Oktober 2023 ~ Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

Setiap Orang Kristen Pasti Bisa

Matius 10:40-42

Dan barangsiapa memberi air sejuk secangkir saja pun kepada salah seorang yang kecil ini, karena ia murid-Ku, Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ia tidak akan kehilangan upahnya dari padanya.”
- Matius 10:42

Kita bisa melihat ayat emas di atas dari dua sisi. Sisi pertama adalah setiap orang Kristen seharusnya bisa melakukan sesuatu yang baik kepada mereka yang membutuhkan karena pemberian satu cangkir air pun diperhitungkan Tuhan. Banyak orang merasa dirinya sebagai orang yang tidak bisa melakukan apa-apa. Ia melihat dirinyalah yang harus selalu dibantu. Yang ada di pikirannya, saya perlu pertolongan. Anda yang seringkali berpikir seperti ini, perlu mengubah cara melihat diri Anda. Ingat ayat emas di atas, pemberian sekecil apa pun dihargai Tuhan. Yesus memakai kata “memberi” bukannya “menerima”. Setiap orang pasti punya sesuatu untuk diberikan, sesulit apa pun hidupnya. Jangan selalu memandang diri tidak bisa apa-apa, tetapi berdoa dan berpikirlah apa yang bisa saya berikan. Setiap orang Kristen bisa berbagian.

Di sisi yang lain, ada juga orang Kristen yang sangat senang dengan ayat ini sebab memberikan cukup yang paling minim saja, tetap dihargai Tuhan. Rasanya nilai segelas air dari zaman ke zaman tidaklah jauh berbeda. Yesus memang tinggal di daerah yang panas dan gersang, nilai air minum sangat berharga. Namun, Dia hanya meminta secangkir saja, bukan pemberian yang besar. Padahal ada orang-orang yang kapasitasnya tidak hanya memberikan secangkir air. Tuhan pasti punya maksud saat mengizinkan seseorang diberikan berkat lebih dari orang lain. Yesus berkata, “Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak dituntut, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan lebih banyak lagi dituntut.” (Luk. 12:48b). Karena itu, masing-masing kita bisa menjawabnya sendiri, apakah kita memang hanya bisa memberikan secangkir air saja?

Orang umumnya mudah berbagi kepada teman-teman yang dianggapnya cocok, selevel, sepemikiran, dan yang sudah memberikan keuntungan, misalnya keuntungan bisnis. Secara tidak langsung, kita melihat hubungan timbal balik. Namun, apakah Anda mau belajar memberi kepada mereka yang tidak pernah memberikan apa-apa kepada Anda? Bahkan kepada orang-orang yang tidak pernah bisa membalas bantuan Anda? Seperti Yesus yang memberikan nyawa-Nya untuk menebus setiap orang yang percaya, bukan berdasarkan sesuatu pada diri orang tersebut.

Refleksi Diri:

Apakah ada anggota keluarga/kerabat Anda yang membutuhkan bantuan saat ini?
Apa tindakan kecil nyata yang Anda bisa berikan untuk membantu mereka?
"
selamat pagi selamat beraktifitas kasih karunia Allah dan kasih sayang Tuhan Yesus serta pertolongan dan penyertaan Roh Kudus menyertai.
Share:

Tidak Merasa Sedang Berkorban

Kejadian 29:1-30

Yakub cinta kepada Rahel, sebab itu ia berkata: “Aku mau bekerja padamu tujuh tahun lamanya untuk mendapat Rahel, anakmu yang lebih muda itu.”
- Keluaran 29:12

Beberapa tahun belakangan ini, banyak orang gemar menonton sinetron percintaan atau drama Korea. Mereka betah berlama-lama menonton seri film tersebut karena melibatkan emosi dan perasaan yang mendalam. Tentunya romansa cinta yang menjadi daya tarik utama dari kisah perjalanan hidup di dalam film-film tersebut. Mengapa demikian? Karena manusia pada umumnya ingin dicintai dan ingin mencintai. Jadi, apakah arti sebenarnya cinta?
Alkitab memuat begitu banyak cerita. Beberapa cerita menampilkan kisah cinta yang sangat dipahami oleh manusia dalam suatu relasi. Salah satu kisah cinta yang sangat populer dalam Perjanjian Lama adalah kisah cinta Yakub dan Rahel. Dituliskan berulang kali betapa Yakub sangat mencintai Rahel dan karena cintanya, ia rela bekerja kepada Laban, ayah Rahel, tanpa diberi upah. Cinta Yakub mengajarkan satu prinsip yang sangat penting tentang arti cinta itu sendiri, yaitu tidak bisa dilepaskan dari kerelaan untuk berkorban.
Cinta dan pengorbanan menjadi suatu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Keduanya saling mengikat dan melengkapi di dalam relasi manusia. Karena cinta, Yakub rela bekerja kepada Laban selama tujuh tahun tanpa dirasa olehnya sebagai waktu yang lama. Bahkan jika melihat sifat Laban yang memanfaatkan keuntungan dari Yakub sehingga menambahkan tujuh tahun lagi masa bekerja, Yakub tetap rela bekerja selama empat belas tahun demi mendapatkan kekasih hatinya, Rahel. Yakub berkorban, tapi tidak merasa sedang berkorban karena cintanya yang sangat besar kepada Rahel. Inilah prinsip cinta kasih yang diajarkan Tuhan di dalam 1 Korintus 13:7 (BIS), “Ia (kasih) tahan menghadapi segala sesuatu dan mau percaya akan yang terbaik pada setiap orang; dalam keadaan yang bagaimana pun juga orang yang mengasihi itu tidak pernah hilang harapannya dan sabar menunggu segala sesuatu.”
Apakah kita sudah mengasihi pasangan, anak-anak, keluarga, dan orang-orang di sekitar kita yang Tuhan Yesus tempatkan saat ini, sama seperti cinta kasih Yakub kepada Rahel yang bertahan lama dan sabar menanggung segala sesuatu? Cinta kasih sejati haruslah sampai ke tahap rela berkorban, tetapi tidak merasa sedang berkoban karena terlalu mengasihi.
Refleksi Diri:
Apa hal-hal yang membuat Anda sulit bertahan dan sabar dalam mengasihi pasangan, anak-anak atau keluarga Anda?
Apakah Anda rela berkorban untuk orang-orang yang Anda cintai? Apa wujud pengorbanan yang sudah Anda berikan?
"
selamat pagi semuanya selamat bekerja, kiranya kasih dan anugerah Tuhan Yesus Kristus memenuhi hati dan pekerjaanMu.
Share:

Hidup Lebih Produktif

Amsal 6:6-11

Hai pemalas, pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak.

— Amsal 6:6

Pada awal masa pandemi, semua kegiatan kita menjadi terhenti sesaat. Berbagai kegiatan harus dilakukan dari dalam rumah. Work from home, school from home, church from home, shopping from home, dan sebagainya. Akibatnya, produktivitas kita pun menjadi turun dibandingkan sebelum masa pandemi. Saat ini kita patut bersyukur karena semua aktivitas sudah mulai kembali berjalan normal. Kegiatan yang tadinya banyak di rumah, sekarang sudah dapat dilakukan di luar rumah. Namun sayangnya, kenyamanan berkegiatan di rumah memberikan pengaruh pada tingkat produktivitas kita saat ini.
 Jujur saja, kalau disuruh memilih kerja dari rumah atau kantor, pasti kita lebih memilih kerja dari rumah. Begitu pula halnya dengan beribadah. Cukup banyak orang yang akhirnya lebih nyaman beribadah secara daring dibandingkan datang ke rumah T uhan. Apakah ini produktivitas yang T uhan inginkan?
 Dalam Amsal, penulis memberikan berbagai nasihat bagi pembacanya. Salah satu nasihat yang disampaikan adalah menghindari kemalasan. Penulis Amsal memberikan contoh perilaku semut yang terus bekerja mengumpulkan makanan, meskipun tidak ada yang mengawasi mereka untuk melakukan pekerjaan tersebut. Secara alami, mereka akan terus bekerja mencari makanan. Inilah sikap yang penulis Amsal ingin kita pelajari, yaitu tetap bekerja keras atas kesadaran diri sendiri, bukan karena berada di bawah pengawasan orang lain. Penulis Amsal ingin para pembacanya menjauhi kemalasan karena kemalasan dapat mendatangkan tindakan kejahatan. T entu kejahatan bukanlah tindakan yang T uhan inginkan. Karena itu, bagi penulis Amsal sangatlah penting untuk umat manusia menjalani hidup yang lepas dari kemalasan. Artinya, kita tidak lagi bersikap malas dalam bekerja, dalam beribadah, dan kegiatan-kegiatan lainnya.
 Memiliki hidup yang produktif merupakan bentuk syukur kita terhadap waktu yang T uhan berikan. Pekerjaan adalah pemberian dari T uhan. Waktu adalah anugerah dari T uhan. Kita tidak akan bisa memutar waktu kembali, tetapi bisa memakai waktu dengan sebaik mungkin. Selama masih diberikan kesempatan, marilah kita berusaha untuk terus mempunyai hidup yang lebih produktif. Jalani hari-hari dengan penuh semangat dan serahkan kepada T uhan setiap permasalahan ataupun kesibukan yang kita hadapi. Tangan T uhan akan menolong kita, asalkan kita sungguh bersandar kepada-Nya.
Refleksi Diri:
• Apa faktor-faktor penghambat yang dapat membuat Anda menjadi tidak produktif?
• Bagaimana Anda akan membuat hidup Anda lebih produkitf bagi T uhan? Apa komitmen Anda dalam menggunakan waktu sebaik mungkin?

"
selamat pagi dan selamat beribadah Tuhan Memberkati
Share:

Kesembuhan Rohani

Lukas 17:11-19

Berdirilah dan pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau.
— Lukas 17:19b
Injil Lukas 17:11-19 mencatat perjalanan Yesus menuju Yerusalem saat melewati perbatasan Samaria. Yesus disambut dengan teriakan meminta belas kasihan dari sepuluh orang kusta. 
Respons Yesus ketika melihat sepuluh orang kusta tersebut adalah memandang dan menanggapi permohonan mereka.
 Kita tahu orang-orang kusta tersebut akhirnya disembuhkan oleh Yesus. Yesus berkata kepada mereka, “Perlihatkanlah dirimu kepada para imam.” Orang-orang sakit kusta cukup berani untuk mulai berjalan masuk ke desa padahal mereka masih belum pasti sembuh dan punya risiko dilempari batu oleh penduduk desa. Namun, mereka memercayai kata-kata Yesus dan menuruti perintah-Nya. Di tengah perjalanan, mereka akhirnya sembuh.
 Cerita berlanjut. Seorang dari kesepuluh orang kusta yang sembuh kembali menemui Yesus. Ia seorang Samaria, musuh bebuyutan orang Yahudi. Orang Samaria adalah penduduk campuran yang dibawa oleh Raja Asyur dari Babilonia dan daerah-daerah lainnya, yang ditempatkan di kota-kota Samaria (Israel Utara) menggantikan penduduk asli yang telah dipindahkan ke pembuangan (2Raj. 17:24; Ezr. 4:2, 9-10). Orang-orang asing ini membaur dengan orang Yahudi yang masih tertinggal dan mengadaptasi sebagian agama Yahudi. Bagi kaum Yahudi yang sangat menjunjung tinggi nasionalisme mereka, hal ini menjadi sebuah pelecehan. Orang Samaria dianggap sebagai sebuah kenajisan bagi kaum Yahudi. Mereka dianggap sebagai etnis rendahan dan pelanggar hukum Musa.
 Melihat latar belakang orang Samaria, kita akan memahami mengapa orang tersebut kembali kepada Yesus. Bagi orang Samaria yang sakit kusta, kesembuhan merupakan sesuatu yang mustahil, apalagi didapatkan dari seorang Yahudi seperti T uhan Yesus. Di antara kesembilan temannya yang lain, ia yang merasa paling tidak pantas menerima kesembuhan dari T uhan. Perasaan ketidaklayakkan ini yang membuatnya kembali kepada Yesus untuk mengucap syukur sambil tersungkur di kaki-Nya.
 Kita pun sebetulnya tidak layak di hadapan T uhan untuk mendapatkan kesembuhan rohani, apalagi anugerah keselamatan dari-Nya. Namun, T uhan Yesus datang dan menghampiri, dengan bilur luka dan tetesan darah di kayu salib, Dia berkata, “Berdirilah dan pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau.” Sama seperti orang Samaria yang mengalami kesembuhan fisik dan juga kesembuhan rohani, Yesus juga memberikan kesembuhan rohani bagi setiap kita. Kita yang dahulu sakit secara rohani telah dipulihkan oleh-Nya. Mengucap syukurlah kepada T uhan.

Refleksi Diri:
• Bagaimana sikap hati Anda meresponi kesembuhan rohani dan anugerah keselamatan yang telah Allah berikan?
• Apa komitmen yang mau Anda ambil dalam meresponi anugerah Allah tersebut?

"
selamat pagi dan selamat berkarya untuk kemuliaannya
Share:

Keinginan Mata

1 Yohanes 2:15-17

Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia. 

— 1 Yohanes 2:16
Anda pasti pernah melihat iklan makanan merek tertentu yang mendorong Anda untuk pergi membeli makanan tersebut. Namun, ketika Anda memesan makanan, disajikan dan mencobanya, ternyata kenyataannya tidak semenarik atau selezat seperti yang diiklankan. Apa yang terlihat indah oleh mata memang terkadang berbeda dengan kenyataan
Di dalam perikop Alkitab yang dibaca hari ini, Rasul Yohanes memberikan peringatan tentang keinginan mata yang bisa menarik kita jatuh ke dalam dosa. Godaan mata awalnya seakan memberikan kenikmatan, tapi pada akhirnya bisa membawa pada sebuah situasi yang jauh dari nikmat.
 Alkitab menceritakan banyak contoh bagaimana keinginan mata bisa menjerumuskan manusia ke dalam lubang dosa. Dalam kisah penciptaan, Hawa “melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya” (Kej. 3:6). Hawa kemudian mengambil dan memakan buah dari pohon pengetahuan baik dan jahat tersebut. Akibat keinginan mata, yang membuat hati tergoda, berakhir pada sebuah peristiwa yang menjadi awal kejatuhan manusia ke dalam dosa. Kita juga bisa mengingat kisah Raja Daud yang terpikat oleh keelokan rupa Batsyeba sehingga nafsunya bangkit atas istri Uria tersebut. Melalui dua kisah ini kita belajar bahwa sesuatu yang cantik, indah atau memikat mata, tidak serta-merta menjadi sesuatu yang baik bagi kita. Sebaliknya, hal-hal yang secara penampilan fisik dan bagian luar memesona, bisa membawa kita terjerumus ke dalam dosa sehingga terus-menerus menjauh dari T uhan.
 Yohanes mengingatkan kita untuk waspada akan kecenderungan mata kita yang seringkali terpikat atau tertawan oleh penampilan luar manusia ataupun hal-hal yang disajikan dunia ini. Berurusan dengan dosa memang sulit karena dosa hadir dengan kemasan yang menarik dan memikat. Untuk melawan godaan mata, kita perlu lebih sering berpaling dan melihat pada keindahan Allah di dalam Firman-Nya. Firman Allah akan berfungsi sebagai pagar pembatas yang akan menahan kita untuk keluar dari batasan kehendak Allah. Mari fokuskan hati dan pandangan kita hanya kepada firman yang hidup, yaitu Yesus Kristus.

Refleksi Diri:
• Apa hal-hal memikat mata yang bisa membuat Anda jatuh ke dalam dosa saat melihatnya?
• Bagaimana strategi Anda agar tidak jatuh ke dalam dosa ketika melihat hal-hal tersebut?

selamat pagi dan selamat bekerja karena Kristus yang memberikan kekuatan dalam hidupmu.penyertaan kasih sayang dari Yesus Kristus dan pertolongan Roh Kudus menyertai saat ini n
Share:

Penetapan Tuhan Dalam Kehidupan

Yunus 4:5-11

Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.
- Roma 8:28

Konsep penetapan Allah dalam kehidupan manusia bukan selalu menjadi kabar baik bagi semua orang. Para pemeluk paham kehendak bebas (freewill) akan menentang konsep tersebut karena merasa manusia seperti robot yang dikontrol oleh Allah. Sedangkan, orang yang percaya pada nasib (fatalisme) akan mempertanyakan konsep penetapan Allah karena menurut mereka, setiap kejadian ditentukan oleh nasib atau kesempatan, bukan oleh Allah. Lalu, bagaimana seharusnya pandangan kristiani terhadap konsep penetapan Allah?

Allah yang menetapkan kehidupan manusia adalah Allah yang penuh kasih, hikmat, serta adil. Kisah Yunus menunjukkan dengan jelas bahwa Allah memegang kendali penuh atas dunia dan kendali tersebut mencerminkan pribadi-Nya. Dia menetapkan Yunus untuk mengabarkan hukuman atas Niniwe agar mereka bertobat. Allah juga menetapkan tanaman untuk menghibur hati Yunus, meskipun hidup tanaman tersebut hanya sehari agar Yunus memahami hati-Nya (ay. 6-7). Ia memberikan kesempatan bagi Yunus maupun orang Niniwe untuk bertobat, serta mengalami kasih dan rencana-Nya.

Penetapan Allah pun dapat mencakup hal baik maupun buruk dalam kehidupan manusia, tetapi tidak terlepas dari rencana-Nya yang terbaik. Allah menetapkan hal baik terjadi dalam hidup Yunus, yaitu tumbuh sebatang pohon menaunginya dari panas (ay. 6). Demikian juga dengan hal buruk, ada ulat yang membuat layu pohon tersebut (ay. 7) dan angin panas yang membuat Yunus lesu (ay. 8). Namun, ketiga hal tersebut terjadi atas hikmat serta kasih Allah yang luar biasa untuk mendidik nabi-Nya dan itu merupakan hal terbaik bagi Yunus untuk memahami hati-Nya (ay. 10-11).

Orang Kristen seharusnya merasa tenang atas adanya penetapan Allah dalam hidupnya. Kejadian buruk maupun baik dapat terjadi dalam setiap kehidupan manusia, tetapi jika kita mengenal Siapa yang pegang kendali tentunya hidup akan lebih bermakna. Selain itu, setiap peristiwa dalam kehidupan harusnya membawa kita lebih mengenal Tuhan yang menetapkan-Nya. Tuhan Yesus pun tetap taat atas penetapan Allah dalam hidup-Nya. Mari setiap kita yang mengaku pengikut Yesus belajar untuk mengenal, serta setia mengikuti rencana dan penetapan Allah dalam hidup kita.

Refleksi Diri:

Apa karakter Allah yang tercermin dalam penetapan dan rencana-Nya di dalam hidup Anda?
Bagaimana mengetahui bahwa sesuatu yang terjadi adalah penetapan dari Allah?
"
selamat Pagi.selamat beraktifitas .kasih karunia Rahnat dan kasih Sayang dan cinta Kasih Tuhan Yesus Kristus pernyataan pemeliharaan Roh Kudus senantiasa tinggal dalam hidup Mu.Amin
Share:

Keselamatan Di Dunia Ini

Galatia 1:1-5

kasih karunia menyertai kamu dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus, yang telah menyerahkan diri-Nya karena dosa-dosa kita, untuk melepaskan kita dari dunia jahat yang sekarang ini, menurut kehendak Allah dan Bapa kita.
- Galatia 1:3-4

Sebagai orang Kristen, apa yang segera terlintas dalam pikiran Anda ketika mendengar kata “keselamatan”? Saya duga, Anda memikirkan keselamatan dalam arti kehidupan kekal atau masuk surga. Anda tidak keliru, tetapi pemahaman ini tidak lengkap. Pemahaman separuh inilah yang membuat banyak orang merasa percaya Yesus itu urusan orang yang sudah tua atau sakit berat.
Dalam ayat emas di atas, Rasul Paulus mengajarkan tentang keselamatan dalam dimensi kekinian dan di dunia ini. Perhatikan frasa “Tuhan Yesus Kristus … melepaskan kita dari dunia jahat yang sekarang ini”. Saya ingin Anda memerhatikan kata “sekarang ini”. Tuhan Yesus menyelamatkan kita dari dunia jahat yang sekarang ini. Artinya, keselamatan dimulai dari sekarang ini dan terjadi di dunia ini. Memang, kesempurnaan keselamatan itu terjadi pada saat kita berjumpa dengan Tuhan di surga, tetapi kita sudah mengalami keselamatan sekarang ini dan di dunia ini. Dengan demikian, iman Kristen bukan iman pada sesuatu yang belum terjadi tetapi pada sesuatu yang sudah dan sedang terjadi dan menuju kesempurnaan nanti.
Apa keselamatan yang dimaksud Rasul Paulus? Ada keterangan “dunia yang jahat” pada bagian kalimat tersebut. Kita hidup dalam dunia yang setiap saat ingin menjatuhkan atau menyeret kita ke dalam dosa. Dari dunia seperti inilah Tuhan Yesus menyelamatkan kita. Dia membawa kita dari kehidupan sia-sia dan mendatangkan murka Allah kepada kehidupan yang bermakna dan berkenan kepada-Nya. Jadi, sekarang Anda mengerti ‘kan, bahwa keselamatan bukan saja tentang status atau nasib kita nanti setelah meninggal dunia tetapi tentang transformasi hidup kita di dunia dan sekarang ini. Dari keberdosaan kepada kebenaran. Dari kesia-siaan kepada kebermaknaan. Dari kehampaan kepada kepenuhan.
Marilah kita isi keselamatan yang telah kita peroleh sekarang ini dengan melakukan hal-hal yang bermakna dan berkenan di hadapan Tuhan Yesus. Jangan berpangku tangan saja mengetahui bahwa kita telah memperoleh keselamatan kekal. Isilah hidup Anda dengan melakukan kebenaran yang sesuai dengan firman Tuhan.
Refleksi Diri:
Bagaimana Anda memahami konsep “keselamatan” selama ini?
Mengapa kita harus memberi perhatian penting pada keselamatan di dunia ini?
"
selamat berkarya buat Keluarga serta jadi berkat buat yang lain. kerja keras kerja cerdas.GBu
Share:

Perjumpaan Yang Mengubahkan

Lukas 19:1-10

Kata Yesus kepadanya: “Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang ini pun anak Abraham. Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.”
- Lukas 19:9-10

Berubah merupakan sebuah kata yang mudah untuk diucapkan tetapi sangat sulit untuk dijalani dan dilakukan di dalam kehidupan. Pada dasarnya, manusia tidak suka melakukan perubahan, apalagi ketika sudah mengalami kondisi “nyaman” dalam hidupnya. Kondisi nyaman seringkali membuat manusia terlena akibat terlalu menikmati kemudahan dan keamanan yang saat ini didapat. Namun, suka atau tidak suka kita harus mengalami perubahan dalam hidup. Perubahan menjadi bagian yang tidak bisa dihilangkan dari kehidupan manusia.
Zakheus adalah salah satu orang yang dituliskan di dalam Alkitab yang mengalami perubahan yang drastis ketika berjumpa dengan Kristus. Pada waktu itu, Zakheus dianggap “sampah masyarakat” karena profesinya yang dibenci oleh masyarakat Yahudi, yaitu memungut cukai atau pajak di masa kini. Ia sebetulnya seorang Yahudi, tetapi dipakai oleh bangsa Romawi untuk memeras bangsanya sendiri. Namun, justru orang seperti inilah yang mengalami perubahan yang sangat drastis dalam hidupnya ketika berjumpa dengan Kristus.
Perjumpaan dengan Kristus menjadi titik awal perubahan hidup Zakheus. Sejak Yesus memanggilnya dan menyatakan niat untuk menumpang di rumahnya (ay. 5), Zakheus mengalami perubahan yang sangat berbanding terbalik dari kehidupan sebelumya. Ia yang awalnya mengumpulkan harta hasil perasan rakyat kecil, berubah ingin memberikan sebagian kekayaannya kepada orang miskin. Ia juga berkomitmen mengembalikan uang yang pernah diperasnya sebanyak empat kali lipat (ay. 8). Zakheus bahkan tidak hanya mengalami perubahan karakter, tetapi juga memutuskan untuk menjadi pengikut Kristus (disebutkan pada ayat 9 menjadi anak Abraham).
Saya tidak tahu sudah berapa lama Anda mengenal Tuhan Yesus dan menjadi seorang pengikut Kristus. Namun, pertanyaan yang patut direnungkan lebih dalam: apakah perjumpaan dengan Kristus sudah benar-benar mengubahkan Anda? Atau justru tidak ada perubahan ketika sebelum Anda mengenal Kristus sampai sekarang sudah mengenal-Nya? Jika jawabannya tidak, marilah meminta Tuhan Yesus menjumpai hati Anda dengan mengundang Dia masuk ke dalam hati Anda. Niscaya Dia akan mengubahkan Anda semakin serupa dengan-Nya.
Refleksi Diri:
Apa kenyamanan-kenyamanan yang membuat Anda sulit untuk berubah? Apakah Anda sudah meminta kekuatan Yesus untuk berani pindah dari kenyamanan tersebut?
Apa tindakan konkret yang ingin Anda lakukan dalam hal perubahan yang semakin serupa dengan Kristus?
"
selamat pagi dan selamat beraktifitas.gusti kang tansah mberkahi.
Share:

Warisan Iman

2 Timotius 1:1-10

Sebab aku teringat akan imanmu yang tulus ikhlas, yaitu iman yang pertama-tama hidup di dalam nenekmu Lois dan di dalam ibumu Eunike dan yang aku yakin hidup juga di dalam dirimu.
- 2 Timotius 1:5

Dalam buku, Chicken Soup for the Christian Soul, dicatat kisah seorang wanita bernama Rebecca. Ia menderita kanker payudara di usia 32. Rebecca memiliki seorang suami dengan tiga orang putri berusia enam, empat, dan dua tahun. Selama delapan belas bulan menjalani kemoterapi, Rebecca memutuskan untuk membuat rekaman kaset yang akan diwariskan kepada anak-anaknya. Isi rekaman-rekaman tersebut dapat digunakan anak-anaknya untuk menghadapi berbagai peristiwa penting dalam hidup mereka. Beberapa judul rekaman yang dibuat Rebecca di antaranya: Hari Pertama Masuk Sekolah, Pacaran Pertama, Ciuman Pertama, dst. Sebelum meninggal Rebecca berpesan kepada sang suami untuk memperdengarkan rekaman kaset ini di saat peristiwa-peristiwa penting kehidupan putri-putri mereka.
Satu-satunya catatan Alkitab tentang Lois yang patut diingat adalah saat ia disebut telah mewariskan imannya kepada putri dan cucunya. Pencatatan pada ayat di atas minim informasi, tetapi berarti segalanya. Lois telah melakukan bagi keturunannya apa yang paling dibutuhkan oleh seorang percaya, yaitu menjamin bahwa generasi penerus akan hidup dituntun oleh iman kepada Tuhan yang benar. Hal ini terbukti pada cucu Lois, yaitu Timotius yang dikenal sebagai seorang saleh. Timotius semenjak muda sudah melayani Tuhan bersama Rasul Paulus. Ia juga menemani Paulus dalam perjalanan misi kedua dan ketiga. Paulus bahkan sampai mengirim Timotius ke lima jemaat Kristus karena kepercayaannya akan iman dan kesetiaan Timotius dalam melayani Tuhan. Paulus sangat terkesan dengan iman yang ia dapati dalam kehidupan Timotius. Tidak hanya teguh, iman Timotius dideskripsikan satu-satunya dalam keseluruhan Alkitab sebagai iman yang tulus iklas, tanpa kepalsuan seperti disebutkan pada ayat emas.
Warisan termiskin yang bisa orangtua berikan kepada anak adalah warisan materiil. Sayangnya seringkali usaha kita meninggalkan warisan rohani tidak segiat dan sekeras usaha meninggalkan harta materi bagi anak-anak kita. Persiapkan kepada anak cucu kita warisan iman dan kesaksian hidup melalui teladan iman kita kepada Kristus. Warisan terbaik yang tidak lekang oleh waktu dan bernilai kekal bagi mereka.
Refleksi Diri:

Mengapa warisan rohani lebih penting dibandingkan dengan warisan materi?
Apa usaha yang telah Anda lakukan untuk mewariskan iman kepada anak cucu Anda?
"
selamat beribadah berhari sabat, , selamat menyembah dengan hati yang ikhlas.Tuhan Yesus memberkati.
Share:

HADIAH SURGAWI

Filipi 3:13-4:1
… dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah,
yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus.
(Flp. 3:14)
Setiap orang senang apabila memperoleh hadiah. Makna “hadiah” dalam konteks ini adalah terjemahan dari kata brabeion yang artinya penghargaan kepada seorang pemenang. Keselamatan di dalam Kristus memiliki 2 dimensi, yaitu: keselamatan yang telah dianugerahkan secara cuma-cuma, dan respons iman dengan memelihara keselamatan sampai pada akhirnya.
Dalam teologi keselamatan Gereja Reformasi, Allah di dalam penebusan Kristus membenarkan manusia dan memanggil manusia dalam pengudusan. Umat percaya dibenarkan karena iman (justification) dan dikuduskan (sanctification). Dalam praktik hidup ternyata banyak orang hanya menghayati pembenaran oleh penebusan Kristus, tetapi mereka tidak hidup dalam pengudusan. Mereka tetap hidup dalam kecemaran hawa nafsu. Pikiran mereka semata-mata perkara yang duniawi (Flp. 3:19). Kondisi ini menempatkan diri mereka sebagai “seteru salib Kristus” (Flp. 3:18).
Pembenaran karena penebusan Kristus merupakan anugerah Ilahi yang memulihkan kita dari kutuk dosa. Pengudusan merupakan buah (aktualisasi) iman yang harus diperjuangkan dengan setia sampai pada akhirnya. Kepada mereka yang menang akan memperoleh hadiah surgawi, yaitu tubuh insani kita kelak akan diubah menjadi serupa dengan tubuh Kristus yang mulia. Upaya memperjuangkan hidup yang suci sebagai hadiah surgawi membutuhkan karunia Roh Kudus, dan kesediaan diri untuk senantiasa menyangkal diri.
DOA:
Ya Roh Kudus, mampukanlah kami merespons pembenaran karena penebusan
Kristus dengan hidup kudus sampai pada akhirnya. Amin.

 

selamat pagi dan selamat beraktifitas gbu
Share:

Perjumpaan Yang Memberi Kesempatan

Yohanes 21:15-19

Sesudah mengatakan demikian Ia berkata kepada Petrus: “Ikutlah Aku.”
- Yohanes 21:19b

Dalam kegagalan, kehilangan, keputusasaan, bahkan ketakutan setelah ditinggal mati Sang Guru, perjumpaan dengan Yesus setelah kebangkitan-Nya menjadi sesuatu yang sangat indah. Yesus menjumpai para murid. Dia secara khusus membangun dialog secara personal dengan Petrus. Simon Petrus yang sekarang, bukanlah pribadi yang sama seperti sebelum Yesus disalibkan. Petrus sekarang tampak tidak terlalu emosional dalam merespons Yesus. Petrus sadar dirinya pernah gagal dalam membuktikan kasihnya kepada Sang Guru.
Yesus memberikan pertanyaan yang sama kepada Petrus sebanyak tiga kali, “Apakah engkau mengasihi Aku?” Tiga pertanyaan yang diajukan oleh Yesus membuat hati Petrus sedih. Ketiganya bukan pertanyaan sambil lalu. Yang dibutuhkan Yesus bukan sekadar jawaban yang keluar dari mulut Petrus. Yesus menginginkan jawaban dari hati Petrus yang menentukan komitmennya di dalam melaksanakan tugas yang akan dipercayakan kepadanya. Perjumpaan ini bukan hanya perjumpaan antara guru dan murid, tapi juga perjumpaan antara Allah dengan manusia yang pernah gagal. Pertanyaan berulang Yesus membawa Petrus kembali melihat siapa dirinya di hadapan Tuhan. Petrus sadar dirinya tidak layak diangkat sebagai murid, tetapi Yesus justru mengangkatnya dengan kasih.
Perjumpaan ini tidak berakhir pada pengakuan Petrus bahwa Yesus sudah bangkit. Yesus mengakhirinya dengan berkata, “Ikutlah Aku,” sebuah ajakan yang pernah Petrus dengar beberapa tahun sebelumnya. Kalau dulu Petrus mendengar ajakan tersebut dan kemudian mengikut Yesus karena kehebatan Yesus dan ia merasa sanggup mengikuti-Nya, maka hari itu, ia sadar bahwa dirinya sebetulnya tidak mampu untuk mengasihi Tuhan dengan kekuatannya sendiri. Tuhan Yesus menjumpai Petrus untuk memberikan kesempatan kedua kepada seorang yang gagal mengasihi-Nya, seorang yang pernah merasa diri hebat dan berani. Petrus melihat dirinya hanya seorang lemah yang butuh pertolongan dan kekuatan Ilahi untuk mengasihi Tuhan.
Yesus mengajak setiap kita untuk mengikut Dia. Dia akan memampukan kita untuk menjalani hidup sebagai murid Kristus yang sejati. Meskipun kita pernah gagal mengasihi-Nya, tangan kasih-Nya selalu terulur menolong kita. Dia memberikan kesempatan kedua bagi kita untuk membuktikan kasih kita kepada-Nya. Andalkan Dia dalam melakukan apa yang menjadi kehendak-Nya. Jangan pernah mengandalkan kekuatan diri sendiri yang lemah dan terbatas.

Refleksi Diri:
Kapan Anda terakhir kali mengalami kegagalan sebagai seorang murid Kristus? Apa pelajaran penting yang Anda dapatkan dari kegagalan tersebut?
Bagaimana komitmen baru Anda dalam mengikut Yesus setelah Dia memberikan kesempatan kedua?
"
Share:

Hindari Anomia

1 Yohanes 3:4-6

Karena itu setiap orang yang tetap berada di dalam Dia, tidak berbuat dosa lagi; setiap orang yang tetap berbuat dosa, tidak melihat dan tidak mengenal Dia.
- 1 Yohanes 3:6

Dalam bahasa Yunani, anomia berarti pelanggaran hukum. Tindakan pelanggaran hukum seringkali dilakukan oleh umat manusia. Misalnya, coba sebutkan berapa banyak pelanggaran hukum lalu lintas yang pernah Anda lakukan/saksikan? Berapa banyak berita pelanggaran hukum di negara kita yang pernah Anda dengar? Banyak. Pelanggaran hukum seakan sudah mendarah daging dalam kehidupan manusia.
Mengapa pelanggaran hukum masih banyak terjadi di dunia? Apakah pelanggaran hukum dapat dihilangkan secara total? Tidak. Pelanggaran hukum akan terus terjadi selama ada dosa di tengah dunia. Oleh karena kejatuhan manusia ke dalam dosa, maka dunia tidak dapat terbebas dari pelanggaran hukum. Pasti ada saja pelanggaran yang terjadi.
Yohanes mengungkapkan secara jelas dalam ayat ke-4, “dosa ialah pelanggaran hukum Allah.” Dosa adalah anomia. Dosa membuat manusia mempunyai kecenderungan untuk melawan hukum Allah. Dosa membuat manusia tidak dapat menaati hukum Allah sebagaimana seharusnya. Sungguh begitu ngeri akibatnya apabila dosa terus tinggal di dalam hati kita! Jika kita membiarkan dosa menguasai hati dan hidup, lama kelamaan kita akan nyaman untuk melakukan anomia. Kita tidak lagi peka terhadap perintah Allah dan ekstremnya mungkin akan terus melawan hukum Allah. Ini adalah natur dosa yang melekat di dalam diri manusia.
Untuk itulah, Yesus Kristus datang ke dalam dunia, berkorban menyelamatkan kita semua. Keselamatan dalam Kristus telah mencelikkan mata kita dari dosa dan berbagai anomia yang mungkin selama ini dilakukan. Roh Kudus hadir menolong setiap kita agar dapat hidup dalam kebenaran Allah. Jika demikian, tepat sekali apa yang dikatakan oleh Yohanes di ayat 6, “setiap orang yang tetap berada di dalam Dia (Kristus), tidak berbuat dosa lagi.” Bukan karena kita pribadi yang hebat, tetapi karena Roh Kudus yang menolong setiap kita menjauh dari dosa.
Biarlah keselamatan yang telah kita terima akan selalu mengingatkan kita untuk menghindari anomia. Janganlah hidup di dalam dosa yang melanggar hukum Allah, tapi hiduplah di dalam Roh Kudus yang sejalan dengan hukum Allah.

Refleksi Diri:
Apakah masih ada anomia yang sering Anda lakukan dalam hidup?
Apa yang akan Anda lakukan agar tidak berbuat dosa lagi? Apakah Anda sudah meminta pertolongan Roh Kudus?

selamat beraktifitas dan sukses selalu
Share:

Sanggup Tidak Sama Dengan Pasti (2)

Daniel 3:1-18
Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu.”
- Daniel 3:17-18

Dalam renungan kemarin, kita sudah membahas tentang kesanggupan Allah menolong manusia dan kehendak-Nya bagi manusia. Hari ini kita akan membahas pelajaran kedua dari ayat-ayat ini, yaitu iman sejati tidak berlandaskan pada tindakan Allah, tetapi pada sifat atau karakter Allah.
Mari kita bedakan beriman pada Allah karena tindakan-Nya dan beriman karena karakter-Nya. Jika Anda beriman kepada Allah karena tindakan-Nya, itu sama saja dengan seorang anak yang mencintai orangtuanya karena diberi hadiah. Ada hadiah, sayang papa-mama. Tidak ada hadiah, tidak sayang papa-mama. Jelas ini tidak benar. Iman yang benar berlandaskan pada sifat Allah, yaitu kasih, kebenaran, kebaikan, keadilan-Nya, dll. Inilah iman Sadrakh, Mesakh, Abednego. Mereka mengatakan, “tetapi seandainya (Allah) tidak (melepaskan kami), hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu.” Apa pun keadaannya, baik dilepaskan dari marabahaya maupun tidak, mereka tetap percaya kepada Allah. Mereka tidak akan berpaling kepada allah lain.
Banyak orang datang dan percaya kepada Allah karena sudah mengalami atau menyaksikan tindakan Allah (baca: mukjizat). Memang Allah bisa saja memakai mukjizat untuk membuat seseorang percaya. Akan tetapi, iman yang demikian sangatlah rapuh, jika tidak diperkokoh dengan pemahaman tentang siapa Allah. Seorang yang beriman hanya berlandaskan mukjizat akan hanyut jika ternyata ia tidak lagi mengalami mukjizat dalam kelanjutan hidupnya. Ia akan kehilangan iman ketika tidak lagi melihat perbuatan ajaib Allah.
Ia harus terus mengalami mukjizat. Itu bukan iman yang dikehendaki Allah. Tuhan Yesus menegur Thomas dengan mengatakan, “Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, tetapi percaya.” (Yoh. 20:29). Iman sejati berlandaskan pada sifat karakter yang tidak berubah.

Refleksi Diri:
Mengapa iman yang hanya berlandaskan mukjizat itu sebenarnya sangat lemah?
Mengapa iman terutama harus berlandaskan pada karakter atau sifat Allah, bukan tindakan Allah?
"
Share:

Sanggup Tidak Sama Dengan Pasti (1)

Daniel 3:1-18
Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu.
- Daniel 3:17-18
Kalau kami dilemparkan ke dalam dapur api yang menyala-nyala, pastilah Allah kami sanggup melepaskan kami, dan Ia pun akan melepaskan kami dari tangan Baginda. Tetapi, sekalipun Ia tidak berbuat demikian, harap Baginda maklum, bahwa kami tetap tidak akan menyembah dewa-dewa Baginda ataupun patung emas yang Baginda buat itu.”
(Dan. 3:17-18, FAYH).
Ayat yang saya kutip di atas adalah ayat paling terkenal dalam kitab Daniel. Namun, tahukah Anda bahwa ada dua versi terjemahan untuk ayat 17? Versi pertama seperti dalam Alkitab terjemahan baru LAI, yang biasa kita pakai. Versi kedua dipakai oleh terjemahan FAYH dan beberapa terjemahan bahasa Inggris. Sengaja saya tampilkan versi kedua untuk membantu Anda memahami ayat ini, agar jangan sampai timbul penafsiran seolah-olah Allah belum tentu sanggup melepaskan ketiga teman Daniel.

Dari kedua ayat itu saya ingin mengajak Anda untuk belajar dua hal penting (hal kedua kita pelajari di esok hari):

Pertama, Allah sanggup dan berkuasa untuk membebaskan kita dari masalah tetapi tidak berarti Allah pasti membebaskan kita. Sanggup belum tentu mau atau pasti. Ada perbedaan antara karakter Allah dengan kehendak Allah. Bahwa Allah itu Mahakuasa sudah pasti. Tetapi bahwa Allah pasti menolong sesuai keinginan kita itu hal lain.

Allah akan melakukan segala sesuatu sesuai dengan kehendak-Nya. Sadrakh, Mesakh, Abednego percaya Allah sanggup melepaskan mereka dari dapur api, tetapi mereka tidak tahu apakah kehendak Allah bagi mereka pada saat itu. Tentu saja kita juga ingin dilepaskan dari masalah yang dihadapi, tetapi keinginan kita belum tentu keinginan Allah. Kalau sampai hari ini Tuhan masih belum mengabulkan doa kita, itu bukan karena Dia tidak berkuasa, tetapi karena kehendak-Nya berbeda dengan kehendak kita. Apa alasannya? Kita tidak diberitahu, tetapi kita diberi iman untuk tetap percaya.
Refleksi Diri:
Apa makna kebenaran berikut bagi Anda: “Allah sanggup menolong apa pun masalah kita tetapi Allah belum tentu berkehendak sama dengan kehendak kita”?
Bagaimana sikap dan respons Anda, jika Allah tidak mengabulkan apa yang Anda minta atau inginkan?
"
Share:

Yuk, Hidup Damai!

Filipi 4:4-7

Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.
- Filipi 4:7

Tanggal 10 Oktober adalah tanggal yang ditetapkan sebagai Hari Kesehatan Mental Sedunia. Hari yang dirayakan secara internasional ini ditujukan agar masyarakat di dunia mempunyai edukasi yang baik terhadap kesehatan mental. Banyak orang mungkin masih mengabaikan kesehatan mental diri mereka. Tak heran, masih cukup banyak orang yang mengalami depresi.

Rasa khawatir adalah akar dari depresi dan kecemasan. Terlalu banyak memelihara rasa khawatir tentu akan menimbulkan kecemasan yang besar. Namun sayangnya, perasaan khawatir sering kali muncul dalam diri tanpa kita ingini.
Apakah wajar memiliki rasa khawatir? Sebagai manusia, ya wajar-wajar saja. Namun, menjadi tidak wajar apabila memelihara kekhawatiran yang berlebihan. Rasul Paulus memberitahukan jemaat Filipi bahwa manusia cenderung khawatir. Paulus menasihati para pembacanya untuk tidak khawatir (ay. 6a), bukan karena tidak ada masalah atau semuanya baik-baik saja, tetapi karena ada Allah! Kita dapat menyampaikan doa dan permohonan atas kekhawatiran kita kepada Allah (ay. 6b). Percayalah, Allah akan memberikan kita damai sejahtera di dalam Kristus Yesus. Paulus juga mengatakan bahwa damai sejahtera yang Allah berikan adalah damai yang jauh melampaui segala akal, yang tidak dapat kita bayangkan (ay. 7a). Damai dari Allah akan memelihara hati dan pikiran kita. Ketika masalah dan kesulitan hidup datang menghampiri kita, janganlah memfokuskan diri pada respons atas kekhawatiran kita, melainkan tetaplah berdoa dan memohon penyertaan serta kekuatan di dalam Tuhan.
Tentu tidak mudah untuk mengabaikan masalah yang ada dan rasa khawatir dalam diri kita. Ketika kita mulai merasa khawatir, yuk sama-sama ingat ayat di atas. Ingat dan percayalah bahwa ada Allah yang sanggup memelihara kita. Mintalah kepada Allah, damai sejahtera yang melampaui akal pikiran sehingga kita tetap dimampukan berjalan bersama Yesus Kristus dalam kondisi apa pun. Baik suka maupun duka, susah maupun mudah, tidak akan menghambat Allah memberikan damai-Nya dalam setiap diri kita.
Mari datang kepada-Nya. Bersukacita dan nikmatilah anugerah damai yang Allah berikan bagi setiap kita. Tidak perlu khawatir. Yuk, belajar hidup damai.

Refleksi Diri:
Apa saja hal-hal yang paling membuat Anda khawatir? Bagaimana respons Anda selama ini?
Bagaimana Anda mengatasi kekhawatiran? Apakah Anda sudah meminta damai sejahtera kepada Yesus?
"
Selamat Hari Minggu dan selamat menghadap Kristus Dengan Hati Yang Kudus
Share:

Mengatakan Kebenaran

Matius 5:33-37
Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat.
- Matius 5:37

Dalam buku berjudul, To Kill a Mockingbird, dikisahkan seorang pria bernama Atticus Finch, pengacara yang sangat disegani di kota kecil tempatnya tinggal. Suatu kali Finch menangani kasus yang memperhadapkan seorang kulit hitam yang tidak bersalah dengan dua orang kulit putih yang tidak jujur. Finch tahu bahwa ia akan menghadapi praduga yang sangat buruk dari para juri. Namun, Finch tidak gentar, ia tidak mau terjebak dengan stereotip yang melemahkan orang kulit hitam. Finch dengan berani mengatakan kebenaran di hadapan para juri dan lawannya.
Di era modern ini, begitu mudah dan bebasnya seseorang dapat menyampaikan pendapat. Hal ini didukung dengan berkembangnya media sosial yang memungkinkan seseorang berbicara ke publik kapan saja. Sayangnya, kebebasan ini tidak disertai dengan pertanggungjawaban untuk menyampaikan kebenaran. Beberapa orang tanpa pikir panjang dan tidak bijaksana memberikan komentar. Mereka tidak melihat berdasar fakta dan informasi yang benar. Bahkan, ada juga orang yang menyebarkan berita bohong (hoaks) untuk mendiskreditkan orang lain.
Khotbah di bukit merupakan pengajaran-pengajaran awal yang disampaikan Tuhan Yesus. Salah satu pengajaran-Nya menekankan pentingnya memperkatakan kebenaran. Jika ya katakanlah ya, jika tidak katakanlah tidak. Perkataan ini disampaikan Tuhan Yesus terkait hukum bersumpah. Sumpah disampaikan untuk mendukung perkataan yang sebenarnya tidak memiliki kekuatan pada dirinya sendiri. Berbeda jika seseorang memperkatakan suatu kebenaran, kebenaran tidak memerlukan sumpah untuk memperkuatnya. Kebenaran tetaplah kebenaran. Dengan kata lain, Kristus ingin pendengarnya memahami, adalah lebih baik senantiasa memperkatakan kebenaran daripada perkataan kosong dengan sumpah. Bagaimana dengan kita hari ini? Masihkah kita sering menyampaikan kata-kata yang kosong. Kata-kata yang tidak mengandung kebenaran di dalamnya. Firman Tuhan jelas bagi kita, jika ya katakanlah ya, jika tidak katakanlah tidak. Mari kita menjaga setiap perkataan yang keluar dari mulut kita. Pastikan bahwa semua yang kita katakan adalah kebenaran. Di tengah situasi yang tidak mudah, berkata bohong hanya akan menghindarkan kita dari masalah. Namun, dengan berkata benar kita akan menyelesaikan masalah.
Refleksi Diri:
Apakah Anda memiliki kebiasaan berkata tidak benar, bahkan ditambahi kata sumpah? Segera bertobat dan minta Tuhan menjaga perkataan Anda.
Apakah Anda sering menghindari masalah dengan berbohong? Apa yang seharusnya Anda lakukan berdasar firman Tuhan hari ini?
"
Share:

Sepi Ku Sendiri

Mazmur 142
Ketika semangatku lemah lesu di dalam diriku, Engkaulah yang mengetahui jalanku. Di jalan yang harus kutempuh, dengan sembunyi mereka memasang jerat terhadap aku.
- Mazmur 142:4

Beberapa orang pernah mengungkapkan perasaannya bahwa dirinya merasa kesepian meskipun berada di tengah keramaian. Begitu banyak orang yang ada di sekelilingnya tetapi entah mengapa perasaan sepi tetap dirasakannya, meskipun faktanya ia tidak sedang sendirian. Ada juga yang pernah bercerita saat sendiri dirinya merasa sepi, saat ada orang lain menemani pun perasaan kesepian itu tak hilang. Perasaan kesepian umumnya terjadi pada mereka yang sudah lanjut usia, namun hari-hari ini pun banyak dirasakan oleh anak-anak muda.
Mazmur 142 menceritakan tentang perasaan kesepian yang dirasakan oleh Daud. Pada saat itu Daud sedang bersembunyi di gua Adulam karena dikejar-kejar oleh Raja Saul yang iri terhadapnya (1Sam. 22). Daud merasa tidak punya teman, tidak ada yang peduli kepadanya. Ia merasa sendirian dan kesepian. Ayat 5 menyatakan dengan jelas apa yang Daud rasakan, ketika “tidak ada seorang pun yang menghiraukan aku, … tidak ada seorang pun yang mencari aku.” Padahal jelas dituliskan bahwa Daud tidak sendirian di dalam gua Adulam, ada kira-kira empat ratus orang bersama dengannya (lih. 1Sam. 22:2). Faktanya, Daud ada bersama banyak orang di dalam gua, namun Daud tetap merasa “sepi ku sendiri”. Menarik respons Daud bagaimana mengatasi kesepiannya, yaitu ia mencari Tuhan. Daud tahu ada Pribadi yang memiliki relasi yang begitu dekat dengannya. Di saat perasaan kesepian itu datang, Daud mencari Allah, ia berseru kepada Tuhan, “Engkaulah tempat perlindunganku!” (ay. 6).
Perasaan kesepian tidak hanya terjadi karena kita sedang sendirian. Kesepian lebih berkaitan erat dengan “relasi yang dalam” daripada sekadar “kehadiran” orang lain di sekitar kita. Banyak orang merasa kesepian justru di tengah keramaian. Kita membutuhkan sahabat yang dekat secara emosi, yang kenal dan memiliki relasi dengan kita. Kehadiran sesama manusia memang penting, namun memiliki relasi yang intim dengan Tuhan jauh lebih penting. Oleh karena itu, mari kita datang kepada Tuhan Yesus Kristus. Hanya dari Tuhan-lah kita mendapat pemulihan sempurna dari perasaan kesepian. Ungkapkanlah kepada Tuhan isi hati dan kegelisahan kita dengan bebas. Dia pasti mendengarkan, mengerti, dan peduli.
Refleksi Diri:
Kapan Anda pernah merasa kesepian? Apakah Anda sudah datang kepada Yesus?
Apakah ada orang-orang terdekat yang Anda ketahui sedang merasa kesepian? Datang dan bangun relasi dengan mereka sehingga mereka merasa mendapatkan dukungan.
"
Share:

Tema Kerja Sepenuh Hati

Kolose 3:22-24
Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.
- Kolose 3:23

Istilah budak korporat (asal kata dari corporate) merupakan istilah yang populer digunakan para kawula muda yang bekerja sebagai bawahan dalam suatu perkantoran ataupun perusahaan. Disebut sebagai budak korporat karena harus bekerja hari Senin sampai Jumat, dengan jam kantor dari pagi hingga malam. Hidup sebagai budak korporat dikatakan melelahkan, tapi juga menguntungkan. Lelah karena fisik yang harus terus bekerja dengan jam kerja yang ada, tapi untung karena mempunyai pendapatan yang bisa memenuhi kebutuhan dan keinginan pribadi. Setiap kita yang saat ini sedang bekerja atau berusaha dapat dikatakan sebagai budak korporat. Kita bekerja di bawah pimpinan orang lain ataupun berusaha atas pimpinan diri sendiri
Kata “budak” bukan kata yang asing bagi kita. Menariknya, di dalam Alkitab pun seringkali disebutkan mengenai budak. Di surat Kolose, kita dapat menemukan nasihat yang Rasul Paulus berikan kepada orang-orang yang hidupnya sebagai budak atau hamba. Paulus mengingatkan para hamba yang merupakan orang Kristen untuk menjadi hamba yang berbeda dengan dunia. Sebagai hamba yang telah ditebus dalam Kristus, ia mengingatkan bahwa pekerjaan yang dilakukan bukan lagi pekerjaan yang berfokus kepada manusia. Segala pekerjaan yang dilakukan seharusnya dilakukan dengan sepenuh hati dan berfokus kepada Allah. Para hamba diingatkan untuk tidak bekerja semata-mata demi tuan mereka di dunia, melainkan bekerja dengan sungguh demi Tuhan yang telah menyelamatkan mereka. Saya yakin ayat emas yang kita baca adalah ayat familier yang sering kita dengar. Bekerja sepenuh hati seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Namun, marilah kita juga ingat bahwa pekerjaan yang kita lakukan saat ini, merupakan pekerjaan yang Tuhan berikan bagi setiap kita. Oleh karena pekerjaan ini adalah pemberian dari Tuhan maka marilah kita berusaha kerja dengan sepenuh hati dan berfokus hanya kepada Allah.
Yuk kita sama-sama belajar jadi budak korporat yang memuliakan Tuhan. Bukan lagi budak korporat yang bekerja demi atasan maupun pendapatan yang memuaskan, tapi menjadi budak korporat yang bekerja dengan sungguh demi kemuliaan nama Tuhan. Pekerjaan kita adalah dari Tuhan. Bekerjalah sepenuh hati bagi Tuhan

Refleksi Diri:
Apakah Anda melakukan pekerjaan Anda dengan sepenuh hati bagi Tuhan?
Bagaimana Anda akan membuat pekerjaan Anda menjadi pekerjaan yang memuliakan nama Tuhan?
"
Share:

MENUNJUKKAN JALAN

Mazmur 25:1-9

TUHAN itu baik dan benar; sebab itu Ia menunjukkan
jalan kepada orang yang sesat.
(Mzm. 25:8)

Google Maps atau Peta Google adalah salah satu aplikasi petunjuk jalan. Peta tersebut cukup mutakhir dan dapat digunakan dengan mudah saat kita bepergian. Dapat dipasang di telepon genggam atau kendaraan, menjadikan peta tersebut sebagai teman dalam perjalanan. Peta tersebut dapat menunjukkan arah, jarak tempuh, belokan yang perlu diambil, situasi jalanan apakah macet atau lancar, bahkan memberikan patokan yang kita lalui. Kita tinggal mengetik alamat tujuan, lalu peta akan menunjukkan arahnya.
Meminta Tuhan menunjukkan jalan, itulah permohonan Daud dalam Mazmur 25. Daud menghadapi musuh dan ia sadar dengan kesalahan masa lalunya. Ia merasa tersesat. Dalam keadaan itu, Daud percaya bahwa Tuhan akan memberitahu jalan-jalan- Nya yang menyelamatkan. Tuhan tidak akan mengingat-ingat kesalahan masa lalu. Tuhan akan menunjukkan jalan karena ia baik dan benar.
Dalam perjalanan hidup yang kita lalui, kita bisa tersesat. Tersesat karena tidak mengenali jalan ke arah tujuan kita sebagai akibat mengikuti petunjuk yang salah ataupun terbawa oleh situasi yang menjauhkan kita dari tujuan. Saat itu terjadi, kita perlu segera mencari petunjuk yang benar. Untuk itu, berserulah kepada Tuhan dalam kerendahan hati. Sadari bahwa kita tersesat dan memerlukan petunjuk-Nya. Kemudian, dalam kerendahan hati kita kembali mengikuti petunjuk Tuhan dan berjalan di jalan-Nya yang benar.
REFLEKSI:
Ikuti petunjuk Tuhan dengan rendah hati dan
kita tidak akan tersesat dalam kehidupan ini.

 
Share:

Testimoni Kasih Allah

Yunus 4:1-11.

Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.
- Galatia 2:20

Secara antropologi budaya, bangsa Indonesia merupakan masyarakat dengan budaya malu (shame culture). Masyarakat yang demikian sangat mencari dan menjunjung tinggi rasa hormat, sedangkan rasa malu atau aib menjadi sebuah momok yang menakutkan. Hal-hal yang memalukan bagi seseorang tentu tidak akan dipublikasikan agar tidak membawa aib bagi pribadi atau keluarga. Uniknya, kisah Yunus yang tercatat dalam kitab ini berisi cerita-cerita yang “memalukan” bagi seorang nabi. Lantas mengapa kisah ini dituliskan?
Kisah Yunus merupakan testimoni atas kasih Allah bagi orang tak sempurna. Pembaca kitab Yunus melihat beragam orang yang tak sempurna tetapi mengalami kasih Allah. Para pelaut dan orang Niniwe, mereka adalah penyembah berhala yang seharusnya tak mendapat kasih Allah, tetapi ternyata Allah menunjukkan kasih-Nya bagi para penyembah berhala tersebut. Lebih ironis lagi, Yunus yang merupakan nabi Allah menunjukkan beragam tindakan yang tidak seharusnya ia lakukan, tetapi Allah juga menunjukkan kasih-Nya baik dengan cara yang keras maupun lembut. Pada akhirnya, Yunus menuliskan kisah ini sebagai teguran bagi Israel agar tidak sombong dengan status “umat pilihan”, tetapi tidak mengenal Allah yang memilih-Nya. Kasih Allah tercurah juga bagi semua orang yang tidak sempurna yang datang kepada-Nya.
Kisah rasul-rasul Yesus Kristus juga merupakan testimoni terhadap kasih-Nya yang menyelamatkan orang berdosa. Mereka bukanlah orang-orang yang sempurna dan memiliki kekurangan. Petrus mengkhianati Yesus, Matius seorang pemungut cukai yang dibenci masyarakat, dan Paulus adalah penyiksa jemaat mula-mula. Namun, mereka dengan berani menuliskan kisah hidupnya karena sudah ditebus oleh Yesus. Penebusan Yesus membuat aib mereka menjadi testimoni kasih Allah yang nyata.
Kisah hidup kita sebagai orang Kristen juga dapat menjadi testimoni kasih Allah. Kita tentu pernah melakukan dosa atau kesalahan dalam hidup, tetapi jangan biarkan kesalahan kita menghambat kasih Allah untuk merubah kita. Yesus justru datang untuk orang-orang yang berdosa seperti kita. Setelah kita diubah oleh kasih-Nya, mari kita juga mengabarkan kasih tersebut kepada orang-orang tidak sempurna di sekitar kita.
Refleksi Diri:
Apa kesalahan Anda dalam kehidupan yang dapat menjadi testimoni kasih Allah?
Siapa orang-orang di sekitar Anda yang butuh untuk mendengar kasih Allah? Bagaimana Anda akan menyampaikan kasih Allah kepada mereka?
Share:

BERSUNGUT-SUNGUT

Filipi 2:14-18; 3:1-4a
Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan
berbantah-bantahan, supaya kamu tiada beraib dan tiada bernoda ….(Flp. 2:14-15a)

Salah satu penyebab umat Israel generasi pertama tidak dapat masuk ke Tanah Kanaan adalah karena mereka sering bersungut-sungut kepada Tuhan. Setiap muncul kesulitan, mereka selalu menggerutu dan marah kepada Musa. Mereka mencomel dengan mengatakan bahwa kehidupan di Mesir lebih baik walau menjadi budak.

Sikap bersungut-sungut secara rohani bukan hanya sikap yang tidak mampu bersyukur, melainkan juga sikap melawan Allah. Mereka tidak mampu menghitung berkat-berkat yang Tuhan curahkan. Akibatnya, mereka selalu merasa tidak puas, malang, dan mengasihani diri sendiri. Mereka tidak mampu melihat pemeliharaan dan perlindungan Tuhan yang ajaib. Walaupun umat Israel berulang kali mengalami mukjizat, mereka tidak percaya. Dengan sikap menggerutu, mereka telah mencobai Tuhan selama 40 tahun di padang gurun.
Apabila kita telusuri lebih dalam ternyata sikap bersungutsungut didasari oleh sikap serakah. Mereka senantiasa tidak puas dengan berkat Tuhan yang tersedia; mereka menuntut secara ekstra. Tipe orang yang bersungut-sungut cenderung membandingkan kondisi diri dengan keadaan orang lain atau situasi lain. Akibatnya orang yang bersungut-sungut terjebak pada konflik dengan sesamanya. Buah dari sikap bersungutsungut adalah perbantahan dan perseteruan. Sebaliknya pola dan karakter hidup umat percaya adalah bersukacita dengan mengucap syukur. Karena itu bagi umat percaya, sikap bersungut sungut merupakan aib.
DOA:
Roh Kudus, perbaruilah hati kami agar mampu selalu bersyukur. Bebaskanlah
kami dari sikap bersungut-sungut dari setiap situasi. Amin.

 
Share:

Sekarang Masa Penampian

Matius 3:1-12

Alat penampi sudah ditangan-Nya. Ia akan membersihkan tempat pengirikan-Nya dan mengumpulkan gandum-Nya ke dalam lumbung, tetapi debu jerami itu akan dibakar-Nya dalam api yang tidak terpadamkan.”
- Matius 3:12

Ayat di atas diucapkan oleh Yohanes Pembaptis tentang Tuhan Yesus. Ia bernubuat tentang apa yang akan dilakukan oleh Yesus. Pertama-tama, saya harus jelaskan dulu apa yang dimaksud dengan alat penampi. Alat penampi adalah alat seperti garpu besar untuk memisahkan bulir gandum dari jerami atau sekam gandum. Yohanes sedang mengumpamakan pekerjaan Tuhan Yesus seperti pekerjaan seorang petani yang menampi gandum. Ia sedang memisahkan dan membersihkan gandum dari materi-materi yang tidak berguna. Yang bagus dikumpulkan-Nya, sedangkan sekam yang tidak berguna dibakar dalam api. Dibakar dalam api merujuk pada penghukuman dari Allah.
Apa yang dimaksudkan Yohanes Pembaptis jelas: Tuhan Yesus datang membawa keselamatan bagi orang yang percaya kepada-Nya. Inilah intisari berita Injil (kabar baik). Akan tetapi, ada konsekuensi bagi orang yang tidak percaya kepada Yesus, yaitu penghukuman. Masa kedatangan Tuhan Yesus yang pertama sampai kedatangan-Nya nanti kedua kalinya adalah masa penampian. Artinya, sejak hari Natal pertama sampai hari kedatangan-Nya yang kedua kali, Tuhan memberi kesempatan kepada orang-orang untuk percaya kepada-Nya. Kelak waktunya akan habis, entah karena Tuhan Yesus datang kembali atau karena manusia meninggal dunia. Ketika hari itu datang, setiap orang harus menghadap takhta pengadilan Tuhan dan ditentukan nasibnya.
Tidak semua orang yang mengaku Kristen pasti diselamatkan (Mat. 7:21-23). Masa sekarang adalah masa penampian. Tuhan sedang memisahkan orang-orang yang sungguh-sungguh percaya kepada-Nya dari orang-orang yang mengaku-ngaku percaya saja kepada-Nya. Tuhan sedang menguji, apakah kita orang Kristen sejati yang menghasilkan “buah yang sesuai dengan pertobatan” (ay. 8) atau sebaliknya, kita ternyata seperti “pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik” dan akhirnya “ditebang dan dibuang ke dalam api.” (ay. 10). Ketika pandemi Covid-19 melanda, ada banyak orang Kristen yang semakin dekat dengan Tuhan, semakin maju rohaninya. Di sisi lain, ada banyak orang Kristen yang semakin jauh dari Tuhan dengan melalaikan ibadah dan persekutuan dengan-Nya. Saya berdoa dan berharap Anda termasuk gandum yang berisi dan berbulir lebat.
Refleksi Diri:
Apakah Anda yakin termasuk “gandum” dan bukan “sekam” di masa-masa penampian sekarang ini?
Bagaimana respons Anda terhadap kebenaran bahwa sekarang adalah masa penampian?
Share:

Memilih Untuk Menghormati

Keluaran 20:1-17

Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN Allahmu, kepadamu

— Keluaran 20:12

Kita sering mendengar pernyataan bahwa orangtua adalah wakil T uhan di dunia. 

Orangtua merupakan perpanjangan tangan T uhan untuk mendidik dan mengajari anak-anak dalam mengenal Allah. Pernyataan ini tepat untuk menggambarkan peran orangtua di tengah dunia. Meskipun tidak semua orangtua menjalankan perannya dengan benar dan baik, tetapi T uhan tetap menekankan agar kita semua senantiasa menghormati mereka. Seburuk apa pun perlakuan orangtua terhadap kita, mereka tetap otoritas langsung yang T uhan tetapkan bagi kita selama di dunia. Taat kepada orangtua merupakan perwujudan ketaatan kepada T uhan.

 Salah satu hukum yang diberikan T uhan Allah kepada umat Israel ketika keluar dari perbudakan bangsa Mesir adalah menghormati orangtua. Yang menarik jika kita perhatikan, hukum menghormati orangtua ini ditempatkan T uhan di urutan kelima setelah hukum kesatu sampai keempat berkaitan dengan hukum terhadap T uhan. Jadi, relasi dengan orangtua merupakan hal yang T uhan prioritaskan pertama kali setelah relasi dengan T uhan. Hukum menghormati orangtua menjadi yang utama dalam kaitan relasi dengan sesama manusia.

 T uhan tidak sekadar memberi peringatan. Hukumnya juga berlanjut dengan janji penyertaan T uhan bagi orang-orang yang melakukannya. Hukum ini disertai dengan sebuah janji yang sangat indah, yaitu umur yang panjang. T uhan Allah sangat menekankan pentingnya menghormati orangtua, tetapi juga menjamin berkat yang besar bagi kita yang menaatinya. 

Siapa di antara kita yang tidak ingin memiliki umur panjang?

 Tidak semua orangtua memberikan teladan yang baik dan benar bagi anak-anaknya. 

Menghormati orangtua di dalam ketidaksempurnaan mereka sebagai wakil T uhan tetap menjadi sebuah pilihan mutlak yang harus diambil dalam kehidupan kekristenan. Sekali lagi, bukan karena mereka baik dan benar, tapi karena otoritas untuk dihormati yang diberikan T uhan kepada orangtua. Ketika kita mencoba belajar menghormati orang tua dengan lebih baik maka berkat T uhan akan tercurah kepada kita yang taat melakukannya. Hormatilah orangtua kita bukan karena kelebihan mereka, tapi karena mereka adalah orangtua yang diberikan oleh T uhan Yesus di dalam hidup kita.

Refleksi Diri:

• Apakah Anda sudah memandang orangtua sebagai perwakilan T uhan di dunia?  Bagaimana selama ini sikap Anda terhadap mereka?

• Apa wujud penghormatan yang bisa Anda lakukan kepada orangtua sebagai perwujudan penghormatan Anda kepada Allah?


"

Share:

Penolong Di Dalam Kelemahan

Roma 8:24-27
Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan.

- Roma 8:26
Di dalam kitab Roma 8:24-25, Rasul Paulus berbicara tentang pengharapan yang menopang kehidupan orang Kristen ketika dilanda berbagai macam penderitaan. 
Di ayat selanjutnya, ayat 26, Paulus menjelaskan bahwa sama seperti pengharapan menopang orang Kristen, Roh Allah akan menolong kita di dalam kelemahan kita. Apa kelemahan yang dimaksud? Paulus merujuk kepada batasan-batasan kita sebagai manusia. 
Contohnya, kita terkadang memiliki titik buta, yaitu ketidakmampuan melihat dan mengatasi hal-hal yang tidak kita sadari atau tidak pahami. Selain itu, selama masih hidup sebagai manusia, kita dibatasi oleh kedagingan. Di dalam diri kita akan selalu terjadi peperangan antara natur lama kita yang berdosa dengan natur baru di dalam Kristus. Hal ini akan menjadi pergumulan yang konstan.
 Batasan-batasan yang kita miliki sebagai manusia akan memengaruhi kehidupan doa kita (ay. 26a). Sulit bagi kita untuk bisa melihat apa yang menjadi kehendak Allah, yang menyebabkan di dalam banyak situasi kita bingung apa yang harus kita minta kepada Allah. 
Namun, kabar baiknya adalah bahwa Roh Kudus berdoa untuk kita kepada Allah (ay. 26b).
 Roh Kudus memastikan doa-doa orang Kristen tersampaikan kepada Allah Bapa. Di dalam kelemahan kita tidak mampu untuk berdoa sesuai kehendak Allah, tetapi kita tetap berdoa, karena Roh Kudus akan mengatasi kelemahan kita dengan doa-doa-Nya. Roh Kudus menanggung beban-beban kita hingga Dia berdoa dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan (ay. 26b). Dan karena Roh Kudus adalah Allah, Allah Bapa mengerti keluhan-keluhan Roh Kudus (ay. 27). Meski kita berdoa bagi hal-hal yang bukan yang terbaik bagi kita, kita tidak perlu khawatir karena doa permohonan Roh Kudus yang dipanjatkan untuk kita memiliki keharmonisan yang sempurna dengan kehendak Allah.
 Di saat meminta kepada Allah hal-hal yang terlihat baik bagi kita, tetapi tidak menerimanya, kita memerlukan pertolongan Roh Kudus untuk berdoa bagi kita dan untuk menopang kita agar tidak tawar hati. Syukuri dan berterimakasihlah atas pertolongan dan penghiburan Roh Kudus karena akhirnya kita menerima apa yang Allah kehendaki dalam kehidupan kita.
Refleksi Diri:
• Apa permohonan yang pernah/sedang Anda panjatkan kepada Allah melalui doa yang belum Dia jawab? Bagaimana respons Anda?
• Apakah Anda sudah meminta pertolongan Roh Kudus?
Share:

Berjaga-jagalah

Markus 13:32-37

“Hati-hatilah dan berjaga-jagalah! Sebab kamu tidak tahu bilamanakah waktunya tiba. —Markus 13:33
Markus 13 mencatat ajaran T uhan Yesus tentang akhir zaman. Dia memberikan rincian peristiwa apa saja yang akan terjadi. Peperangan, goncangan hubungan sosial, bencana alam, munculnya sosok yang disebut Antikristus, penganiayaan atas orang percaya. Ajaran ini ditutup dengan nasihat untuk berjaga-jaga (ay. 33-37), sampai berkali-kali.
 Sejak kenaikan T uhan Yesus ke surga, kita telah memasuki masa yang disebut zaman akhir. Zaman akhir berbeda dengan akhir zaman. Zaman akhir mengacu pada masa yang panjang antara kenaikan T uhan Yesus ke surga sampai hari yang disebut akhir zaman. Akhir zaman atau sering disebut kiamat adalah satu hari ketika langit dan bumi yang sekarang ini akan berlalu dan T uhan menciptakan langit dan bumi yang baru. T entang hari itu atau akhir zaman, tidak ada seorang pun tahu kapan akan terjadi. Oleh karena itu, jangan percaya pada ramalan apa pun yang mengatakan T uhan Yesus akan datang pada hari atau tanggal tertentu.
 Sebagai anak-anak T uhan, hal penting yang kita harus ingat dan lakukan senantiasa adalah sikap berjaga-jaga. Bagaikan seorang penjaga malam yang tidak tahu kapan maling atau rampok akan datang, ia diharapkan tidak lengah apalagi sampai tertidur. Ia harus selalu bersiap sedia. Memang jaga malam itu sangat melelahkan, apalagi jika udaranya dingin. 
Orang yang menjaga dalam kondisi tersebut akan cepat lelah dan ingin tidur. Akan tetapi, T uhan Yesus memerintahkan agar kita jangan lengah. Di saat kita paling lemah, bisa jadi Dia datang kembali. Alangkah malunya jika Dia mendapati kita tidak siap.
 Berjaga-jaga artinya kita menyiapkan diri untuk menyambut T uhan Yesus. Seperti pengantin wanita menyambut pengantin pria, ia akan berdandan cantik, ia tetap akan merias wajahnya, meskipun mungkin setengah wajahnya tertutup masker (pada masa pandemi Covid-19). Demikian pula kita menyiapkan diri menyambut T uhan Yesus dengan kehidupan yang indah, yang berkenan kepada-Nya. Hendaklah kita tetap setia dalam iman dan senantiasa memberikan teladan karakter Kristus kepada saudara-saudara seiman atau orang yang belum percaya kepada-Nya. Alangkah bangganya jika kelak Dia mendapati kita hidup dalam kekudusan, kebenaran, keadilan, dan kasih. Amin.
Refleksi Diri:
• Apakah Anda sudah menyiapkan diri menyambut kedatangan T uhan Yesus yang kedua kali?
• Apa yang Anda lakukan saat ini sebagai persiapan diri menyambut kedatangan-Nya?"
Share:

Nama Baik

Amsal 22:1-9
Nama baik lebih berharga dari pada kekayaan besar, dikasihi orang lebih baik dari pada perak dan emas.
- Amsal 22:1

Saya pernah bertemu dengan orang yang berkata demikian, “Bapak itu lho orangnya baik, sederhana tetapi suka bantu orang lain,” tetapi saya juga ingat ada orang berkata tentang seorang ibu, “Wah ibu itu sih memang kaya, tetapi pelit banget lho orangnya.” Seseorang dikenal baik atau tidak bukan karena namanya bagus atau tidak, tetapi karena perilakunya. Apa yang dilakukan orang tersebut, itulah yang biasanya melekat pada dirinya. Ketika namanya disebut, orang lain punya pandangan seperti apa tentang dirinya.
Perbandingan nama baik dan kekayaan besar pada ayat di atas sangatlah menarik. Disebutkan kekayaan besar atau sangat kaya, bukan kekayaan yang biasa-biasa saja, kekayaan yang sepertinya bisa membeli apa pun. Namun, harta sebanyak apa pun tidak lebih berharga dibandingkan dengan nama baik. Apa yang menjadikan nama baik (bukan nama tenar) begitu berharga? Nama baik mempunyai nilai yang melampaui hidup. Nama baik tetap hidup, meskipun orang yang memiliki nama itu sudah tiada di dunia. Sebaliknya, kekayaan sebesar apa pun, tidak ada yang bisa dibawa saat meninggalkan dunia. Dalam kematian kekayaan seseorang tidak akan bisa dinikmatinya. Nama baik didapatkan secara alami, bukan sesuatu yang dibuat-buat. Nama baik ada karena kehidupan yang baik. Nama baik bukan dicanangkan oleh orang itu sendiri, melainkan hasil dari caranya hidup. Kekayaan bisa membeli banyak hal, tetapi kekayaan tidak pernah bisa membeli nama baik.
Lagu KPPK 319 berjudul, Kupuji Dia, mengatakan di bagian reffrain: Yesus.. Yesus.. nama terindah, menghibur hatiku tak henti kupuji Dia. Iya, Tuhan Yesus adalah nama terindah. Karena itu, kita berdoa di dalam nama Yesus, sebagai sebuah pengakuan bahwa kepada-Nya kita bergantung. Yesus-lah yang berkuasa karena Dia yang menyelamatkan kita. Nama kita yang tadinya buruk karena dosa-dosa kita di hadapan Allah, dipulihkan oleh Tuhan Yesus melalui pengorbanan-Nya dalam anugerah-Nya. Biarlah kita hidup bukan demi nama kita sendiri, tetapi sebagai anak-anak Tuhan mewakili nama Allah. Hidup bukan supaya nama kita masyhur di mana-mana, tetapi supaya kita memasyhurkan Tuhan. Marilah hidup dengan benar dan menjadi berkat, supaya nama baik kita menjadi kesaksian bahwa kita adalah anak- anak Tuhan.
Refleksi Diri:
Apakah nama Anda dikenal baik atau buruk oleh lingkungan? Apakah saat mendengar nama Anda, orang lain melihat nama Tuhan di dalam diri Anda?
Apa yang mau Anda lakukan agar sebagai anak-anak Tuhan mempunyai nama yang baik?
Share:

Tawar Hati

2 Korintus 4:1-6

Oleh kemurahan Allah kami telah menerima pelayanan ini. Karena itu kami tidak tawar hati.

—2 Korintus 4:1

Tawar hati adalah sebuah istilah yang tepat untuk menggambarkan keadaan hati yang sudah tidak lagi merasakan antusias, gairah atau semangat akan sesuatu. Dalam istilah psikologi, tawar hati adalah kondisi yang sering diselaraskan dengan mati rasa atau kondisi yang mana seseorang merasa hampa dan kesulitan dalam mengungkapkan emosi yang dirasakan. Tawar hati pada manusia dapat disebabkan oleh banyak faktor, salah satu faktor terbesarnya adalah tidak mendapatkan apa yang diharapkan atau dengan kata lain apa yang terjadi tidak sesuai dengan ekspektasi yang diharapkan.
 Jika melihat perjalanan pelayanan Rasul Paulus, sangat mungkin ia mengalami tawar hati dalam menunaikan panggilan pelayanan-Nya. Segala penderitaan dan lika-liku pelayanan yang sulit harus dipikul Paulus ketika menjalani tugasnya sebagai seorang murid Kristus. Ia pernah disiksa, dipenjara, difitnah, dipukul, dan mendapat banyak perlakuan diskriminatif lainnya ketika memperkenalkan Pribadi yang mengubahkan jalan hidupnya, yaitu Kristus Yesus. Namun, kepada jemaat Korintus dengan yakin ia menyatakan perasaannya pada ayat emas di atas bahwa semua yang dialaminya adalah sebuah kemurahan dan anugerah dari T uhan Yesus. Paulus menegaskan bahwa dalam mengikut Yesus dan melayani-Nya, memang sangat mungkin dirinya mengalami tawar hati, tetapi ia memilih untuk tidak tawar hati. Menjadi tawar hati adalah sebuah pilihan yang tidak Paulus ambil, walaupun ia melihat banyak hal yang tidak sesuai dengan harapannya terjadi di dalam hidupnya.
 Mari kita melihat kembali perjalanan kehidupan pelayanan kita dalam mengikut Kristus selama ini. Saya tidak tahu sudah berapa lama Anda menjadi seorang Kristen, tetapi yang menjadi pertanyaan penting untuk direnungkan: apakah ada tawar hati Anda rasakan saat ini? 
Bagaimana sikap hati Anda saat perjalanan mengikut Kristus tidak sesuai dengan ekspektasi Anda? Apa yang Anda lakukan pada saat melayani T uhan dan ternyata pelayanan Anda tidak sesuai dengan kenyataan yang terjadi? Apakah Anda menjadi tawar hati? Menjadi tawar hati adalah sebuah pilihan yang bisa tidak kita ambil ketika kita mengarahkan kembali perspektif kita kepada T uhan yang memercayakan anugerah dan kemurahan-Nya dalam kehidupan kita.
Refleksi Diri:
• Apa hal-hal yang membuat Anda mudah untuk tawar hati ketika melayani T uhan Yesus?
• Mengapa Anda bersedia menanggung harga saat mengikuti dan melayani T uhan Yesus walaupun tidak sesuai dengan harapan Anda?
dan bukan menimbulkan rasa takut terhakimi. Perempuan ini akhirnya menerima anugerah Allah, kasih sayang, kelembutan, kebaikan dan jalan keluar dari kegagalan hidupnya.
Share:

Gotong Royong Dalam Kristus

Galatia 6:1-10

Bertolong-tolonglah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus.
- Galatia 6:2

Indonesia merupakan negara dengan nilai gotong royong yang tinggi. Saya ingat sewaktu SD, sering kali diajarkan mengenai semangat gotong royong di tengah masyarakat. Awalnya saya mengira itu hanya pelajaran semata. Tak lama setelah pelajaran tersebut, saya melihat fakta yang terjadi di lingkungan tempat tinggal saya saat itu. Tenyata benar, gotong royong sudah mengakar di tengah masyarakat Indonesia. Selepas masa pandemi, semakin banyak kegiatan gotong royong dilakukan oleh masyarakat. Pandemi yang melanda dan menghancurkan perekonomian yang berjalan, membuat banyak masyarakat Indonesia bergotong royong untuk membangun dan membantu satu sama lain. Beberapa program galang dana yang diadakan secara daring pun semakin marak terjadi di negara kita. Sungguh
suatu nilai dan sikap yang sangat indah untuk dipertahankan.
Sikap gotong royong ternyata bukan hanya ajaran tradisi masyarakat di negara kita. Gotong royong juga merupakan suatu nilai yang Alkitab ajarkan. Rasul Paulus menyampaikannya melalui surat Galatia. Sebelum menutup suratnya, Paulus memberikan nasihat agar jemaat Galatia dapat saling membantu sama lain. Menariknya, Paulus bukan hanya menekankan sikap membantu secara materi, tetapi juga saling membantu dalam hal kerohanian. Pada saat itu banyak pengajaran sesat bermunculkan dan Paulus tahu, situasi tersebut mempersulit mereka yang belum dewasa secara rohani. Oleh karena itu, Paulus memerintahkan jemaat yang lebih dewasa secara rohani untuk membantu rekan-rekan yang belum bertumbuh kerohaniannya. Membantu bukan untuk pamer seorang lebih hebat daripada yang lain, melainkan untuk menabur apa yang baik, yang sesuai dengan kehendak Allah. Paulus menasihatkan jemaat untuk banyak menabur dalam Roh dan jangan menabur dalam daging (ay. 8) sebab apa yang ditabur, itulah yang akan mereka tuai.
Dalam komunitas rohani kita, tentu tidak semua orang berada dalam tingkat kerohanian yang sama. Ada yang sudah matang secara rohani, tetapi ada juga yang masih baru. Janganlah perbedaan kerohanian yang ada menjadi pemicu terjadinya konflik di tengah komunitas kita. Biarlah perbedaan tersebut membuat kita lebih semangat gotong royong bertumbuh dalam Kristus. Bukan masalah siapa lebih benar dan siapa yang salah, melainkan siapa yang terus menabur hal yang baik. Yuk, kita bergotong royong dalam Kristus!
Refleksi Diri:
Apakah selama ini Anda sudah turut berbagian gotong royong dalam komunitas rohani Anda?
Apa yang dapat Anda lakukan untuk saling membantu rekan rohani Anda bertumbuh?"
Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.