Kisah Para Rasul 9:32-43
Allah yang kita sembah adalah Allah yang menyejarah, yang hadir dalam kehidupan manusia melalui banyak mukjizat. Mukjizat ini masih terjadi hingga hari ini, namun sering kali dimaknai secara keliru. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami peristiwa mukjizat dengan benar, khususnya dalam konteks bacaan dari Kisah Para Rasul 9:32-43.Ada dua prinsip utama yang bisa kita pelajari terkait mukjizat yang dilakukan oleh Petrus dalam perikop ini.1. Mukjizat Tidak Bergantung pada Manusia
Mukjizat yang terjadi dalam Alkitab, termasuk dalam bacaan ini, tidak bergantung pada manusia, baik sebagai fasilitator (seperti Petrus) maupun sebagai penerima mukjizat. Mukjizat pertama dalam bacaan ini adalah penyembuhan seorang lumpuh oleh Petrus (ayat 34). Dalam mukjizat kedua, Petrus membangkitkan Tabita (ayat 40-41), seorang wanita yang sudah mati. Dalam kedua peristiwa ini, penerima mukjizat bersifat pasif; mereka tidak melakukan apa-apa untuk mendapatkan mukjizat itu. Ini menunjukkan bahwa mukjizat terjadi karena kehendak Allah, bukan karena usaha manusia.2. Mukjizat Dikerjakan oleh Allah untuk Kemuliaan-Nya
Meskipun Allah menggunakan manusia seperti Petrus sebagai alat-Nya, tujuan akhir dari setiap mukjizat adalah untuk memuliakan Allah. Dalam bacaan ini, hasil dari mukjizat yang dilakukan oleh Petrus adalah banyak orang yang percaya dan berbalik kepada Tuhan (ayat 35, 42). Ini menunjukkan bahwa mukjizat yang terjadi bukan untuk mengagungkan manusia, tetapi untuk membawa orang-orang lebih dekat kepada Allah.Dari dua prinsip ini, ada beberapa hal yang bisa kita pelajari:a. Bersyukur atas Kasih Allah yang Tidak Bersyarat
Mukjizat yang diberikan Allah adalah tanda kasih-Nya yang tidak bersyarat. Jika kasih Allah menuntut syarat tertentu, tidak ada seorang pun di antara kita yang dapat memenuhinya. Kita harus bersyukur karena kasih Allah yang melampaui segala kondisi dan keadaan kita.b. Menghargai Anugerah Allah
Ketika kita menerima berkat atau mukjizat dari Allah, kita tidak boleh merasa lebih istimewa daripada orang lain. Semua berkat dan mukjizat adalah anugerah dari Allah, yang diberikan berdasarkan kehendak-Nya, bukan karena keistimewaan kita.c. Menempatkan Allah sebagai yang Paling Utama
Menerima mukjizat seharusnya membuat kita lebih menyadari kehadiran Allah dalam hidup kita dan mendorong kita untuk menempatkan Allah sebagai yang paling utama. Mukjizat adalah sarana untuk memuliakan Allah, bukan untuk memusatkan perhatian pada diri kita sendiri atau pada manusia yang menjadi alat-Nya.Dengan demikian, kita diajak untuk melihat mukjizat sebagai karya Allah yang sepenuhnya dikerjakan oleh-Nya, untuk tujuan yang lebih besar daripada sekadar kepentingan pribadi, yakni untuk kemuliaan-Nya dan untuk membawa kita lebih dekat kepada-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar