Keluaran 12:1-28
Allah memberikan bangsa Israel petunjuk yang rinci tentang tata cara perayaan Paskah pertama. Dalam pelaksanaannya, seekor anak domba dipilih dan dipelihara selama empat hari, lalu disembelih saat senja, dipanggang, darahnya dioleskan ke tiang dan ambang pintu, sementara dagingnya dimakan oleh seluruh keluarga.
Darah yang dioleskan pada pintu rumah orang Israel adalah tanda. Pada malam yang telah ditetapkan, Tuhan akan mengirim malaikat maut (bdk. Ibrani 11:28). Ketika malaikat tersebut melihat darah di pintu rumah, ia tidak akan berani menyentuh anak sulung di dalam rumah itu (ayat 23). Dengan demikian, semua ahli waris di keluarga Allah terselamatkan.
Ritual makan domba Paskah ini disertai dua kewajiban penting. Pertama, seluruh ragi dan produk turunannya harus dibersihkan dari rumah mereka (ayat 15, 20). Kedua, umat Allah diwajibkan mengadakan pertemuan-pertemuan kudus (ayat 16-17). Kedua perintah ini mereka laksanakan demi menyelamatkan anak-anak sulung mereka.
Dalam Perjanjian Baru, perayaan Paskah tidak hanya sekadar ritual makan domba. Paskah mengandung makna yang sangat dalam. Bagi Rasul Paulus, anak domba Paskah melambangkan Yesus Kristus yang dikurbankan di kayu salib (bdk. 1 Korintus 5:7). Darah Yesus yang tercurah di kayu salib menyelamatkan kita dari maut. Secara rohani, kita telah "memakan" daging-Nya, yang membuat kita menjadi satu dengan-Nya. Sekarang, keselamatan itu harus kita hayati dengan membuang "ragi keburukan dan kejahatan" dari hidup kita (bdk. 1 Korintus 5:8).
Syukur kepada Allah yang telah menyediakan Anak Domba Paskah untuk menyelamatkan kita. Semoga kita senantiasa menghargai pengorbanan Kristus, tidak hanya saat merayakan Paskah, tetapi setiap hari dalam kehidupan kita.
Bagaimana kita bisa mensyukuri anugerah keselamatan dari Allah? Cara terbaik adalah menjaga hidup kita tetap kudus. Pertanyaannya, bersediakah kita memelihara hati dan pikiran yang murni mulai hari ini dan seterusnya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar