Masa kelaparan terus berlanjut, dan persediaan gandum yang dibeli sebelumnya sudah habis. Oleh karena itu, Yakub menyuruh anak-anaknya pergi kembali ke Mesir untuk membeli gandum.
Situasi yang serupa memicu tuntutan yang sama, yaitu membawa Benyamin bersama mereka (3-5). Namun, kali ini Yehuda dengan berani menjamin bahwa ia akan menjaga adiknya dengan sebaik-baiknya (9).
Setibanya di Mesir, mereka mengantisipasi perlakuan keras seperti sebelumnya. Namun, Yusuf membawa mereka ke rumahnya, bukan untuk menghukum, tetapi untuk makan bersama mereka (16-18).
Kebaikan yang besar ditunjukkan Yusuf kepada saudara-saudaranya. Dengan ramah, ia menanyakan perihal ayah mereka (27). Ketika ia melihat Benyamin, ia menaikkan doa bagi adiknya itu dan menyimpan kasih sayang di dalam hatinya hingga ia menangis (29-30).
Yusuf memberikan pelayanan terbaik kepada mereka. Ia mendudukkan saudara-saudaranya di depannya dan menjamu mereka dengan makanan melimpah, bahkan hidangan mewah dari mejanya (31-34a).
Dalam perjamuan siang itu, Yusuf dengan sengaja memberi Benyamin hidangan lima kali lebih banyak daripada yang lain (34b). Ia menunjukkan rasa hormat yang khusus kepada Benyamin, seolah hendak menguji apakah saudara-saudaranya akan merasa iri terhadap Benyamin, sama seperti mereka dahulu iri terhadap dirinya. Tampaknya mereka sudah berubah karena dikatakan mereka bersukaria bersama.
Allah menginginkan perubahan sejati. Kesalahan tidak diulang, tetapi diperbaiki dengan ucapan maaf dan perbuatan baik. Keirihatian dan dendam diganti dengan kerendahhatian dan keramahan. Relasi kembali dibangun dalam sukaria. Untuk sampai pada level ini, kita memerlukan bimbingan Roh Kudus. Dialah yang memampukan kita untuk bangkit dari penyesalan dan berubah secara total.
Kepada keluarga dan teman yang pernah tersakiti perbuatan kita, buktikanlah bahwa kita dapat berubah sejati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar