Kejadian 9:1-17
Narasi ini menggambarkan sebuah kesinambungan dengan kisah penciptaan. Meskipun telah terjadi banjir besar, prinsip-prinsip dasar penciptaan tetap berlaku dalam hubungan manusia dengan Allah dan alam semesta.
Manusia masih membawa citra Allah (6b; Kej 1:26-27), sehingga Allah memerintahkan agar tidak membunuh sesama manusia (5b-6a). Ini adalah perlindungan yang diberikan Allah kepada seluruh umat manusia.
Larangan untuk menumpahkan darah manusia ini adalah pengingat terhadap dosa Kain dan Lamekh (lihat Kej 4:9). Sebaliknya, manusia diperintahkan untuk berkembang biak dan memenuhi bumi (1, 7), serta diberikan tanggung jawab untuk mengelola makhluk-makhluk lain dan alam semesta (2-4). Ini merupakan kesempatan kedua bagi manusia untuk menjalankan peran mereka sebagai imam-imam Allah di bumi.
Allah juga membuat perjanjian dengan manusia dan seluruh ciptaan bahwa Ia tidak akan membinasakan bumi melalui banjir lagi (8-11). Allah menandai janji-Nya dengan "busur-Ku" yang "Kutaruh di awan" (13), menegaskan bahwa bumi akan tetap dipelihara dan tidak dimusnahkan.
Dari teks ini, kita memahami bahwa Allah memanggil kita untuk menjalankan perintah-perintah lama dengan sudut pandang baru. Sebagai gambar Allah, kita ditugaskan untuk tidak hanya menjaga sesama manusia, tetapi juga alam semesta. Kita hidup dalam komunitas ciptaan bersama hewan dan tumbuhan, dan kita semua menantikan pembebasan akhir dari kebinasaan menuju kehidupan yang baru dalam Kristus (Roma 8:19-22).
Karena itu, mari kita mengelola alam semesta ini dengan bijaksana, sehingga kita mencerminkan kemuliaan Allah melalui keindahan dan kelangsungan hidup ciptaan-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar