September 2023 ~ Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

KEHIDUPAN YANG BARU

Kisah Para Rasul 13:32-41
Jadi ketahuilah, hai saudara-saudara, oleh karena Dialah maka diberitakan
kepada kamu pengampunan dosa.
(Kis. 13:38)

29 September adalah tanggal yang dikhususkan memperingati Hari Jantung Sedunia, dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya kesehatan jantung. Tahukah Anda bahwa cangkok jantung di dunia pertama kali dilakukan tahun 1967? Penerimanya bernama Philip Blaiberg. Ia memperoleh donor dari seorang perempuan yang meninggal karena kecelakaan. Dokter yang melakukan operasi adalah Dr. Christiaan Barnard. Peristiwa itu mengubah sejarah pengobatan jantung di dunia. Serta tentu saja, memberikan kehidupan yang baru kepada Philip dengan jantung barunya.
Mengenal Yesus Kristus adalah sebuah kehidupan yang baru bagi Paulus. Kehidupan yang berbeda dari kehidupan nenek moyang Israel di masa lalu (lih. Kis. 13:16-31). Bahwa di dalam Kristus, janji keselamatan yang dinanti-nantikan oleh umat telah digenapi. Penggenapannya terjadi melalui kematian dan kebangkitan Yesus Kristus yang membawa pengampunan bagi dosa-dosa umat-Nya. Karena itu, Paulus memperingatkan agar orang-orang di Antiokhia saat itu waspada dan jangan menjadi penghina firman.
Kehidupan dalam Yesus Kristus setiap hari adalah kehidupan yang baru. Kehidupan yang diselamatkan. Tuhan mengampuni dosa-dosa kita dan memberikan kesempatan hidup yang baru. Mungkin dalam masa lalu, kita menjadi orang-orang yang tidak percaya. Atau percaya, tetapi masih melakukan dosa. Sekarang, jalanilah setiap hari sebagai hari baru bersama Tuhan.
REFLEKSI:
Bersyukur atas pengampunan dosa dan
kesempatan hidup baru di dalam Tuhan.

 


 
YKB MEDIA
The stream could not be loaded, either because the server or network failed or because the format is not supported.

"
Share:

Teladan Iman

Ibrani 13:7-9

Ingatlah akan pemimpin-pemimpin kamu, yang telah menyampaikan firman Allah kepadamu. Perhatikanlah akhir hidup mereka dan contohlah iman mereka.
- Ibrani 13:7

Mereka yang telah menjadi orangtua menyadari benar bahwa anak-anak belajar lebih cepat dengan mengobservasi serta meniru tingkah laku orang dewasa, bukan dengan mendengarkan perintah atau nasihat mereka. Begitu pula dengan kehidupan orang Kristen. Pertumbuhan iman dan karakter orang Kristen sangat dipengaruhi oleh teladan iman di dalam kehidupan mereka. Oleh karena itu, penulis kitab Ibrani menasihatkan orang-orang Kristen untuk mengingat pemimpin-pemimpin mereka, yakni orang-orang yang telah mengabarkan Injil, mengajarkan kebenaran firman, serta membentuk jemaat gereja. Orang Kristen diundang untuk memerhatikan hidup dan mencontoh iman mereka.
Apa yang perlu diingat, diperhatikan, dan dicontoh dari para pemimpin rohani seperti ini? Kita perlu mengingat kesetiaan mereka dalam memberitakan Injil serta firman. Firman Tuhan yang mereka beritakan, berbuah dalam gaya hidup mereka. Bukan hanya pemikiran, tetapi sikap hidup mereka juga patut menjadi perhatian. Penulis kitab Ibrani meminta jemaat untuk mengobservasi dengan seksama serta merenungkan teladan para pemimpin tersebut.
Ayat emas di atas mengundang kita untuk mencontoh sesuatu yang baik. Kata “contohlah” pada ayat tersebut dalam bahasa Inggris diterjemahkan sebagai “emulate”. Kata “emulate” lebih daripada sekadar meng-copy. Secara definisi, “to emulate” berarti to match or surpass (a person or achievement), typically by imitation, ini bisa berarti meniru, menyamai, bahkan menandingi atau melebihi pencapaian mereka. Jika memungkinkan, saat mencontoh teladan kehidupan para pemimpin rohani kita, jadilah lebih daripada mereka yang telah mendahului memberikan teladan kepada kita. Ini dimungkinkan karena kita memiliki iman kepada Tuhan yang sama dengan mereka, yaitu iman kepada Kristus Yesus. Ingatlah bahwa Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini, dan sampai selama-lamanya (ay. 8).
Jadi, sangat mungkin bagi kita untuk mencontoh iman para pemimpin rohani, para penginjil atau pahlawan iman. Yesus yang kita sembah yang akan memampukan dan memberi hikmat serta kekuatan bagi kita untuk menyampaikan firman dan Injil kepada orang-orang yang belum mengenal-Nya. Biarlah suatu hari nanti kita pun menjadi contoh bagi generasi-generasi selanjutnya.
Refleksi Diri:
Siapa pemimpin-pemimpin rohani yang kehidupan imannya bisa Anda teladani?
Apa hal-hal yang bisa Anda contoh dari kehidupan mereka? Apa yang telah Anda lakukan untuk meneladani kehidupan mereka kepada generasi selanjutnya?"
Share:

Bahaya Kesombongan Diri

Yunus 4:1-4

Maka manusia akan ditundukkan, dan orang akan direndahkan, ya, orang-orang sombong akan direndahkan.
- Yesaya 5:15

Kapal Titanic merupakan salah satu hasil karya teknologi perkapalan yang paling dibanggakan pada zamannya. Ketika seorang awak kapal Titanic ditanya mengenai kekuatan dari kapal tersebut, ia menjawab dengan tinggi hati, “Bahkan Tuhan pun tidak dapat menenggelamkan kapal ini.” Namun, seperti yang dicatat di dalam sejarah, hanya empat hari setelah pelayaran perdananya kapal Titanic menabrak bongkahan gunung es dan karam. Kisah ini menunjukkan betapa bahayanya kesombongan dalam hidup manusia dan jika tidak berhati-hati kesombongan tersebut juga dapat memengaruhi hubungan kita dengan Tuhan.

Seorang nabi Tuhan, seperti Yunus pun tidak terlepas dari jerat kesombongan diri. Kesombongannya terlihat dalam komplainnya terhadap Tuhan di ayat 2 dan 3. Ia melihat Tuhan berbuat kesalahan dengan tidak jadi menghukum orang Niniwe yang bertobat. Menariknya, ia seperti sudah memperkirakan hal tersebut sehingga lebih memilih untuk lari dari Tuhan daripada melakukan sesuatu hal yang “salah”. Sungguh ironis, mengingat di pasal 2 Yunus pernah mengatakan bahwa ia telah memilih Tuhan yang benar, tidak seperti penyembah berhala (termasuk juga orang Niniwe yang tidak menyembah Tuhan). Yunus merasa dirinya lebih benar daripada orang Niniwe, tetapi ternyata orang Niniwe memberikan respons yang lebih benar terhadap teguran Tuhan daripada nabi-Nya yang sombong.
Kesombongan Yunus ternyata juga berlanjut sampai kepada orang Israel di zaman Yesus. Mereka memiliki semangat yang berapi-api untuk mengikuti hukum Taurat, tetapi tanpa memiliki relasi yang dekat dengan Tuhan. Ketaatan tersebut membuat mereka menjadi legalistik. Contohnya ketika mereka akan merajam di hadapan Yesus perempuan yang berbuat zinah, mereka terdiam ketika Yesus mengingatkan bahwa mereka juga berdosa (Yoh. 8:1-11). Kesombongan juga yang menyelubungi diri mereka untuk bisa melihat Sang Mesias dalam diri Tuhan Yesus.
Kesombongan juga dapat masuk dalam kehidupan orang Kristen. Kesombongan dapat membuat kita menghakimi orang di sekitar kita tanpa menyadari kita juga orang berdosa yang menerima anugerah. Kesombongan juga dapat membuat kita merasa lebih tahu yang terbaik dalam kehidupan kita (Yak. 4:13-16). Mari kita berhati-hati dengan kesombongan diri dan belajar hidup dengan rendah hati di hadapan Tuhan.
Refleksi Diri:

Apa bentuk kesombongan diri yang mungkin ada di dalam kehidupan orang Kristen?
Bagaimana Anda menjaga diri dari sikap menyombongkan diri?
"
Share:

Utang Injil

Roma 1:1-17
Aku berhutang baik kepada orang Yunani, maupun kepada orang bukan Yunani, baik kepada orang terpelajar, maupun kepada orang tidak terpelajar. Itulah sebabnya aku ingin untuk memberitakan Injil kepada kamu juga yang diam di Roma.
- Roma 1:14-15

Utang tidak selalu dalam wujud uang. Utang bisa dalam wujud non materi. Itulah utang Rasul Paulus. Sejak bertobat, ia terpanggil untuk memberitakan Injil. Panggilan itu bukan hanya kewajiban biasa, tetapi sebuah utang baginya. Utang adalah suatu kewajiban yang tidak bisa tidak, harus ditunaikan. Jika tidak dibayar, utang itu akan menjadi tanggung jawab seumur hidup. Jika tidak dilunasi, ia akan dianggap wanprestasi. Seperti itulah Paulus menganggap utang Injil.
Mengapa Paulus sampai pada anggapan seperti itu? Mengapa ia sangat terobsesi untuk memberitakan Injil sampai menganggapnya utang? Karena Paulus sudah mengalami betapa buruknya hidup di luar Injil. Sebelum bertemu Kristus, ia hidup dalam ambisi jahat, kebencian, kebengisan yang berlindung di balik fanatisme agama. Setelah berjumpa Kristus secara ajaib, ia mengalami kehidupan baru yang sama sekali berbeda. Ia merasa seperti orang yang diselamatkan dari lumpur hisap. Pengalaman penuh sukacita inilah yang mendorongnya membagikan Injil pada orang lain. Mungkin jika diminta menyampaikan pendapatnya mengenai utang Injil, Paulus akan berkata berdasar pengalaman kehidupan rohaninya demikian, “Karena aku sudah diselamatkan, maka aku ingin orang lain juga diselamatkan. Aku tidak ingin orang lain mengalami nasib yang sama seperti aku pernah alami: hidup sia-sia di luar Injil. Aku ingin mereka mengalami hidup yang berkelimpahan di dalam kasih karunia Allah.”
Jika Saudara merasa Injil itu berharga, jika Saudara merasa sangat bersukacita karena sudah mengalami keselamatan dalam Kristus Yesus, jika Saudara ingin orang lain mengalami hidup kepenuhan dalam Kristus, maka memberitakan Injil tidak hanya menjadi panggilan tetapi menjadi utang yang harus dilunasi. Sebuat amanat besar yang Kristus telah sampaikan dan tidak bisa dielakkan oleh setiap pengikut Tuhan. Sukacita yang berlimpah ruah hanya akan kita dapatkan dengan memberitakan Injil dan melihat orang-orang percaya Tuhan Yesus. Mari, selagi masih ada kesempatan, beritakanlah Injil!
Refleksi Diri:
Bagaimana pandangan Anda selama ini tentang pemberitaan Injil?
Bagaimana respons Anda mengetahui bahwa pemberitaan Injil adalah utang?
Share:

Bukan Cari Selamat

Kisah Para Rasul 7:51-60

Sedang mereka melemparinya Stefanus berdoa, katanya: “Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku.”
- Kisah Para Rasul 7:59

David Platt dalam bukunya berjudul Radical, mengatakan, “Kenyataannya adalah bahwa jika kita benar-benar menjadi seperti Yesus, dunia ini akan membenci kita. Mengapa? Karena dunia membenci Dia.” Inilah yang dialami Stefanus. Ia hidup dalam pimpinan Roh Kudus. Ia memberitakan kebenaran di dalam Tuhan Yesus, tetapi dunia menolaknya. Stefanus jadi sasaran untuk dihakimi. Tidak ada satu pun dari orang-orang yang mendengar khotbah Stefanus mau bertobat. Stefanus bukan cari selamat, tetapi menyatakan keselamatan, walaupun itu yang membawa nyawanya tidak selamat. Kebenaran yang kita nyatakan tidak selalu diterima. Itulah kenyataan dunia ini. Jika seseorang ingin selalu diterima dunia maka hidupnya akan semakin jauh dari Kristus.
Waktu Stefanus melihat penglihatan surga, ia berbicara apa adanya bahwa dirinya benar-benar melihatnya. Mungkin ia bisa berpikir, kalau saya melihat dan tidak bicara juga, tidak akan ada yang tahu dan saya tidak akan kehilangan nyawa. Namun, ia mengatakannya dengan jelas bahwa Tuhan Yesus adalah benar Juruselamat yang bangkit. Yesus adalah Allah dan Dia bertakhta. Ini adalah klimaksnya. Kali ini bukan didebat, difitnah atau ditolak, melainkan langsung mendapat serbuan brutal dengan lemparan-lemparan batu menghujam dirinya. Kita mungkin bukan hanya ditentang, difitnah, ditolak, tetapi harus kehilangan hal yang berharga karena iman kita, entah pekerjaan, teman-teman, dll.
Perhatikan, ketika tubuh Stefanus dihancurkan oleh batu-batu, prosesnya pasti sangat menyakitkan. Namun, di saat itu ia menaikkan dua doa di hadapan Tuhan, “Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku.” Ia sudah sangat siap untuk menghadap Tuhan. Doa kedua, “Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka!” Ia memohonkan pengampunan untuk orang-orang tersebut. Kisah Stefanus ditutup dengan kalimat “meninggallah ia”. Jelas sekali iman Stefanus ditaruh kepada siapa, siapa yang dipercayanya, apa yang harus dikatakannya, apa risiko dari semuanya itu. Ia jelas menyatakan bahwa hidup bagi Kristus adalah hidup sepenuhnya milik Kristus.
Kita perlu jelas akan hidup kita. Siapa yang kita percaya dalam hidup ini? Siapa yang memimpin kita? Roh Kuduskah? Risiko apa yang akan kita tanggung ketika mengikut Tuhan? Jadilah orang Kristen yang bukan cari selamat, tetapi nyatakanlah keselamatan di dalam Tuhan Yesus itu apa adanya, sekalipun ada risikonya.
Refleksi Diri:

Apa yang seringkali menjadi halangan terbesar Anda untuk menyaksikan tentang Kristus?
Bagaimana cara Anda mulai membagikan tentang Tuhan Yesus di tengah dunia digital saat ini?"
Share:

Perjumpaan Dengan Yesus

Lukas 19:1-10

Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.”
- Lukas 19:10

Kita pasti mengalami perjumpaan dengan banyak orang. Setiap perjumpaan memiliki kesan tersendiri. Jika mengingat momen-momen perjumpaan dengan orang-orang yang hari ini kita kenal, bisa jadi perjumpaan tersebut merupakan hal yang indah.
Sebaliknya, mungkin juga merupakan hal yang buruk karena perjumpaan yang terjadi kurang menyenangkan.
Lukas 19 mencatat perjumpaan indah antara Yesus dengan Zakheus, si pemungut cukai. Rasa penasaran Zakheus terhadap Yesus begitu besar, tetapi banyak orang yang menghalanginya untuk melihat Yesus dari dekat. Zakheus akhirnya memanjat pohon dan Yesus melihatnya berada di atas pohon. Yesus yang mengenal Zakheus, lalu memanggil namanya dan memintanya turun. Mendengar namanya dipanggil, Zakheus tertegun karena profesinya sebagai pemungut cukai pada waktu itu banyak dibenci dan dimusuhi masyarakat. Orang-orang bahkan menganggap dirinya orang berdosa. Namun, hari itu Yesus memanggilnya dan meminta untuk menumpang di rumahnya.
Perjumpaan dengan Yesus tidak hanya memberikan kesan baik atau perasaan haru bagi Zakheus. Perjumpaan ini ternyata membawa perubahan besar dalam hidupnya. Zakheus lalu berniat memberikan setengah dari hartanya kepada orang miskin dan mengembalikan empat kali lipat dari apa yang pernah ia peras dari masyarakat. Perjumpaan Yesus dengan Zakheus bukan hanya perjumpaan dua sosok pribadi, melainkan sebuah pertemuan antara Allah dengan manusia yang terhilang.
Zakheus bertahun-tahun hidup dalam kenyamanan dengan posisinya sebagai pemungut cukai dan seorang kaya, tetapi di sisi lain ia juga mengalami kehilangan. Zakheus mengalami kekosongan hingga akhirnya berjumpa dengan Sang Juruselamat yang melihat dan memanggilnya turun. Perjumpaan itu tidak hanya membawa Zakheus mampu melihat, tetapi juga merasakan siapa Yesus di dalam hidupnya. Ia tidak hanya mendengar Yesus sebagai Seorang hebat, tetapi merasakan Yesus sebagai Allah yang penuh kasih.
Banyak orang menjadi Kristen tanpa pernah mengalami perjumpaan pribadi dengan Yesus. Sebagian lagi mengenal Yesus tanpa pernah mengalami kasih Kristus di dalam hidup mereka. Jangan hanya melihat Yesus dari kejauhan. Yesus memanggil Anda, mendekatlah kepada-Nya dan rasakan bagaimana relasi yang indah bersama-Nya akan menggubahkan hidup Anda.
Refleksi Diri:

Kapan Anda mengalami perjumpaan yang indah dengan Yesus? Apa perubahan yang terjadi dalam diri Anda sejak perjumpaan tersebut?
Bagaimana pengenalan Anda selama ini terhadap Yesus? Apakah Anda merasakan kasih Allah melalui diri-Nya?"
Share:

Perjumpaan Dengan Yesus

Lukas 19:1-10

Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.”
- Lukas 19:10

Kita pasti mengalami perjumpaan dengan banyak orang. Setiap perjumpaan memiliki kesan tersendiri. Jika mengingat momen-momen perjumpaan dengan orang-orang yang hari ini kita kenal, bisa jadi perjumpaan tersebut merupakan hal yang indah.

Sebaliknya, mungkin juga merupakan hal yang buruk karena perjumpaan yang terjadi kurang menyenangkan.
Lukas 19 mencatat perjumpaan indah antara Yesus dengan Zakheus, si pemungut cukai. Rasa penasaran Zakheus terhadap Yesus begitu besar, tetapi banyak orang yang menghalanginya untuk melihat Yesus dari dekat. Zakheus akhirnya memanjat pohon dan Yesus melihatnya berada di atas pohon. Yesus yang mengenal Zakheus, lalu memanggil namanya dan memintanya turun. Mendengar namanya dipanggil, Zakheus tertegun karena profesinya sebagai pemungut cukai pada waktu itu banyak dibenci dan dimusuhi masyarakat. Orang-orang bahkan menganggap dirinya orang berdosa. Namun, hari itu Yesus memanggilnya dan meminta untuk menumpang di rumahnya.
Perjumpaan dengan Yesus tidak hanya memberikan kesan baik atau perasaan haru bagi Zakheus. Perjumpaan ini ternyata membawa perubahan besar dalam hidupnya. Zakheus lalu berniat memberikan setengah dari hartanya kepada orang miskin dan mengembalikan empat kali lipat dari apa yang pernah ia peras dari masyarakat. Perjumpaan Yesus dengan Zakheus bukan hanya perjumpaan dua sosok pribadi, melainkan sebuah pertemuan antara Allah dengan manusia yang terhilang.
Zakheus bertahun-tahun hidup dalam kenyamanan dengan posisinya sebagai pemungut cukai dan seorang kaya, tetapi di sisi lain ia juga mengalami kehilangan. Zakheus mengalami kekosongan hingga akhirnya berjumpa dengan Sang Juruselamat yang melihat dan memanggilnya turun. Perjumpaan itu tidak hanya membawa Zakheus mampu melihat, tetapi juga merasakan siapa Yesus di dalam hidupnya. Ia tidak hanya mendengar Yesus sebagai Seorang hebat, tetapi merasakan Yesus sebagai Allah yang penuh kasih.
Banyak orang menjadi Kristen tanpa pernah mengalami perjumpaan pribadi dengan Yesus. Sebagian lagi mengenal Yesus tanpa pernah mengalami kasih Kristus di dalam hidup mereka. Jangan hanya melihat Yesus dari kejauhan. Yesus memanggil Anda, mendekatlah kepada-Nya dan rasakan bagaimana relasi yang indah bersama-Nya akan menggubahkan hidup Anda.

Refleksi Diri:
Kapan Anda mengalami perjumpaan yang indah dengan Yesus? Apa perubahan yang terjadi dalam diri Anda sejak perjumpaan tersebut?
Bagaimana pengenalan Anda selama ini terhadap Yesus? Apakah Anda merasakan kasih Allah melalui diri-Nya?
"
Share:

Melepas Kekhawatiran

Matius 6:25-34

Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.”
- Matius 6:34

Saya adalah orang yang sangat mudah khawatir. Bangun pagi, sudah khawatir memikirkan, masih ada stok makanan nggak ya? Sewaktu persiapan khotbah, khawatir nanti bisa berkhotbah dengan baik gak ya? Sebelum pergi jalan-jalan, khawatir seru nggak ya jalan-jalan ke sana? Khawatir ini itu, padahal akhirnya apa yang saya khawatirkan tidak selalu terjadi demikian. Menurut para ahli, kebanyakan manusia suka mengkhawatirkan hal-hal yang sebenarnya tidak terjadi dalam hidup mereka. Ya, saya mungkin salah satunya.
Wajar sekali kita punya rasa khawatir terhadap kehidupan. Namun, jika saya dan Anda ditantang untuk melepas kekhawatiran, apakah sanggup? Mungkin butuh waktu. Melepas kekhawatiran tidak semudah melepas sepatu sewaktu mau masuk rumah. Melepas kekhawatiran membutuhkan waktu dan usaha yang mungkin menguras energi. Jika mengandalkan kekuatan sendiri, saya yakin kita akan segera kehabisan energi untuk melepas kekhawatiran dalam diri kita.
Tuhan Yesus sangat memahami kekhawatiran yang dialami oleh manusia. Itulah sebabnya di dalam ayat emas, Dia memberikan nasihat pengajaran mengenai kekhawatiran kepada kita. Yesus mengingatkan kepada umat manusia bahwa Allah tidak pernah mengabaikan umat-Nya. Sebagai ilustrasi, Dia memberikan contoh tentang makhluk hidup lainnya yang Allah pelihara. Jika burung dan bunga bakung saja Yesus pelihara apalagi manusia, ciptaan yang berharga bagi-Nya. Yesus telah menyampaikan bagaimana Allah begitu setia memperhatikan kebutuhan umat-Nya. Tidak ada kebutuhan kita yang luput dari pantauan Allah, asalkan kita mau mencari Dia dan sungguh mengikuti kebenaran firman-Nya (ay. 33).
Setiap hari, Tuhan senantiasa memerhatikan apa yang kita perlukan. Saya yakin saat ini, setiap kita mempunyai kebutuhan hidup. Kita juga pasti memiliki kekhawatiran masing-masing. Namun, percayalah Tuhan tidak pernah mengabaikan kebutuhan kita. Tuhan selalu ada untuk menolong dan mencukupkan apa yang kita butuhkan. Datang dan serahkanlah semuanya kepada Allah.

Dengan demikian, melepas kekhawatiran bukan lagi menggunakan energi, kekuatan kita. Namun, melepas kekhawatiran adalah berserah pada kekuatan Allah. Saya pun belajar untuk berserah kepada Tuhan. Apa pun kekhawatiran kita, marilah belajar untuk melepaskan dan menyerahkannya ke dalam kuasa Tuhan. Apakah Anda siap melepaskan kekhawatiran?

Refleksi Diri:
Apa kekhawatiran yang pernah Anda pikirkan sebelumnya? Apakah kekhawatiran tersebut benar terjadi?
Apa yang akan Anda lakukan untuk melepas dan menyerahkan kekhawatiran tersebut kepada Tuhan Yesus?
"
Share:

Jangan Asal Kutip!

Yunus 4:1-4; Keluaran 34:6-7.

Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.
- 2 Timotius 3:16

Kasus penistaan agama yang dialami oleh Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) pada September 2016 begitu menggemparkan Indonesia. Ahok merupakan sosok yang menonjol karena prestasi dan sepak terjangnya yang berani melawan korupsi sebagai gubernur DKI Jakarta pada waktu itu. Namun, karena pidatonya yang menggunakan ayat Al-Quran dipotong dan disebarkan sehingga memberikan kesan bahwa ia menista agama, Ahok harus mendekam di penjara, serta kehilangan jabatan gubernurnya. Peristiwa ini menunjukkan betapa destruktifnya membagikan informasi tanpa konteks yang menyertai. Demikian juga dengan membaca Alkitab.
Yunus menyampaikan keluhannya kepada Tuhan dengan menggunakan sebagian penyataan diri Tuhan di dalam kitab Keluaran. Yunus melakukannya untuk mendukung keluhannya kepada Tuhan. Ia cuma mengutip karakter Tuhan yang penuh kasih dan kesabaran (ay. 2; bandingkan Kel. 34:6) untuk mengeluhkan Tuhan yang tidak jadi menghukum orang Niniwe yang bertobat. Padahal di bagian yang ia kutip dalam kitab Keluaran juga menyatakan Tuhan itu adil (Kel. 34:7). Penyebabnya adalah Yunus merasa orang Niniwe yang bertobat dan tidak jadi dihukum adalah sesuatu yang salah. Ia merasa tidak seharusnya Tuhan mengampuni orang Niniwe. Dengan kata lain, ia merasa Tuhan salah.
Penggunaan ayat Alkitab yang hanya sebagian tanpa konteks yang benar, biasanya hanya untuk memuaskan rasa kebenaran pribadi. Membaca Alkitab dengan cara yang demikian merupakan hal yang berbahaya karena bukan kebenaran yang sungguh-sungguh benar yang disampaikan, melainkan kebenaran secara subjektif. Hal demikian juga dilakukan oleh Iblis ketika mencobai Yesus di padang gurun (Mat. 4:1-11). Membaca Alkitab dengan benar seharusnya membawa kita kepada penundukan hati di bawah Tuhan, bukan peninggian rasa kebenaran kita.
Orang Kristen yang sudah ditebus oleh Kristus juga perlu untuk diubahkan semakin serupa dengan Tuhan Yesus melalui pembacaan Alkitab dengan benar. Ketika orang Kristen menggunakan bagian-bagian Alkitab secara subjektif hasilnya adalah ajaran yang sesat dan menyimpang. Mari kita membaca Alkitab dengan utuh dan biarkan Roh Kudus dengan leluasa mengubah hati kita dengan firman Tuhan untuk menjadi serupa dengan Tuhan Yesus.
Refleksi Diri:
Apakah Anda pernah menggunakan ayat Alkitab hanya sebagian-sebagian untuk kepentingan pribadi? Apakah hasilnya memuliakan Tuhan?
Bagaimana seharusnya Alkitab mengubah kehidupan orang Kristen?
"
Share:

JANGAN RAGUKAN FIRMAN TUHAN!

BACAAN ALKITAB HARI INI
2 Raja-raja 7:1-20
Sekali waktu ibu kota Kerajaan Israel, Samaria, dikepung oleh orang Aram. Mereka pun mengalami krisis yang dahsyat. Akibatnya harga melonjak tinggi. Kepala keledai dihargai delapan puluh syikal perak dan seperempat kab tahi merpati berharga lima syikal perak (2 Raja-raja 6:25). Lalu Tuhan berfirman melalui Nabi Elisa, “Besok kira-kira waktu ini sesukat tepung yang terbaik akan berharga sesyikal dan dua sukat jelai akan berharga sesyikal di pintu gerbang Samaria.” Mendengar hal itu, seorang perwira ajudan raja tidak percaya dengan firman tersebut. Baginya itu mustahil, sehingga dia menjawab, “Sekalipun TUHAN membuat tingkap-tingkap di langit, masakan hal itu mungkin terjadi?” Lalu Elisa menjawabnya, “Sesungguhnya, engkau akan melihatnya dengan matamu sendiri, tetapi tidak akan makan apa-apa dari padanya.” Selanjutnya kita membaca bagaimana kuasa Tuhan bekerja secara ajaib. Melalui orang-orang kusta yang memberanikan diri menembus perkemahan tentara Aram, mereka pun memberi tahu kabar ke istana raja. Tentara Aram saat itu telah melarikan diri karena mendengar bunyi kereta, kuda, dan tentara yang besar, padahal Tuhanlah yang membuat bunyi tersebut. Mendengar kabar itu, seorang pegawai raja yang kemudian disusul oleh penduduk kota Israel akhirnya menjarah perkemahan orang Aram. Karena itulah, sesuai dengan firman yang telah disampaikan, keesokan harinya sesukat tepung yang terbaik dan dua sukat jelai menjadi seharga sesyikal. 
Tuhan mengubah krisis dalam waktu semalam! Ironisnya, perwira yang tak percaya itu mati secara mengenaskan. Saat mengawasi pintu gerbang, rakyat menginjak-injaknya. Hal itu terjadi sesuai dengan perkataan Tuhan. Ini menjadi peringatan bagi kita jangan sekali-kali meragukan firman Tuhan. Keadaan semustahil apa pun, tak akan menghalangi firman-Nya digenapi. Ketika Tuhan telah berfirman, maka itu pasti terjadi. Karenanya kita harus berpegang dan percaya kepada firman-Nya, sekali pun semua tampak mustahil di depan mata. Sebab orang yang benar akan hidup oleh percayanya. [RS]
REFLEKSI DIRI 
1. Bagaimana ciri orang yang hidup oleh percayanya?
2. Adakah keadaan yang membuat Anda sulit untuk percaya kepada janji kebenaran firman Tuhan? Komitmen apa yang Anda lakukan untuk mengatasinya?
YANG HARUS DILAKUKAN
Jangan pernah meragukan firman Tuhan, sekalipun keadaan tampak mustahil. Berpeganglah dan hiduplah oleh kebenaran firman-Nya.
POKOK DOA
Tuhan, janji-Mu sangat teruji, firman-Mu ya dan Amin. Terima kasih Engkau tak pernah ingkar janji. Sekalipun langit bumi berlalu, tetapi firman-Mu tetap selamanya. Aku akan berpegang pada firman-Mu. Dalam nama Yesus. Amin.
HIKMAT HARI INI
Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu. – Tuhan Yesus
Share:

Jangan Menangis

Lukas 7:11-17
... lalu Ia berkata kepadanya: “Jangan menangis!”
- Lukas 7:13b

Perkataan “jangan menangis” terdengar kasar dan menyakiti hati seseorang yang sedang berduka. Apakah ini sama dengan perkataan Tuhan Yesus ketika berjumpa dengan janda yang baru saja kehilangan anak tunggalnya? Saat Yesus berkata kepada janda yang berduka, “Jangan menangis,” mungkin orang-orang yang mendengarnya akan memprotes dalam hati, orang ini nggak ngerti perasaan orang lain. Wajarlah ia menangis. Anak satu-satunya meninggal. Mungkin janda tersebut juga sangat kaget mendengarnya, hanya bisa terdiam dan menatap saja.
Yesus tidak melarang seseorang menangis ketika sedang berduka, tetapi di saat Dia berbicara demikian kepada sang janda justru inilah yang membedakan kehadiran Yesus. Kehadiran Tuhan Yesus mempunyai kuasa atas kehidupan dan kematian. Kehadiran-Nya dapat menghapuskan air mata dari sang janda. Jika Yesus hanya bicara “jangan menangis” dan tidak sanggup melakukan apa pun, baru Dia keterlaluan. Namun, tidak demikian yang terjadi.
Cara menghibur Tuhan Yesus berbeda dengan cara dunia. Meskipun ada aturan pada zaman itu bahwa jika seseorang menyentuh mayat, ia akan menjadi najis, Yesus tetap melakukannya. Yesus adalah Allah yang berotoritas. Dia tidak menjadi najis, tapi justru hiduplah yang Dia berikan. Tuhan Yesus menyentuh jenazah anak tunggal sang janda dan secara mengejutkan berbicara kepada tubuh yang sudah terbujur kaku itu, “Hai anak muda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah!” (ay. 14b). Orang-orang pasti bingung dengan apa yang dilakukan Tuhan Yesus, tetapi semuanya berubah menjadi keheranan dan sukacita, terlebih bagi sang ibu. Segera sesudah perkataan itu diucapkan, anak itu pun duduk dan mulai berkata-kata.
Mukjizat tersebut bukan hanya menunjukkan kasih dan kuasa Tuhan Yesus, tapi juga menyatakan tujuan karya Yesus dalam kematian-Nya di kayu salib dan kubur kosong (bukti kebangkitan-Nya) adalah memberikan kehidupan kekal. Inilah yang dikatakan Rasul Paulus, bahwa orang-orang yang berduka di dalam Tuhan Yesus memiliki pengharapan (lih. 1Tes. 4:13-14).
Sahabat saya yang saya ceritakan di renungan kemarin, setelah lewat beberapa bulan menyaksikan bagaimana pengharapan di dalam Tuhan Yesus sungguh menghibur. Ia bisa bersukacita karena kedua orang yang dikasihinya itu sudah ada di dalam Tuhan Yesus. Kematian menjadi perpisahan sejenak, sebelum berkumpul selamanya.
Refleksi Diri:
Apakah jaminan dari seseorang yang meninggal di dalam iman kepada Tuhan Yesus?
Bagaimana Anda akan menjadi sahabat yang hadir mendampingi kerabat/teman Anda yang sedang berduka?
"
Share:

Diangkat Dari Keterpurukan

Yohanes 15:1-8
Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah.

- Yohanes 15:2
Gunung Kilimanjaro terkenal dengan metode pertaniannya yang mengesankan, yaitu sistem Kihamba tradisional. Sistem tanam di daerah ini diciptakan menyesuaikan dengan lingkungannya yang dikenal cukup sulit untuk bertani. Masyarakat lokal membangun sistem pertanian bertingkat yang terdiri dari empat laisan utama vegetasi. 
Lapisan paling atas dari vegetasi dibentuk oleh pohon-pohon yang ditanam dengan jarak yang jarang untuk memberikan keteduhan bagi tanaman obat-obatan, pakan ternak, buah-buahan, dan kayu. Di bawah pohon-pohon ini, banyak varietas pisang ditanam bersama-sama dengan kopi dan sayuran. Sebuah sistem pertanian yang dikembangkan untuk menghasilkan panen terbaik dari pohon-pohon yang dibudidayakan.
 Di dalam Alkitab kita juga menemukan catatan tentang sistem pertanian yang dilakukan oleh masyarakat kuno. Salah satu sistem pertanian yang paling sering disebut di dalam Alkitab adalah pertanian anggur. Pada perikop bacaan hari ini disampaikan tentang analogi pokok anggur dan ranting. Rasul Yohanes menjelaskan bahwa buah anggur yang tidak berbuah akan dipotong. Kata “dipotong” bahasa aslinya menggunakan kata airo. Selain pemaknaan umumnya adalah dipotong, airo juga dapat berarti diangkat. Ranting yang tidak berbuah selain dipotong juga akan diangkat. Pada masa Perjanjian Baru, pengusaha kebun anggur biasanya akan mengangkat tanaman anggur yang tidak produktif dari tanah. Petani anggur kuno memastikan untuk mengangkat ranting dari tanah agar ranting bisa mendapatkan lebih banyak sinar matahari dan akhirnya menghasilkan banyak buah.
 Demikian pula Bapa akan bertindak terhadap kita ranting-ranting anggur-Nya. Tuhan akan mengangkat kita. Mungkin hari ini kita belum menghasilkan banyak buah untuk Tuhan. 
Kehidupan kita masih biasa-biasa saja, bahkan bertentangan dengan kehendak Tuhan. 
Sebagai umat pilihan-Nya, kita akan diangkat oleh Tuhan sehingga bisa berbuah. Kita akan diangkat dari kegagalan kita, didorong untuk berkembang dan berhasil. Jangan kehilangan iman percaya kita kepada Yesus Kristus dan jangan pula putus asa ketika masih belum berbuah. Di tengah segala keterpurukan, 
tuhan tahu dan siap untuk mengangkat kita. Mari menyerahkan seluruh kelemahan kita kepada Tuhan dan biarkan Dia menuntun kita untuk hidup berbuah.

Refleksi Diri:
• Apakah ada kecenderungan atau kebiasaan buruk yang menghambat Anda untuk hidup berbuah bagi Tuhan?
• Apa tindakan konkret yang ingin dilakukan agar hidup Anda lebih menghasilkan buah bagi Tuhan?

"
Share:

Maksimal Kasih-Nya

Yohanes 3:14-21

Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.
- 1 Petrus 1:18-19

Apakah Anda pernah merasa kurang dikasihi Tuhan? Mungkin ada yang menjawab, “Nggak pernah dong!” Namun, banyak juga yang berkata, “Saya pernah mempertanyakan itu” atau “itu yang sedang saya rasakan.” Jujur saya pun pernah bertanya demikian. Pertanyaan itu muncul biasanya saat diperhadapkan dengan kenyataan hidup yang berat. Muncul pemikiran Tuhan sudah tidak sayang kita lagi. Kemudian kita memikirkan solusinya dengan lebih rajin terlibat dalam semua kegiatan agama agar lebih dikasihi Tuhan.
Kita berpikir, kalau Tuhan lebih mengasihiku, Dia pasti akan lebih memperhatikan kondisiku, Dia akan turun tangan menyelesaikan masalahku. Sungguh pemikiran ini tidak tepat. Ingat dan bacalah Yohanes 3:16. Kasih Allah tidak setengah-setengah. Dia rela memberikan Anak-Nya yang tunggal, yang dikasihi-Nya, untuk menebus dosa manusia. Mereka yang percaya kepada-Nya akan memperoleh hidup kekal, bukan hidup yang temporer. Hidup kekal tidak bisa dihitung, diselamatkan dari kebinasaan abadi adalah tidak terhingga. Semuanya maksimal karena memberikan sesuatu yang tidak ternilai, yang tidak terbatas. Petrus menegaskannya dengan menyatakan bahwa kita dibeli bukan oleh emas dan perak, tetapi oleh darah yang mahal, darah Kristus yang sama sekali tidak bercacat (1Ptr. 1:8-9). Kasih yang diberikan Allah maksimal.
Jika ada orang yang menganggap Tuhan tidak mengasihi dirinya karena penderitaan yang dialaminya, ingatlah Kristus sudah lebih dulu menderita dengan maksimal. Dia menanggung seluruh murka Allah, penderitaan yang harganya setara dengan kematian-Nya. Seberat apa pun penderitaan yang diderita hari ini, tidak sebanding dengan penderitaan kekekalan yang kita harus terima seandainya Kristus tidak pernah lahir dan mati di kayu salib. Kita sering mencari-cari kasih yang bisa mengisi kekosongan hati kita yang terdalam. Orang-orang di sekeliling kita mungkin mengasihi kita, tetapi sama dengan kita, mereka manusia yang penuh kekurangan yang bisa mengecewakan kita. Namun, kasih Tuhan yang maksimal itu tidak pernah mengecewakan kita karena Dia sudah membuktikan-Nya.
Refleksi Diri:
Apa tanda kasih Allah yang maksimal bagi Anda? Adakah pengalaman masa lalu yang membuktikan kasih-Nya terhadap Anda?
Bagaimana Anda mau merespons kasih Allah yang maksimal ketika penderitaan melanda?"
Share:

Jangan Kalah Oleh Keinginan Daging

1 Petrus 2:11-12
Saudara-saudaraku yang kekasih, aku menasihati kamu, supaya sebagai pendatang dan perantau, kamu menjauhkan diri dari keinginan-keinginan daging yang berjuang melawan jiwa.
- 1 Petrus 2:11
John Bunyan, penulis Inggris abad ke-17, mengarang buku berjudul, The Pilgrim’s Progress, yang menceritakan tentang seorang bernama Kristen yang bermimpi menempuh perjalanan dari rumahnya “Kota Kehancuran” (dunia ini) menuju “Kota Surgawi”. Kisah ini sebenarnya menggambarkan perjalanan hidup orang percaya yang menghadapi berbagai tantangan dan kesulitan sebelum mencapai tempat kediaman kekal.
 Rasul Petrus menyebut penerima suratnya sebagai “pendatang dan perantau”. Alkitab terjemahan BIS memakai istilah “orang asing dan perantau”. Kedua istilah itu menyatakan maksud yang sama, yaitu status orang Kristen sebagai penduduk sementara di dunia ini. Dunia bukanlah tempat kediaman orang-orang percaya yang sesungguhnya. Sebagai pendatang dan perantau, mereka harus memiliki cara hidup yang tidak sama dengan orang-orang di dunia. 
Mereka dinasihati untuk “menjauhkan diri dari keinginan-keinginan daging”. Keinginan daging atau hawa nafsu daging adalah karakteristik dari kodrat dosa. Upaya menjauhkan diri tersebut harus menjadi perjuangan yang terus-menerus. Jangan membiarkan diri menuruti keinginan daging meskipun hanya sejenak. Menuruti keinginan-keinginan daging mungkin kelihatannya menarik, tidak berbahaya bahkan menyenangkan untuk sejangka waktu karena keinginan-keinginan tersebut mungkin tidak langsung melahirkan perbuatan jahat. Akan tetapi, mereka adalah musuh yang membahayakan jiwa orang percaya karena melemahkan kerohanian. Itu sebabnya, orang percaya harus selalu peka terhadap kerusakan rohani semacam ini.
 Rasul Petrus mengingatkan orang Kristen tentang identitas mereka. Siapa Anda menentukan cara hidup Anda. Jika Anda menyadari diri sebagai orang asing dan pendatang di dunia ini maka kita akan berjuang sepenuh hati agar tidak larut dalam kehidupan duniawi. 
Perjuangan untuk melawan keinginan daging harus dilakukan terus-menerus sepanjang hidup kita. Selama kita masih hidup, selama itu pula kita terus berjuang sehingga tidak ada alasan untuk mengatakan, “Saya manusia lemah. Saya tidak berdaya terhadap dosa.” Seorang Kristen disebut sejati atau tidak, ditentukan oleh seberapa sungguh ia berjuang untuk seturut keinginan jiwa, yaitu jiwa yang telah diselamatkan Kristus yang ingin selalu menyenangkan hati-Nya dan berjalan seturut keinginan Roh.
Refleksi Diri:
• Mengapa orang Kristen harus selalu sadar diri bahwa dirinya adalah orang asing dan perantau di dunia ini?
• Apa yang harus dilakukan Anda sebagai orang asing dan perantau di dunia?

"
Share:

Apa Standar Hidup Anda?

Roma 12:1-2

Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah; apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.
- Roma 12:2
Di dalam kehidupan, tak jarang kita menemukan berbagai standar hidup yang terlihat nyaman dan sukses. Kita dapat berkata, “Si A hidupnya enak karena sudah punya perusahaan,” “B lebih enak hidupnya sebab sudah punya rumah gede dan berbagai barang mewah,” “Ah Si C punya standar hidup yang bagus. Hartanya bisa menjamin sampai tujuh turunan,” dan lain sebagainya. Kita seringkali menetapkan standar hidup orang lain menjadi standar hidup kita. Padahal setiap kita membutuhkan dan dapat menghasilkan standar hidup yang berbeda-beda. Ironisnya, banyak motivator juga menyamaratakanstandar hidup, seakan dapat dilakukan oleh semua orang. Alhasil, ketika tidak dapat mencapai standar hidup tersebut, seseorang akan menjadi depresi dan merasa hidupnya gagal.
Menentukan standar hidup bukanlah sesuatu yang salah. Namun, bagaimana seharusnya standar hidup seorang Kristen yang sejati? Ketika kita diterima sebagai anak-anak Tuhan, menjadi pribadi yang percaya kepada Yesus Kristus maka standar hidup kita seharusnya berbeda dengan standar hidup dunia. Nasihat ini disampaikan oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Roma. Paulus mengingatkan bahwa sebagai manusia baru yang telah ditebus maka kita bukan lagi menjadi milik dunia. Kita seutuhnya telah menjadi milik Kristus. Karena itu, standar hidup kita bukan lagi kesuksesan dan kenyamanan duniawi, melainkan kesuksesan dan kenyamanan melakukan kehendak Allah.
Apa yang menjadi kehendak Allah adalah apa yang sesuai dengan firman Allah. Kehendak Allah itu pasti berkenan kepada Allah dan selalu menyenangkan-Nya. Itulah yang seharusnya menjadi standar hidup dari anak-anak Allah. Yuk kita mengubah standar hidup kita menjadi standar hidup yang berkenan di hadapan Allah. Ubah pikiran dan cara hidup kita sesuai dengan kebenaran firman Tuhan. Biarlah dalam pekerjaan, kehidupan berkeluarga, maupun pelayanan kita, standar hidup yang dikejar adalah standar hidup yang berkesesuaian dengan pikiran dan sifat ilahi Tuhan. Bukan lagi kesuksesan dan kenyamanan duniawi, melainkan kesuksesan dan kenyamanan yang seturut dengan kehendak Allah.
Refleksi Diri:
Apa yang menjadi standar hidup Anda selama ini? Apakah sudah sesuai dengan firman Tuhan?
Bagaimana langkah konkret Anda untuk menetapkan standar hidup yang sesuai dengan kehendak Allah?
"
Share:

Hilang Sinyal

Roma 8:31-35
Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian TUHAN sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia.
- Mazmur 103:13

Dalam bukunya yang berjudul, On The Wing, seorang naturalis bernama Alan Tennant mencatat usahanya untuk mempelajari satu spesies burung yang terancam punah, yaitu elang peregrine. Tergerak untuk pemulihan spesies ini, Tennant mengikatkan alat pemancar pada sejumlah burung elang untuk melacak pola migrasi mereka. Ia akan terbang dengan pesawat dan mengikuti kawanan burung yang sudah dipasanginya alat pemancar.
Namun, seringkali Tennant tidak dapat mengikuti kawanan burung karena kehilangan sinyal dari alat pemancar. Meskipun sangat mengasihi burung-burung tersebut, Tennant tidak selalu bisa melacak burung-burung yang ingin ditolongnya.
Peristiwa serupa juga terjadi dalam hal mengasihi orang yang kita sayangi. Entah orangtua ke anak, suami ke istri, kakak ke adik, paman ke keponakan atau orang-orang terdekat yang ada di hati kita. Kemampuan mengasihi orang-orang yang dekat di hati kita dalam suatu kondisi tertentu juga terbatas. Tenaga dan waktu kita terbatas. Kemampuan kita mengekspresikan kasih juga mungkin berbeda dan belum tentu cocok dengan orang yang kita kasihi. Manusia punya keterbatasan yang tidak bisa dipungkirinya. Manusia bisa kehilangan sinyal kasih kepada orang yang dikasihinya.
Paulus mengungkapkan kebenaran yang berbeda ketika Tuhan mengasihi anak-anak-Nya. Ketika Tuhan mengasihi, Dia tidak akan pernah gagal untuk mengekspresikan kasih- Nya. Tidak ada hal apa pun di dunia ini yang dapat menghalangi Tuhan untuk menyatakan kasih kepada anak-anak-Nya. Tidak manusia, tidak juga keadaan-keadaan yang buruk. Ketika Tuhan telah menetapkan kita sebagai anak-anak-Nya, Tuhan tidak akan pernah kehilangan sinyal untuk melacak anak-anak-Nya. Tidak ada hal apa pun di dunia yang bisa memisahkan kita dari kasih Tuhan Yesus Kristus.
Saat ini mungkin ada orang-orang tertentu yang menjadi batu sandungan dalam kehidupan kita. Perkataan atau perbuatan mereka mungkin sangat melukai hati. Bahkan mereka senantiasa menarik kita menjauh dari Tuhan. Percayalah Tuhan Yesus sedang melacak dan siap menyatakan kasih-Nya kepada kita di tengah kondisi buruk yang kita hadapi. Demikian juga ketika kesulitan-kesulitan hidup membebani pundak, percayalah kita tidak sendirian. Yesus siap membantu mengangkat beban hidup kita dan selalu melacak kita dengan kasih-Nya setiap saat.
Refleksi Diri:
Apakah Anda pernah meragukan kasih Tuhan kepada Anda? Kenapa?
Apa wujud kasih terbesar Tuhan Yesus yang pernah Anda rasakan? Apakah wujud kasih Yesus tersebut bisa menguatkan Anda sekarang?
"
Share:

Memberitakan Perbuatan Besar Allah

1 Petrus 2:7-10

Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang Ajaib:
- 1 Petrus 2:9
Bangsa Israel sangat bangga akan identitasnya sebagai bangsa pilihan Allah. Status istimewa itu tercatat dalam Kitab Suci, yang bermula dari Allah memilih Abraham sebagai nenek moyang mereka. Akan tetapi, sejalan dengan kedatangan Yesus ke dalam dunia, status bangsa pilihan mengalami perubahan.
Rasul Petrus menjelaskan bahwa orang yang percaya kepada Yesus Kristus mendapatkan berbagai berkat. Pertama, mereka adalah “bangsa yang terpilih”. Istilah bangsa yang terpilih mengingatkan kita pada bangsa Israel sebagai bangsa pilihan Allah. Akan tetapi, di dalam Kristus, siapa pun yang percaya kepada-Nya menjadi bagian dari bangsa terpilih. Allah tidak lagi memilih bangsa pilihannya berdasarkan faktor fisik atau rasial, yaitu apakah ia keturunan Abraham atau bukan, tetapi berdasarkan faktor iman kepada Kristus (1Ptr. 2:6,7). Kedua, orang percaya juga disebut sebagai “imamat rajani” dan “bangsa yang kudus”, dua frasa yang dikutip dari Keluaran 19:6 yang mana Tuhan menjanjikan status ini kepada orang Israel yang memelihara perjanjian dengan Allah. Status-status tersebut sekarang diberikan kepada setiap orang percaya dalam makna rohani karena mereka mengikatkan diri kepada Raja di atas segala raja, Yesus Kristus.
Tujuan dari status istimewa tersebut bukanlah untuk semata-mata kita nikmati, tetapi agar kita memuliakan Allah, yaitu “supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia”. Itulah tujuan dari kehidupan kita yang sejati. Penebusan bukanlah berpusat pada manusia, melainkan pada Allah. Yang dimaksud memberitakan adalah menceritakan tentang siapa Dia dan apa yang diperbuat-Nya.
Sebagai orang percaya, status kita sungguh istimewa. Akan tetapi, kita dipanggil bukan untuk membanggakan diri dan menikmati berkat tersebut semata-mata untuk diri kita sendiri, melainkan untuk memberitakan siapa dan apa yang diperbuat Allah. Dengan kata lain, panggilan kita adalah panggilan bersaksi dan memberitakan Injil. Tumbuhkan semangat untuk bersaksi mengenai apa yang Tuhan Yesus telah kerjakan di dalam hidup Anda. Biarlah orang-orang yang belum percaya dapat mengenal dan mengalami kasih Yesus di dalam hidup mereka.
Refleksi Diri:
Apakah Anda sudah bersaksi memberitakan perbuatan Allah yang besar? Jika belum, mengapa?
Apa inti kesaksian orang Kristen menurut pendapat Anda?
"
Share:

Kedewaan Rohani

Pengantar Ibadah
Pandanglah kepada perjanjian, sebab tempat-tempat gelap di bumi penuh sarang-sarang kekerasan. (Mazmur 74:20)
Waktu Teduh
Meneduhkan, menenangkan, dan memusatkan hati kepada Tuhan (1 menit).
Pujian kepada Tuhan
Memuji Tuhan dengan satu lagu pujian yang Anda pilih sendiri.
Bacaan Alkitab
12 Sebab sekalipun kamu, ditinj sudutam waktu, sudah seharusnya menjadi pengajar, kamu masih perlu lagi diajarkan asas-asas pokok dari penyataan Allah, dan kamu masih m 
emerlukan susu, bukan makanan keras. 13 Sebab barangsiapa masih memerlukan susu ia tidak memahami ajaran tentang kebenaran, sebab ia adalah anak kecil. 14 Tetapi makanan keras adalah untuk orang-orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih untuk membedakan yang baik dari pada yang jahat. (Ibrani 5:12-14)
Pengantar untuk Renungan
Kedewasaan rohani tidak dapat diukur dari berapa lama seseorang menjadi pengikut Kristus namun dari seberapa jauh perubahan pola pikir yang bersangkutan. Bertambahnya usia seseorang tidak berarti dengan sendirinya kedewasaan yang bersangkutan juga ikut bertambah. Sebab bisa jadi walaupun orang sudah berusia lanjut namun ia patut dinilai sebagai pribadi yang masih kekanak-kanakan. Hal ini adalah karena kedewasaan seseorang sangatlah tergantung kepada kematangan pola pikir yang bersangkutan. Apabila seseorang, di usia berapapun, belum mampu membedakan antara yang benar dengan yang salah, maka ia adalah orang yang masih kekanak-kanakan alias belum dewasa.
Bahwasanya kedewasaan seseorang adalah tergantung kepada kematangan pola pikirnya itulah yang diutarakan di dalam Ibrani 5. Di situ penulis surat Ibrani berkata bahwa walaupun seseorang sudah lama menjadi pengikut Kristus, sehingga seharusnya sudah menjadi pengajar, namun apabila ia belum juga memahami ajaran tentang kebenaran maka secara rohani yang bersangkutan masihlah seorang anak kecil. Lebih jauh ia berkata bahwa seorang yang dewasa adalah pribadi yang mampu membedakan antara yang baik dengan yang jahat. Hal ini menunjukkan bahwa kedewasaan seseorang terlihat dari seberapa jauh perubahan pola pikir yang bersangkutan.
Pertanyaan untuk Direnungkan
Sudah dewasakah kehidupan rohani Anda? Apakah yang perlu Anda lakukan agar bertumbuh dewasa secara rohani?
Respon Firmam
Tuhan, aku menyadari bahwa di dalam banyak hal kehidupan rohaniku masih belum dewasa. Tidak jarang aku masih melakukan perkara yang kuanggap sebagai hal yang baik padahal di pemandangan-Mu merupakan hal yang jahat. Tuhan, tolonglah diriku agar rohaniku semakin bertumbuh dewasa, sehingga hidupku mencerminkan pikiran, perasaan dan kehendak-Mu. Bentuklah diriku dengan firman-Mu yang mengubah dan membaharui pola pikirku agar hidupku semakin berkenan kepada-Mu. Dengan demikian barulah aku dapat menjadi saksi-Mu yang memuliakan nama-Mu di manapun diriku berada.
Doa Firman 
Aku menaikkan ucapan syukurku kepada-Mu karena Engkau memberikan kesempatan yang baru bagi diriku pada hari ini. Kesempatan yang seharusnya kuisi dengan kehidupan yang tidak sia-sia, namun penuh makna dan menyenangkan hati-Mu. Oleh sebab itu tuntunlah hidupku dengan firman-Mu. Sertailah hidupku dengan Roh-Mu dan hikmat-Mu. Supaya dengan demikian setiap langkah yang kuambil akan membuahkan keberhasilan dan memuliakan nama-Mu. Jangan biarkan aku terjerumus ke dalam pencobaan dan lepaskanlah aku dari pada yang jahat. Di dalam nama Yesus Kristus, Tuhanku, aku berdoa. Amin.
Waktu Teduh
Meneduhkan hati di hadapan Tuhan (2 menit).

 

 
Share:

Perintah Seorang Sahabat

Yohanes 15:12-17
Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu.
- Yohanes 15:14
Persahabatan bagai kepompong. Potongan lirik lagu ini pernah populer di kalangan remaja pada tahun 2008-2010. Para netizen mengatakan lagu ini mempunyai makna yang dalam tentang persahabatan. Disampaikan melalui lagu tersebut bahwa persahabatan dapat mengubah hal yang sulit menjadi indah. Namun, tidak dapat dipungkiri persahabatan juga menghadirkan perbedaan yang dapat membuat persahabatan renggang antara satu sama lain.
Saya rasa sebagian dari kita mempunyai sahabat karib bagaikan saudara. Kita acap kali merindukan seorang sahabat yang dapat selalu hadir dan mendukung kita dalam suka maupun duka. Memiliki sahabat memang hal yang menyenangkan. Namun, terkadang kita tidak siap menghadapi perbedaan ataupun menerima masukan/nasihat dari sahabat kita. Biasanya kita ingin tetap didukung oleh sahabat sekalipun kita telah melakukan yang salah.
Dalam perikop bacaan hari ini, kita dapat melihat bahwa Tuhan Yesus memanggil kita sebagai sahabat-Nya. Ini adalah panggilan spesial bagi kita! Menariknya, bukan kita yang terlebih dahulu menjadikan Yesus sebagai sahabat kita, melainkan Yesus sendiri yang berinisiatif terlebih dulu memilih kita untuk menjadi sahabat-Nya (ay. 16). Namun, sebagai seorang sahabat Allah, ada perintah yang perlu kita lakukan, yaitu perintah untuk saling mengasihi. Kita melakukan perintah ini karena Allah telah terlebih dahulu mengasihi setiap kita yang adalah orang berdosa. Kasih Allah tak terukur dalamnya. Ini dibuktikan dengan pengorbanan melalui diri Yesus Kristus di atas kayu salib untuk menebus dosa dan menyelamatkan kita dari jurang dosa. Yesus telah memberikan nyawa-Nya bagi setiap kita yang Dia sebut sebagai sahabat-Nya.
Sebagai sahabat Allah, hendaklah kita melakukan perintah-Nya. Kita melakukan perintah Allah bukan karena posisi kita sebagai budak, melainkan karena sudah mengenal dan mengetahui apa yang Allah ingin kita kerjakan. Secara gamblang, Allah sudah menyatakan perintah-Nya melalui firman Tuhan yang kita baca maupun dengar. Yang patut kita waspadai adalah memilih-milih perintah Allah yang sesuai dengan keinginan kita. Inilah yang bisa merenggangkan hubungan kita dengan Tuhan.
Yuk, jadilah sahabat Allah yang setia. Lakukan perintah yang sudah Allah berikan bagi setiap kita, yaitu saling mengasihi. Biarlah perbuatan kasih nyata dalam keseharian kita dan dapat terus memuliakan Tuhan di antara orang-orang yang ada di sekitar kita.
Refleksi Diri:
Apakah Anda sudah menjadi sahabat Allah yang sesuai dengan perintah-Nya?
Apa yang akan Anda lakukan sebagai seorang sahabat Allah sebagai bukti kasih Anda kepada-Nya?
"
Share:

Misteri Pertobatan

Yunus 3:1-10

Sebab dukacita menurut kehendak Alah menghasilkan pertobatan yang membawa keselamatan dan yang tidak akan disesalkan, tetapi dukacita yang dari dunia ini menghasilkan kematian.
- 2 Korintus 7:10

Pertobatan sering dilihat sebagai sebuah tindakan hasil keputusan pribadi seseorang. Namun, jika menilik kisah-kisah pertobatan orang Kristen maka akan terlihat suatu fakta menarik. Pertobatan dapat terjadi dalam hidup orang-orang yang kelihatan baik, tetapi juga mereka yang kehidupannya sangat kacau. Pertobatan tidak terjadi dalam kehidupan orang-orang tertentu, semua orang bisa mengalaminya. Bahkan, ada juga orang yang sudah mendengar berita Injil tetapi tetap tidak bertobat. Inilah misteri pertobatan. Lantas, apa faktor yang membuat seseorang bertobat kembali kepada Tuhan?
Kisah-kisah pertobatan dalam kitab Yunus menunjukkan bahwa pertobatan seseorang dapat terjadi hanyalah karena anugerah Tuhan. Ada dua pertobatan yang dicatat dalam pasal 3, yaitu pertobatan Yunus dan juga penduduk kota Niniwe. Yunus bertobat dari pemberontakannya terhadap Tuhan setelah mengalami berbagai peristiwa intervensi yang luar biasa dari-Nya (lih. Yun. 1:1-17). Di lain pihak, penduduk kota Niniwe bertobat dari jalan hidupnya yang salah setelah mendengar pesan dari Tuhan yang dalam bahasa aslinya, hanya berisi lima kata saja (Yun 3:4), singkat tapi mengena. Dua kisah pertobatan ini terlihat begitu kontras, tetapi kita juga dapat melihat bahwa pertobatan mereka dimulai dari penyataan diri Allah dan firman-Nya.
Pertobatan seseorang kepada Tuhan merupakan hasil anugerah-Nya yang memampukan orang tersebut untuk merespons firman. Rasul Paulus juga menegaskan bahwa pertobatan seseorang adalah kemurahan hati Allah. Ia menekankan bahwa seseorang dapat menolak atau percaya karena Allah yang bekerja dalam hatinya (Rm. 9:14-18). Satu hal patut digarisbawahi, orang yang sudah percaya kepada Yesus memiliki tanggung jawab untuk mengabarkan Injil (Rm. 10:14-15). Pemberitaan Injil tidak boleh dihilangkan dengan alasan apa pun. Allah mengerjakan keselamatan dalam hati seseorang melalui berita Injil dalam firman-Nya.
Panggilan utama anak-anak Tuhan bukanlah membuat orang bertobat, melainkan memberitakan Injil. Kita semua dipanggil untuk setia memberitakan Injil, karena itu janganlah menilai panggilan kita dengan berapa jumlah orang yang sudah bertobat kembali ke jalan Tuhan. Marilah kita belajar setia untuk memberitakan Injil karena pertobatan adalah karya Allah semata melalui firman-Nya dan kita hanyalah alat yang digunakan-Nya.

Refleksi Diri:

Bagaimana kisah pertobatan Anda? Apakah Anda melihat tangan Tuhan bekerja di dalam diri Anda?
Apakah Anda pernah memberitakan berita Injil kepada orang lain? Jika sudah, mari teruskan; jika belum, mari belajar untuk setia terhadap panggilan Tuhan!"
Share:

Menikmati Hidup

Pengkhotbah 11

Bersukarialah, hai pemuda, dalam kemudaanmu, biarlah hatimu bersuka pada masa mudamu, dan turutilah keinginan hatimu dan pandangan matamu, tetapi ketahuilah bahwa karena segala hal ini Allah akan membawa engkau ke pengadilan!
- Pengkhotbah 11:9

Masa muda adalah masa yang menyenangkan. Banyak orang berusaha untuk terlihat dan merasa lebih muda. Bagi beberapa orang, menjadi muda juga berarti bisa hidup sesukanya, mengejar kenikmatan, dan tidak mengkhawatirkan banyak hal.
Kitab Pengkhotbah pasal 11 membawa kita untuk mengobservasi kehidupan kemudian memberikan nasihat kepada orang muda. Sang Pengkhotbah mengatakan bahwa kenikmatan kita dalam hidup di dunia akan dibatasi oleh banyak hal. Pertama, kita tidak tahu malapetaka apa yang akan terjadi di atas bumi (ay. 2b) atau bahwa tindakan kita akan membawa hasil (6b). Sebenarnya, banyak hal di dalam dunia ini yang kita tidak tahu atau tidak mengerti (ay. 5). Kedua, kita hanya bisa berspekulasi tentang kehidupan (ay. 4). Kemampuan kita untuk menikmati hidup akan menemui banyak ketidakpastian, serta batasan-batasan di dalamnya.
Di dalam pasal yang sama, Pengkhotbah pun mengundang pembacanya untuk hidup dengan penuh petualangan dengan mencoba melakukan hal-hal yang tidak biasa (ay. 1). Selain itu, ia mengundang untuk hidup dengan rajin (ay. 6a). Sang Pengkhotbah mengharapkan pembacanya menjalani hidup yang bersukacita (ay. 8a, 9a, 10a). Namun, di ayat 5b dan 9c, Pengkhotbah juga mengingatkan kita untuk hidup dekat dengan Allah serta menjalankan kehendak-Nya.
Intinya, Sang Pengkhotbah mengundang kita untuk menikmati dan menjalani hidup sepenuhnya, tetapi pada saat yang bersamaan tetap bertanggung jawab kepada Tuhan yang telah menciptakan kita. Bagaimana caranya menjalani hidup yang seperti itu? Dengan mengejar kenikmatan yang tidak berdosa. Kenikmatan yang tidak berdosa bisa didapatkan saat kita mengejar Tuhan sebagai sumber kenikmatan yang utama di dalam hidup. Ketika kita mengejar, berusaha mendekat kepada Tuhan, dan menikmati persekutuan dengan Kristus Yesus, kita akan mengejar kenikmatan-kenikmatan yang kudus di mata-Nya dengan sikap yang benar. Mari jalani dan nikmati masa muda Anda dengan bersukacita dan bersekutu di dalam-Nya.
Refleksi Diri:
Apa artinya “menikmati persekutuan dengan Tuhan” bagi Anda? Apakah Anda sudah menikmati hidup dengan cara yang kudus?
Apakah contoh kenikmatan-kenikmatan yang kudus (tidak berdosa) yang bisa Anda alami sebagai orang Kristen?
"
Share:

Ajaib Kasih-Nya

Hosea 1:2-9

Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.
- Yohanes 3:16

Apa yang muncul di benak Anda ketika membaca ayat di atas? Oh... ayat itu lagi? Udah hafallah ayatnya… yah saya tahu, Allah mengasihi saya, karena itu saya diselamatkan. Ayat ini mengatakan bahwa karena begitu besar kasih Allah, Dia memberikan keselamatan. Sebetulnya, seberapa besar dan dalam kasih Allah?
Salah satu penjelasan yang mengungkapkan betapa ajaibnya kasih Allah, bisa kita lihat di dalam kitab Hosea. Kehidupan Hosea menjadi gambaran bagaimana cintanya Tuhan terhadap manusia. Hosea diperintahkan Tuhan untuk menikahi seorang pelacur, perempuan tidak baik, yang tubuhnya sudah dipakai oleh banyak pria. Perempuan ini berlaku tidak setia setelah dinikahi oleh seorang nabi Tuhan. Ia melacurkan dirinya lagi, meninggalkan suami dan anak-anaknya. Perempuan ini mencari kesenangannya sendiri.
Setelah beberapa waktu Tuhan berfirman kepada Hosea. Sebuah firman yang begitu mengagetkan dan menggentarkan turun, “Pergilah lagi, cintailah perempuan yang sudah  bersundal dan berzinah, seperti TUHAN juga mencintai orang Israel, ....” (Hos. 3:1a). Hosea pergi dan menebus kembali Gomer istrinya, sekalipun ia telah berlaku tidak setia,  sudah kotor. Mungkin terdengar kasar, tetapi inilah kenyataannya, Gomer adalah kita.
Kita mungkin pernah mendengar saran terhadap orang yang mengkhianati kita dalam satu relasi, “Orang itu nggak pantes sama kamu. Kamu berhak dapat yang lebih baik lagi.” Kita berada dalam posisi nggak pantes untuk Tuhan, terlalu hina untuk bisa disebut mempelainya Kristus. Kita yang tidak layak dicintai, yang tidak setia, yang tidak mencintai Tuhan, melainkan mencintai diri sendiri, mengutamakan kesenangan pribadi, sungguh kita seburuk itu sebenarnya. Namun, Tuhan Yesus mencintai kita apa adanya. Dicintai Tuhan itu tidak biasa-biasa. Kita dicintai Allah yang Mahakudus ketika masih berlumuran dosa yang menjijikkan. Kita menjadi berharga karena dicintai dan dikasihi Tuhan. Penerimaan yang paling utama dalam hidup kita ketika mengalami kasih Allah di dalam Kristus. Dikasihi Tuhan itu sesuatu yang menakjubkan, mengagumkan, mengherankan, terlalu indah, tidak pernah habis untuk dikatakan. Jika kita memahami dicintai Tuhan begitu ajaib, kita tidak akan asal-asalan dalam menjalani hidup. Sadarkah Anda?
Refleksi Diri:
Apa yang bisa Anda ungkapkan tentang kasih Tuhan yang sudah menyelamatkan Anda?
Apa sikap hidup yang ingin Anda terapkan sebagai wujud rasa syukur atas anugerah keselamatan dari Kristus?
"
Share:

Menikmati Hidup

Pengkhotbah 11
Bersukarialah, hai pemuda, dalam kemudaanmu, biarlah hatimu bersuka pada masa mudamu, dan turutilah keinginan hatimu dan pandangan matamu, tetapi ketahuilah bahwa karena segala hal ini Allah akan membawa engkau ke pengadilan!
- Pengkhotbah 11:9
Masa muda adalah masa yang menyenangkan. Banyak orang berusaha untuk terlihat dan merasa lebih muda. Bagi beberapa orang, menjadi muda juga berarti bisa hidup sesukanya, mengejar kenikmatan, dan tid mengkhawatirkan banyak
Kitab Pengkhotbah pasal 11 membawa kita untuk mengobservasi kehidupan kemudian memberikan nasihat kepada orang muda. Sang Pengkhotbah mengatakan bahwa kenikmatan kita dalam hidup di dunia akan dibatasi oleh banyak hal. Pertama, kita tidak tahu malapetaka apa yang akan terjadi di atas bumi (ay. 2b) atau bahwa tindakan kita akan membawa hasil (6b). Sebenarnya, banyak hal di dalam dunia ini yang kita tidak tahu atau tidak mengerti (ay. 5). Kedua, kita hanya bisa berspekulasi tentang kehidupan (ay. 4). Kemampuan kita untuk menikmati hidup akan menemui banyak ketidakpastian, serta batasan-batasan di dalamnya.
Di dalam pasal yang sama, Pengkhotbah pun mengundang pembacanya untuk hidup dengan penuh petualangan dengan mencoba melakukan hal-hal yang tidak biasa (ay. 1). Selain itu, ia mengundang untuk hidup dengan rajin (ay. 6a). Sang Pengkhotbah mengharapkan pembacanya menjalani hidup yang bersukacita (ay. 8a, 9a, 10a). Namun, di ayat 5b dan 9c, Pengkhotbah juga mengingatkan kita untuk hidup dekat dengan Allah serta menjalankan kehendak-Nya.
Intinya, Sang Pengkhotbah mengundang kita untuk menikmati dan menjalani hidup sepenuhnya, tetapi pada saat yang bersamaan tetap bertanggung jawab kepada Tuhan yang telah menciptakan kita. Bagaimana caranya menjalani hidup yang seperti itu? Dengan mengejar kenikmatan yang tidak berdosa. Kenikmatan yang tidak berdosa bisa didapatkan saat kita mengejar Tuhan sebagai sumber kenikmatan yang utama di dalam hidup. Ketika kita mengejar, berusaha mendekat kepada Tuhan, dan menikmati persekutuan dengan Kristus Yesus, kita akan mengejar kenikmatan-kenikmatan yang kudus di mata-Nya dengan sikap yang benar. Mari jalani dan nikmati masa muda Anda dengan bersukacita dan bersekutu di dalam-Nya.
Refleksi Diri:
Apa artinya “menikmati persekutuan dengan Tuhan” bagi Anda? Apakah Anda sudah menikmati hidup dengan cara yang kudus?
Apakah contoh kenikmatan-kenikmatan yang kudus (tidak berdosa) yang bisa Anda alami sebagai orang Kristen?
"
Share:

Ajaib Kasih-Nya

Hosea 1:2-9

Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.
- Yohanes 3:16

Apa yang muncul di benak Anda ketika membaca ayat di atas? Oh... ayat itu lagi? Udah hafallah ayatnya… yah saya tahu, Allah mengasihi saya, karena itu saya diselamatkan. Ayat ini mengatakan bahwa karena begitu besar kasih Allah, Dia memberikan keselamata. Sebetulnya, seberapa besar dan dalam kasih Allah?

Salah satu penjelasan yang mengungkapkan betapa ajaibnya kasih Allah, bisa kita lihat di dalam kitab Hosea. Kehidupan Hosea menjadi gambaran bagaimana cintanya Tuhan terhadap manusia. Hosea diperintahkan Tuhan untuk menikahi seorang pelacur, perempuan tidak baik, yang tubuhnya sudah dipakai oleh banyak pria. Perempuan ini berlaku tidak setia setelah dinikahi oleh seorang nabi Tuhan. Ia melacurkan dirinya lagi, meninggalkan suami dan anak-anaknya. Perempuan ini mencari kesenangannya sendiri.
Setelah beberapa waktu Tuhan berfirman kepada Hosea. Sebuah firman yang begitu mengagetkan dan menggentarkan turun, “Pergilah lagi, cintailah perempuan yang sudah  bersundal dan berzinah, seperti TUHAN juga mencintai orang Israel, ....” (Hos. 3:1a). Hosea pergi dan menebus kembali Gomer istrinya, sekalipun ia telah berlaku tidak setia,  sudah kotor. Mungkin terdengar kasar, tetapi inilah kenyataannya, Gomer adalah kita.
Kita mungkin pernah mendengar saran terhadap orang yang mengkhianati kita dalam satu relasi, “Orang itu nggak pantes sama kamu. Kamu berhak dapat yang lebih baik lagi.” Kita berada dalam posisi nggak pantes untuk Tuhan, terlalu hina untuk bisa disebut mempelainya Kristus. Kita yang tidak layak dicintai, yang tidak setia, yang tidak mencintai Tuhan, melainkan mencintai diri sendiri, mengutamakan kesenangan pribadi, sungguh kita seburuk itu sebenarnya. Namun, Tuhan Yesus mencintai kita apa adanya. Dicintai Tuhan itu tidak biasa-biasa. Kita dicintai Allah yang Mahakudus ketika masih berlumuran dosa yang menjijikkan. Kita menjadi berharga karena dicintai dan dikasihi Tuhan. Penerimaan yang paling utama dalam hidup kita ketika mengalami kasih Allah di dalam Kristus. Dikasihi Tuhan itu sesuatu yang menakjubkan, mengagumkan, mengherankan, terlalu indah, tidak pernah habis untuk dikatakan. Jika kita memahami dicintai Tuhan begitu ajaib, kita tidak akan asal-asalan dalam menjalani hidup. Sadarkah Anda?

Refleksi Diri:
Apa yang bisa Anda ungkapkan tentang kasih Tuhan yang sudah menyelamatkan Anda?
Apa sikap hidup yang ingin Anda terapkan sebagai wujud rasa syukur atas anugerah keselamatan dari Kristus?
"
Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.