Kita sering mendengar ungkapan, “Kebenaran itu menyakitkan.” Walaupun terasa pahit, kebenaran tetap harus disampaikan agar kita tidak tersesat dan bisa hidup dalam terang Allah. Paulus menghayati prinsip ini saat berbicara tentang Israel dan pemilihan Allah.
Kedudukan Israel dan Janji Keselamatan
Paulus merasa sangat sedih atas kenyataan bahwa tidak semua orang Israel menerima keselamatan Allah. Walaupun mereka adalah bangsa yang diangkat menjadi anak, memiliki perjanjian, hukum Taurat, dan janji Allah (ayat 1-5), itu tidak otomatis membuat mereka menjadi anak-anak Allah. Paulus menjelaskan bahwa yang menjadi anak-anak Allah adalah mereka yang tergolong dalam anak-anak perjanjian, bukan sekadar keturunan jasmani (ayat 6-9). Dengan demikian, keselamatan bukan soal garis keturunan atau usaha manusia, melainkan panggilan Allah yang berdaulat.Kedaulatan Allah dalam Memilih dan Menetapkan
Allah berhak atas segala ciptaan-Nya. Seperti seorang tukang periuk yang membentuk tanah liat menjadi berbagai macam bejana, Allah berhak memilih dan menetapkan umat pilihan-Nya (ayat 19-21). Pemilihan ini tidak berdasarkan agama, suku, atau prestasi manusia, melainkan kedaulatan Allah yang meliputi seluruh ciptaan-Nya. Kedaulatan ini menunjukkan kasih dan belas kasihan Allah, yang terbuka bagi siapa saja dari segala bangsa yang Ia pilih (ayat 14-18).Anugerah Keselamatan yang Harus Direspons dengan Syukur
Kita adalah orang-orang yang menerima keselamatan karena anugerah Allah, bukan karena usaha, asal-usul, atau perbuatan kita. Harta, status, maupun prestasi manusia tidak bisa diandalkan untuk keselamatan. Allah memilih dan menetapkan kita dalam anugerah-Nya, dan kita dipanggil untuk merespons ini dengan ucapan syukur, bukan kesombongan.Panggilan untuk Memberitakan Keselamatan
Keselamatan bukan hak istimewa bangsa atau kelompok tertentu. Paulus mengingatkan bahwa keselamatan Allah terbuka bagi semua bangsa. Jadi, meskipun kita tidak bisa menentukan siapa yang menjadi orang pilihan Allah, kita dipanggil untuk memberitakan Injil kepada semua orang tanpa kecuali. Inilah respons yang benar bagi kita, umat Allah, agar banyak orang dapat merasakan anugerah keselamatan yang juga kita terima.
Mengandalkan Anugerah, Bukan Status atau Perbuatan
Anugerah Allah yang kita terima tidaklah didasarkan pada siapa kita atau apa yang telah kita lakukan. Semua orang, apa pun suku dan bahasanya, berpeluang untuk menerima keselamatan. Oleh karena itu, mari kita hidup dengan rasa syukur dan rendah hati, menyadari bahwa keselamatan kita semata-mata adalah hasil kasih karunia-Nya.
Mari kita selalu ingat untuk tidak membatasi kasih Allah pada mereka yang menurut kita layak. Sebaliknya, mari kita membuka hati untuk memberitakan kasih dan keselamatan-Nya kepada semua orang di sekitar kita, sebagai respons terhadap kedaulatan Allah yang memilih dan menyelamatkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar