1. Transformasi Nama dan
Identitas:
Dalam Kejadian 17, Tuhan menampakkan diri kepada Abram, yang berusia 99 tahun, dan Sarai, yang berusia 90 tahun (Kejadian 17:1, 17). Dalam momen penting ini, Tuhan melakukan tiga hal utama:
- Perubahan Nama Abram menjadi Abraham: Tuhan mengganti nama Abram menjadi Abraham, yang berarti "bapa sejumlah besar bangsa" (Kejadian 17:4-6). Perubahan nama ini bukan hanya perubahan identitas tetapi juga merupakan penegasan dari perjanjian Tuhan bahwa Abraham akan menjadi bapa bagi banyak bangsa.
2. Peneguhan Janji dan Kelahiran Ishak:
Tuhan menegaskan kembali janji-Nya kepada Abraham, khususnya tentang kelahiran Ishak dari Sara, meskipun pada saat itu Ishak belum lahir (Kejadian 17:2, 7-8, 19-21). Hal ini menunjukkan bahwa janji Tuhan selalu dapat dipercaya, bahkan ketika tampak tidak mungkin dari sudut pandang manusia.
- Keyakinan di Tengah Ketidakmungkinan: Meskipun Abraham tertawa dalam hatinya karena janji Tuhan tampak mustahil mengingat usia lanjutnya dan Sara (Kejadian 17:17), ia tetap menunjukkan komitmen dengan menjalankan perintah Tuhan.
- Sunat sebagai Tanda Perjanjian: Tuhan memerintahkan Abraham untuk melakukan sunat sebagai tanda perjanjian antara Tuhan dan keturunannya (Kejadian 17:9-14). Sunat ini bukan sekadar tindakan fisik tetapi merupakan simbol dari komitmen yang mendalam dan kesetiaan kepada Tuhan.
3. Ketaatan Abraham dan Implementasi Perjanjian:
Abraham segera menjalankan apa yang diperintahkan oleh Tuhan dengan menyunat dirinya dan seisi rumahnya, menunjukkan kesediaan dan kesiapan untuk menghidupi janji Tuhan (Kejadian 17:23-27).
- Komitmen yang Tidak Gentar: Meskipun Abraham sempat tertawa, hal itu tidak menghalangi ketaatannya untuk tetap melaksanakan perintah Tuhan. Ini adalah contoh nyata dari komitmen yang teguh, yang tidak goyah meskipun menghadapi ketidakpastian atau janji yang tampak mustahil.
- Pengakuan Kedaulatan Tuhan: Abraham sujud kepada Tuhan, mengakui kedaulatan-Nya yang melampaui segala kemungkinan manusia. Ini adalah pengakuan bahwa Tuhan berkuasa atas segalanya dan bahwa rencana-Nya selalu yang terbaik, meskipun kita mungkin tidak selalu memahaminya pada saat itu.
4. Perenungan: Menghidupi Ikrar dengan Iman dan Ketaatan
Kisah Abraham mengajarkan kita tentang pentingnya kesetiaan dan komitmen dalam menghidupi janji-janji Tuhan. Beberapa poin refleksi yang bisa kita renungkan:
- Kepercayaan pada Janji Tuhan: Seberapa besar kita percaya kepada Tuhan dan janji-janji-Nya? Apakah kita benar-benar siap untuk menyerahkan hidup kita sepenuhnya ke dalam rencana-Nya, meskipun itu tampak mustahil atau tidak masuk akal bagi kita?
- Kesiapan untuk Menjalankan Ikrar: Seperti Abraham yang menunjukkan ketaatan melalui tindakan konkret, kita juga diajak untuk menunjukkan komitmen kita melalui perbuatan nyata, bukan hanya dengan kata-kata
- Pengakuan Kedaulatan Tuhan: Mengakui bahwa Tuhan adalah penguasa atas segala sesuatu adalah langkah penting dalam membangun iman yang kokoh. Dalam ketidakpastian dan tantangan hidup, kita perlu terus percaya bahwa Tuhan mengetahui yang terbaik bagi kita dan bahwa rencana-Nya akan membawa kebaikan pada akhirnya.
- Kesiapan Menghadapi Ketidakpastian: Kehidupan sering kali dipenuhi dengan ketidakpastian, tetapi kita dipanggil untuk menunggu dengan sabar dan percaya kepada Tuhan. Seperti yang dialami Abraham, tantangan mungkin muncul, tetapi kesetiaan dan ketaatan kepada Tuhan akan membawa kita kepada penggenapan rencana-Nya yang indah.
Pernikahan adalah contoh konkret dari ikrar yang dihidupi
dengan kesetiaan dan komitmen. Demikian juga dalam kehidupan iman, kita diajak
untuk hidup dengan penuh komitmen kepada janji-janji Tuhan, seperti yang
ditunjukkan oleh Abraham. Ketaatan dan kepercayaan kita kepada Tuhan, meskipun
menghadapi tantangan dan ketidakpastian, akan membawa kita kepada penggenapan
rencana-Nya yang penuh berkat. Mari kita meneladani kesetiaan Abraham dan tetap
setia dalam menghidupi janji-janji Tuhan dalam kehidupan kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar