1. Apa itu Providentia Dei?
Providentia Dei berasal dari bahasa Latin yang berarti penyediaan Allah. Kata ini menunjukkan bahwa Allah adalah Pribadi yang memandang ke depan dan menyediakan segala sesuatu yang diperlukan oleh umat-Nya. Tidak ada yang kebetulan dalam rencana Allah. Seperti yang dikatakan Jakob Oetama, pendiri Kompas Group:
"Hidup ini seolah-olah bagai suatu kebetulan-kebetulan, tapi bagi saya itulah providentia Dei, itulah penyelenggaraan Allah."
Penyediaan Allah ini adalah bukti kasih dan pemeliharaan-Nya yang tidak pernah berhenti dalam kehidupan umat-Nya, termasuk dalam perjalanan Israel di padang gurun menuju Kanaan.
2. Providentia Dei dalam Kehidupan Umat Israel
Umat Israel mengalami pemeliharaan Allah yang luar biasa selama empat puluh tahun di padang gurun, sebuah tempat yang secara logis tidak memungkinkan untuk menopang kehidupan. Allah menunjukkan providentia-Nya melalui:
Roti Manna dan Burung Puyuh (ayat 12-16, 31):
- Manna, yang berarti "Apakah ini?" adalah makanan yang Allah turunkan dari langit setiap pagi.
- Burung puyuh datang untuk memenuhi kebutuhan protein mereka.
Pemeliharaan ini bukan hanya fisik, tetapi juga sebagai tanda bahwa Allah peduli dan terlibat dalam kehidupan umat-Nya.
Kebutuhan yang Selalu Dipenuhi:
Meski mereka berada di tempat yang keras, kebutuhan pokok mereka tidak pernah terabaikan. Kasih setia Allah nyata meskipun mereka sering bersungut-sungut dan melawan-Nya.Umat yang Kurang Percaya:
- Umat Israel sering kali meragukan Allah (ayat 2-3) dan bahkan melanggar perintah-Nya (ayat 28).
- Sikap mereka mencerminkan hati manusia yang mudah lupa pada kebaikan Allah dan lebih sering fokus pada kekhawatiran akan masa depan.
3. Providentia Dei dalam Kehidupan Kita
Pemeliharaan Allah yang ajaib di padang gurun menjadi pengingat bagi kita bahwa:
- Allah mengetahui kebutuhan kita: Tidak ada satu kebutuhan pun yang terlewat dari perhatian-Nya. Ia menyediakan bukan hanya kebutuhan jasmani tetapi juga rohani.
- Allah berkuasa untuk menyediakan yang terbaik: Apa yang Ia sediakan mungkin tidak selalu sesuai dengan keinginan kita, tetapi pasti yang terbaik untuk kebaikan kita.
4. Sikap yang Harus Kita Miliki
- Percaya pada Allah: Jangan biarkan kekhawatiran atau ketidakpercayaan merampas sukacita kita. Allah yang sama yang memelihara Israel di padang gurun adalah Allah yang memelihara kita hari ini.
- Berserah pada kehendak Allah: Fokuskan hati dan pikiran untuk mencari kehendak-Nya, bukan hanya memenuhi keinginan kita sendiri.
- Bersyukur atas pemeliharaan Allah: Ketika kita melihat ke belakang, kita pasti bisa menemukan banyak bukti kasih setia Allah yang terus menopang kita.
5. Refleksi Pribadi
Dalam perjalanan hidup ini, kita sering menemui jalan yang sulit, seperti padang gurun yang dihadapi umat Israel. Namun, jalan itu tidak pernah lepas dari penyertaan Allah.
- Apakah kita bersungut-sungut seperti Israel, ataukah kita bersyukur atas penyediaan-Nya?
- Apakah kita lebih sering mengandalkan kekuatan sendiri, ataukah kita menyerahkan segalanya pada providentia Dei?
6. Doa
Tuhan, Engkau adalah Allah yang tahu kebutuhan kami bahkan sebelum kami menyadarinya. Terima kasih atas kasih pemeliharaan-Mu yang tak pernah putus dalam hidup kami. Ajarlah kami untuk percaya sepenuhnya kepada-Mu, mencari kehendak-Mu, dan bersyukur atas segala yang telah Kau sediakan. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar