Seseorang yang hidup dengan ketaatan kepada Tuhan dapat diberkati dan diberikan kekuasaan besar. Pertanyaannya adalah, apa yang akan dia lakukan dengan kekuasaan tersebut?
Firaun mengakui Yusuf sebagai seorang yang penuh dengan Roh Allah dan mempercayakan kekuasaan atas seluruh Mesir kepadanya (38-41). Sebagai tanda kehormatan, Yusuf diberi pelantikan dan tanda-tanda kebesaran (42-43). Firaun menamai Yusuf Zafnat-Pa'aneah, yang berarti "pengungkap rahasia", dan memberinya Asnat sebagai istri (45).
Kehidupan keluarga Yusuf menjadi lengkap dengan kelahiran dua anak laki-lakinya, Manasye dan Efraim. Melalui nama-nama tersebut, Yusuf mengakui campur tangan Allah yang membawa perubahan dalam hidupnya (50-52).Ketika masa kelimpahan tiba, Yusuf dengan bijaksana mengumpulkan persediaan selama tahun-tahun kelimpahan (46-49). Ia juga bertindak bijaksana dalam mendistribusikan persediaan ketika masa kelaparan datang (53-56). Dengan hikmat, Yusuf memastikan bahwa makanan tetap tersedia bagi seluruh rakyat Mesir, bahkan bagi bangsa-bangsa lain yang datang ke Mesir (57).
Kekuasaan besar yang dimiliki Yusuf digunakan untuk tujuan kemanusiaan. Inilah yang seharusnya dilakukan oleh para pemimpin yang berkenan di hadapan Tuhan.
Sering kali, kita melihat bagaimana masa kelimpahan disalahgunakan untuk berfoya-foya, dan masa kekurangan dijadikan kesempatan untuk mengambil keuntungan dari penderitaan orang lain. Sikap ini sangat bertentangan dengan apa yang Tuhan kehendaki dari umat-Nya. Melalui berkat yang diberikan kepada kita, Tuhan ingin kita menjaga kerendahan hati, berbuat kebaikan, dan meringankan beban orang-orang di sekitar kita.
Jika kekuasaan duniawi sering kali merusak dan merugikan banyak orang, kekuasaan seorang hamba Tuhan akan memelihara dan menyejahterakan sesama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar