Markus 2:23-3:6
Lalu kata Yesus kepada mereka: “Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat, jadi Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat.”
- Markus 2:27-28
Yesaya mengingatkan orang Israel bahwa Sabat adalah hari kenikmatan (Yes. 58:13). Pada zaman Yesus, orang Israel telah melupakan prinsip ini. Sabat tidak lagi menjadi satu kenikmatan, tetapi beban berat yang harus dipikul manusia dengan tertatih-tatih. Hal ini terjadi karena para ahli Taurat dan orang-orang Farisi menambahkan aturan- aturan mereka sendiri dalam memelihara hari Sabat.
Di dalam perikop bacaan hari ini, terdapat dua contoh kejadian bagaimana orang-orang Farisi salah menerapkan hukum Sabat. Pertama adalah kejadian murid-murid Yesus berjalan melewati ladang gandum dan memetik bulir-bulir gandum. Murid-murid tidak melanggar hukum ke-8, jangan mencuri (Kel. 20:15) karena sesuai dengan hukum Taurat, seseorang yang dalam perjalanan diperbolehkan memetik bulir-bulir gandum dengan tangannya, hanya tidak boleh dengan sabit (Ul. 23:25). Namun, karena hari itu hari Sabat maka orang-orang Farisi menyalahkan murid-murid Yesus karena telah melanggar hukum Sabat. Memetik gandum dianggap sama dengan menuai, kegiatan yang tidak diperbolehkan menurut aturan Sabat orang Farisi.
Kedua adalah kejadian yang terjadi di rumah ibadat pada hari Sabat. Di rumah ibadat tersebut ada seorang yang mati sebelah tangannya. Orang-orang Farisi mengamati-amati apakah Yesus menyembuhkan orang tersebut dan jika Yesus melakukannya, mereka dapat menyalahkan-Nya karena telah melanggar hukum Sabat. Menyadari diri-Nya diamati, Yesus
menantang mereka dengan pertanyaan, “Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membunuh orang?” (ay. 4). Dalam kedegilan hati mereka, orang-orang Farisi tersebut tidak menjawab-Nya.
Adalah baik untuk menjaga hari Sabat. Namun, tidak boleh menjadi legalistik seperti yang dipraktikkan orang-orang Farisi dengan berbagai peraturan yang detail. Sabat, kata Yesus, adalah diadakan untuk manusia, yakni untuk kebaikan manusia (Mrk. 2:27) dan kenikmatan manusia (Yes. 58:13). Sabat harus mendatangkan kebaikan bagi manusia, bukan sebaliknya (Mrk. 3:4).
Marilah menikmati hari Sabat sebagai waktu untuk beristirahat sejenak dari pekerjaan sehari-hari dengan datang beribadah ke hadirat Tuhan. Manfaatkan hari Sabat sebagai hari untuk melayani Tuhan dan juga saudara seiman, bahkan orang-orang lain yang membutuhkan bantuan kita.
Refleksi Diri:
Apakah Anda merasa bersukacita dan menikmati Sabat bersama Tuhan? Atau justru menjadi beban?
Apakah Anda sudah berdoa dan memohon hikmat untuk menjalankan Sabat dalam anugerah-Nya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar