November 2023 ~ Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

Berkat Di Balik Musibah

Rut 1:1-22

Dan dialah yang akan menyegarkan jiwamu dan memelihara engkau pada waktu rambutmu telah putih; sebab menantumu yang mengasihi engkau telah melahirkannya, perempuan yang lebih berharga bagimu dari tujuh anak laki-laki.”

- Rut 4:15

Ada udang di balik batu. Sebuah pepatah dalam bahasa Indonesia yang berarti ada maksud di balik sebuah perbuatan. Kebenaran dalam pepatah ini kelihatannya sudah dialami oleh sebagian besar atau bahkan semua orang. Namun, saya juga merasa pepatah ini benar dalam kondisi kehidupan orang Kristen karena di balik kehidupan kita yang terasa keras seperti batu, ada berkat Tuhan yang nikmat seperti udang.

Kisah kehidupan Naomi menggambarkan betapa pun keras kehidupan, tetap ada berkat Tuhan untuk menopang hidupnya. Kesusahan dalam hidup Naomi datang bertubi-tubi selama periode yang cukup lama. Pertama, keluarganya terpaksa harus keluar dari Tanah Perjanjian dan mengembara di tanah musuh orang Israel, Moab (lih. Bil. 22:1-25:9). Kedua, anak-anaknya tidak memiliki keturunan dan semua laki-laki dalam keluarganya meninggal (ay. 3-5). Ketiga, ia harus menjadi janda, yang notabene begitu rentan dan tergantung kepada orang lain pada masa itu. Sungguh kondisi kehidupan yang pahit, wajar jika ia tidak mau dipanggil Naomi (artinya menyenangkan) tetapi Mara (artinya pahit). Namun, Yang Mahakuasa, Allah dari Naomi memberinya berkat untuk melalui kondisi yang berat tersebut.

Berkat Tuhan dalam kehidupan Naomi adalah menantu perempuan yang setia menemani Naomi. Kisah Naomi dan Rut, menantunya, mengajarkan bahwa berkat dari Tuhan bukan melulu berbicara tentang harta, takhta, atau sukacita. Naomi tetap pulang sebagai janda yang miskin (ay. 21) dan menantunya pun membuat gempar kampung halamannya (ay. 19). Naomi pada saat itu juga tidak melihat kehadiran Rut sebagai berkat dari Tuhan, tetapi Rut-lah yang selalu menemani Naomi dan pada akhirnya memberikan keturunan untuk melanjutkan keluarga Naomi (Rut 4:14-17). Berkat Tuhan bagi Naomi hadir melalui sosok Rut, orang Moab yang setia menemani Naomi.

Orang Kristen hendaknya tidak mengotak-ngotakkan berkat Tuhan dalam kehidupan hanya dalam bentuk materi. Memiliki banyak uang belum tentu berkat Tuhan, demikian juga dengan memiliki sedikit uang. Berkat Tuhan dapat hadir dalam kehadiran seorang rekan yang dapat berbagi hidup. Hidup kita pun juga dapat menjadi berkat bagi orang lain, apalagi jika kasih Tuhan Yesus sudah memenuhi hati kita.

Refleksi Diri:
Apa berkat yang Tuhan berikan kepada Anda, yang tidak berbentuk materi?
Apakah ada teman atau kerabat yang membutuhkan kehadiran Anda?"
Share:

Rasisme, No!


Galatia 3:26-29

Sebab kamu semua adalah anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus. Karena kamu semua, yang dibaptis dalam Kristus, telah mengenakan Kristus. Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus.

- Galatia 3:26-28

Rasisme adalah kepercayaan bahwa ras sangat menentukan sifat dan kemampuan seseorang. Kepercayaan ini menyebabkan terciptanya hirarki yang mana ras tertentu dianggap lebih unggul daripada ras lain. Rasisme disebabkan oleh berbagai hal, misalnya kebiasaan hanya bergaul dengan orang-orang sesuku/sebangsa sehingga tercipta kepercayaan yang sama. Penyebab lain adalah kebiasaan menghakimi orang lain atas penampilan, cara berpakaian, bahasa, dan ciri-ciri fisik lainnya, serta melabeli mereka “cerdas”, “berisik”, “kasar”, dsb.

Rasul Paulus mengatakan kepada jemaat Galatia bahwa mereka menjadi anak-anak Allah karena iman di dalam Yesus Kristus, bukan karena ras atau status sosial lainnya. Di dalam Kristus, tidak lagi dikenal pembedaan ras (Yahudi dan Yunani), status sosial tinggi dan rendah (orang merdeka dan budak), dan jenis kelamin. Semua orang satu dan setara di dalam Kristus. Dengan penegasan ini, Paulus menolak rasisme dalam kekristenan. Tidak ada keunggulan rohani suku/bangsa tertentu atas suku/bangsa lain. Orang Yahudi yang membanggakan diri sebagai umat pilihan tidak bisa lagi merasa diri mereka lebih istimewa di hadapan Allah dibandingkan terhadap orang Yunani atau bangsa lain. Demikian pula orang merdeka terhadap budak, pria terhadap wanita. Paulus sengaja menyebut tiga kategori ini karena orang Yahudi (pria) berdoa demikian: Tuhan, saya berterima kasih karena Engkau tidak jadikan saya orang kafir, budak dan wanita. Setiap orang percaya setara di hadapan Tuhan dan menjadi ahli waris dan penerima janji hidup kekal. (Gal 4:5-7).

Sudah saatnya orang Kristen tidak lagi mempersoalkan ras atau status dalam relasi dengan sesama apalagi bersikap rasis. Di dalam Kristus, semua orang disatukan tanpa mengenal pembedaan lagi. Di dalam Kristus, semua orang percaya adalah anak-anak Allah. Kita semua adalah satu di dalam Kristus Yesus.

Refleksi Diri:

Apakah Anda masih bersikap rasis? Misalnya menganggap suku atau bangsa tertentu lebih rendah?

Bagaimana caranya menghilangkan sikap rasis?"

Share:

Sekerat Roti Kering

Amsal 17:1-6

Lebih baik sekerat roti yang kering disertai dengan ketenteraman, dari pada makanan daging serumah disertai dengan perbantahan.

- Amsal 17:1

Dongeng Aladin dan lampu ajaibnya akrab kita dengar. Lampu ajaib yang kalau diusap akan mengeluarkan sesosok jin yang akan menawarkan tiga permintaan. Apa saja yang diminta sang tuan lampu ajaib pasti dikabulkannya. Akibat dongeng ini, sewaktu kecil, saya sering membayangkan apa saja yang kira-kira akan saya minta. Mungkin banyak anak- anak lain yang mendengar dongeng ini berpikir serupa. Jika punya kesempatan seperti itu, apa yang akan Anda minta? Sebagian besar orang langsung terbersit dalam pikirannya adalah soal harta. Harta harus ada dalam salah satu permintaan tersebut karena mereka berpikir, memiliki banyak harta adalah salah satu sumber kenyamanan dan ketenangan dalam hidup. Apakah pemikiran ini benar?

Ayat emas di atas membentangkan sebuah pelajaran berharga. “Makanan daging serumah” menggambarkan sebuah keluarga yang berkelimpahan secara materi, bahkan bukan cuma itu, keluarga ini juga dikenal sebagai keluarga religius. Daging biasanya dikonsumsi dari korban persembahan yang diberikan, ini menunjukkan adanya kegiatan agamawi yang mereka lakukan. Perhatikan bahwa yang mereka miliki adalah daging serumah, makanan yang berlimpah. Namun, yang menyedihkan adalah relasi di dalam rumah itu berantakan, materi berlimpah tetapi relasi tanpa kasih. Relasi yang indah tidak bisa dibeli dengan materi yang berlimpah. Apakah relasi indah yang paling Anda harapkan?

Perbandingan yang juga disampaikan adalah “lebih baik sekerat roti yang kering disertai ketenteraman”. Sekerat roti atau sepotong roti kecil menunjukkan kondisi yang secara materi kurang. Bukan hanya sedikit, rotinya juga kering karena tidak mampu membeli minyak zaitun untuk mencelupkannya. Apakah makanan ini enak? Tentu tidak, tetapi rasa roti itu tidak menjadi masalah ketika relasi di dalamnya penuh kasih. Punya harta banyak tentu tidak masalah, tetapi ingat harta tidak menentukan indahnya relasi. Sekalipun mengalami kesulitan dalam ekonomi, tetap dapat merasakan ketenteraman.

Tuhan Yesus datang ke dunia dengan cara yang paling sederhana, bahkan kematian-Nya dengan cara yang paling buruk. Namun, jalan kemiskinan yang dijalani-Nya bertujuan supaya kita beroleh kekayaan relasi dengan Bapa. Biarlah kita juga mementingkan relasi yang baik dalam hidup berkeluarga, sambil terus berusaha mengasihi anggota keluarga kita dengan kasih Kristus.

Refleksi Diri:

Bagaimana relasi di dalam keluarga Anda? Apakah ada yang masih belum beres?

Apa komitmen Anda untuk menghadirkan ketenteraman di dalam kehidupan berkeluarga Anda?"

Share:

Buka Dulu Topengmu!

Matius 23:1-36

Jawab-Nya kepada mereka: ”Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku.

- Markus 7:6

Secara sederhana, kemunafikan mempunyai pengertian berpura-pura percaya atau setia tetapi sebenarnya dalam hatinya tidak. Kemunafikan selalu berbicara tentang menghidupi hidup yang berbeda antara perbuatan dan perkataan. Orang yang munafik juga sering disebut orang yang bermuka dua atau orang yang suka memakai topeng untuk menutupi keaslian diri.

Tuhan Yesus mengecam orang-orang Farisi yang hidup dalam kemunafikan. Mereka adalah kelompok orang-orang beragama yang dihormati oleh masyarakat Yahudi. Mereka sangat mengerti tentang kebenaran Taurat. Namun, yang menarik adalah justru kepada kelompok inilah Tuhan mengecam dan menegur keras karena perkataan dan cara hidup mereka bertentangan dan berbeda dengan apa yang diajarkan firman Tuhan. Orang-orang Farisi menetapkan peraturan-peraturan agama yang berat, tetapi tidak menolong umat untuk menjalankannya (ay. 4). Mereka melakukan kegiatan dan mengenakan jubah-jubah agamawi agar dipandang umat (ay. 5). Mereka juga suka duduk di tempat terhormat di rumah-rumah ibadat atau tempat terbaik di acara-acara perjamuan (ay. 6). Dan masih banyak lagi teguran yang Tuhan Yesus sampaikan mengenai mereka.


Orang-orang Farisi suka memakai “topeng” untuk menyelubungi kelicikan, ketidaktulusan, dan kejahatan hati mereka. Mereka tidak menghidupi kehidupan yang jujur dan otentik di hadapan Tuhan. Mereka menipu orang lain dan bahkan diri mereka sendiri dengan memakai “topeng” agamawi. Orang-orang Farisi merasa sebagai orang yang paling benar di hadapan Allah. Mereka melupakan satu hal bahwa Tuhan tidak bisa ditipu dengan “topeng” yang mereka pakai. Tuhan mengetahui kedalaman hati mereka. Tuhan menuntut supaya mereka “beribadahlah kepada-Nya dengan tulus ikhlas dan dengan rela hati, sebab TUHAN menyelidiki segala hati dan mengerti segala niat dan cita-cita.” (1Taw. 28:9b).


Saudaraku yang kekasih, kemunafikan selalu membuat orang tidak dapat hidup secara jujur di hadapan Tuhan. Kemunafikan bagaikan sebuah penyakit “kanker” yang jika tidak dihancurkan akan merusak keotentikan hidup kita di hadapan Tuhan. Tuhan Yesus suka dengan orang-orang yang jujur dengan keberadaannya dan itu adalah titik awal yang mengubahkan kita menjadi pengikut-pengikut Kristus yang sejati. Bukalah “topeng” Anda dan jadilah diri Anda sendiri maka Yesus akan mengubahkan kita semakin serupa dengan-Nya.

Refleksi Diri:

Apa hal-hal yang membuat Anda susah untuk terbuka dan otentik? Apakah Anda sudah meminta Tuhan Yesus menyelidiki dan mengubahkan hati Anda?

Apa komitmen yang ingin Anda ambil agar bisa hidup tanpa mengenakan “topeng” di hadapan Tuhan?"

Share:

Senantiasa Bersyukur

1 Tesalonika 5:12-22

Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.

- 1 Tesalonika 5:18

Matthew Henry, seorang penafsir Alkitab, suatu kali menjadi korban perampokan. Responsnya terhadap kejadian tersebut sangat mengejutkan. Ia menulis, “Aku bersyukur tidak sering dirampok, dan ini adalah pertama kalinya aku dirampok. Bersyukur aku dirampok dan bukan perampok. Aku bersyukur yang dirampok hanya barang bukan nyawa.”

Pada umumnya, orang akan lebih mudah untuk bersyukur dalam kondisi semuanya lancar dibandingkan dalam kesusahan. Kenyataannya tidaklah demikian. Manusia sangat mahir untuk menemukan hal-hal yang tidak memuaskan dirinya dalam setiap berkat yang diterimanya. Misalnya, seorang anak ketika lapar membayangkan makanan enak. Ketika mendapatkan makanan, ia sangat berterima kasih. Namun, setelah mencicipi sedikit makanannya ia mulai mengeluh, “Makanan apa ini? Tidak enak, aku tidak suka. Aku tidak mau makan!”

Rasul Paulus mengajarkan bahwa bersyukur merupakan kehendak Tuhan bagi anak-anak-Nya. Kebenaran ini sangatlah penting, mengingat biasanya orang memahami bersyukur sebagai sebuah respons terhadap keadaan positif yang terjadi di dalam hidup. Firman Tuhan jelas mengatakan bahwa bersyukur bukan hanya sebuah tindakan yang kita lakukan, tetapi merupakan pernyataan siapa diri kita di hadapan Tuhan. Positif atau negatif keadaan yang sedang kita alami, bersyukur merupakan respons yang harus keluar dari dalam diri kita, para murid Kristus. Bukan karena kita mampu dan mau, melainkan karena bersyukur adalah kehendak Tuhan bagi kita. Tuhan ingin anak-anak-Nya dikenal melalui hidup yang senantiasa bersyukur di dalam semua keadaan.

Bersyukur harus dipelajari dan diusahakan. Ini bukanlah kecenderungan alami manusia. Kita harus melatih kepekaan melihat rencana baik Tuhan dalam keadaan lancar maupun tidak. Kita harus bersyukur tanpa melihat ke bawah sambil tertunduk lesu, tetapi lihatlah ke atas sambil mengucapkan puji syukur ke takhta Allah di surga. Renungkanlah setiap pemberian ajaib-Nya di masa lalu dalam kehidupan kita. Dalam keadaan paling kurang sekalipun, kita tetap melimpah karena telah memiliki Kristus Yesus, berkat terbesar dari kasih Allah. Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya (Mzm. 136:1).

Refleksi Diri:

Apakah ada hal-hal yang membuat Anda sulit bersyukur kepada Tuhan?

Apa karya-karya Allah dalam hidup Anda semenjak kecil hingga saat ini? Bagaimana Anda dapat mengucap syukur atas karya-karya tersebut?"

Share:

Sukacita Mendekat Tuhan

Mazmur 122:1-9

Aku bersukacita, ketika dikatakan orang kepadaku: “Mari kita pergi ke rumah TUHAN.”
- Mazmur 122:1

Pada dasarnya, manusia pasti membutuhkan pribadi lain di luar dirinya dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Kenyataan ini benar adanya karena manusia adalah makhluk sosial atau makhluk yang harus berelasi. Manusia diciptakan oleh Tuhan maka dalam menjalani kehidupannya ia pasti harus berelasi dengan Tuhan dan dengan sesama manusia yang diciptakan juga oleh-Nya. Namun, acapkali kita menemukan orang-orang yang dengan sombongnya menyatakan bahwa ia tidak membutuhkan orang lain, bahkan terlebih parah menganggap dirinya tidak membutuhkan Tuhan dalam kehidupannya.

Mazmur 122 adalah ungkapan isi hati seorang anak Tuhan, bernama Daud. Sebagian besar kita tentu sangat mengenal profil Daud. Ia seorang raja yang sangat berpengaruh dan terkenal di sepanjang sejarah bangsa Israel. Bukan hanya berpengaruh di dalam sejarah kehidupan orang Israel, bahkan pengaruh Daud menjalar sampai ke peradaban dunia hingga saat ini. Daud sesungguhnya memiliki ratusan alasan untuk bersukacita karena segala yang dimilikinya. Ia mampu mendapatkan semua yang dibutuhkan dan diinginkannya setiap saat.

Daud memiliki harta, tahta, wanita, popularitas dan semua hal lainnya yang sangat diingini oleh setiap manusia di muka bumi. Namun, yang sangat menarik adalah Daud justru bersukacita bukan karena semua yang dimilikinya, melainkan karena bisa dan boleh mendekat kepada Tuhan, di dalam rumah Tuhan. Bagi Daud, mendekat kepada Sang Pencipta menjadi sumber sukacitanya yang tidak dapat tergantikan oleh apa pun. Daud sadar sebagai manusia yang diciptakan oleh Tuhan maka ia tidak bisa lepas dari kekuasaan Tuhan. Daud paham bahwa di tengah kekayaan dan kekuasaan yang dimilikinya, ia memerlukan relasi yang dekat dengan Tuhan yang memberikannya hikmat, kebijaksana, kekuatan dan anugerah untuk menjalani kehidupannya.

Bagaimanakah dengan kita? Apakah kita masih merasa memerlukan Tuhan dalam menjalani kehidupan? Atau justru kita merasa tidak memerlukan Tuhan lagi dan tidak memiliki keinginan untuk mendekat kepada Tuhan Yesus? Sebagai manusia yang diciptakan oleh Tuhan, kita tidak mungkin bisa mengerti apa arti hidup tanpa menemukannya di dalam Tuhan yang menciptakan kita dan memberikan kekuatan dalam menjalani hidup.

Refleksi Diri:

Bagaimana Anda menjalani hidup sebagai makhluk sosial selama ini?
Bagaimana relasi Anda selama ini dengan Tuhan? Apakah Anda masih bersukacita jika bisa dan boleh mendekat kepada-Nya?"
Share:

Pentingnya Mengenal Dosa

Yunus 4:5-11

supaya, sama seperti dosa berkuasa dalam alam maut, demikian kasih karunia akan berkuasa oleh kebenaran untuk hidup yang kekal, oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.
- Roma 5:21

Paham dosa di dunia sekuler mengalami pemudaran dan hal ini menimbulkan berbagai masalah. Seperti yang dikatakan mendiang Pdt. Daniel Lucas Lukito dalam bukunya Pudarnya Konsep Dosa (2021), “Jadi situasi dunia kekinian yang secara diam-diam atau terang-terangan menolak konsep dosa yang biblikal justru menjadi akar dari segala persoalan yang meluas dalam lingkup mental, moral, dan sosial.” Pudarnya konsep dosa juga menimbulkan masalah kepada orang-orang dalam kisah Yunus ini.

Pudarnya konsep dosa membuat orang Niniwe terus melakukan kejahatan. Sejarah mencatat Kerajaan Asyur (Niniwe adalah ibukota Asyur) sebagai salah satu kerajaan yang kejam. Mereka tega melakukan berbagai hal mengerikan terhadap tahanan perangnya. Ternyata, masalah mendasar mereka adalah tidak memiliki kompas moral, seperti yang dikatakan oleh Allah, “… kota yang besar itu, … yang semuanya tak tahu membedakan tangan kanan dari tangan kiri …” (ay. 11). Mereka seperti orang yang tersesat dan tidak memiliki kebenaran untuk dipegang. Karena itu, ketika Yunus memberitakan penghakiman mereka langsung bertobat (lih. Yun. 3:4).

Pudarnya konsep dosa juga membuat Yunus ingin melihat kehancuran Niniwe. Hal ini merupakan masalah karena keinginan tersebut muncul dari hati Yunus yang sombong. Ia merasa lebih benar dari “para penyembah berhala” (termasuk orang Niniwe, lih. Yun. 2:8-9), bahkan lebih benar dari keputusan Allah (Yun. 4:2-3). Yunus sebagai sorang nabi, gagal mengenal hati Allah dan sepenuh hati melakukan kehendak-Nya. Jika masalah orang Niniwe tidak memiliki kompas moral maka masalah Yunus adalah gagal mengidentifikasi dirinya sebagai orang yang berdosa.

Pudarnya konsep dosa juga dapat membuat orang Kristen kehilangan arah hidup dan sukacita mengikut Tuhan Yesus. Identitas mendasar orang Kristen adalah orang berdosa yang tidak layak menerima anugerah keselamatan tetapi diselamatkan oleh Tuhan. Jika dosa sudah menjadi hal yang tidak serius bagi kita maka keselamatan dari Tuhan Yesus juga tidak akan dibutuhkan. Mari menjalani hidup dengan tetap awas terhadap dosa-dosa yang ada, sebelum dosa-dosa tersebut merenggut sukacita dan tenaga kita untuk hidup bagi Tuhan Yesus.

Refleksi Diri:

Bagaimana Anda memandang persoalan dosa di dalam diri atau keluarga Anda? Apakah Anda memandangnya dengan serius?
Apakah ada dosa-dosa tertentu yang masih Anda susah untuk lepaskan?"
Share:

Menanti Janji Yang Pasti

2 Petrus 3:8-16

Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat.
- 2 Petrus 3:9

PHP atau Pemberi Harapan Palsu, sebuah istilah yang digunakan oleh orang-orang ketika merasa mendapatkan janji palsu dari orang lain. Manusia sering kali memberikan janji dan salah satu kebiasaan manusia lainnya adalah melupakan atau mengingkari janji tersebut. Jika seseorang memberikan janji, tetapi di kemudian hari ia melupakan atau mengingkarinya maka orang yang diberikan janji akan merespons dengan geram, “Jangan PHP ya!”
Bersyukur Allah yang kita sembah bukanlah Allah yang PHP. Kita dapat membaca di sepanjang Alkitab, tidak ada satu janji pun yang Allah ingkari. Semua janji yang telah Allah sampaikan, sungguh nyata terjadi. Fakta ini juga disampaikan oleh Rasul Petrus di dalam suratnya yang kedua. Petrus telah melihat bahwa Allah “tidak lalai menepati janji-Nya”. Petrus ingin mengingatkan kepada para pembacanya bahwa Allah tidak pernah lupa terhadap janji-janji-Nya. Allah tidak sedang PHP. Janji Allah selalu dipenuhi-Nya, termasuk mengenai janji di hari kedatangan Tuhan Yesus untuk kedua kalinya.
Saat ini, mulai banyak kaum muda yang tidak mau percaya hidupnya diatur oleh Tuhan. Mereka mulai tidak percaya akan akhir zaman karena banyaknya bukti ilmiah yang lebih masuk akal, maupun berbagai alasan pergumulan lainnya. Dalam menanti janji Allah, khususnya Hari Tuhan, kita tentu tidak pernah tahu kapan hari itu akan terjadi. Namun, satu hal yang perlu diingat, janji Allah akan hari di mana Tuhan Yesus datang kembali adalah janji yang pasti. Jangan sampai karena kenyamanan saat ini, membuat kita ragu akan janji kedatangan Allah. Kita perlu terus berfokus kepada Allah agar tidak tergoda untuk meragukan janji-janji Tuhan.
Kiranya setiap kita dapat terus menanti janji-janji Tuhan yang pasti dengan penuh pengharapan. Mungkin saat ini kita sedang bergumul, ingin menyerah, melupakan siapa pemegang kendali hidup kita, tetapi ingat dan percayalah akan janji-janji Tuhan. Biarlah janji Allah akan hari kedatangan-Nya, memberikan kita pengharapan untuk terus berjuang. Tidak hanya sekadar berjuang, tetapi juga dengan sungguh menjadikan hari akhir kita bersama Tuhan sebagai tujuan utama yang akan kita capai.
Refleksi Diri:
Apa janji-janji Tuhan yang sudah Dia penuhi selama ini? Bagaimana pemenuhan janji tersebut bisa menguatkan Anda?
Apa yang akan Anda persiapkan dan lakukan untuk menyambut Hari Tuhan?"

selamat pagi dan selamat beraktifitas dan selalu andalkan Tuhan
Share:

Pentingnya Mengenal Dosa

Yunus 4:5-11

supaya, sama seperti dosa berkuasa dalam alam maut, demikian kasih karunia akan berkuasa oleh kebenaran untuk hidup yang kekal, oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.
- Roma 5:21

Paham dosa di dunia sekuler mengalami pemudaran dan hal ini menimbulkan berbagai masalah. Seperti yang dikatakan mendiang Pdt. Daniel Lucas Lukito dalam bukunya Pudarnya Konsep Dosa (2021), “Jadi situasi dunia kekinian yang secara diam-diam atau terang-terangan menolak konsep dosa yang biblikal justru menjadi akar dari segala persoalan yang meluas dalam lingkup mental, moral, dan sosial.” Pudarnya konsep dosa juga menimbulkan masalah kepada orang-orang dalam kisah Yunus ini.

Pudarnya konsep dosa membuat orang Niniwe terus melakukan kejahatan. Sejarah mencatat Kerajaan Asyur (Niniwe adalah ibukota Asyur) sebagai salah satu kerajaan yang kejam. Mereka tega melakukan berbagai hal mengerikan terhadap tahanan perangnya. Ternyata, masalah mendasar mereka adalah tidak memiliki kompas moral, seperti yang dikatakan oleh Allah, “… kota yang besar itu, … yang semuanya tak tahu membedakan tangan kanan dari tangan kiri …” (ay. 11). Mereka seperti orang yang tersesat dan tidak memiliki kebenaran untuk dipegang. Karena itu, ketika Yunus memberitakan penghakiman mereka langsung bertobat (lih. Yun. 3:4).

Pudarnya konsep dosa juga membuat Yunus ingin melihat kehancuran Niniwe. Hal ini merupakan masalah karena keinginan tersebut muncul dari hati Yunus yang sombong. Ia merasa lebih benar dari “para penyembah berhala” (termasuk orang Niniwe, lih. Yun. 2:8-9), bahkan lebih benar dari keputusan Allah (Yun. 4:2-3). Yunus sebagai sorang nabi, gagal mengenal hati Allah dan sepenuh hati melakukan kehendak-Nya. Jika masalah orang Niniwe tidak memiliki kompas moral maka masalah Yunus adalah gagal mengidentifikasi dirinya sebagai orang yang berdosa.

Pudarnya konsep dosa juga dapat membuat orang Kristen kehilangan arah hidup dan sukacita mengikut Tuhan Yesus. Identitas mendasar orang Kristen adalah orang berdosa yang tidak layak menerima anugerah keselamatan tetapi diselamatkan oleh Tuhan. Jika dosa sudah menjadi hal yang tidak serius bagi kita maka keselamatan dari Tuhan Yesus juga tidak akan dibutuhkan. Mari menjalani hidup dengan tetap awas terhadap dosa-dosa yang ada, sebelum dosa-dosa tersebut merenggut sukacita dan tenaga kita untuk hidup bagi Tuhan Yesus.

Refleksi Diri:

Bagaimana Anda memandang persoalan dosa di dalam diri atau keluarga Anda? Apakah Anda memandangnya dengan serius?
Apakah ada dosa-dosa tertentu yang masih Anda susah untuk lepaskan?"

selamat pagi selamat berkarya demi Kristus.
Share:

Kristus Hidup Di Dalam Aku

Galatia 2:16-21

namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.
- Galatia 2:20

Film-film bertema zombie menggambarkan tentang manusia yang tidak lagi menjadi dirinya sendiri. Zombie-zombie itu melakukan segala sesuatu menurut kehendak “roh” yang menguasai atau tinggal di dalam tubuh mereka. Mereka sesungguhnya mati meskipun tampak hidup.

Rasul Paulus tidak menyatakan bahwa ia seperti zombie ketika mengatakan bahwa hidupnya dikuasai Kristus: “Kristus hidup di dalam aku”. Ia tidak kehilangan kepribadiannya. Yang dimaksud Paulus adalah bahwa sejak ia percaya kepada Kristus, ia bersatu dengan-Nya. Persatuan dalam hal apa? Dalam kematian Kristus. “Aku telah disalibkan dengan Kristus” (ay. 19). Kristus disalibkan untuk menanggung dosa kita. Oleh iman, kita percaya bahwa kematian-Nya telah melunasi dosa kita. Persatuan dengan Kristus menjadikan kita manusia yang baru dalam arti terjadi tranformasi hidup. Sejak itu, kita memulai kehidupan yang baru. Apa ciri kehidupan baru? Kehidupan yang mati terhadap dosa. Tidak lagi dikuasai dosa. Seorang yang bersatu dengan Kristus tidak lagi suka berbuat dosa. Kecenderungan hatinya berubah. Hatinya sekarang seperti hati Kristus, menyenangi yang benar dan melakukan yang benar.

Kembali kepada ilustrasi di awal, bahwa Kristus hidup di dalam kita tidak sama dengan keadaan zombie. Zombie kehilangan kebebasannya sehingga sebenarnya tidak lagi patut disebut manusia. Orang percaya berbeda. Kita hidup dalam kebebasan, tetapi keinginan hati dan kehendak kita adalah keinginan dan kehendak yang tidak lagi menurut natur atau sifat kita yang lama, melainkan menurut Kristus. Kita menjadi ciptaan baru di dalam Kristus (2Kor 5:17). Kita suka melakukan hal-hal yang baik dan benar sebagaimana yang dikehendaki Kristus.

Saudara-saudaraku, sebagai orang-orang yang sudah percaya Kristus, marilah kita menunjukkan sifat dan perilaku yang berkarakter Kristus di dalam kehidupan keseharian kita. Kiranya orang lain yang belum percaya bisa melihat Kristus di dalam diri kita melalui perbuatan baik dan benar yang kita lakukan.

Refleksi Diri:

Mengapa orang percaya seharusnya gemar akan hal-hal yang baik dan benar berdasarkan Galatia 2:20?
Bagaimana membangun kecondongan hati agar gemar melakukan hal-hal yang baik dan benar?"

selamat beraktifitas dan selamat. berkarya di dalam Kristus gbu
Share:

Segenap, Segenap, Segenap

Ulangan 6:1-9

Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu.
- Ulangan 6:5

Sebuah berita sempat gempar mengenai seorang atlet renang nasional dari Jepang yang diskors karena ketahuan berselingkuh, padahal ia sudah mempunyai istri dan dua orang putri. Atlet ini sebetulnya punya prestasi tidak main-main. Ia kapten tim renang Jepang untuk Olimpiade, juga pernah meraih beberapa medali emas dalam berbagai kejuaraan. Ternyata, ini bukan pertama kali atlet Jepang dihukum seperti ini, ada beberapa kasus lainnya yang serupa. Jadi, bagi orang Jepang bukan hanya prestasi yang penting, tetapi kehidupannya juga harus sama baiknya di dalam maupun di luar lapangan. Pandangan seperti ini sebenarnya juga Tuhan inginkan terhadap orang percaya, bahwa hidupnya tidak boleh dibagi-bagi. Hidup buat Tuhan haruslah sama ketika melakukan kegiatan agama maupun keseharian.
Tuhan mau orang Israel mengasihi Tuhan dengan memberikan seluruh kehidupan mereka kepada Tuhan. Namun, umat-Nya berulang kali gagal untuk mengasihi Tuhan. Mereka lebih mengasihi hidup mereka sendiri, hanya mencari kebahagiaannya pribadi bukan kehendak Tuhan. Perintah yang diberikan Tuhan pada ayat di atas berbicara tentang relasi. Tuhan sudah mengasihi umat Israel, membawa mereka keluar dari tanah Mesir. Tuhan tidak setengah-setengah mengasihi mereka maka Dia mau umat membalas kasih-Nya dengan segenap hati.
Coba renungkan sejenak pertanyaan-pertanyaan berikut: apakah Anda mengasihi Tuhan? Seberapa sungguh Anda mengasihi-Nya? Apakah Anda mengasihi-Nya dengan setengah atau segenap hati, menyatakannya dalam ibadah saja atau di setiap saat? Mengasihi dengan sisa-sisa atau seluruh kekuatan?
Jika kita adalah orang-orang yang sudah menerima kasih Allah, seharusnya kita mengasihi Allah dengan segenap hidup kita, tanpa membaginya dengan apa pun atau siapa pun. Perintah yang sama juga Tuhan inginkan dari kita untuk mengasihi-Nya dengan segenap hati, segenap jiwa, dan segenap kekuatan. Artinya, Dia mau kita mempersembahkan hidup seluruhnya ke hadapan Tuhan, apa pun yang kita lakukan hari demi hari. Persembahan yang banyak, kesibukan pelayanan, tanpa memberikan seluruh hidup, bukanlah persembahan yang berkenan kepada Tuhan. Hidup kita tidak bisa dibagi-bagi antara yang rohani dan bukan.
Dalam pekerjaan, keluarga, pelayanan, bahkan saat jalan-jalan, bermain, dll. kita harus hidup sama untuk Kristus. Hidup yang terbagi-bagi sama saja tidak mempersembahkan yang utuh kepada Tuhan.
Refleksi Diri:
Apakah Anda sudah mengasihi Tuhan dengan segenap hidup Anda?
Apa hal-hal di dalam hidup yang biasanya tidak sepenuhnya Anda berikan untuk Tuhan? Bagaimana Anda akan memperbaikinya?"

selamat beribadah di baitnya yang Kudus, MET berkarya dan bersamanya dalam anugerahnya di tiap pagi hari ini.
Share:

Apa Yang Anda Kejar?

Ibrani 13:5-6

Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu.
- Ibrani 13:5a

Pandangan dunia menawarkan dan menetapkan standar kekayaan dan kemewahan sebagai tanda keberhasilan. Harus diakui, sebagian besar manusia menjadikan kekayaan dan kemewahan sebagai gaya hidup yang harus dikejar untuk mendapatkan penerimaan dan pengakuan dari orang lain. Bahkan gaya hidup ini pun banyak ditemukan di gereja-gereja Tuhan. Mimbar sebagai tempat menyatakan ajaran firman Tuhan justru seringkali dipakai untuk mengajarkan bagaimana menerima dan mendapatkan kekayaan, serta hidup dalam kemewahan. Kenyataan ini sungguh mengkhawatirkan dan menyesatkan. Alkitab dengan sangat tajam mengkritik gaya hidup mengejar kekayaan dan kemewahan.

Firman Tuhan sebetulnya tidak melarang mendapatkan kekayaan, tetapi jika kehidupan manusia hanya didasarkan pada keinginan untuk mengejar kekayaan dan bahkan menjadi “hamba” uang, maka gaya hidup tersebut akan menjadi kesalahan terbesar manusia dalam menjalani hidupnya.

Ayat emas mengingatkan bahwa “cukupkanlah dirimu” untuk menjadi gaya hidup yang perlu dipraktikkan oleh para pengikut Kristus. Kata “cukupkanlah dirimu” menjadi dasar bagi kita untuk melihat bahwa anugerah Tuhan Yesus selalu ada dan cukup di dalam kehidupan kita sebagai orang-orang yang percaya kepada-Nya. Dia tidak akan pernah meninggalkan anak-anak-Nya dan akan selalu memberikan kecukupan dan pertolongan tak terduga yang Allah sediakan bagi anak-anak-Nya. Seringkali manusia merasa yakin ketika ia memiliki sesuatu yang bisa diandalkan, entah kepandaian, kekayaan, keterampilan, pengalaman atau yang lainnya, maka ia akan merasa aman dan tenteram. Padahal usaha mengejar kekayaan adalah sia-sia. Semakin bertambah kekayaan yang kita miliki akan semakin bertambah pula orang yang menghabiskannya (Pkh. 5:10). Firman Tuhan mengajarkan bahwa bukan uang yang harus dikejar dalam hidup, apalagi sampai akhirnya manusia diperhamba olehnya. Yang harus dikejar adalah bagaimana menjalani kehidupan yang menikmati anugerah Tuhan sehari demi sehari.

Bagaimana dengan diri kita? Apa yang sesungguhnya kita kejar selama ini? Kekayaan? Kemewahan? Apa yang ingin dibuktikan kepada orang lain dari keberhasilan kita? Hendaklah kita sadar bahwa jika Tuhan mengizinkan kita memperoleh kekayaan, kiranya kekayaan tersebut menjadi dasar bagi kita untuk belajar berbagi kepada sesama. Kekayaan dan kemewahan bukanlah untuk dikejar, melainkan untuk dinikmati dan dibagikan, supaya melalui kekayaan kita nama Tuhan dipermuliakan.

Refleksi Diri:

Mengapa manusia cenderung suka mengejar uang? Apakah selama ini Anda sudah diperhamba oleh uang?
Apakah Anda sudah berbagi kepada sesama melalui kekayaan yang Tuhan percayakan kepada Anda? Atau justru memakai kekayaan untuk hidup dalam kemewahan?"


selamat beraktifitas dan selalu pertahankan iman.
Share:

Apa Yang Anda Kejar?

Ibrani 13:5-6
Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu.
- Ibrani 13:5a

Pandangan dunia menawarkan dan menetapkan standar kekayaan dan kemewahan sebagai tanda keberhasilan. Harus diakui, sebagian besar manusia menjadikan kekayaan dan kemewahan sebagai gaya hidup yang harus dikejar untuk mendapatkan penerimaan dan pengakuan dari orang lain. Bahkan gaya hidup ini pun banyak ditemukan di gereja-gereja Tuhan. Mimbar sebagai tempat menyatakan ajaran firman Tuhan justru seringkali dipakai untuk mengajarkan bagaimana menerima dan mendapatkan kekayaan, serta hidup dalam kemewahan. Kenyataan ini sungguh mengkhawatirkan dan menyesatkan. Alkitab dengan sangat tajam mengkritik gaya hidup mengejar kekayaan dan kemewahan.

Firman Tuhan sebetulnya tidak melarang mendapatkan kekayaan, tetapi jika kehidupan manusia hanya didasarkan pada keinginan untuk mengejar kekayaan dan bahkan menjadi “hamba” uang, maka gaya hidup tersebut akan menjadi kesalahan terbesar manusia dalam menjalani hidupnya.

Ayat emas mengingatkan bahwa “cukupkanlah dirimu” untuk menjadi gaya hidup yang perlu dipraktikkan oleh para pengikut Kristus. Kata “cukupkanlah dirimu” menjadi dasar bagi kita untuk melihat bahwa anugerah Tuhan Yesus selalu ada dan cukup di dalam kehidupan kita sebagai orang-orang yang percaya kepada-Nya. Dia tidak akan pernah meninggalkan anak-anak-Nya dan akan selalu memberikan kecukupan dan pertolongan tak terduga yang Allah sediakan bagi anak-anak-Nya. Seringkali manusia merasa yakin ketika ia memiliki sesuatu yang bisa diandalkan, entah kepandaian, kekayaan, keterampilan, pengalaman atau yang lainnya, maka ia akan merasa aman dan tenteram. Padahal usaha mengejar kekayaan adalah sia-sia. Semakin bertambah kekayaan yang kita miliki akan semakin bertambah pula orang yang menghabiskannya (Pkh. 5:10). Firman Tuhan mengajarkan bahwa bukan uang yang harus dikejar dalam hidup, apalagi sampai akhirnya manusia diperhamba olehnya. Yang harus dikejar adalah bagaimana menjalani kehidupan yang menikmati anugerah Tuhan sehari demi sehari.

Bagaimana dengan diri kita? Apa yang sesungguhnya kita kejar selama ini? Kekayaan? Kemewahan? Apa yang ingin dibuktikan kepada orang lain dari keberhasilan kita? Hendaklah kita sadar bahwa jika Tuhan mengizinkan kita memperoleh kekayaan, kiranya kekayaan tersebut menjadi dasar bagi kita untuk belajar berbagi kepada sesama. Kekayaan dan kemewahan bukanlah untuk dikejar, melainkan untuk dinikmati dan dibagikan, supaya melalui kekayaan kita nama Tuhan dipermuliakan.

Refleksi Diri:

Mengapa manusia cenderung suka mengejar uang? Apakah selama ini Anda sudah diperhamba oleh uang?
Apakah Anda sudah berbagi kepada sesama melalui kekayaan yang Tuhan percayakan kepada Anda? Atau justru memakai kekayaan untuk hidup dalam kemewahan?"
Share:

Jubah Abu-abu

Kisah Para Rasul 4:8-12

Dan keselamatan tidak ada di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.- Kisah Para Rasul 4:12

Jochanan be Zaki, seorang rabbi Yahudi, pada saat sakit parah berpesan kepada murid-muridnya, “Bila aku mati, jangan kenakan aku jubah putih ataupun hitam, tetapi kenakanlah jubah abu-abu.” “Kenapa, Rabbi?” tanya murid-muridnya. “Bila aku memakai jubah putih, tetapi aku masuk neraka, aku akan malu. Sebaliknya, bila aku memakai jubah hitam, tetapi ternyata masuk surga maka semua orang akan menertawakan aku. Jadi, supaya aman biarlah aku memakai jubah abu-abu.”
Sebagai orang yang sudah percaya kepada Kristus seharusnya kita yakin akan keselamatan kita. Namun, dewasa ini begitu banyak orang Kristen yang masih “abu- abu” terkait keselamatan mereka. Jika bertanya kepada mereka mungkin kita masih akan mendapat jawaban, “Semoga”; “Tidak tahu”; “Entahlah”; atau bahkan “Tidak yakin.” Penting untuk dipahami bahwa kepastian keselamatan bukan berdasarkan penilaian manusia, tetapi berdasarkan pengorbanan Kristus yang dinyatakan di dalam Alkitab.
Firman Tuhan sangat jelas menyampaikan bahwa keselamatan adalah sesuatu yang pasti, tetapi eksklusif. Pasti dalam arti ketika seseorang memiliki keselamatan, ia tidak akan kehilangan keselamatan (lih. Yoh. 10:28-29; Rm. 8:38-39). Namun, eksklusif karena hanya didapatkan melalui anugerah Allah dalam pengorbanan Kristus Yesus. Di luar Kristus bukan hanya kepastian keselamatan hilang, keselamatan tersebut juga tidak akan didapatkan oleh manusia. Keselamatan dan kepastian keselamatan kita peroleh hanya di dalam Yesus Kristus Tuhan. Yesus berkata, “Akulah jalan, kebenaran, dan hidup.” (Yoh. 14:6). Hanya melalui pengorbanan Kristus di atas kayu salib kita bisa sampai ke hadapan Allah pada saat meninggalkan dunia ini.
Apakah Anda yakin akan keselamatan Anda? Seringkali kita tidak yakin akan keselamatan karena menilai keselamatan berdasarkan perbuatan baik. Kita akan segera meragukan keselamatan ketika hidup jauh dari Tuhan, sebaliknya kita merasa yakin ketika rajin berdoa, beribadah, dan melakukan banyak kebaikan. Keselamatan bukanlah sesuatu yang datang dan pergi sesuai dengan baik atau buruknya keadaan hidup. Keselamatan hanya didasarkan pada anugerah pengorbanan Kristus yang selalu sama sampai selama-lamanya. Letakkan keselamatan Anda pada kebenaran tersebut!
Refleksi Diri:
Apa kondisi yang membuat Anda ragu akan keselamatan Anda? Apakah Anda sudah menerima dan percaya Yesus Kristus di dalam hati Anda?
Apakah keselamatan bisa hilang jika Anda telah percaya Kristus? Mengapa?
"
selamat beraktifitas dan selamat berjalan bersama Kristus di pagi ini.Gbu.
Share:

Ingat Statusmu

Matius 21:33-46

Kata mereka kepada-Nya: “Ia akan membinasakan orang-orang jahat itu dan kebun anggurnya akan disewakannya kepada penggarap-penggarap lain, yang akan menyerahkan hasilnya kepadanya pada waktunya.
- Matius 21:41

Setiap kita pasti sangat mengenal apa arti sebuah cerita. Hidup yang sedang kita jalani pun adalah sebuah cerita. Di dalam sebuah cerita, kita juga dapat melihat bagaimana alur cerita akan mengarahkan pandangan kita untuk melihat ke mana cerita berakhir.
Akhir dari suatu cerita akan menyatakan suatu tujuan dan maksud tertentu. Matius 21 merupakan sebuah perumpamaan yang digunakan Yesus untuk menyampai- kan maksud tertentu dengan menggunakan cerita yang umum didengar oleh orang-orang pada masa itu. Dia bercerita tentang kebun anggur dan para penggarapnya, suatu profesi yang sering ditemukan dan dilihat oleh mereka. Yesus memakai cerita ini agar mudah dipahami oleh para pendengarnya.
Tujuan Yesus menyampaikan cerita adalah jelas, yaitu menyadarkan kembali status para imam kepala dan orang-orang Farisi. Mereka adalah kaum rohaniwan dan pemimpin agama, digambarkan sebagai para penggarap kebun anggur. Cerita ini merupakan sebuah teguran Yesus kepada para imam kepala dan orang Farisi yang melupakan status mereka yang seharusnya. Mereka adalah orang-orang yang dipercayakan Tuhan, dalam hal ini Tuhan digambarkan sebagai pemilik kebun anggur, untuk menggarap dan mengolah kebun sehingga menghasilkan buah anggur yang baik, yaitu memperkenalkan dan mengajarkan kebenaran Tuhan. Namun, kepercayaan ini mereka salah gunakan. Mereka justru mengabaikan dan lalai mempraktikkan kebenaran firman. Ini terlihat jelas dari kehidupan mereka yang tidak lagi mencari kebenaran, melainkan terus menerus mengubah kebenaran menjadi pembenaran bagi diri mereka sendiri. Saat mereka ditegur oleh Tuhan, Sang pemilik kebun anggur, dengan mengirimkan hamba-hamba-Nya yang lain, mereka justru melawan bahkan sampai memukuli dan membunuh utusan tersebut. Mereka melupakan status yang sebenarnya yang dipercayakan Tuhan kepada mereka.
Kita adalah orang-orang yang telah diselamatkan oleh Yesus Kristus. Status kita jelas, yaitu pengikut Kristus dan hamba Tuhan (bukan hanya pendeta). Apakah kita sudah menjalani kehidupan kita sesuai dengan status kita? Status yang menyampaikan pesan kebenaran firman Tuhan dan menjalani hidup layaknya seorang murid Kristus. Hendaklah Tuhan mendapati kita sebagai hamba yang baik dan setia pada akhir hidup kita.
Refleksi Diri:
Bagaimana Anda selama ini menjalani status sebagai seorang pengikut Kristus dan hamba Tuhan?
Apa yang ingin Anda lakukan supaya di akhir hidup, Tuhan mendapati Anda sebagai hamba yang baik dan setia?"

sukses bersama Gusti Yesus.
Share:

Kejar Kebenaran, Kejar Kasih

Amsal 21

Siapa mengejar kebenaran dan kasih akan memperoleh kehidupan, kebenaran dan kehormatan.
- Amsal 21:21

Akhir tahun 2021, negara Jepang mendapatkan berita mengejutkan. Putri Mako, anak sulung pangeran Akishino, putra kaisar Jepang, mengumumkan bahwa dirinya akan melepaskan gelarnya sebagai bangsawan kerajaan. Menariknya, pelepasan gelarnya terjadi bukan karena ia melakukan kejahatan ataupun terlibat dengan kasus buruk. Putri Mako rela melepaskan gelarnya sebagai bagian dari keluarga kerajaan hanya karena ingin menikahi calon suami yang merupakan rakyat biasa. Berbagai media berita pun menyampaikan kritik maupun pujian terhadap Putri Mako yang lebih memilih cinta daripada kehormatan sebagai keluarga kerajaan di kehidupannya.
Di dunia yang semakin berkembang, sedikit orang yang lebih memilih cinta daripada kehormatan. Banyak orang yang lebih memilih kehormatan daripada cinta. Tak jarang banyak keluarga yang mulai retak akibat orangtua ataupun anak lebih mengejar kehormatan dalam pekerjaan, daripada mengejar cinta dalam keluarga.
Penulis Amsal memberikan kita nasihat kehidupan yang bijak. Salah satu nasihatnya adalah mengejar kebenaran dan kasih. Bagi penulis Amsal, mengejar kebenaran dan kasih merupakan hal penting yang perlu dilakukan oleh umat Allah. Setiap manusia yang menyembah Kristus, sudah seharusnya mengejar kebenaran firman dan kasih Allah. Mengapa demikian? Karena kehidupan, kebenaran, dan kehormatan, diperoleh melalui kebenaran firman dan kasih Allah. Ini berarti di dalam pekerjaan yang kita lakukan, bukan kehormatan yang dikejar, melainkan kebenaran dan kasih Allah. Di dalam pelayanan yang kita kerjakan, bukan berkat dan hidup yang lebih baik dari Tuhan yang kita kejar, melainkan kebenaran dan kasih Allah. Apa pun yang dilakukan, kebenaran dan kasih Allah harus menjadi yang utama dalam pengejaran kita. Saat kita mengejar kebenaran dan kasih Allah, Dia akan menambahkan kepada kita kehidupan, kebenaran, dan kehormatan.
Ayo semua pembaca mulai sekarang marilah mengubah fokus hidup kita dengan mengejar kebenaran dan kasih Allah. Hendaklah kita bekerja bukan demi kehormatan, bukan juga demi kenyamanan hidup, melainkan demi kebenaran dan kasih Allah yang melimpah dalam hidup. Marilah mulai mengejar apa yang Allah kehendaki (kebenaran dan kasih) dan Allah akan memberikan apa yang Dia senangi (kehidupan, kebenaran, dan kehormatan).
Refleksi Diri:
Apa yang Anda kejar selama menjalani kehidupan ini?
Apa yang akan Anda lakukan agar dapat senantiasa mengejar kebenaran dan kasih Allah?"

MET bekerja dan beraktifitas, Tuhan yang akan menolong dan menyertai setiap hal yang ada. tetap fokus pada Kristus.Gbu
Share:

Ketika Allah Tidak Mendengar Doa

Keluaran 2:23-25
Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata- kata doanya akan dikabulkan.
- Matius 6:7
Kitab Keluaran merupakan kitab yang menarik untuk dibaca karena berisi kisah pembebasan bangsa Israel dari Mesir. Kitab ini juga berisi banyak peristiwa luar biasa seperti sepuluh tulah di Mesir, terbelahnya Laut Merah, Tuhan turun di Gunung Sinai, anak lembu emas, dan banyak lagi. Namun, di dalam aliran narasi yang luar biasa ini terdapat interupsi atau sebuah materi yang tampaknya diselipkan dalam kisah yang ada. Bagian Alkitab yang kita baca juga merupakan interupsi dalam kisah Musa (lih. Kel. 2:1-22; 3:1). Mengapa bagian ini diselipkan di dalam kitab Keluaran?
Bagian Alkitab ini menggambarkan pentingnya perjanjian dalam hubungan orang Israel dan Allah. Perjanjian antara Allah dan nenek moyang bangsa Israel tidak terpengaruh oleh situasi yang dialami oleh bangsa Israel. Pada saat itu mereka mengalami masa perbudakan yang begitu berat yang digambarkan dengan tiga ungkapan: mengeluh, berseru-seru, dan teriak minta tolong (ay. 23). Beban yang dialami begitu kronis, mereka mulai putus asa melihat situasi yang tidak berubah. Di manakah Allah Abraham, Ishak, dan Yakub yang menjanjikan mereka menjadi bangsa yang besar?
Tuhan Allah tidak pernah lalai dengan janji-Nya. Dia dapat terlihat diam tetapi sesungguhnya terus bekerja. Penulis kitab Keluaran menunjukkan Allah bekerja dengan menuliskan empat ungkapan: Ia mendengar, mengingat, melihat, dan memperhatikan (ay.24-25). Ketika bangsa Israel berteriak-teriak karena beban yang mereka alami, Tuhan mempersiapkan pemimpin mereka keluar dari perbudakan, yaitu Musa. Ia memang sedang dalam pelarian dari kerajaan Mesir dan hidup sebagai penggembala domba di Midian, tetapi ini merupakan persiapan dari Tuhan baginya untuk menjadi pembebas bangsa Israel.
Kebenaran ini harusnya menjadi jaminan bagi orang Kristen untuk melangkah dengan yakin saat menghadapi masalah-masalah dalam kehidupan. Tuhan Allah tidak pernah lalai dengan janji-Nya dan orang Kristen sudah berada dalam perjanjian kekal di dalam Tuhan Yesus Kristus. Dia pun menghendaki kita tetap berdoa dan hidup dengan iman kepada Allah Bapa di sorga, jangan hidup seperti orang yang tidak mengenal Allah yang berpikir karena banyaknya kata-kata doa mereka akan dikabulkan (Mat. 6:7). Allah mendengar, mengingat, melihat, dan memperhatikan umat-Nya.
Refleksi Diri:
Apakah Anda pernah merasa Tuhan seperti diam saja ketika mengalami pergumulan? Bagaimana respons Anda?
Apa bentuk perhatian Tuhan yang akhirnya Anda rasakan sebagai jawaban atas pergumulan tersebut"

mari kita kuduskan hari sabat dengan selalu menyisihkan hidup kita untuk menyembah Dan beribadah kepada Tuhan
Share:

Injil Dan Kepedulian Sosial

Galatia 2:1-10

hanya kami harus tetap mengingat orang-orang miskin dan memang itulah yang sungguh-sungguh kuusahakan melakukannya.
- Galatia 2:10

Di kalangan gereja Protestan, dikenal istilah Injil sosial yang merujuk gerakan keterlibatan gereja dalam isu-isu sosial, seperti ketidakmerataan ekonomi, kemiskinan, kecanduan, kejahatan, ketegangan rasial, lingkungan hidup, perdagangan manusia, dsb. Gerakan ini sangat populer di Amerika Serikat dan Kanada pada awal abad ke-20. Niat gerakan ini pada awalnya baik, tetapi kemudian membiaskan berita Injil dalam arti keselamatan di dalam Yesus menjadi keselamatan sebagai perwujudan keadilan sosial.
Dalam Galatia 2, diceritakan tentang pembagian tugas antara Rasul Petrus dan Rasul Paulus. Fokus Petrus adalah memberitakan Injil kepada orang-orang bersunat, yaitu bangsa Yahudi, sedangkan Paulus kepada orang-orang yang belum bersunat, yaitu bangsa-bangsa lain di luar bangsa Yahudi (ay. 7). Pembagian tugas ini menyatakan bahwa pada masa itu sudah ada kesadaran bahwa Injil adalah untuk semua bangsa dan semua golongan manusia. Tak ada kalangan yang boleh terlewatkan.
Ayat 2 menegaskan kembali pentingnya Injil menjangkau semua orang, bahkan ditekankan juga dalam ayat emas di atas, tentang pentingnya menjangkau orang-orang miskin. Mereka juga perlu Injil. Namun, kebutuhan mereka bukan saja mendengar Injil, mereka juga butuh bantuan sosial. Injil akan kehilangan maknanya jika pemberita hanya menyampaikan berita keselamatan tetapi membiarkan mereka binasa karena kelaparan jasmani. Injil bukan saja mengenyangkan manusia yang lapar rohani tetapi juga harus memberi makan mereka yang lapar jasmani.
Gereja Kalam Kudus Tepas setiap bulan setiap mengumpulkan persembahan diakonia. Dana diakonia ini seratus persen digunakan untuk membantu jemaat yang kekurangan. Selain itu, dana penginjilan juga sebagian dialokasikan untuk menaikkan taraf hidup masyarakat yang dilayani dalam berbagai bentuk proyek kemanusiaan. Semua ini dilakukan untuk menyatakan bahwa memberitakan Injil dan mengusahakan kesejahteraan sosial haruslah berjalan bersama-sama. Injil tanpa pelayanan sosial adalah iman tanpa perbuatan. Oleh karena itu, beritakanlah Injil dengan memerhatikan orang-orang yang hidup dalam kekurangan.
Refleksi Diri:
Apa hubungan antara pemberitaan Injil dengan membantu orang-orang kekurangan?
Bagaimana cara praktis yang Anda akan lakukan untuk memberitakan Injil kepada orang-orang di sekitar Anda sambil membantu mereka di dalam kekurangannya?"

mari jadikan hidup kita untuk berbagi bagi sesama yang membutuhkan uluran tangan kita. 
demi untuk Injil dapat di dengar
Share:

Terlena Oh.. Terlena

Yosua 18:1-10

Sebab itu berkatalah Yosua kepada orang Israel: “Berapa lama lagi kamu bermalas-malas, sehingga tidak pergi menduduki negeri yang telah diberikan ke oleh TUHAN, Allah nenek moyangmu?
- Yosua 18:3

Sebuah artikel di surat kabar berbunyi demikian, Pengendara Diingatkan Jangan Terlena di Jalan Lurus. Rupanya ini sebuah peringatan bagi pengendara mobil di jalur tol. Jalanan yang sepi bebas hambatan, dapat membuat pengendara terlena kewaspadaannya sehingga tidak jarang terjadi kecelakaan tunggal justru di jalan tol yang sedang kosong. Kita pun terkadang bisa dibuat terlena dengan hidup yang tampaknya lancar dan aman, padahal mungkin jalan hidup kita sudah menjauh dari Tuhan.

Salah satu hal yang sering terjadi dalam kehidupan orang Israel adalah terlena. Ketika keadaan sudah enak dan nyaman mereka tidak melakukan kehendak Tuhan. Mereka sudah lama menduduki tanah Kanaan, tetapi permasalahannya adalah masih ada tujuh suku yang belum mendapat milik pusaka. Tanah perjanjian sudah diberikan Tuhan kepada orang Israel, tetapi mereka tidak menyelesaikan pembagian yang sudah Tuhan perintahkan. Kata “bermalas-malas” pada ayat emas berasal dari kata raphah, yang bisa berarti menjadi lemah, mengendur, menganggur. Mereka seperti sudah melupakan tugas tersebut, menjalani kehidupan seolah-olah tidak ada yang mengganjal.

Yosua lalu mengumpulkan mereka di Silo, membawa masalah ini di hadapan Tuhan, supaya mereka mengerti tugas yang merupakan kehendak Tuhan yang tidak boleh diabaikan. Ketika Yosua tahu orang Israel tidak berinisiatif selama bertahun-tahun, ia tidak terbawa arus di dalamnya ikut-ikutan malas, yang penting semuanya aman-aman saja. Yosua berinisiatif memulai kembali pergerakan dan menyelesaikan tugas tersebut.

Tuhan Yesus menyelesaikan kehendak Bapa di kayu salib, supaya kita pun dapat melakukan kehendak Bapa di dalam Kristus yang sudah menyelamatkan kita. Seperti yang dikatakan di Roma 12:11, “Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan.”

Setiap kita harus mengingat panggilan penting Tuhan di dalam hidup kita. Jangan terlena dengan kehidupan yang nyaman di dunia hingga kita mengabaikan panggilan Tuhan. Lakukan setiap hal dengan sebuah antusias untuk Tuhan, di dalam pekerjaan, pelayanan, keluarga, pendidikan, dll. Segera selesaikan panggilan Anda, jangan menunda, penuhilah janji-janji Anda kepada Tuhan. Anda selalu bisa memilih: malas-malasan atau berinisiatif. Jadilah inisiator yang menghadirkan perubahan mulai dari hal-hal yang sederhana dengan hidup berintegritas.
Refleksi Diri:
Apakah pengaturan waktu dan kerja Anda sudah efektif saat ini dalam rangka menunaikan panggilan Tuhan?
Apa komitmen Anda untuk melakukan panggilan Tuhan yang tertunda sampai hari ini?"

mari berkarya untuk kemuliaannya.
Share:

Bukan Sekadar Mengetahui

Yohanes 3:1-18

Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.
- Yohanes 3:16

Ada perbedaan yang sangat jelas di antara kata “mengetahui” dan “mengenal”. Mengetahui sesuatu tidak mempunyai unsur kedalaman dan kedekatan, sedangkan mengenal selalu berbicara tentang suatu relasi yang mendalam dan bukan sekadar mengetahui. Orang yang mengetahui belum tentu mengenal secara terperinci dan sungguh- sungguh akan sesuatu dalam hidupnya.
Nikodemus adalah pemimpin agama Yahudi dan seorang Farisi yang dipandang dan dihormati oleh masyarakat Yahudi pada masa itu. Nikodemus yang dikenal terpandang karena jabatannya, mendatangi Yesus untuk lebih mengenal-Nya. Nikodemus selama ini sudah sering mendengar tentang Yesus sebagai salah seorang guru agama Yahudi. Nikodemus mengetahui dengan baik siapakah Yesus, terlihat ketika mendatangi Yesus, ia menyatakan bahwa Yesus adalah Rabi, guru yang diutus Allah dan dapat mengadakan tanda-tanda yang luar biasa (ay. 2).
Pengetahuan Nikodemus tentang Yesus adalah baik dan benar, tetapi tidak lengkap dan mendalam. Kita dapat melihat dalam percakapan mereka berdua di perikop ini, Yesus mengajak Nikodemus untuk mengenalnya lebih dalam. Yesus memperkenalkan dirinya bukan hanya sebagai seorang guru Yahudi atau seseorang yang dapat mengadakan tanda-tanda mukjizat, tetapi terlebih lagi diri-Nya adalah Allah yang mengasihi manusia berdosa dan yang telah memberikan anugerah keselamatan bagi semua orang berdosa yang percaya kepada-Nya (ay.16). Setiap orang yang percaya Yesus dan menerima-Nya sebagai Juruselamat hidupnya akan beroleh hidup yang kekal (ay.17).
Bagian firman hari ini mengajak kita untuk merenungkan bersama, apakah kita sudah mengenal Yesus Kristus secara mendalam? Atau apakah selama ini kita hanya mengenal Dia sebagai sumber pemberi berkat yang memenuhi semua keinginan kita? Atau mungkin kita mengenal Dia sebagai sang penyembuh yang dapat menyembuhkan segala penyakit kita? Hendaklah kita mengenal Yesus Kristus sebagai Pribadi yang menyelamatkan, bukan sekadar mengetahui sebagai penyedia dan pemberi jawaban atas permasalahan hidup kita. Yesus adalah Allah yang mengasihi kita yang tidak layak untuk dikasihi. Dia datang untuk menyelamatkan kita.

Refleksi Diri:
Bagaimana pengenalan Anda terhadap Yesus Kristus selama ini? Apakah Anda sudah mengenal-Nya secara mendalam?
Apakah Anda sudah percaya dan menerima-Nya sebagai Juruselamat pribadi Anda?"
Share:

Tuhan Adalah Setia

2 Tesalonika 3:1-5
Tetapi Tuhan adalah setia. Ia akan menguatkan hatimu dan memelihara kamu terhadap yang jahat.
- 2 Tesalonika 3:3

Kesetiaan merupakan kunci utama relasi antar manusia. Banyak orang ingin mendapatkan kesetiaan dari orang lain. Para pimpinan ingin karyawannya setia terhadap perusahaan. Para karyawan ingin pimpinannya setia memberikan gaji yang sesuai dengan pekerjaannya. Para suami ingin istrinya setia kepada dirinya, begitu juga sebaliknya. Kesetiaan seseorang dapat dinilai lewat perjalanan waktu ataupun ketahanan dalam menghadapi masalah. Tak jarang, ada saja orang yang hilang kesetiaannya setelah melewati waktu tertentu ataupun ketika menghadapi masalah yang berat.
Rasul Paulus tetap setia mengikut Tuhan hingga akhir hidupnya, padahal perjalanan hidup pelayanannya bukanlah perjalanan yang mudah. Sebelum menutup surat Tesalonika, Paulus meminta jemaat untuk berdoa bagi dirinya dan rekan sepelayanannya agar selamat dari orang-orang jahat. Paulus sadar bahwa perjalanan pelayanan yang mereka jalani bukanlah perjalanan mudah. Banyak orang jahat di sekitar mereka yang berusaha untuk menghambat dan menjatuhkan. Mereka akan terus berusaha membuat Paulus dan rekan-rekannya menderita. Namun, kesulitan tersebut tidak membuat Paulus mundur dari pelayanannya. Ia hanya memohon dukungan doa dari jemaat Tesalonika.
Alasan kuat yang membuat Paulus tetap setia menjalani pelayanannya adalah karena Tuhan setia. Paulus tahu bahwa kesulitan penderitaan yang ia alami, tidak akan menghilangkan kesetiaan Tuhan mengiringi pelayanannya. Paulus yakin bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan dirinya di tengah kesulitan yang terjadi. Keyakinan inilah yang membuatnya tetap terus berjuang menghadapi tantangan yang ada, bahkan Paulus juga menyampaikan agar kesaksiannya menjadi kekuatan bagi jemaat Tesalonika.
Tuhan adalah setia. Dalam setiap kesulitan, penderitaan, dan keraguan, Tuhan tetap setia menyertai kita. Mungkin kondisi sekitar tidak seperti yang kita inginkan, mungkin ada orang-orang di sekeliling yang berusaha menjatuhkan kita, atau mungkin kita ragu dan takut menghadapi hari-hari pelayananan kita. Namun, firman Tuhan hari ini mengingatkan bahwa ada Tuhan yang setia. Tuhan Yesus akan menguatkan hati kita. Dia akan memelihara kita menghadapi perkara yang sulit. Mari kita terus menghadapi hidup yang penuh misteri dan tantangan dengan berpegang teguh pada tangan Allah yang setia.
Refleksi Diri:
Apa kesulitan-kesulitan dalam pelayanan yang saat ini sedang Anda hadapi?
Apakah Anda sudah menyerahkan segala kesulitan tersebut kepada Allah yang setia? Apakah Anda sudah berdoa meminta penyertaan-Nya?"
Share:

Penjala Uang Menjadi Penjala Manusia

Matius 9:9-13

Setelah Yesus pergi dari situ, Ia melihat seorang yang bernama Matius duduk di rumah cukai, lalu Ia berkata kepadanya: “Ikutlah Aku.” Maka berdirilah Matius lalu mengikut Dia.
- Matius 9:9

Perubahan merupakan sesuatu yang tidak terelakkan dalam kehidupan manusia. Seorang psikolog, Daniel Gilbert, berkata, “Satu-satunya hal yang konstan dalam hidup kita adalah perubahan.” Matius 9:9-13 mengisahkan sebuah perubahan hidup yang dialami Matius ketika Yesus memanggilnya menjadi seorang murid Kristus. Yesus mendatangi Matius di rumah cukai. Dia berkata kepadanya, “Ikutlah Aku.” (akolouqei moi). Perkataan Yesus ini dalam bahasa aslinya menggunakan present tense yang berarti ada sebuah tindakan yang terus menerus. Yesus sedang meminta Matius untuk meninggalkan pekerjaan lamanya dan mengikuti Dia terus menerus, bukan hanya untuk sementara waktu.
Matius merespons dengan sangat baik ajakan Yesus. Tidak perlu berpikir panjang, ia langsung mengiyakan tawaran Yesus (ay. 9). Padahal respons spontan Matius ini setidaknya memiliki dua risiko besar yang harus diterimanya. Pertama, ia harus rela kehilangan penghasilan yang sangat besar sebagai pemungut cukai. Kedua, berbeda dengan murid-murid Yesus lainnya yang notabene adalah nelayan yang bisa kembali melaut kapan saja, jabatan sebagai pemungut cukai tidaklah demikian. Ketika seorang meninggalkan jabatan sebagai pemungut cukai, sangat kecil kemungkinannya ia bisa kembali pada pekerjaannya karena posisi mereka akan langsung diisi oleh orang lain. Ia juga akan kesulitan mendapatkan pekerjaan jenis lainnya karena tidak ada orang yang mau mempekerjakan mantan pemungut cukai yang dianggap sebagai musuh bagi orang Yahudi.
Respons Matius terhadap panggilan Yesus ini membawa perubahan besar dalam kehidupan Matius. Ia rela melepaskan jabatan, kenyamanan, bahkan masa depannya demi menjadi seorang pengikut Kristus. Bagi Matius, mengikut Yesus adalah hal yang jauh lebih berharga daripada seluruh harta yang dimilikinya. Matius rela melakukan perubahan besar dalam hidupnya dari seorang penjala uang menjadi penjala manusia.

Marilah meresponi panggilan Tuhan yang begitu indah dengan terus menerus setia mengikut Dia. Seorang murid Kristus juga rela melakukan apa yang menjadi kehendak-Nya, berani meninggalkan zona nyaman, dan totalitas dalam melakukan pekerjaan-Nya. Siapkah Anda dipanggil dan menjadi murid Kristus?

Refleksi Diri:

Bagaimana panggilan Yesus untuk mengikut Dia telah mengubah kehidupan Anda?
Apa komitmen yang ingin Anda ambil agar terus menerus bisa mengikut Kristus?"

selamat berkarya bagi Yesus, dan selalu dalam penyertaanNya setiap hari. Gusti sing maringi berkat LAN berkah Soho ugi barokah . h
Share:

Tuhan Adalah Setia

2 Tesalonika 3:1-5
Tetapi Tuhan adalah setia. Ia akan menguatkan hatimu dan memelihara kamu terhadap yang jahat.
- 2 Tesalonika 3:3
Kesetiaan merupakan kunci utama relasi antar manusia. Banyak orang ingin mendapatkan kesetiaan dari orang lain. Para pimpinan ingin karyawannya setia terhadap perusahaan. Para karyawan ingin pimpinannya setia memberikan gaji yang sesuai dengan pekerjaannya. Para suami ingin istrinya setia kepada dirinya, begitu juga sebaliknya. Kesetiaan seseorang dapat dinilai lewat perjalanan waktu ataupun ketahanan dalam menghadapi masalah. Tak jarang, ada saja orang yang hilang kesetiaannya setelah melewati waktu tertentu ataupun ketika menghadapi masalah yang berat.
Rasul Paulus tetap setia mengikut Tuhan hingga akhir hidupnya, padahal perjalanan hidup pelayanannya bukanlah perjalanan yang mudah. Sebelum menutup surat Tesalonika, Paulus meminta jemaat untuk berdoa bagi dirinya dan rekan sepelayanannya agar selamat dari orang-orang jahat. Paulus sadar bahwa perjalanan pelayanan yang mereka jalani bukanlah perjalanan mudah. Banyak orang jahat di sekitar mereka yang berusaha untuk menghambat dan menjatuhkan. Mereka akan terus berusaha membuat Paulus dan rekan-rekannya menderita. Namun, kesulitan tersebut tidak membuat Paulus mundur dari pelayanannya. Ia hanya memohon dukungan doa dari jemaat Tesalonika.
Alasan kuat yang membuat Paulus tetap setia menjalani pelayanannya adalah karena Tuhan setia. Paulus tahu bahwa kesulitan penderitaan yang ia alami, tidak akan menghilangkan kesetiaan Tuhan mengiringi pelayanannya. Paulus yakin bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan dirinya di tengah kesulitan yang terjadi. Keyakinan inilah yang membuatnya tetap terus berjuang menghadapi tantangan yang ada, bahkan Paulus juga menyampaikan agar kesaksiannya menjadi kekuatan bagi jemaat Tesalonika.
Tuhan adalah setia. Dalam setiap kesulitan, penderitaan, dan keraguan, Tuhan tetap setia menyertai kita. Mungkin kondisi sekitar tidak seperti yang kita inginkan, mungkin ada orang-orang di sekeliling yang berusaha menjatuhkan kita, atau mungkin kita ragu dan takut menghadapi hari-hari pelayananan kita. Namun, firman Tuhan hari ini mengingatkan bahwa ada Tuhan yang setia. Tuhan Yesus akan menguatkan hati kita. Dia akan memelihara kita menghadapi perkara yang sulit. Mari kita terus menghadapi hidup yang penuh misteri dan tantangan dengan berpegang teguh pada tangan Allah yang setia.
Refleksi Diri:
Apa kesulitan-kesulitan dalam pelayanan yang saat ini sedang Anda hadapi?
Apakah Anda sudah menyerahkan segala kesulitan tersebut kepada Allah yang setia? Apakah Anda sudah berdoa meminta penyertaan-Nya?
Share:

Berani Berkata “CUKUP”

Filipi 4:11-13

Kukatakan ini bukanlah karena kekurangan, sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan. Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan.
- Filipi 4:11-12

Salah satu kunci sukacita hidup di dalam Kristus adalah kemampuan untuk berkata “cukup”. Berkata “cukup” itu berarti di dalam kondisi sekarang Anda menyadari bahwa Anda memiliki semua yang dibutuhkan. Selain itu, hidup berkecukupan berarti bahagia dengan apa pun yang Anda miliki dan alami pada saat ini.

Di dalam Filipi 4:11-12 Rasul Paulus menjelaskan bahwa ia pernah merasakan kelimpahan maupun kekurangan, dan hal ini tidak memengaruhi sukacita di dalam hidupnya. Di dalam segala kondisi kehidupan, Paulus belajar mencukupkan diri. Kebahagiaannya tidak ditentukan oleh seberapa banyak yang ia miliki ataupun seberapa nyaman hidupnya. Di sini Paulus hendak menasihatkan bahwa orang miskin maupun kaya perlu belajar untuk merasa puas atau berkecukupan. Memang benar bahwa kita bisa belajar tentang merasa cukup ketika berada dalam kondisi kekurangan, tetapi sering terjadi orang yang kaya secara materi justru malah tidak merasa cukup dan selalu ingin memiliki kekayaan yang lebih.
Melalui bagian ini kita belajar dari Paulus bahwa sukacitanya ditentukan oleh sesuatu yang lebih dalam dari sekadar materi. Rahasianya adalah Yesus yang hidup di dalam hati Paulus. Paulus telah belajar bahwa kondisi hidup tidak akan pernah membuatnya puas, orang lain tidak akan pernah membuatnya puas, pengakuan dunia tidak akan pernah membuatnya puas, tetapi Yesus sanggup membuatnya puas. Hanya di dalam Kristus Paulus mengalami kekayaan rohani sejati yang memuaskan jiwanya, dan dari kondisi berkelimpahan inilah ia dimampukan untuk memiliki hati yang berkecukupan. Sebagai buktinya, ketika Paulus tidak memiliki apa-apa, dipenjara, disiksa, menderita, ia berani berkata, “cukup”. Inilah sikap hidup Paulus yang perlu kita teladani. Pertanyaan selanjutnya: apakah Anda berani berkata “cukup” dalam segala kondisi kehidupan yang dialami?

Refleksi Diri:

Apakah Anda merasa cukup dengan semua yang Anda miliki dan alami pada saat ini? Apa alasan kuat yang membuat Anda berkata “cukup”?
Bagaimana cara Anda mendapatkan kekayaan rohani di dalam Kristus yang dapat mencukupkan kepuasan jiwa Anda?"
selamat pagi dan selamat menikmati sabat bersama Tuhan
Share:

SUNAT HATI YANG MEMULIAKAN TUHAN

Roma 2:17-29
Tetapi orang Yahudi sejati ialah dia yang tidak nampak keyahudiannya dan
sunat ialah sunat di dalam hati, secara rohani, bukan secara hurufiah. Maka
pujian baginya datang bukan dari manusia, melainkan dari Allah.
(Rm. 2:29)
“Di dalam kehidupan ini kita dapat memilih antara hidup yang memuliakan Tuhan atau mempermalukan Tuhan.” Pernyataan ini tentunya mendorong kita untuk mempunyai hidup yang memuliakan Tuhan lewat hidup kita.
Paulus dengan tegas mengatakan kepada umat Kristen yang berlatar belakang Yahudi bahwa keselamatan dan hidup yang memuliakan Tuhan tidak berdasarkan etnis atau karena telah melaksanakan perintah Taurat termasuk sunat. Sunat yang benar bukanlah sunat lahiriah, melainkan sunat di dalam hati. Sunat di dalam hati adalah sebuah proses pembaruan hidup yang dilakukan dengan sungguh-sungguh di dalam Tuhan agar makin mempunyai hidup yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Bagi Paulus, mereka yang telah sunat hati akan memperlihatkan tanda kehidupan sebagai berikut: Pertama, seorang yang dapat mengajar dirinya sendiri terlebih dahulu sebelum mengajar orang lain (ay. 21-22). Kedua, seorang yang tidak hanya memberitakan kebenaran, tetapi sungguh menghidupi kebenaran tersebut (ay. 23-24). Ketiga, seorang yang tidak hanya beribadah secara lahiriah, tetapi juga dengan hati yang sungguh-sungguh mengasihi Allah melalui sikap hidupnya sehari-hari (ay. 25-29).
Setiap pribadi yang telah mengalami pembaruan hidup akan memiliki kehidupan yang memuliakan Tuhan. Nyatakanlah kasih Tuhan dengan tepat melalui sikap hidup kita agar menjadi kesaksian yang hidup bagi sesama kita.
REFLEKSI:
Kita tidak akan menjadi terang kehidupan bagi
orang lain jika kita sendiri berada dalam kegelapan.

 selamat pagi selamat beraktifitas kiranya Allah Tritunggal yang menyertai.
Share:

Berani Berkata “CUKUP”

Filipi 4:11-13

Kukatakan ini bukanlah karena kekurangan, sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan. Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan.
- Filipi 4:11-12

Salah satu kunci sukacita hidup di dalam Kristus adalah kemampuan untuk berkata “cukup”. Berkata “cukup” itu berarti di dalam kondisi sekarang Anda menyadari bahwa Anda memiliki semua yang dibutuhkan. Selain itu, hidup berkecukupan berarti bahagia dengan apa pun yang Anda miliki dan alami pada saat ini.

Di dalam Filipi 4:11-12 Rasul Paulus menjelaskan bahwa ia pernah merasakan kelimpahan maupun kekurangan, dan hal ini tidak memengaruhi sukacita di dalam hidupnya. Di dalam segala kondisi kehidupan, Paulus belajar mencukupkan diri. Kebahagiaannya tidak ditentukan oleh seberapa banyak yang ia miliki ataupun seberapa nyaman hidupnya. Di sini Paulus hendak menasihatkan bahwa orang miskin maupun kaya perlu belajar untuk merasa puas atau berkecukupan. Memang benar bahwa kita bisa belajar tentang merasa cukup ketika berada dalam kondisi kekurangan, tetapi sering terjadi orang yang kaya secara materi justru malah tidak merasa cukup dan selalu ingin memiliki kekayaan yang lebih.
Melalui bagian ini kita belajar dari Paulus bahwa sukacitanya ditentukan oleh sesuatu yang lebih dalam dari sekadar materi. Rahasianya adalah Yesus yang hidup di dalam hati Paulus. Paulus telah belajar bahwa kondisi hidup tidak akan pernah membuatnya puas, orang lain tidak akan pernah membuatnya puas, pengakuan dunia tidak akan pernah membuatnya puas, tetapi Yesus sanggup membuatnya puas. Hanya di dalam Kristus Paulus mengalami kekayaan rohani sejati yang memuaskan jiwanya, dan dari kondisi berkelimpahan inilah ia dimampukan untuk memiliki hati yang berkecukupan. Sebagai buktinya, ketika Paulus tidak memiliki apa-apa, dipenjara, disiksa, menderita, ia berani berkata, “cukup”. Inilah sikap hidup Paulus yang perlu kita teladani. Pertanyaan selanjutnya: apakah Anda berani berkata “cukup” dalam segala kondisi kehidupan yang dialami?

Refleksi Diri:
Apakah Anda merasa cukup dengan semua yang Anda miliki dan alami pada saat ini? Apa alasan kuat yang membuat Anda berkata “cukup”?
Bagaimana cara Anda mendapatkan kekayaan rohani di dalam Kristus yang dapat mencukupkan kepuasan jiwa Anda?
"
selamat pagi selamat berkarya bagi Kristus
Share:

Gereja Dan Rumah Tangga

1 Timotius 3:1-7

Jikalau seseorang tidak tahu mengepalai keluarganya sendiri, bagaimanakah ia dapat mengurus Jemaat Allah?
- 1 Timotius 3:5
Kepentingan dalam rumah tangga dan gereja seringkali bertabrakan hingga memunculkan situasi dimana seseorang harus lebih mendahulukan salah satu di antaranya. Tidak sedikit jemaat yang berpikir mengorbankan rumah tangga untuk fokus ke gereja adalah hal yang baik, tetapi ini bisa memunculkan banyak luka di dalam rumah tangga karena merasa ditelantarkan. Penting bagi kita untuk melihat posisi gereja dan rumah tangga di mata Tuhan Yesus dalam menyikapi permasalahan ini.
Rumah tangga merupakan tempat pembuktian karakter seseorang sebagai orang Kristen sebelum melayani di gereja. Tuhan Yesus melihat rumah tangga orang Kristen sama pentingnya dengan gereja dan keduanya saling terkait. Memang Yesus pernah mengatakan bahwa seorang murid harus siap meninggalkan keluarganya untuk mengikut-Nya (Mat. 10:34-39), tetapi yang dimaksud Yesus adalah memrioritaskan Allah daripada keluarga ketika konflik terjadi. Rumah tangga Kristen adalah tempat di mana seseorang berlatih setiap harinya untuk menghidupi Injil dan nilai-nilai kerajaan Allah dengan orang-orang yang dikenalnya paling dekat, yaitu anggota keluarganya (Ef. 5:22-33, 6:1-9).
Gereja merupakan rumah tangga Allah (lih. 1 Tim. 3:15) sehingga orang yang ditunjuk sebagai pemimpin gereja haruslah seorang kepala rumah tangga yang baik. Jabatan “penilik jemaat” merupakan posisi yang tinggi dalam pemerintahan gereja, mungkin pada zaman sekarang dapat disamakan dengan hamba Tuhan dan penatua. Menariknya, kualifikasi yang Paulus nyatakan adalah mengenai karakternya, yang harus teruji dalam keluarganya (ay. 5). Jadi, gereja dan rumah tangga (Kristen) bukanlah dua hal yang seharusnya bertentangan, malahan keduanya saling terkait. Hal ini seperti visi dari gereja GII Hok Im Tong, yaitu menggerejakan keluarga dan mengkeluargakan gereja.
Orang Kristen harusnya belajar untuk hidup sebagai anggota keluarga Allah di gereja dan di rumah tangganya. Panggilan menjadi orang Kristen tentunya mengundang kita untuk menjadi bagian rumah tangga Allah yang lebih luas, di mana kita diajar dan diperlengkapi untuk menjadi murid Kristus yang setia. Namun, panggilan orang Kristen juga untuk menjadi anggota keluarga yang lebih mengasihi Tuhan dan keluarga kita di rumah. Jika kita setia untuk menghidupi kebenaran Injil serta nilai-nilai kerajaan Allah di rumah tangga kita, tentunya kita juga akan dipakai menjadi berkat di gereja.
Refleksi Diri:
Apa pengaruh yang Anda, sebagai orang Kristen, sudah berikan di rumah tangga Anda?
Apakah Anda memiliki hati untuk melayani keluarga sebelum Anda melayani di gereja?
"
selamat pagi selamat berkarya.Gbu.
Share:

Bukan Injil Orisinal

Galatia 1:6-12

Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada kamu suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia.
- Galatia 1:8

Di zaman sekarang ini, Anda dapat dengan mudah berpenampilan keren tanpa biaya mahal. Anda bisa tampil modis hanya bermodalkan uang tidak banyak. Caranya, memakai barang KW (akronim dari “kwalitas”). Hampir semua barang bermerek terkenal ada KW-nya. KW merujuk pada barang palsu atau imitasi yang mirip aslinya. Anda bahkan bisa memilih tingkatan kualitasnya, KW1, KW2 atau KW3, tergantung berapa uang yang Anda punyai.

Ternyata pada masa Rasul Paulus, Injil pun sudah di-KW-kan. Ada injil yang palsu. Sama seperti barang KW yang dibuat karena mengikuti selera pasar, demikian pula pemberita injil KW memberitakan injil KW karena alasan yang sama, yaitu menyenangkan manusia (Gal. 1:10). Injil sejati diubah sehingga sesuai dengan keinginan orang yang mendengarnya. Sedangkan kebenaran sejati ditutupi atau dihilangkan. Paulus menolak keras hal ini. Injil sejati harus diberitakan meskipun tidak diterima dengan senang hati oleh pendengarnya. Kebenaran, meskipun pahit, tetaplah kebenaran yang harus diterima.
Banyak terjadi sekarang ini baik di kota dan di desa saat anak sekolah di luar daerah sering berkata dan bahkan melakukan ibadah yang sembarangan bahwa ia diajak temannya beribadah di satu gereja yang asing. Tak ada pendeta. Yang ada hanya penatua yang bergiliran berkhotbah atau mengajar. Gereja ini sudah menyebar ke mana-mana. Anak saya merasa tidak cocok dengan gaya dan ajaran gereja tersebut. Itulah kenyataan dunia sekarang ini. Ada banyak gereja, aliran, dan ajaran. Tidak semua benar. Banyak yang mengajarkan kesesatan. Gereja atau persekutuan semacam ini selalu mengklaim merekalah yang paling benar. Yang lain salah. Bahwa yang tidak mengikuti mereka akan masuk neraka dan akibat-akibat lainnya dari ajaran sesat menurut mereka.
Anda perlu waspada. Jangan mudah terima orang yang datang kepada Anda dengan dalih memberitakan Injil atau mengajarkan Alkitab. Dari luar, niat seperti itu kelihatannya baik dan pada permulaannya ajarannya pun tidak berbeda dengan ajaran yang benar. Namun, lambat-laun Anda akan tersesat. Hati-hati dengan ajaran Kristen yang KW-KW. Selalu cek kembali semua ajaran terhadap kebenaran firman Tuhan. Jika ragu, tanyakan kepada hamba Tuhan Anda di gereja.

Refleksi Diri:
Mengapa mengikuti ajaran sesat itu sangat berbahaya bagi iman?
Bagaimana cara Anda menangkal ajaran yang sesat atau palsu?

selamat pagi kasih dari Allah Tri Tunggal  menyertai pekerjaan dan aktifitasmu hari ini..GBU
Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.