1 Samuel 14:24-30
Ketika orang-orang Israel terdesak pada hari itu, Saul menyuruh rakyat mengucapkan kutuk, katanya: “Terkutuklah orang yang memakan sesuatu sebelum matahari terbenam dan sebelum aku membalas dendam terhadap musuhku.” Sebab itu tidak ada seorang pun dari rakyat yang memakan sesuatu.
- 1 Samuel 14:24
Beriman dengan akal sehat, seharusnya ini berlaku bagi semua orang beragama. Agama atau iman dan akal sehat tidak berhadap-hadapan, melainkan berdampingan. Orang yang beriman tidak semestinya menghilangkan atau menolak akal sehat.
Raja Saul rupanya belum sampai pada tahap ini. Ia masih menjalankan kehidupan agama atau iman dengan emosi semata. Ketika pasukannya berada dalam posisi terpojok dalam peperangan melawan Filistin, sekonyong-konyong ia membuat sumpah tanpa berpikir panjang. Terjemahan Alkitab Inggris versi NLT memberi judul perikop bacaan: Sumpah Konyol Saul. Dalam peperangan, prajurit butuh stamina yang kuat. Untuk itu, mereka butuh makan-minum. Namun, Saul malah membuat sumpah mengutuk orang yang makan (ay. 24).
Ia berpikir kalau mereka berpuasa akan membuat Allah berbelas kasihan. Berpuasa adalah disiplin rohani yang baik, kalau dijalankan pada saat dan untuk tujuan yang tepat. Keputusan Saul dilandasi motif berbau kepentingan pribadi, “… sebelum aku membalas dendam terhadap musuhku.” Ia bersumpah atas nama Tuhan dan meminta pertolongan Tuhan bukan untuk kepentingan atau kemuliaan-Nya, melainkan motif balas dendam pribadi. Saul adalahtipe orang yang beragama minus akal sehat.
Dalam pengalaman pelayanan, saya pernah menghadapi orang yang berpindah mengikuti ajaran yang menyimpang bahkan sesat, hanya karena tertarik dengan pendeta dan pengajar yang pandai mengolah kata atau mendemonstrasikan mukjizat. Mengapa mereka “nurut” saja? Di mana akal sehat? Kadang kebohongan itu begitu jelas, tetapi tetap saja orang ini tidak mau mengerti atau sadar. Inilah yang disebut beriman fanatik atau fanatisme beragama. Iman yang semata-mata dilandasi emosi dan semangat membabi-buta tanpa menggunakan akal sehat. Ia “nurut” saja apa kata pemimpinnya tanpa mengerti apa yang dipercayai dan dilakukan.
Belajar dari Saul, jangan beriman secara emosional. Gunakanlah akal sehat. Akal sehat bukan musuh iman. Akal sehat adalah karunia Tuhan. Orang beriman menggunakan akal sehat untuk memperdalam imannya. Ayo, berimanlah dengan akal sehat.
Refleksi Diri:
Apakah hubungan antara akal budi dengan iman menurut pendapat Anda?
Bagaimana Anda menjadi orang Kristen yang beriman dan berakal budi?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar