1 Samuel 16:1-13
Tetapi berfirmanlah TUHAN kepada Samuel: “Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati.”
- 1 Samuel 16:7
Ketika Jokowi dicalonkan sebagai presiden Indonesia pada tahun 2014, banyak orang nyinyir. Mereka meragukan kemampuannya karena dianggap “wong deso”. Apalagi penampilan fisiknya biasa-biasa saja, kalah dari saingannya atau presiden pendahulunya. Waktu membuktikan, seseorang yang tadinya dirundung karena penampilan fisiknya ternyata menjadi pemimpin yang baik.
Setelah kegagalan Raja Saul maka Tuhan memerintahkan Nabi Samuel mencari raja baru. Kali ini, Tuhan memerintahkan Samuel mencarinya dari antara anak-anak Isai. Ketika melihat Eliab, Samuel langsung kesengsem. Sosok Eliab mengingatkan Samuel pada sosok Saul yang ganteng dan tinggi. “Ia pasti cocok menggantikan Saul.” Tidak! Kata Tuhan. Demikian pula enam anak lainnya. Tak ada satu pun dari ketujuh anak Isai yang lolos audisi pemilihan raja. Standar penilaian Tuhan memang berbeda sekali dengan standar penilaian manusia. Tuhan menolak penampilan fisik sebagai acuan dalam menilai kelayakan seseorang (ay. 7). Penampilan fisik hanyalah bungkus luar semata. Bungkus luar tidak mencerminkan isi yang sesungguhnya. Orang ganteng atau cantik hanya tampilan luarnya, tetapi isi hatinya tidak ada yang tahu. Bisa saja ia hanya flexing, pamer kecantikan/ketampanan atau kekayaan, tetapi sesungguhnya penuh tipu daya.
Lalu, apa yang Tuhan lihat? Tuhan menilai dan memilih seseorang mengacu pada hatinya. Hati manusia tidak bisa berdusta. Hati manusia mencerminkan diri manusia yang sejati. Ucapan, penampilan, dan perbuatan bisa menipu, tetapi hati tidak. Masalahnya, siapa yang tahu isi hati manusia? Itu tersembunyi. Karena itu, agar tidak terjebak dusta atau flexing orang lain, mintalah Tuhan memberi kita hikmat. Mintalah Tuhan mengungkapkan kebenaran yang sebenar-benarnya. Tuhan Yesus bisa memberi hikmat dengan berbagai cara. Misalnya, Anda bisa meneliti latar belakangnya. Anda bisa mencari informasi dari orang-orang terdekat atau meminta pendapat dari orang lain yang objektif.
Tuhan Yesus memberi akal budi dan perasaan untuk kita gunakan sebaik-baiknya. Jangan hanya karena “saya suka” dia, tiba-tiba semuanya tampak sempurna dan kita tertipu flexing.
Refleksi Diri:
Apa hal yang seringkali menjadi dasar Anda dalam menilai seseorang?
Bagaimana cara Anda menilai seseorang dengan lebih objektif? Apakah Anda sudah memintakan hikmat kepada Tuhan dalam hal tersebut?
"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar