdosa. Ketiga, manusia yang sudah lahir baru: ia dapat tidak berdosa. Keempat, manusia dengan tubuh kemuliaan: ia tidak dapat berdosa. Sebagai orang Kristen lahir baru, kita berada dalam status ketiga: dapat tidak berdosa. Artinya, kita juga masih dapat berdosa. Itu terjadi karena kita masih mengenakan tubuh yang lama, yang masih tercemar oleh dosa.

Bagaimana caranya agar kita tidak berbuat dosa? Dalam perikop bacaan hari ini, Rasul Paulus menjelaskannya. Kata kuncinya adalah Roh atau Roh Allah. Jika Roh Allah diam di dalam kita, maka kita tidak akan hidup di dalam atau menurut daging tetapi menurut Roh. Oleh karena Roh Allah diam dalam kita, maka kita punya kesanggupan mematikan perbuatan-perbuatan daging atau dosa.
Tanda bahwa kita itu anak Allah yang sejati adalah hidup kita dipimpin Roh (ay. 14). Hal pertama yang kita taklukkan di bawah Roh adalah pikiran kita (ay. 5). Yang kita pikirkan adalah hal-hal yang dari Roh atau hal-hal yang berkenan pada Allah. Jika pikiran kita sudah dikuasai oleh Roh Allah maka perbuatan kita pun akan seturut kehendak Allah. Kita akan memikirkan hal yang benar dan kudus, bukan perkara dosa.
Oleh karena itu, janganlah kita berdalih, “Saya manusia biasa, wajar kalau berdosa.” Mengapa kita tidak mengatakan, “Saya adalah anak Allah, saya sanggup hidup benar dan kudus.” Jika memulai dari kelemahan maka kita tidak akan mencapai tingkat kerohanian yang lebih tinggi. Sebaliknya, jika memandang diri sebagai umat tebusan yang dipimpin Roh maka ambisi kita adalah ambisi untuk hidup kudus dan berkenan pada Allah. Mari, serahkan diri kita dipimpin Roh Allah. Hanya dengan hidup di bawah pimpinan Roh Allah, kita dapat naik tingkat dalam hubungan dengan Allah.
Refleksi Diri:
Mengapa dalih “saya manusia biasa, wajar kalau berdosa” adalah dalih yang salah?
Bagaimana caranya hidup dipimpin Roh Kudus?
Share:

Bukan Tiruan Sembarangan

Efesus 5:1-2

Sebab itu jadilah penurut-penurut Allah, seperti anak-anak yang kekasih
- Efesus 5:1

Kita mungkin sering terkaget-kaget dengan barang-barang mewah yang mempunyai harga fantastis. Hanya segelintir orang yang mampu memiliki ataupun mengoleksi barang mewah tersebut. Eksklusifitas dalam bentuk, bahan, jumlah, ataupun kualitas dari barang yang dijual, membuat banyak orang mengingininya. Namun, tidak semua orang sanggup membeli barang mewah. Tak heran di beberapa pusat perbelanjaan, kita dapat menemukan berbagai barang tiruan dari barang mewah. Barang tiruan dibuat semirip mungkin dengan wujud barang aslinya karena banyak orang yang mencari barang tiruan dengan kualitas yang bagus. Ini dilakukan agar orang-orang dapat membeli model tiruan barang mewah dengan harga yang murah.
Kalau barang mewah saja ditiru karena keindahan yang dimilikinya, bagaimana dengan hidup kita sebagai anak-anak Allah? Apakah kita meniru hidup Allah yang begitu indah dan sempurna? Efesus 5 berisikan nasihat Paulus kepada jemaat Efesus untuk hidup sebagai anak-anak terang. Ia menekankan bukan hanya hidup menjadi anak terang, tetapi terlebih lagi Paulus meminta jemaat Efesus untuk hidup sebagai peniru Allah.
Kata “penurut” pada ayat di atas, dalam bahasa aslinya menggunakan kata μιμηταὶ (mimētai atau mimetes) yang berarti imitator atau peniru. Paulus berkata seharusnya kita yang sudah menjadi anak-anak Tuhan adalah peniru Allah. Peniru berarti segala sesuatu dilakukan semirip mungkin dengan apa yang Allah lakukan. Begitu juga di dalam hal karakter, sebagai peniru Allah kita harus mengikuti karakter Allah dalam karakter hidup kita. Karena itu, Paulus memerintahkan kita untuk hidup di dalam kasih sebagaimana kasih Allah kepada umat manusia. Kasih dari Allah menjadi dasar bagi kita untuk hidup seturut dan sesuai dengan apa yang Allah inginkan.
Hidup sebagai anak-anak Allah adalah hidup sebagai peniru Allah. Bukan peniru sembarangan, melainkan peniru yang berkualitas sesuai dengan kebenaran firman Tuhan. Barang tiruan saja dicari yang berkualitas bagus maka hidup sebagai anak Tuhan harus meniru Allah secara berkualitas. Mari kita belajar menjadi peniru Allah dengan kualitas terbaik yang kita mampu dengan sungguh-sungguh melakukan firman dan mengikuti kehendak Allah. Stop jadi tiruan sembarangan, tapi jadilah tiruan berkualitas sehingga semakin hari kita dapat semakin serupa dengan Yesus Kristus.
Refleksi Diri:
Apakah hidup Anda sudah menjadi peniru Allah yang berkualitas?
Apa yang ingin Anda lakukan agar dapat semakin serupa dengan Kristus?"
Share:

Keadilan Allah Dan Dosa Manusia

Wahyu 16:1-11
Dan manusia dihanguskan oleh panas api yang dahsyat, dan mereka menghujat nama Allah yang berkuasa atas malapetaka-malapetaka itu dan mereka tidak bertobat untuk memuliakan Dia.
- Wahyu 16:9

Pernahkah terbersit di pikiran Anda, mengapa orang benar menderita dan orang fasik berjaya selama hidup di dunia ini? Apakah Tuhan lalai? Jelas tidak. Tuhan tidak lalai, tetapi Dia sabar dan memberikan kesempatan kepada manusia untuk bertobat (2Ptr. 3:9). Namun, saat keadilan Tuhan akan dijalankan, perbuatan-perbuatan fasik tidak akan berlalu tanpa hukuman-Nya. Kebenaran ini terungkap jelas di dalam Wahyu

Pada perikop ini malaikat-malaikat menumpahkan tujuh cawan murka Allah ke bumi (ay. 1). Cawan pertama sampai ketiga ditumpahkan ke atas bumi, laut, sungai dan mata air (ay. 2-4). Berbeda dengan sangkakala yang mana hanya sebagian manusia yang terkena, hukuman cawan murka menimpa semuanya. Maka terjadilah malapetaka atas “semua yang memakai tanda dari binatang itu dan yang menyembah patungnya” (ay. 2), “segala yang bernyawa, yang hidup dalam laut” (ay. 3), dan sungai dan mata air “semuanya menjadi darah” (ay. 4). Air laut, sungai, dan mata air menjadi darah adalah simbol tentang matinya urat nadi perekonomian bangsa-bangsa. Cawan keempat mengakibatkan matahari begitu panas dan menghanguskan manusia (ay. 8). Ini juga lambang hukuman Allah atas kebejatan moral manusia. Cawan kelima menimpa “takhta binatang itu” yakni pemerintahan yang menganiaya orang percaya. Mereka dihukum sehingga “kerajaannya menjadi gelap”, yakni mereka terpisah dari terang Allah (ay. 10).
Keadilan Allah seperti pedang bermata dua. Ia mendatangkan pujian dan sukacita bagi orang benar, tetapi teror bagi orang fasik. Orang benar akan memuji Allah karena keadilan-Nya (ay. 5). Darah orang-orang kudus yang ditumpahkan telah dibalaskan (ay. 6). Hukuman Allah begitu keras, tetapi yang mengherankan adalah mereka tidak bertobat untuk memuliakan Dia (ay. 9) dan bahkan menghujat Allah di sorga (ay. 11).
Pengikut Yesus Kristus harus dengan sabar menanti keadilan Tuhan. Jangan iri dengan keberhasilan orang fasik di dunia, tetapi tekun dan sabar menjalani kehidupan di dalam iman. Waktu penghakiman Tuhan akan tiba, Dia akan menyatakan keadilan pada waktu-Nya.
Refleksi Diri:
Apakah ada terbersit di dalam perasaan Anda, iri hati terhadap keberhasilan orang-orang fasik? Mohonkan pengampunan dari Tuhan.

Bagaimana Anda melatih kesabaran dan ketekunan menjalani hidup, saat menantikan keadilan Tuhan?
Share:

MANFAAT MENYANYIKAN LAGU ROHANI

Efesus 5:19-20
AYAT HAFALAN
Efesus 5:19

Menyanyi merupakan salah satu aktivitas y dapat menenangkan hati. Salah satu manfaat bernyanyi bagi kesehatan mental adalah mengurangi stres. Hal ini terbukti melalui sejumlah penelitian yang menunjukkan bahwa kadar hormon kortisol atau hormon stres dalam tubuh seseorang dapat menurun setelah bernyanyi. Dokter Don Colbert, yang telah banyak menolong orang sekaligus penulis buku “Stress Less”, telah membuktikan bagaimana peranan lagu rohani bagi pasiennnya di dalam praktiknya. “Saya memainkan musik rohani di kantor saya untuk meningkatkan kesembuhan dalam tubuh para pasien saya. Musik inspirasional bisa mengisi lubuk hati Anda dengan damai sejahtera dan sukacita,” ucapnya.
Firman Tuhan sendiri banyak mengajak kita untuk bernyanyi bagi Tuhan. “Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu, sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain dan sambil menyanyikan mazmur, dan puji-pujian dan nyanyian rohani, kamu mengucap syukur kepada Allah di dalam hatimu.” (Kolose 3:16). Bahkan Tuhan Yesus sendiri mempraktikkan bagaimana Ia menyanyikan lagu rohani. “Sesudah menyanyikan nyanyian pujian, pergilah Yesus dan murid-murid-Nya ke Bukit Zaitun.” (Matius 26:30). Dalam suratnya kepada jemaat di Efesus, Rasul Paulus berkata, “Nyanyikanlah lagu-lagu rohani dengan tulus!” Bukan tanpa alasan Paulus menyerukan hal ini. Paulus sendiri telah merasakan bagaimana kuasa pujian menghadirkan mujizat dalam hidupnya. Saat mereka bernyanyi sampai tawanan lain mendengar, melalui nyanyian tersebut belenggu mereka terlepas secara ajaib dan semua pintu penjara terbuka (Kisah Para Rasul 16:25). Sebab Tuhan bersemayam di atas puji-pujian umat-Nya (Mazmur 22:3). Mulai saat ini, mari kita membiasakan diri untuk menyanyikan lagu-lagu rohani. Kita juga bisa melatihnya dengan mendengar lagu rohani. Saat mengemudi atau bekerja mainkanlah musik inspirasional Anda, dan Anda akan menemukan damai sejahtera Tuhan mengisi hati Anda. [RS]
REFLEKSI DIRI 
1. Apakah Anda sudah memiliki kebiasaan untuk menyanyikan dan mendengarkan lagu rohani?
2. Mengapa penting bagi kita untuk menyanyikan lagu-lagu rohani dengan tulus?
YANG HARUS DILAKUKAN
Biasakan diri untuk menyanyikan lagu-lagu rohani. Kita juga bisa melatihnya dengan mendengar lagu rohani. Saat mengemudi atau bekerja mainkanlah musik inspirasional Anda.
POKOK DOA
Bapa, firman-Mu mengajarku untuk bernyanyi dan bersorak bagi-Mu dengan segenap hati sebab Engkau bertahta di atas puji-pujian. Apa pun yang kualami, aku mau bernyanyi untuk-Mu sebab kasih-Mu besar di dalam hidupku. Dalam nama Yesus, Amin.
HIKMAT HARI INI
“Saya memainkan musik rohani di kantor saya untuk meningkatkan kesembuhan dalam tubuh para pasien saya.” – Don Colbert
Share:

DI MANAKAH KEPERCAYAANMU?

Lukas 8:22-33
AYAT HAFALAN
Lukas 8:25
Ketika berada dalam situasi yang baik, hal-hal yang kita rencanakan dan lakukan berjalan lancar, “pintu-pintu” seakan dibukakan, kita sering terkecoh bahwa hal-hal demikian menjadi indikasi yang menyatakan kita ada di dalam jalur kehendak Tuhan. Namun ketika hal yang kita rencanakan tidak berjalan lancar, kita pikir kita sedang berada di luar jalur kehendak-Nya. Padahal tidaklah selalu demikian. Ada kalanya perjalanan iman kita diperhadapkan pada situasi yang tidak mudah dan memang itu merupakan kehendak Tuhan. 
Suatu kali Yesus menyuruh para murid untuk bertolak ke seberang. Pesan Yesus jelas, “Marilah kita bertolak ke seberang danau” (Lukas 8:22). Itu artinya ini adalah kehendak Tuhan bagi para murid. Namun setelah menyeberang, mereka diperhadapkan dengan masalah. Badai taufan menerpa, perahu mereka kemasukan air, sehingga mereka berada dalam bahaya. Jika kita telusuri kelanjutan dari kisah ini, para murid ketakutan padahal mereka bersama-sama dengan Yesus. Yesus pun menegur sikap mereka dan bertanya, “Di manakah kepercayaanmu?” Setelah melalui badai tersebut, ternyata mereka sudah diperhadapkan dengan sebuah pelayanan penting. Mereka harus siap untuk melayani seseorang yang sangat membutuhkan, yaitu laki-laki yang dirasuki oleh setan-setan sekian lamanya. Dari kisah ini kita belajar bahwa ada kalanya ketika berada di jalur kehendak Tuhan, masalah bisa saja justru datang melanda. Kita juga jadi mengerti bahwa maksud dari setiap masalah adalah untuk menguji kualitas iman kita. Seperti halnya yang dikatakan oleh penulis Yakobus, agar kita menganggap sebagai suatu kebahagiaan apabila kita jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan. Sebab ujian terhadap iman itu akan menghasilkan ketekunan, dan bila ketekunan itu memperoleh buah yang matang, kita menjadi sempurna, utuh, dan tak kekurangan suatu apa pun (Yakobus 1:2-4). Sementara kita kerap begitu terpaku dengan beratnya masalah, Tuhan justru sedang menanti kualitas iman kita untuk suatu tujuan yang lebih besar dan mulia. Jangan biarkan diri kita menjadi ragu akan kehadiran dan kuasa Tuhan. Sebaliknya, tunjukkan melalui sikap dan respon yang seturut dengan firman Tuhan bahwa kita benar-benar percaya penuh kepada Tuhan. [RS]

REFLEKSI DIRI 
1. Bagaimana Anda memandang sebuah masalah yang menerpa hidup Anda? Ketika diterpa masalah, apakah Anda benar-benar percaya pada Tuhan, dengan cara bagaimana?
2. Melalui kebenaran firman Tuhan hari ini, apa tujuan dari sebuah masalah?

YANG HARUS DILAKUKAN
Ketika diperhadapkan dengan masalah, tunjukkan melalui sikap dan respon yang seturut dengan firman Tuhan bahwa kita benar-benar menaruh percaya penuh kepada Tuhan.

POKOK DOA
Bapa, firman-Mu mengajarku tetap percaya pada-Mu di tengah masalah yang menimpaku. Mampukan aku meresponi masalah dengan benar, sehingga menghasilkan ketekunan, dan memperoleh buah yang matang, agar aku menjadi utuh. Dalam nama Yesus. Amin.

HIKMAT HARI INI
Kepercayaan kepada Tuhan terwujud dalam sikap yang mengakui kehadiran, kuasa, dan kedaulatan Tuhan atas setiap masalah yang menimpa.
Share:

Kebahagiaan Orang Percaya

Wahyu 14:1-13

Dan aku mendengar suara dari sorga berkata: Tuliskan: “Berbahagialah orang-orang mati yang mati dalam Tuhan, sejak sekarang ini.” “Sungguh,” kata Roh, “supaya mereka boleh beristirahat dari jerih lelah mereka, karena segala perbuatan mereka menyertai mereka.”

- Wahyu 14:13

Kita pasti sering mendengar akronim RIP yaitu singkatan dari Rest In Peace atau dalam bahasa Indonesia artinya beristirahat dengan tenang. Akronim ini sering ditemukan di nisan-nisan orang Kristen ataupun saat kita mengucapkan bela sungkawa atas seseorang yang wafat. Mengapa akronim ini digunakan dalam situasi tersebut? Karena akronim ini menyatakan arti dari kematian bagi orang-orang percaya. Kematian adalah waktu beristirahat dari jerih payah mereka. Mereka beristirahat dalam damai sentosa. Kebenaran ini terungkap dengan jelas di dalam Wahyu 14.

Yohanes melihat visi di surga. Ia melihat Anak Domba, Yesus Kristus, bersama dengan 144.000 pengikutnya (ay. 1). Ini bukan angka literal, tetapi simbol keseluruhan orang percaya. Di surga, orang-orang penuh kebahagiaan dan mereka melantunkan nyanyian baru (ay. 2-3). Mereka yang diselamatkan adalah orang-orang yang mengikuti Sang Anak Domba dan tidak mencemarkan dirinya dalam dosa (ay. 4-5). Yohanes kemudian melihat seorang malaikat lain menyampaikan Injil kepada semua bangsa di dunia (ay. 6). Injil memiliki dua aspek: keselamatan bagi yang menerima dan kebinasaan bagi yang menolak. Karena itu, malaikat memproklamasikan penghakiman bagi Babel, simbol bagi semua bangsa yang menolak Injil (ay. 7-8). Mereka yang menolak Allah dan menjadi pengikut Si Jahat akan mendapatkan penyiksaan kekal (ay. 11). Sebaliknya, bagi yang setia sampai mati di dalam Tuhan, yakni mereka yang menuruti perintah Allah dan beriman kepada Yesus, mereka disebut berbahagia karena sekarang boleh beristirahat dari segala jerih payah mereka di bumi (ay. 12-13).

Penggambaran ini menjadi pelajaran yang indah bagi setiap kita orang-orang percaya hari ini. Selama di dunia, kita memang harus berjerih payah, bahkan harus siap menderita, memikul salib, dan mengikuti Yesus setiap hari. Namun, semua usaha kita tidak akan sia-sia. Penderitaan sementara kita akan dibalas dengan kebahagiaan kekal. Dengan catatan, kita harus setia bertahan sampai akhir.

Refleksi Diri:

Apakah Anda telah siap untuk berjerih lelah dalam penderitaan selama di dunia ini? Apa janji yang bisa menguatkan Anda saat menghadapinya?

Siapa orang-orang yang masih ragu-ragu akan jaminan keselamatan di dalam Yesus yang ingin Anda doakan"

Share:

Sang Firman Mengalahkan Bangsa-bangsa

Wahyu 19:11-21

Dan dari mulut-Nya keluarlah sebilah pedang tajam yang akan memukul segala bangsa. Dan Ia akan menggembalakan mereka dengan gada besi dan Ia akan memeras anggur dalam kilangan anggur, yaitu kegeraman murka Allah, Yang Mahakuasa.
- Wahyu 19:15

Yesus masuk kota Yerusalem naik keledai. Namun, ketika waktu-Nya telah tiba, Dia akan datang kembali dengan menunggang kuda putih. Orang Kristen adalah pembawa damai (Mat. 5:9), tetapi mereka sekaligus juga adalah prajurit-prajurit Kristus (2Tim. 2:3). Sebagai pembawa damai, mereka harus naik keledai seperti Kristus; dan sebagai prajurit Kristus, mereka akan menunggang kuda putih bersama-Nya. Orang Kristen selalu dalam kondisi peperangan rohani melawan Iblis dan pengikut-pengikutnya (2Kor. 10:3-4). Namun, mereka akan menang karena Kristus Yesus telah menang.
Wahyu 19 menyatakan kemenangan Kristus atas musuh-musuh-Nya. Yohanes melihat Yesus Kristus datang kembali, bukan lagi menunggang seekor keledai, tetapi seekor kuda putih (ay. 11). Bersama dengan-Nya juga pasukan dari surga, dan mereka juga menunggang kuda putih (ay. 14a). Pasukan ini bukan malaikat, tetapi mereka yang memakai kain lenan halus, yakni orang-orang percaya. Dari mulut Kristus keluar sebilah pedang tajam untuk memukul segala bangsa (ay. 15). Ini artinya, Kristus yang dulu datang dengan damai, sekarang datang untuk menghakimi dan mengalahkan musuh-musuh-Nya. Yesus sekarang menyatakan diri-Nya adalah “Raja segala raja dan Tuan di atas segala tuan” (ay. 16). Akan ada perjamuan di mana orang-orang percaya akan makan daging semua musuh-musuh Allah (ay. 18). Ini bahasa simbolis bahwa Kristus dan pengikut-Nya akan menang, serta mengadakan pesta kemenangan atas musuh-musuh mereka. Iblis dan pengikutnya berkumpul melawan Kristus dan pasukannya, tetapi mereka akan dikalahkan dan “dilemparkan hidup-hidup ke dalam lautan api yang menyala-nyala oleh belerang” (ay. 20). Ini adalah hukuman kekal bagi Iblis dan pengikut-pengikutnya.
Peperangan rohani, yaitu peperangan melawan Iblis dan roh-roh jahat adalah realita rohani yang tak kelihatan, tetapi nyata. Hari ini, peperangan rohani ini masih terus berlangsung. Sebagai prajurit Kristus, kita harus waspada dan terus setia mengikuti Kristus, Sang Firman Allah (ay. 13). Hanya oleh Sang Firman Allah, Iblis dan pengikut-pengikutnya akan dikalahkan dan dibinasakan.

Refleksi Diri:

Bagaimana agar Anda tidak gentar sekaligus tidak gegabah dalam peperangan rohani melawan Iblis dan roh-roh jahat?
Apakah Anda rutin berdoa memohon pemeliharaan dan kekuatan dari Tuhan dalam peperangan rohani selama di dunia ini?
"
Share:

Kristus Akan Datang Seperti Pencuri

Wahyu 16:12-21

“Lihatlah, Aku datang seperti pencuri. Berbahagialah dia, yang berjaga-jaga dan yang memperhatikan pakaiannya, supaya ia jangan berjalan dengan telanjang dan jangan kelihatan kemaluannya.”
- Wahyu 16:15

Sebuah lagu himne syairnya berbunyi demikian: Apakah engkau siap untuk kedatangan Yesus? Apakah engkau setia dalam setiap hal yang engkau lakukan? Sudahkah engkau bertarung dengan baik? Sudahkah engkau membela yang benar? Adakah orang lain melihat Yesus dalam hidupmu? Kata-kata syair lagu ini mengingatkan betapa kita harus siap untuk kedatangan Yesus. Mengapa? Karena hari kedatangan-Nya tidak terduga.
Wahyu 16 menceritakan hukuman terakhir Allah atas orang-orang fasik. Ketika cawan keenam ditumpahkan, Allah akan mengumpulkan mereka di satu tempat untuk dibinasakan. Bagaimana caranya? Pertama, Allah akan mengeringkan sungai Efrat agar raja-raja dari Timur dapat menyeberang (ay. 12). Ini adalah bahasa kiasan bahwa Allah akan membuka jalan sehingga bangsa-bangsa pemberontak dapat berkumpul. Kedua, Allah mengizinkan nabi-nabi palsu untuk menipu mereka. Dari mulut naga dan binatang itu keluarlah nabi-nabi palsu menyerupai katak (ay. 13). Nabi-nabi palsu digambarkan sebagai katak yang berkuak-kuak tanpa kebenaran. Mereka akan menghasut bangsa-bangsa untuk berkumpul dan berperang melawan Allah di Harmagedon (ay. 16). Harmagedon, bukan tempat secara literal, tetapi simbol tempat di mana bangsa-bangsa yang memberontak kepada Allah akan dibinasakan. Kehancuran tiba saat cawan murka ketujuh ditumpahkan, ditandai dengan terjadilah kekacauan kosmis dan gempa bumi dasyat (ay. 18) dan proklamasi dari takhta surga bahwa rencana-Nya “sudah terlaksana” (ay. 17).
Di tengah hiruk-pikuk hukuman ini, firman Tuhan menasihatkan agar pengikut Yesus waspada karena kedatangan dan penghakiman-Nya waktunya tak terduga, seperti datangnya seorang pencuri. Oleh sebab itu, kita harus siap setiap saat dalam segala perbuatan menanti kedatangan Tuhan Yesus Kristus yang kedua kalinya. Janganlah sampai kita kedapatan sedang “berjalan dengan telanjang dan jangan kelihatan kemaluannya” (ay. 15). Kalimat ini adalah bahasa kiasan agar kita hidup setia dan kudus setiap saat. Marilah kita senantiasa hidup dalam kebenaran seturut dengan firman-Nya.
Refleksi Diri:
Apakah Anda siap jika Kristus datang untuk kedua kalinya di dunia pada hari ini?
Apa yang ingin Anda perkuat agar tidak tertipu oleh perkataan nabi-nabi palsu yang kedengaran memikat, tetapi jauh dari kebenaran?
"
Share:

Dalam Dunia Tetapi Tidak Dari Dunia

Wahyu 18:1-8

Lalu aku mendengar suara lain dari sorga berkata: “Pergilah kamu, hai umat-Ku, pergilah dari padanya supaya kamu jangan mengambil bagian dalam dosa- dosanya, dan supaya kamu jangan turut ditimpa malapetaka-malapetakanya.

- Wahyu 18:4

Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, sekalipun mereka ada di dalam dunia, mereka bukan dari dunia (Yoh. 17:14). Yesus memperingatkan mereka agar jangan menjadi serupa dengan dunia dan mengikuti ilah-ilah dunia, sekalipun mereka masih hidup di dalam dunia. Mengapa? Jawabannya sederhana, agar mereka tidak turut dihukum.

Wahyu 18 adalah ratapan atas jatuhnya Babel, simbol kekuasaan si jahat yang melawan Allah. Yohanes melihat seorang malaikat turun dari surga, dengan kuasa besar, ia memproklamasikan jatuhnya Babel (ay. 1-2). Turut bersama dengannya adalah bangsa-bangsa yang “telah berbuat cabul dengan dia” (ay. 3). Ini adalah kiasan tentang semua manusia yang mengikuti arus dunia dan mengejar kekayaan dunia. Babel dihukum karena dosa-dosanya telah menumpuk (ay. 5). Ia akan disiksa sebanyak ia mengejar kemuliaan. Ia akan berkabung, sebanyak ia menikmati kemewahan (ay. 7). Babel akan binasa dalam api penghakiman Allah yang Mahakuasa (ay. 8).

Bagaimana dengan orang-orang percaya? Mereka harus memisahkan diri dari Babel. Allah berseru kepada mereka: “Pergilah kamu, hai umat-Ku, pergilah dari padanya supaya kamu jangan mengambil bagian dalam dosa-dosanya.” (ay. 4a). Orang Kristen hari ini hidup dalam dunia, tetapi kita tidak boleh mengikuti arus dunia ini mengejar kekayaan seperti mereka. Tantangan untuk “pergi keluar” ditemukan di banyak bagian Alkitab: malaikat memberitahu Lot untuk mengumpulkan keluarganya dan lari dari Sodom (Kej. 19:12-13).

Nabi Yesaya memerintahkan bangsa Israel, “Keluarlah dari Babel! Menjauhlah! Keluarlah dari sana! Janganlah engkau kena pada yang najis!” (Yes. 48:20; 52:11a). Nabi Yeremia mengatakan yang serupa, “Larilah dari tengah-tengah Babel, hendaklah setiap orang menyelamatkan nyawanya, supaya kamu jangan tertumpas karena kesalahannya!” (Yer. 51:6a). Jadi, mengapa Allah berulang kali memerintahkan umat-Nya untuk kita pergi keluar dari lingkungan dunia yang berdosa? “Supaya kamu jangan turut ditimpa malapetaka-malapetakanya” (ay. 4b). Agar tidak turut dihukum bersama dunia, kita harus pergi memisahkan dari perbuatan dosa dunia, sekalipun kita masih hidup di dalam dunia ini.

Refleksi Diri:

Bagaimana cara Anda hidup kudus di tengah-tengah dunia yang berdosa, tanpa tercemar oleh dosa?

Apakah Anda sudah memohon keberanian untuk pergi keluar dari dunia yang berdosa ini?

"

Share:

Anak Domba Mengalahkan Musuh-musuh-Nya


Wahyu 17:1-18

Mereka akan berperang melawan Anak Domba. Tetapi Anak Domba akan mengalahkan mereka, karena Ia adalah Tuan di atas segala tuan dan Raja di atas segala raja. Mereka bersama-sama dengan Dia juga akan menang, yaitu mereka yang terpanggil, yang telah dipilih dan yang setia.

- Wahyu 17:14

Mengikut Yesus keputusanku. Walau sendiri, kuikut Yesus. Dunia di belakang, salib di depan. Ku tak ingkar, ku tak ingkar. Lirik lagu ini sungguh meneguhkan iman, sekaligus memberikan satu pertanyaan: Pada saat kuasa-kuasa dunia bergabung melawan Yesus, apakah kita akan tetap bertahan mengikut Dia?

Wahyu 17 mencatat lebih detail hukuman atas cawan keenam dan ketujuh. Yohanes dibawa seorang dari ketujuh malaikat untuk diperlihatkan kepadanya akhir dari “pelacur besar” (ay. 1). Pelacur besar, juga disebut Babel besar (ay. 5) adalah simbol kuasa yang menarik bangsa-bangsa dari Kristus. Kuasa jahat tersebut menggoda bangsa-bangsa untuk berbuat asusila (ay. 2). Itulah sebabnya ia dikatakan “duduk di tempat yang banyak airnya” (ay. 1), yakni “bangsa-bangsa dan rakyat banyak dan kaum dan bahasa” (ay. 15). Kuasa-kuasa dunia yang bergabung melawan Allah dikatakan “mempunyai tujuh kepala dan sepuluh tanduk” (ay. 3). Ini adalah simbol kuasa sangat dahsyat yang akan melawan Allah dan menganiaya orang-orang percaya. Selain itu, mereka juga memiliki ekonomi dan harta dunia yang kuat dan banyak (ay. 4). Orang-orang percaya yang tidak mau bergabung dengan kebejatan mereka akan dianiaya dan darah mereka akan ditumpahkan (ay. 6).

Yohanes lalu menjadi heran (ay. 6-7) karena Antikristus memiliki pesona besar untuk menarik bangsa-bangsa kepadanya. Apa rahasianya? Karena ia menyamar seperti Kristus, mati dan dibangkitkan kembali. Maka ia dikatakan “telah ada, namun tidak ada, dan akan muncul lagi” (ay. 8). Dengan pesonanya, Antikristus akan mengumpulkan kuasa-kuasa dunia untuk memerangi Sang Anak Domba, tetapi Ia akan mengalahkan mereka, karena Ia adalah Tuan di atas segala tuan dan Raja di atas segala raja (ay. 14a). Mereka yang setia kepada Sang Anak Domba juga akan menang bersama dengan Dia (ay. 14b).

Tetapkan dalam hati untuk setia mengikut Yesus, berdoalah demikian: Walau sendiri ku ikut Yesus. Sekalipun dunia bersatu melawan Kristus, aku tetap akan ikut Dia karena hanya bersama-Nya, aku akan menang.

Refleksi Diri:

Apakah Anda sudah mengucap syukur karena nanti Anda akan menang bersama dengan Kristus di surga?

Bagaimana Anda akan menyatakan komitmen setia sekalipun harus mengikut Yesus seorang diri?

"

Share:

Semua Bangsa Akan Datang Bersujud

Wahyu 15:1-8

Siapakah yang tidak takut, ya Tuhan, dan yang tidak memuliakan nama-Mu? Sebab Engkau saja yang kudus; karena semua bangsa akan datang dan sujud menyembah Engkau, sebab telah nyata kebenaran segala penghakiman-Mu.”

- Wahyu 15:4

Di Bukit Zaitun, Yerusalem, berdiri satu basilika bernama Gereja Segala Bangsa. Dinamai demikian karena gereja ini dibangun atas donasi dana dari berbagai bangsa. Gereja Segala Bangsa mengingatkan kita bahwa para pengikut Yesus Kristus datang dari dan tersebar di antara segala bangsa. Bahwa orang-orang percaya akan datang dari segala bangsa telah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama (lih. Kej. 12:3; Mzm. 86:9; Yes. 56:7). Ketika akan terangkat ke surga, Yesus Kristus memberikan Amanat Agung untuk mengabarkan Injil ke seluruh bangsa (Mat. 28:19-20) dan pada akhirnya, di hadapan Allah akan berdiri orang-orang percaya dari segala bangsa. Kebenaran ini juga dinyatakan di dalam Wahyu 15.

Yohanes melihat tanda lain di langit, yakni tujuh malaikat dengan malapetaka terakhir (ay. 1). Ini adalah putaran terakhir dari hukuman-hukuman Allah. Putaran pertama tujuh meterai, kedua tujuh sangkakala, dan terakhir tujuh cawan murka. Wahyu 15 adalah pendahuluan dari tujuh cawan murka. Yohanes juga melihat lautan kaca bercampur api dan di tepi berdiri orang-orang percaya yang telah menang (ay. 2). Laut dalam Alkitab adalah simbol si jahat dan di sini mereka telah dikalahkan. Seperti orang-orang Israel berdiri di tepi Laut Merah dan memuji Tuhan, demikian juga orang-orang percaya berdiri di tepi laut yang dikalahkan memuji-Nya. Oleh sebab itu, mereka menyanyikan nyanyian Musa dan nyanyian Anak Domba (ay. 3). Nyanyian Musa (Ul. 32) memproklamasikan hukuman Tuhan atas bangsa-bangsa dan keselamatan bagi umat-Nya. Nyanyian Anak Domba memproklamasikan umat Allah yang datang dari segala bangsa (ay. 3-4).

Kita mengucap syukur atas anugerah-Nya karena umat yang diselamatkan bukan dari bangsa Israel saja, tetapi datang dari segala bangsa. Kita yang bukan bangsa Israel juga turut diselamatkan saat kita beriman kepada Yesus Kristus. Panggilan kita sebagai murid Kristus yang telah diselamatkan adalah membawa dan mengabarkan Injil keselamatan ini kepada segala bangsa, suku, dan kaum yang belum mendengarkannya. Mari bersama saudara seiman dari segala suku, kita kabarkan berita sukacita keselamatan kepada segala bangsa dan kaum di muka bumi.


Refleksi Diri:

Apakah Anda sudah bersyukur kepada Tuhan, sekalipun Anda non-Yahudi, tetapi turut diselamatkan di dalam Yesus Kristus?

Bagaimana cara Anda terlibat aktif dalam memberitakan kab

"

Share:

Keadilan Allah Dan Dosa Manusia

Wahyu 16:1-11

Dan manusia dihanguskan oleh panas api yang dahsyat, dan mereka menghujat nama Allah yang berkuasa atas malapetaka-malapetaka itu dan mereka tidak bertobat untuk memuliakan Dia.
- Wahyu 16:9

Pernahkah terbersit di pikiran Anda, mengapa orang benar menderita dan orang fasik berjaya selama hidup di dunia ini? Apakah Tuhan lalai? Jelas tidak. Tuhan tidak lalai, tetapi Dia sabar dan memberikan kesempatan kepada manusia untuk bertobat (2Ptr. 3:9). Namun, saat keadilan Tuhan akan dijalankan, perbuatan-perbuatan fasik tidak akan berlalu tanpa hukuman-Nya. Kebenaran ini terungkap jelas di dalam Wahyu 16.

Pada perikop ini malaikat-malaikat menumpahkan tujuh cawan murka Allah ke bumi (ay. 1). Cawan pertama sampai ketiga ditumpahkan ke atas bumi, laut, sungai dan mata air (ay. 2-4). Berbeda dengan sangkakala yang mana hanya sebagian manusia yang terkena, hukuman cawan murka menimpa semuanya. Maka terjadilah malapetaka atas “semua yang memakai tanda dari binatang itu dan yang menyembah patungnya” (ay. 2), “segala yang bernyawa, yang hidup dalam laut” (ay. 3), dan sungai dan mata air “semuanya menjadi darah” (ay. 4). Air laut, sungai, dan mata air menjadi darah adalah simbol tentang matinya urat nadi perekonomian bangsa-bangsa. Cawan keempat mengakibatkan matahari begitu panas dan menghanguskan manusia (ay. 8). Ini juga lambang hukuman Allah atas kebejatan moral manusia. Cawan kelima menimpa “takhta binatang itu” yakni pemerintahan yang menganiaya orang percaya. Mereka dihukum sehingga “kerajaannya menjadi gelap”, yakni mereka terpisah dari terang Allah (ay. 10).
Keadilan Allah seperti pedang bermata dua. Ia mendatangkan pujian dan sukacita bagi orang benar, tetapi teror bagi orang fasik. Orang benar akan memuji Allah karena keadilan-Nya (ay. 5). Darah orang-orang kudus yang ditumpahkan telah dibalaskan (ay. 6). Hukuman Allah begitu keras, tetapi yang mengherankan adalah mereka tidak bertobat untuk memuliakan Dia (ay. 9) dan bahkan menghujat Allah di sorga (ay. 11).
Pengikut Yesus Kristus harus dengan sabar menanti keadilan Tuhan. Jangan iri dengan keberhasilan orang fasik di dunia, tetapi tekun dan sabar menjalani kehidupan di dalam iman. Waktu penghakiman Tuhan akan tiba, Dia akan menyatakan keadilan pada waktu-Nya.
Refleksi Diri:

Apakah ada terbersit di dalam perasaan Anda, iri hati terhadap keberhasilan orang-orang fasik? Mohonkan pengampunan dari Tuhan.
Bagaimana Anda melatih kesabaran dan ketekunan menjalani hidup, saat menantikan keadilan Tuhan?
"
Share:

Bersaksi Dengan Kuasa Roh Kudus

Wahyu 11:1-13

Mereka adalah kedua pohon zaitun dan kedua kaki dian yang berdiri di hadapan Tuhan semesta alam.
- Wahyu 11:4

Suatu hari saat Thomas Aquinas, teolog terkenal abad pertengahan, mengunjungi kota Roma. Paus waktu itu menunjukkan kepadanya segala harta yang dimiliki Gereja Katolik, dan berkata, “Engkau lihat, sekarang gereja zaman ini tidak bisa lagi berkata, ‘Emas dan perak tidak kupunya.’” Aquinas menjawab, “Benar, Bapa Suci, tapi gereja tidak bisa lagi berkata, ‘Bangkit dan berjalanlah.’” Gereja harus bersaksi bukan karena harta tetapi karena kuat kuasa Roh Kudus. Kebenaran ini terungkap jelas di dalam Wahyu 11.
Tuhan memberikan Yohanes sebatang buluh untuk mengukur Bait Suci, mezbahnya dan mereka yang beribadah di dalamnya, kecuali pelataran luarnya (ay. 1-2). Bait Suci adalah simbol komunitas orang percaya. Mengukur Bait Suci artinya Allah memelihara umat-Nya. Bagian dalam Bait Suci diukur artinya jiwa-jiwa orang percaya akan terpelihara, sementara bagian luar tidak diukur memiliki arti secara fisik mereka diizinkan menderita. Pelataran luar akan diinjak-injak oleh bangsa-bangsa lain maksudnya orang-orang percaya akan dianiaya. Berapa lama? Berlangsung selama 42 bulan (ay. 3). Ini bukan literal 42 bulan, tetapi simbol masa antara kedatangan Yesus ke-1 dan ke-2.
Selama masa itu pula (42 bulan=1.260 hari), Tuhan akan memberikan kuasa kepada “dua saksi” untuk bernubuat (ay. 3). Dua saksi ini bukan dua orang tertentu, tetapi simbol gereja secara keseluruhan. Dari manakah gereja mendapat kuasa untuk memberitakan Injil? Dari Roh Kudus. Ini disimbolkan dengan minyak dari “pohon zaitun,” terang dari “kaki dian”, dan “api dari mulut mereka” (ay. 4-5). Mereka akan dianiaya dan mati sebagai martir (ay. 7-10). Namun, musuh tidak akan bisa membinasakan mereka selamanya karena dalam tiga setengah hari (simbol waktu yang singkat), gereja akan dibangkitkan dan menang oleh kuasa
“roh kehidupan”, yakni Roh Kudus (ay. 11-12). Pada akhirnya musuh-musuh mereka akan dihukum (ay. 13).
Orang-orang percaya dan gereja hari ini terus akan menghadapi tantangan, kesulitan, dan bahkan penganiayaan. Namun, kita harus terus memberitakan Injil dengan kuasa Roh Kudus. Janganlah kita diam saja di dalam gereja, hanya membangun kemegahan gereja, tetapi hendaklah bangkit bangun dan bertindak. Sampaikan kabar keselamatan ke segala penjuru tempat.
Refleksi Diri:
Bagaimana agar kita tidak kehilangan kuasa Roh Kudus dalam memberitakan Injil?
Apakah Anda dan gereja sudah mengandalkan kuasa Roh Kudus semata, tidak mengandalkan harta, hikmat dunia, dan politik untuk mengembangkan gereja?"
Share:

Upah Orang-orang Percaya

Wahyu 11:14-19

dan semua bangsa telah marah, tetapi amarah-Mu telah datang dan saat bagi orang-orang mati untuk dihakimi dan untuk memberi upah kepada hamba- hamba-Mu, nabi-nabi dan orang-orang kudus dan kepada mereka yang takut akan nama-Mu, kepada orang-orang kecil dan orang-orang besar dan untuk membinasakan barangsiapa yang membinasakan bumi.”
- Wahyu 11:18
Apakah upah orang-orang percaya? Pergi ke surga dan menerima hidup yang kekal. Tentu saja ini tidak salah. Namun, apakah hanya sekadar pergi ke surga dan hidup kekal selama-lamanya? Firman Tuhan dalam bagian ini mengungkapkan kebenaran yang lebih dalam mengenai dua upah utama bagi orang-orang percaya saat di surga.
Pertama, mereka akan menyaksikan Tuhan dan Kristus bertakhta selama-lamanya. Ayat 14 mengatakan celaka kedua sudah lewat dan celaka ketiga menyusul. Celaka ketiga datang dengan ditiupnya sangkakala ketujuh (ay. 15). Lalu terdengarlah suara nyaring nyanyian para malaikat yang memproklamasikan bahwa pemerintahan raja-raja dunia berakhir dan pada akhirnya hanya Tuhan dan Sang Mesias yang bertakhta selama-lamanya (ay. 15).
Mendengar proklamasi ini maka kedua puluh empat tua-tua tersungkur dan menyembah Allah serta menyanyikan nyanyian syukur karena dengan mata mereka sendiri mereka dapat menyaksikan Allah dan Kristus memerintah selama-lamanya sebagai Sang Raja (ay. 16-17). Ini upah pertama orang percaya di surga.
Kedua, mereka akan menyaksikan Tuhan menjalankan keadilan bagi setiap manusia. Keadilan Tuhan seperti pedang bermata dua. Di satu sisi, Tuhan akan memberikan upah kepada hamba-hamba Tuhan, yakni para nabi, dan orang-orang kudus. Di sisi lain, Dia juga akan menjatuhkan hukum kepada orang-orang fasik (ay. 18).
Bagi orang percaya hari ini, kita patut bersyukur untuk Allah yang penuh anugerah dan belas kasihan, sekaligus tidak lalai menjalankan keadilan-Nya. Dia mengampuni setiap orang yang bertobat, tetapi menghukum mereka yang memberontak. Panggilan bagi kita adalah merespons anugerah-Nya dan menjauhi segala perbuatan dosa. Janganlah iri hati kepada orang-orang fasik atas keberhasilan dan pencapaian mereka saat ini. Mereka pada akhirnya akan mempertanggungjawabkan apa yang diperbuat dan menerima hukuman sesuai dengan keadilan Allah.
Refleksi Diri:
Apakah Anda pernah merasa iri hati atas keberhasilan orang-orang fasik? Sudahkah Anda memohon ampun kepada Tuhan atas sikap tersebut?
Bagaimana Anda ingin mengucap syukur atas anugerah Tuhan yang karenanya Anda memperoleh upah di surga?"
Share:

Kembali ke masa silam

Ah, kiranya aku seperti dalam bulan-bulan yang silam. [Ayub 29:2]

Sejumlah orang Kristen dapat melihat masa lampau dengan senang, namun memandang saat ini dengan ketidakpuasan; mereka melihat kembali kepada hari-hari yang sudah mereka lewati ketika bersekutu dengan Tuhan sebagai masa yang termanis dan terbaik yang pernah mereka ketahui. Namun saat ini, persekutuan itu dibalut pakaian hitam yang murung dan suram. Mereka pernah hidup dekat Yesus, namun sekarang mereka merasa telah menjauh dari-Nya, dan berkata, "Ah, kiranya aku seperti dalam bulan-bulan yang silam!" Mereka mengeluh bahwa mereka telah kehilangan bukti-bukti mereka, atau mereka tidak memiliki pikiran yang damai saat ini, atau mereka tidak memiliki sukacita dalam alat-alat anugerah, atau bahwa hati nurani tidak begitu lembut, atau mereka tidak sungguh-sungguh giat demi kemuliaan Allah. Penyebab dari keadaan yang menyedihkan ini bermacam-macam. Ini mungkin timbul oleh diabaikannya doa, karena kamar doa yang terabaikan adalah permulaan dari mundurnya kerohanian. Atau ini mungkin hasil dari penyembahan berhala. Hati sudah diisi dengan sesuatu yang lain, lebih daripada dengan Allah; kepada hal-hal duniawilah yang dikasihi, bukan hal-hal surgawi. Allah yang pencemburu tidak akan puas dengan hati yang bercabang; Dia harus dikasihi, sebagai yang terutama dan terbaik. Dia akan menarik terang kehadiran-Nya dari hati yang dingin dan mengembara. Atau penyebabnya mungkin ditemukan dalam kepercayaan diri dan pembenaran diri. Kesombongan sibuk di dalam hati, dan diri ditinggikan alih-alih terbaring rendah di kaki salib. Orang Kristen, jikalau keadaanmu sekarang tidak sama "seperti dalam bulan-bulan yang silam," jangan pernah berpuas dengan hanya berharap akan kembalinya kebahagiaan masa lampau, namun pergi dan carilah Tuanmu, dan beri tahu Dia keadaanmu yang menyedihkan. Mintalah rahmat dan kekuatan-Nya untuk menolong engkau untuk berjalan lebih dekat dengan Dia; rendahkanlah dirimu di hadapan Dia, dan Dia akan meninggikan kamu [Yak 4:10], dan memberimu lagi untuk menikmati cahaya wajah-Nya. Jangan duduk meratap bermuram durja; ada harapan selama Dokter terkasih hidup, bahkan ada kepastian pemulihan untuk kasus-kasus terburuk.

_
Share:

Pemegang Kunci Masa Depan

Wahyu 5:1-6
Lalu berkatalah seorang dari tua-tua itu kepadaku: “Jangan engkau menangis! Sesungguhnya, singa dari suku Yehuda, yaitu tunas Daud, telah menang, sehingga Ia dapat membuka gulungan kitab itu dan membuka ketujuh meterainya.”
- Wahyu 5:5
Sebuah kutipan dari Fulton Ousler berbunyi: Banyak kita tersalib di antara dua pencuri – menyesali masa lalu dan takut masa depan. Masa lalu disesali karena tak dapat diubah. Masa depan ditakuti karena tak diketahui. Bagi orang Kristen, apakah harus demikian? Tidak! Kita tidak perlu menyesali masa lalu dan tidak harus takut masa depan. Mengapa? Karena Yesus Kristus Pengampun masa lalu dan Pemegang kunci masa depan. Kebenaran ini terungkap jelas dalam Wahyu 5.
Wahyu pasal 5 masih membahas penglihatan Rasul Yohanes tentang kejadian di surga. Yohanes melihat di tangan Allah ada gulungan kitab yang disegel dengan tujuh meterai (ay. 1). Gulungan kitab ini adalah dekrit Allah yang kekal yang di dalamnya tertulis semua masa depan manusia. Siapa yang dapat membuka gulungan dan ketujuh meterainya, dialah yang mengontrol masa depan manusia. Namun, ternyata tidak ada seorang pun di dunia ciptaan yang dapat membukanya (ay. 2-3). Ini membuat Yohanes menangis sedih. Seorang tua-tua menenangkannya dan berkata, “Singa dari suku Yehuda,” “tunas Daud,” yang “telah menang,” mampu untuk membuka ketujuh meterai tersebut. Yohanes berharap akan melihat “Singa dari Yehuda”, tetapi justru yang terlihat di tengah-tengah takhta Allah adalah “Anak Domba seperti telah disembelih” (ay. 6). Singa dari Yehuda adalah Anak Domba yang tersembelih. Dialah Yesus Kristus Tuhan kita.
Yesus Kristus adalah Anak Domba yang telah disembelih. Bekas luka-luka paku itu masih terlihat pada diri-Nya di dalam surga. Ini adalah jaminan bahwa dosa-dosa kita telah dipikul-Nya. Karena itu, kita tidak perlu menyesali masa lalu yang penuh dosa karena semua telah diampuni-Nya. Kita juga tidak perlu takut masa depan karena masa depan ada di tangan Singa dari Yehuda yang “bertanduk tujuh” artinya, Dia memiliki otoritas penuh. Dia juga bermata tujuh artinya, Dia Mahatahu (ay. 6). Kita tidak dapat mengontrol masa depan, tetapi Yesus berkuasa mengontrol dan mengetahui masa depan. Jangan takut masa depan, percayakanlah kepada Yesus Kristus.
Refleksi Diri:
Apakah ada masa lalu yang Anda sesali dan masa depan yang Anda takuti?
Apakah Anda sudah menyerahkan masa lalu dan masa depan Anda kepada Tuhan yang memberikan jaminan pengampunan dan pemeliharaan?
"
Share:

Semua Di Bawah Pengawasan-Nya

Wahyu 6:1-8

Maka aku melihat Anak Domba itu membuka yang pertama dari ketujuh meterai itu, dan aku mendengar yang pertama dari keempat makhluk itu berkata dengan suara bagaikan bunyi guruh: “Mari!”
- Wahyu 6:1

Di mana Tuhan? Apakah Dia tidur? Mengapa Dia tidak mencegah semua ini terjadi? Kata-kata seperti ini sering kita dengar pada waktu bencana dan kejahatan besar terjadi. Manusia secara umum memiliki ekspektasi bahwa Allah yang berkuasa dan baik akan memberikan segala sesuatu yang baik kepada manusia. Apa yang manusia tidak sangka adalah bencana diizinkan terjadi di bawah kontrol Tuhan Allah kita. Kebenaran ini terlihat jelas dalam Wahyu pasal 6.

Gulungan kitab dengan ketujuh meterai adalah simbol dekrit Allah tentang semua yang terjadi. Hanya Yesus Kristus, Sang Anak Domba, yang memiliki otoritas untuk membukanya. Ini berarti segala kejadian di dunia terjadi di bawah kontrol dan izin-Nya. Allah baik dan tidak menyebabkan malapetaka, tetapi Dia mengizinkannya terjadi karena pemberontakan manusia. Ketujuh meterai dibuka dalam tiga tahapan: pertama, empat meterai pertama (ay. 1-8); kedua, meterai kelima dan keenam (ay. 9-17); dan terakhir baru meterai ketujuh (Why. 7). Pada renungan hari ini kita fokus pada keempat meterai pertama.

Keempat meterai pertama merupakan simbol-simbol bencana dan malapetaka yang timbul karena pemberontakan manusia. Kuda putih dengan penumpang beranak panah adalah simbol invasi Kerajaan Partia (ay. 2). Kuda merah simbol perang (ay. 3-4). Kuda hitam simbol masa kelaparan (ay. 5-6). Kuda hijau simbol kematian (ay. 7-8). Perang, kelaparan, dan kematian terjadi di dunia ini dari zaman purba sampai zaman modern. Pemerintah-pemerintah dunia telah diberikan kuasa oleh Tuhan, tetapi mereka menyalahgunakannya untuk menyerang satu sama lain. Peperangan pada akhirnya menimbulkan kesengsaraan, kelaparan, dan kematian.

Namun, di atas semua kejadian tersebut Tuhan tidak lepas kontrol. Semua ini diizinkan-Nya dan masih di bawah pengawasan-Nya karena Dia-lah yang membuka meterai-meterai tersebut. Bagi setiap kita orang-orang percaya, kita dapat hidup dalam damai sejahtera karena Dia yang mengizinkan semua terjadi. Tetaplah ingat, Tuhan tidak akan mengizinkan pencobaan-pencobaan melampaui segala kekuatan kita (1Kor. 10:13). Camkan itu di dalam hati.

Refleksi Diri:

Apa malapetaka dan bencana yang sedang terjadi di Indonesia atau di dunia ini?
Apakah Anda sudah mendoakan mereka yang menderita karenanya dan mohonkan belas kasihan Tuhan karena semua dalam pengawasan-Nya?"
Share:

Sang Anak Domba Layak Disembah

Wahyu 5:7-14

Dan mereka menyanyikan suatu nyanyian baru katanya: “Engkau layak menerima gulungan kitab itu dan membuka meterai-meterainya; karena Engkau telah disembelih dan dengan darah-Mu Engkau telah membeli mereka bagi Allah dari tiap-tiap suku dan bahasa dan kaum dan bangsa.
- Wahyu 5:9
Apakah yang dikerjakan orang-orang percaya di dalam Kristus di surga?” Anda akan mendapatkan jawabannya di kitab Wahyu. Wahyu pasal 5 membahas penglihatan Rasul Yohanes tentang kejadian di surga. Yesus Kristus, Singa dari Yehuda, Anak Domba yang tersembelih menerima gulungan kitab dengan tujuh meterai (ay. 7). Pada Yesus-lah masa depan seluruh alam semesta dan seisinya bergantung.
Seluruh surga dan bumi meresponi dengan gegap gempita, ketika Sang Anak Domba menerima kitab gulungan tersebut. Bagaimana respons mereka? Pertama, seluruh umat percaya (diwakili oleh ke-24 tua-tua) tersungkur menyembah-Nya. Di tangan mereka masing-masing ada satu kecapi (simbol puji-pujian) dan satu cawan emas penuh kemenyan (simbol doa orang-orang kudus). Jadi, ada dua hal yang dikerjakan orang percaya di surga: memuji dan berdoa. Mereka berdoa agar segala keadilan ditegakkan bagi umat percaya (bdk. Why. 6:10). Mereka memuji kebesaran Sang Anak Domba dengan menyanyikan “nyanyian baru”. Ada nyanyian baru dalam surga, ada pengenalan yang lebih dalam dan segar akan kasih Kristus yang telah menebus orang percaya dari setiap suku, bangsa, kaum, dan bahasa (ay. 9), dan telah menjadikan mereka imam dan raja (ay. 10).
Kedua, para malaikat pun turut memuji Sang Anak Domba bahwa Dia-lah yang layak menerima segala kuasa, kekayaan, hikmat, kekuatan, hormat, kemuliaan, dan puji-pujian (ay. 11-12). Terakhir, juga dicatat bahwa segala makhluk di segenap dunia ciptaan–di surga, di bumi, dan di bawah bumi, di laut–memuji akan kebesaran-Nya dengan nyanyian yang sama (ay. 13-14).
Kebenaran ini mengajarkan kita agar senantiasa berdoa dan memuji. Dalam menjalani hidup, hendaklah kita sedikit mengeluh dan lebih banyak berdoa. Sedikit memegahkan diri dan lebih banyak memegahkan Tuhan. Kita hendaklah rajin berdoa karena doa kita tidak pernah sia-sia. Sang Anak Domba selalu mendengarkan dan menjawab doa-doa kita. Kita juga harus senantiasa memuji Yesus karena Dia yang telah menebus kita, layak menerima segala pujian. Haleluya! Hosana, tinggikan Dia!

Refleksi Diri:

Apakah kita lebih banyak berkeluh kesah daripada berdoa? Atau lebih banyak bermuram durja daripada memuji kebesaran-Nya?
Apakah Anda mau belajar lebih banyak menaikkan pujian penyembahan dan berdoa bersyukur atas keselamatan yang Dia berikan kepada Anda?
"
Share:

Pemegang Kunci Masa Depan

Wahyu 5:1-6

Lalu berkatalah seorang dari tua-tua itu kepadaku: “Jangan engkau menangis! Sesungguhnya, singa dari suku Yehuda, yaitu tunas Daud, telah menang, sehingga Ia dapat membuka gulungan kitab itu dan membuka ketujuh meterainya.”
- Wahyu 5:5

Sebuah kutipan dari Fulton Ousler berbunyi: Banyak kita tersalib di antara dua pencuri – menyesali masa lalu dan takut masa depan. Masa lalu disesali karena tak dapat diubah. Masa depan ditakuti karena tak diketahui. Bagi orang Kristen, apakah harus demikian? Tidak! Kita tidak perlu menyesali masa lalu dan tidak harus takut masa depan. Mengapa? Karena Yesus Kristus Pengampun masa lalu dan Pemegang kunci masa depan. Kebenaran ini terungkap jelas dalam Wahyu 5.
Wahyu pasal 5 masih membahas penglihatan Rasul Yohanes tentang kejadian di surga. Yohanes melihat di tangan Allah ada gulungan kitab yang disegel dengan tujuh meterai (ay. 1). Gulungan kitab ini adalah dekrit Allah yang kekal yang di dalamnya tertulis semua masa depan manusia. Siapa yang dapat membuka gulungan dan ketujuh meterainya, dialah yang mengontrol masa depan manusia. Namun, ternyata tidak ada seorang pun di dunia ciptaan yang dapat membukanya (ay. 2-3). Ini membuat Yohanes menangis sedih. Seorang tua-tua menenangkannya dan berkata, “Singa dari suku Yehuda,” “tunas Daud,” yang “telah menang,” mampu untuk membuka ketujuh meterai tersebut. Yohanes berharap akan melihat “Singa dari Yehuda”, tetapi justru yang terlihat di tengah-tengah takhta Allah adalah “Anak Domba seperti telah disembelih” (ay. 6). Singa dari Yehuda adalah Anak Domba yang tersembelih. Dialah Yesus Kristus Tuhan kita.
Yesus Kristus adalah Anak Domba yang telah disembelih. Bekas luka-luka paku itu masih terlihat pada diri-Nya di dalam surga. Ini adalah jaminan bahwa dosa-dosa kita telah dipikul-Nya. Karena itu, kita tidak perlu menyesali masa lalu yang penuh dosa karena semua telah diampuni-Nya. Kita juga tidak perlu takut masa depan karena masa depan ada di tangan Singa dari Yehuda yang “bertanduk tujuh” artinya, Dia memiliki otoritas penuh. Dia juga bermata tujuh artinya, Dia Mahatahu (ay. 6). Kita tidak dapat mengontrol masa depan, tetapi Yesus berkuasa mengontrol dan mengetahui masa depan. Jangan takut masa depan, percayakanlah kepada Yesus Kristus.
Refleksi Diri:
Apakah ada masa lalu yang Anda sesali dan masa depan yang Anda takuti?
Apakah Anda sudah menyerahkan masa lalu dan masa depan Anda kepada Tuhan yang memberikan jaminan pengampunan dan pemeliharaan?"
Share:

Tetapi umat yang mengenal Allahnya akan tetap kuat

Daniel 11:32
Setiap orang percaya mengerti bahwa pengenalan akan Tuhan adalah bentuk pengetahuan yang terbaik dan tertinggi; dan pengetahuan rohani ini adalah sumber kekuatan orang Kristen. Ini memperkuat imannya. Orang percaya terus-menerus disebut di dalam Alkitab sebagai orang yang mendapat pencerahan dan diajar oleh Tuhan; mereka disebut "beroleh pengurapan dari Yang Kudus," [1Yoh 2:20] dan memimpin mereka ke dalam seluruh kebenaran [Yoh 16:13] adalah jabatan khusus dari Roh Kudus, dan semuanya ini demi pertumbuhan dan pembinaan iman mereka. Pengetahuan memperkuat kasih, sekaligus iman. Pengetahuan membuka pintu, dan melalui pintu itu kita melihat Juruselamat kita. Atau, dengan perumpamaan lain, pengetahuan melukiskan wajah Yesus, dan ketika kita melihat wajah-Nya, kita mencintai Dia, kita tidak mampu mengasihi Kristus yang kita tidak kenal sama sekali. Jika kita tahu sedikit saja kesempurnaan Yesus, apa yang sudah Dia lakukan bagi kita, dan apa yang sedang Dia lakukan, kita tidak mampu mencintai Dia dengan sepenuh hati; namun semakin kita mengenal-Nya, semakin kita mencintai-Nya. Pengetahuan juga memperkuat pengharapan. Bagaimana kita bisa mengharapkan sesuatu jika kita tidak tahu bahwa itu ada? Bisa saja harapan adalah teleskop, tapi sampai kita menerima instruksi, kebodohan kita merupakan penghalang di depan lensa teleskop, sehingga kita tidak dapat melihat apapun; pengetahuan menyingkirkan obyek penghalang itu, dan ketika kita melihat melalui lensa yang terang itu, kita memahami kemuliaan yang akan dinyatakan, dan menantikannya dengan keyakinan penuh sukacita. Pengetahuan memberi kita alasan untuk bersabar. Bagaimana kita bisa bersabar kecuali kita mengenal sesuatu mengenai simpati Kristus, dan mengerti kebaikan yang akan datang dari didikan keras yang berasal dari Bapa kita di surga? Tidak ada satupun karunia pada orang Kristen yang, dalam kuasa Allah, tidak akan dibina dan disempurnakan oleh pengetahuan kudus. Maka, betapa pentingnya, kita tumbuh tidak hanya dalam anugrah, namun dalam "pengetahuan" tentang Tuhan dan Juruselamat kita Yesus Kristus.
Refleksi:
Apa bukti anda mencintai dan mengenal Yesus Kristus? Tunjukkan dengan tindakan nyata di hari ini.
Share:

Kabarkan Injil Apa Pun Kondisinya

Wahyu 3:7-13

Aku tahu segala pekerjaanmu: lihatlah, Aku telah membuka pintu bagimu, yang tidak dapat ditutup oleh seorangpun. Aku tahu bahwa kekuatanmu tidak seberapa, namun engkau menuruti firman-Ku dan engkau tidak menyangkal nama-Ku.
- Wahyu 3:8
Setiap bulan oktober gereja kita selalu mengadakan bulan Misi. Setiap jemaat didorong untuk terlibat dalam misi melalui sumbangsih apa pun yang bisa ia berikan. Akronim 3D mengingatkan kita untuk minimal salah satunya mendukung misi, yaitu Daya, Doa, atau pun Dana. Tidak perlu menunggu kuat atau kaya untuk bisa mengabarkan Injil.
Berbeda dari jemaat Sardis yang kaya, jemaat Filadelfia kecil, lemah, dan miskin. Mereka juga mengalami penganiayaan baik dari orang lokal maupun orang Yahudi (ay. 9). Namun yang luar biasa, jemaat ini tetap setia dan tidak goyang iman.
Kedua jemaat di atas sama-sama dipuji Tuhan. Yesus Kristus memuji jemaat Filadelfia karena sekalipun kekuatan mereka tidak seberapa, tetapi mereka menuruti firman-Nya dan tidak menyangkal nama-Nya (ay. 8). Namun, bukan berarti jemaat Filadelfia tidak memiliki kelemahan. Kelemahan mereka adalah merasa minder karena kecil dan miskin. Mereka merasa tidak berdaya untuk menjalankan penginjilan.
Tuhan Yesus mendorong mereka untuk bangkit mengabarkan Injil sekalipun lemah dan miskin, bahkan Dia menekankan bahwa tantangan penganiayaan jangan menjadi penghalang. Yesus berharap mereka yakin bahwa diri-Nya yang “memegang kunci Daud”. Kunci penginjilan bukan kekuatan gereja atau orang percaya. Kunci penginjilan adalah Yesus Kristus. “Apabila Ia membuka, tidak ada yang menutup; apabila Ia menutup, tidak ada yang dapat membuka” (ay. 7). Karena Yesus “telah membuka pintu” bagi mereka maka pintu penginjilan telah dibuka di kota Filadelfia. Gereja pasti dapat dan mampu menginjili. Roh Kudus akan bekerja mempersiapkan hati yang akan percaya (ay. 8). Yakinlah ada pemeliharaan Tuhan atas hidup mereka. Dia “akan melindungi [mereka] dari hari pencobaan yang akan datang atas seluruh dunia” (ay. 10).
Hari ini kita diingatkan bahwa sekalipun minoritas, kita harus tetap mengabarkan Injil. Ingatlah akan janji-janji (di alinea sebelum) yang diberikan Tuhan Yesus kepada kita. Ayo, terus kabarkan Injil apa pun kondisi Anda.
Refleksi Diri:
Apakah Anda pernah merasa tak berdaya untuk menginjili seseorang? Apa yang Anda lakukan saat itu untuk memompa semangat terus menginjilinya?
Bagaimana kebenaran bahwa Kristus pemegang kunci menguatkan Anda?"
Share:

Jangan Suam-suam Kuku

Wahyu 3:14-22

Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku.
- Wahyu. 3:16
Bagi Anda penggemar kopi biasanya suka menikmatinya saat kondisi masih panas- panasnya. Saat kopi masih panas, aroma dan rasanya kuat terasa. Berbeda jika sudah suam-suam kuku, rasanya nanggung. Beberapa orang berpendapat, lebih baik menikmati kopi dingin dengan diberi es karena menikmati es kopi punya sensasi tersendiri. Hal serupa disampaikan Tuhan Yesus pada perikop hari ini.
Jemaat terakhir yang menerima surat dari Rasul Yohanes adalah Laodikia. Laodikia adalah kota perdagangan yang sangat kaya di Asia Kecil. Ia terkenal dengan produk tekstilnya. Kualitas kain wol yang dihasilkannya sangat halus. Ia juga pusat industri obat-obatan – terkenal dengan salep matanya yang mujarab.
Pada akhir abad ke-1, saat surat ini dituliskan, jemaat Laodikia telah menjadi besar dan kaya secara finansial. Namun sangat disayangkan, kehidupan rohani mereka justru sebaliknya, miskin dan papa. Sedemikian lesunya kehidupan rohani mereka hingga diumpamakan seperti “air suam-suam kuku” yang rasanya memuakkan dan pantas dimuntahkan dari mulut. Air suam-suam kuku menggambarkan seseorang merasa diri cukup dan nyaman dengan kondisi kerohaniannya. Ia merasa diri sudah cukup baik dalam mengenal, menyembah, dan melayani Tuhan. Seperti orang Farisi yang berdiri di depan rumah ibadat sambil memuji dirinya di hadapan Allah (Luk. 18:9-14).
Tidak ada yang dapat dilakukan untuk mengubah orang seperti ini, selain daripada pertobatan yang sejati. Tuhan Yesus berkata kepada mereka, “Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok.” (ay. 20a). Yesus sedang mengetok pintu hati setiap orang yang merasa dirinya sudah cukup rohani agar membuka diri dan membiarkan-Nya masuk, bertakhta di dalam hati mereka. Hanya dengan pertobatan sejati, kerohanian seseorang yang suam-suam kuku dapat kembali panas membara untuk mengikut Tuhan.
Panggilan pertobatan ini juga ditujukan kepada setiap kita, murid-murid Kristus. Janganlah kita terlena dengan merasa diri cukup baik dalam hal mengikut Yesus Kristus. Marilah menjaga kerohanian kita tetap panas membara agar semangat melayani kita tetap terjaga dan pengenalan kita kepada-Nya semakin bertumbuh setiap harinya.
Refleksi Diri:
Apakah Anda merasa diri sudah cukup baik dalam hal kerohanian, misalnya dalam hal beribadah, memberi persembahan, pelayanan atau penginjilan?
Apa yang ingin Anda lakukan untuk memperbaiki kualitas kerohanian Anda dalam hal mengikut Yesus Kristus?"
Share:

Jangan Suam-suam Kuku

Wahyu 3:14-22

Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku.
- Wahyu. 3:16
Bagi Anda penggemar kopi biasanya suka menikmatinya saat kondisi masih panas- panasnya. Saat kopi masih panas, aroma dan rasanya kuat terasa. Berbeda jika sudah suam-suam kuku, rasanya nanggung. Beberapa orang berpendapat, lebih baik menikmati kopi dingin dengan diberi es karena menikmati es kopi punya sensasi tersendiri. Hal serupa disampaikan Tuhan Yesus pada perikop hari ini.
Jemaat terakhir yang menerima surat dari Rasul Yohanes adalah Laodikia. Laodikia adalah kota perdagangan yang sangat kaya di Asia Kecil. Ia terkenal dengan produk tekstilnya. Kualitas kain wol yang dihasilkannya sangat halus. Ia juga pusat industri obat-obatan – terkenal dengan salep matanya yang mujarab.
Pada akhir abad ke-1, saat surat ini dituliskan, jemaat Laodikia telah menjadi besar dan kaya secara finansial. Namun sangat disayangkan, kehidupan rohani mereka justru sebaliknya, miskin dan papa. Sedemikian lesunya kehidupan rohani mereka hingga diumpamakan seperti “air suam-suam kuku” yang rasanya memuakkan dan pantas dimuntahkan dari mulut. Air suam-suam kuku menggambarkan seseorang merasa diri cukup dan nyaman dengan kondisi kerohaniannya. Ia merasa diri sudah cukup baik dalam mengenal, menyembah, dan melayani Tuhan. Seperti orang Farisi yang berdiri di depan rumah ibadat sambil memuji dirinya di hadapan Allah (Luk. 18:9-14).
Tidak ada yang dapat dilakukan untuk mengubah orang seperti ini, selain daripada pertobatan yang sejati. Tuhan Yesus berkata kepada mereka, “Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok.” (ay. 20a). Yesus sedang mengetok pintu hati setiap orang yang merasa dirinya sudah cukup rohani agar membuka diri dan membiarkan-Nya masuk, bertakhta di dalam hati mereka. Hanya dengan pertobatan sejati, kerohanian seseorang yang suam-suam kuku dapat kembali panas membara untuk mengikut Tuhan.
Panggilan pertobatan ini juga ditujukan kepada setiap kita, murid-murid Kristus. Janganlah kita terlena dengan merasa diri cukup baik dalam hal mengikut Yesus Kristus. Marilah menjaga kerohanian kita tetap panas membara agar semangat melayani kita tetap terjaga dan pengenalan kita kepada-Nya semakin bertumbuh setiap harinya.
Refleksi Diri:
Apakah Anda merasa diri sudah cukup baik dalam hal kerohanian, misalnya dalam hal beribadah, memberi persembahan, pelayanan atau penginjilan?
Apa yang ingin Anda lakukan untuk memperbaiki kualitas kerohanian Anda dalam hal mengikut Yesus Kristus?"
Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.