Kita sering mendengar bahwa penyebaran Injil mengalami stagnansi dalam kenyamanan, sementara penganiayaan justru memicu pertumbuhan yang luar biasa. Ungkapan "makin dibabat makin merambat" dengan tepat menggambarkan fenomena ini.
Penganiayaan Awal dan Penyebaran Injil
Ketika Stefanus mati sebagai martir, jemaat berada dalam suasana duka yang mendalam (Kisah Para Rasul 8:2). Namun, penganiayaan hebat yang dimulai oleh Saulus (Kisah Para Rasul 8:1b) menjadi titik balik bagi penyebaran Injil. Saulus menyeret orang-orang Kristen dari rumah ke rumah untuk dimasukkan ke dalam penjara (Kisah Para Rasul 8:3). Namun, tindakan keras ini tidak menghentikan semangat jemaat; sebaliknya, mereka menyebar ke berbagai tempat sambil memberitakan Injil (Kisah Para Rasul 8:4).
Tantangan dan Mukjizat dalam Pekabaran Injil
Dalam perjalanan pekabaran Injil, jemaat menghadapi berbagai tantangan, termasuk bertemu dengan orang yang mengaku sebagai kuasa Allah (Kisah Para Rasul 8:9-11). Namun, Allah menyertai mereka dengan tanda dan mukjizat yang nyata, sehingga pesan Injil tersebar secara efektif (Kisah Para Rasul 8:12-13). Ketika rasul-rasul mendengar tentang pertobatan di Samaria, mereka segera mengutus Petrus dan Yohanes untuk melengkapi pelayanan Filipus (Kisah Para Rasul 8:14).
Penyertaan Allah dalam Penyebaran Injil
Allah dengan jelas menyertai pekabaran Injil-Nya. Penderitaan yang berat, bahkan kematian para murid, tidak pernah dapat menghentikan kuasa Injil. Dari zaman para rasul hingga sekarang, Injil telah tersebar ke seluruh dunia, mengubah peradaban, dan menyelamatkan jutaan jiwa.
Yesus Kristus memberikan amanat agung sebelum naik ke surga, memerintahkan untuk memberitakan Injil kepada segala makhluk (Matius 28:19-20). Bersamaan dengan perintah itu, Yesus juga memberi janji penyertaan dan kuasa-Nya sampai akhir zaman.
Dahulu, para rasul dan bapa gereja berkobar-kobar dalam memberitakan Injil meskipun nyawa mereka adalah taruhannya. Kini, kita hidup di era yang berbeda, tetapi tantangan dalam memberitakan Injil tetap ada. Era postmodern membawa berbagai tantangan baru, seperti relativisme kebenaran dan materialisme yang dapat menghalangi penyebaran Injil. Namun, semangat para rasul menjadi teladan bagi kita untuk tetap bersemangat dalam menjalankan amanat agung ini.
Meskipun kita mungkin tidak menghadapi penganiayaan fisik yang sama seperti para rasul, tantangan dan hambatan yang kita hadapi tetap nyata. Namun, dengan keyakinan bahwa Allah menyertai dan memberikan kuasa-Nya, kita dapat terus memberitakan Injil dengan semangat yang berkobar-kobar, seperti halnya para rasul dan bapa gereja dulu.
Penganiayaan tidak menghentikan penyebaran Injil, tetapi justru memicunya untuk semakin meluas. Dengan keyakinan dan semangat yang sama, kita harus terus berkomitmen untuk memberitakan Injil, terlepas dari tantangan yang kita hadapi. Ingatlah bahwa dalam segala situasi, Allah menyertai kita dan memberikan kuasa-Nya untuk menjalankan amanat agung-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar