Menolak atau Menerima Penderitaan? ~ Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

Menolak atau Menerima Penderitaan?

Pergumulan dan penderitaan sering kali menjadi ujian besar bagi orang Kristen, bukan hanya karena beratnya beban itu sendiri, tetapi lebih pada bagaimana kita bersikap terhadapnya. Banyak orang yang terjebak dalam sikap mengasihani diri, meratap, atau terus-menerus membandingkan keadaan mereka dengan orang lain. Sikap seperti ini tidak hanya memperparah penderitaan, tetapi juga menjauhkan kita dari tujuan yang lebih besar di balik pengalaman tersebut.

Dalam Mazmur 39, kita melihat bagaimana Daud, di tengah penderitaannya, memilih untuk datang kepada Tuhan. Meskipun pada awalnya ia berusaha untuk tetap tenang dan tidak berbicara sembarangan (Mazmur 39:2), akhirnya Daud tidak tahan dan membuka keluhannya kepada Tuhan (Mazmur 39:3-5). Melalui proses ini, Daud mendapat pencerahan tentang kehidupan manusia yang fana dan betapa pentingnya berfokus pada Tuhan di tengah segala sesuatu yang tampak sia-sia.

1. Menyadari Kesia-siaan Hidup Tanpa Tuhan: Daud memahami bahwa tanpa Tuhan, kehidupan manusia hanyalah kesia-siaan (Mazmur 39:6-7, 12). Segala hal yang sering kali dianggap penting oleh dunia—seperti kekayaan, ketenaran, atau kekuasaan—tidak berarti apa-apa di hadapan Tuhan. Pengertian ini mengarahkan Daud untuk tidak mencari penghiburan semata-mata dalam kelepasan dari penderitaan, melainkan untuk mencari Tuhan sendiri.

2. Fokus pada Tuhan, Bukan Diri Sendiri: Salah satu bahaya terbesar dalam menghadapi penderitaan adalah terjebak dalam sikap yang salah, di mana fokus kita menjadi diri sendiri dan keinginan untuk segera lepas dari penderitaan. Mazmur 39 mengajarkan kita untuk tetap memusatkan perhatian pada Tuhan, meskipun dalam penderitaan yang paling berat sekalipun. Ini mengingatkan kita bahwa keutamaan hidup bukanlah tentang bagaimana kita menghindari penderitaan, tetapi bagaimana kita tetap setia dan bertumbuh dalam pengenalan akan Tuhan melalui penderitaan tersebut.

3. Penyerahan Diri kepada Tuhan: Mazmur ini juga mengajak kita untuk berserah kepada Tuhan dalam segala keadaan. Kita tidak selalu bisa memahami sepenuhnya mengapa kita harus mengalami penderitaan, tetapi kita dapat mempercayai Tuhan yang berdaulat atas segala sesuatu. Seperti Daud yang datang kepada Tuhan dengan segala keluhannya, kita pun diajak untuk membawa setiap pergumulan kita kepada-Nya dengan sikap yang rendah hati dan berserah penuh.

4. Pengalaman Pribadi dengan Tuhan: Pada akhirnya, penderitaan bisa menjadi sarana bagi kita untuk mengalami Tuhan secara lebih pribadi. Seperti yang dialami oleh Ayub, penderitaan bisa membawa kita kepada pengenalan yang lebih mendalam akan Tuhan. Ayub, setelah melalui penderitaan yang luar biasa, berkata, "Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau" (Ayub 42:5-6). Penderitaan telah membuka mata rohani Ayub untuk melihat dan mengenal Tuhan secara langsung dan mendalam.

Saat kita dihadapkan dengan penderitaan, kita memiliki pilihan: menolaknya dengan sikap yang salah, atau menerimanya sebagai bagian dari rencana Tuhan untuk membawa kita lebih dekat kepada-Nya. Fokus kita bukan pada seberapa cepat kita dapat lepas dari penderitaan, tetapi seberapa dalam kita dapat mengenal Tuhan melalui penderitaan itu. Dengan demikian, kita dapat belajar untuk hidup tidak hanya untuk mencari kenyamanan duniawi, tetapi untuk bertumbuh dalam iman dan pengenalan akan Tuhan, yang pada akhirnya memberikan kita pengertian dan kekuatan sejati.

Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.