Maka aku pun menyerahkannya kepada TUHAN; seumur hidup terserahlah ia kiranya kepada TUHAN.” Lalu sujudlah mereka di sana menyembah kepada TUHAN.
- 1 Samuel 1:28
Sebut saja Bapak A. Ia sakit keras. Tak ada obatnya. Dalam keadaan seperti itu, harapannya tinggal satu: mukjizat Tuhan. Ia berdoa agar disembuhkan, disertai janji jika sembuh ia akan mengikut Tuhan dengan setia. Ia berjanji akan percaya Tuhan Yesus, dibaptis, dan rajin beribadah. Terjadilah mukjizat itu. Ia sembuh. Ke mana Bapak A setelah itu? Tak ada satu pun dari janji-janji tersebut ditepatinya. Lupa? Pura-pura lupa? Tidak peduli? Ingkar janji? Apa pun alasannya, Bapak A berani mem-PHP Tuhan.
Hana bukan tipe orang seperti Bapak A. Ia berdoa sungguh-sungguh meminta anak, padahal penulis kitab Samuel saja sudah memberikan vonis, “Tuhan telah menutup kandungannya.” Hana meminta sambil bernazar. Ternyata mukjizat terjadi. Tuhan berbelaskasihan kepadanya. Hana hamil dan melahirkan Samuel. Hana pernah berjanji untuk mempersembahkan Samuel kepada Tuhan dan ia menepatinya setelah anak itu disapih. Anak yang dinanti-nantikan, disayang-sayang, dengan rela hati Hana serahkan kepada Tuhan sebagai penggenapan janjinya. Tiada niatan untuk mem-PHP Tuhan. Tiada perasaan tidak rela, tiada perasaan menyesal. Tuhan sudah memberi yang terbaik kepada Hana maka ia pun meresponinya dengan memberikan yang terbaik kepada Tuhan.
Jika Tuhan Yesus sudah memberi yang terbaik kepada kita, apakah kita berani menahan diri untuk memberi yang terbaik kepada-Nya? Apalagi jika kita pernah berjanji atau bernazar, apakah kita berani bersikap seperti Bapak A? Belajar dari Hana, silakan berdoa meminta apa yang Anda anggap baik untuk hidup Anda: anak, rezeki, kemajuan usaha, dan sebagainya. Namun, saat Tuhan mengabulkan doa Anda, ketika hidup Anda diberkati, janganlah melupakan kebaikan-Nya. Janganlah menganggap segala pencapaian, semua keberhasilan adalah hasil jerih lelah Anda. Ingatlah kebaikan Tuhan. Ucapkanlah syukur, berikanlah persembahan kepada-Nya. Anda tidak mungkin membalas segala kebaikan-Nya, tetapi Anda bisa mengucap syukur atas kebaikan-Nya dengan menepati janji-janji yang pernah Anda ucapkan di hadapan-Nya.
Refleksi Diri:
Apakah ada janji yang pernah Anda ucapkan kepada Tuhan? Apakah Anda sudah menepati janji tersebut?
Apa wujud syukur yang bisa Anda nyatakan sebagai respons kebaikan Tuhan Yesus selama ini?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar