Maret 2025 ~ Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

Firman Tuhan : " Amati Karya-Nya "

Imamat 23:1-14

Di tengah dunia yang tidak pernah berhenti bergerak, di mana setiap waktu bisa digunakan untuk bekerja dan menghasilkan sesuatu, berhenti sejenak tampak seperti hal yang tidak produktif. Namun, ketetapan Tuhan mengenai hari raya, sebagaimana yang disampaikan dalam nas ini, layak untuk direnungkan.

Dari tujuh hari dalam seminggu, satu hari harus dikhususkan sebagai Sabat, yaitu hari perhentian penuh dan hari pertemuan kudus (3). Mengapa hari itu disebut kudus? Karena pada hari itulah manusia diberikan kesempatan untuk mengalami perjumpaan dengan Tuhan dan mengamati karya-Nya yang ajaib.

Melalui hari raya, umat diajak untuk memahami makna Paskah (5-6). Saat mereka memakan roti tidak beragi, mereka mengenang bagaimana Tuhan membebaskan leluhur mereka dari perbudakan menuju tanah perjanjian. Kesadaran ini hanya mungkin didapat ketika mereka benar-benar meluangkan waktu untuk berhenti dan merenung. Inilah alasan mengapa penting untuk mengambil waktu jeda dari rutinitas sehari-hari.

Semua ini bukan sekadar ritual tanpa makna. Ketika umat mulai menikmati berkat Tuhan di tanah perjanjian, mereka juga dipanggil untuk mempersembahkan seberkas hasil pertama tuaian, seekor domba yang tak bercela, tepung terbaik yang dicampur dengan minyak, serta anggur (10-13). Dengan demikian, Sabat bukan hanya tentang berhenti bekerja, tetapi juga tentang mengingat dan merayakan kebaikan Tuhan hingga turun-temurun (14).

Di balik ketetapan tentang hari Sabat, tersimpan makna yang dalam. Mengingat karya Tuhan bukan hanya sekadar mengenang peristiwa masa lalu, tetapi juga menyadari bahwa karya-Nya tetap berlangsung dan selalu relevan dalam kehidupan kita. Ia telah membawa kita dari maut menuju hidup kekal, sehingga kini kita dapat menikmati berkat-Nya yang melimpah, termasuk kedamaian dan sukacita. Oleh karena itu, perenungan akan karya-Nya selalu mendatangkan ketenangan, bahkan di tengah dunia yang penuh hiruk pikuk.

Share:

Firman Tuhan : " Pilar Kepercayaan "

Imamat 22

Persembahan merupakan salah satu pilar utama yang mencerminkan kepercayaan seseorang kepada Tuhan. Pada dasarnya, persembahan adalah pemberian yang tulus dan dilakukan dengan niat yang baik kepada-Nya. Melalui persembahan, seseorang menunjukkan bagaimana mereka memandang Allah dan bagaimana sikap mereka di hadapan-Nya. Oleh karena itu, persembahan kepada TUHAN, Allah Yang Mahakudus, haruslah kudus.

Tuhan menyampaikan firman kepada Musa untuk diteruskan kepada Harun dan anak-anaknya agar mereka menjaga persembahan kudus dengan sungguh-sungguh (2). Tidak sembarang orang boleh mempersembahkan atau memakan kurban, sehingga para imam memiliki tanggung jawab besar untuk menjaga persembahan dari segala bentuk kenajisan dan kecemaran (3-16).

Di sisi lain, umat yang memberi persembahan juga memiliki tanggung jawab yang tidak bisa diabaikan. Hewan yang dipersembahkan—baik lembu jantan, domba, maupun kambing—haruslah tak bercela (18-21). Hewan yang cacat tidak boleh dipersembahkan kepada Tuhan (22-25). Umat yang hendak memberikan kurban harus melakukannya dengan penuh kesungguhan, pada waktu yang tepat, dan dengan cara yang benar (26-29). Persembahan bukan sekadar tradisi, tetapi merupakan bentuk ketaatan mereka kepada Allah (30). Dari sinilah kepercayaan umat kepada Tuhan, Sang Penebus, menjadi nyata.

Sayangnya, dalam dunia yang semakin dikendalikan oleh sistem kapitalisme, prinsip persembahan kudus sering kali diabaikan. Apa yang dahulu dipersembahkan dengan penuh penghormatan kini lebih banyak dikonversi menjadi uang; pemberian yang seharusnya dikuduskan justru dipertahankan untuk kepentingan pribadi, dan yang diberikan hanyalah sisa yang tidak bernilai. Ini menunjukkan bahwa fokus utama bukan lagi kepada Allah, melainkan kepada materi.

Namun, sebagai umat yang setia, biarlah ketulusan kita dalam memberi tidak pudar. Memberikan persembahan yang terbaik mungkin tampak tidak menguntungkan secara duniawi, tetapi dari situlah kita menjaga pilar kepercayaan kita kepada Allah. Sebagaimana kita dipanggil untuk hidup dalam kekudusan, demikian pula hendaknya setiap persembahan kita mencerminkan kekudusan Allah yang kita sembah.

Share:

Firman Tuhan : " Kekudusan Para Imam "

Imamat 21

Seluruh umat Israel dipanggil untuk hidup kudus, terlebih lagi para imam yang memiliki tugas khusus dalam memimpin ibadah di Kemah Suci. Mereka bertanggung jawab untuk mempersembahkan kurban umat dan menjadi perantara doa kepada Sang Penebus. Dengan tugas yang begitu mulia, tidak mengherankan jika mereka harus menaati aturan khusus guna menjaga kekudusan pelayanan mereka. Musa menyampaikan ketetapan ini kepada anak-anak Harun.

Aturan-aturan tersebut sangat mendetail dalam mengatur bagaimana para imam harus menjaga kekudusan hidup mereka. Salah satunya, mereka harus menjauhi orang mati (1-4), karena Allah adalah sumber kehidupan, dan segala sesuatu yang berlawanan dengan kehidupan dianggap najis. Sebagai pelayan Yang Mahakudus, para imam harus dijauhkan dari segala hal yang berkaitan dengan kematian.

Selain itu, mereka juga dilarang menggunduli sebagian kepala, mencukur tepi janggut, atau menggoresi kulit tubuh mereka (5). Tindakan-tindakan ini umum dilakukan dalam praktik penyembahan berhala. Oleh sebab itu, para imam harus menggunakan tubuh mereka hanya untuk menyembah Allah dan sepenuhnya didedikasikan bagi-Nya (6).

Mereka juga diperintahkan untuk hidup dalam kesucian moral dengan menjauhi pelacuran (7-9), menjaga pengurapan dan pernikahan mereka dengan setia (10-15), serta memastikan bahwa mereka tidak datang kepada Tuhan dengan kecacatan (16-23). Dengan menaati seluruh ketetapan ini, ibadah mereka akan menjadi persembahan yang harum dan berkenan di hadapan Allah.

Sebagai orang percaya, kita juga disebut sebagai "bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat Allah sendiri" (1Ptr. 2:9). Artinya, kita memiliki panggilan untuk hidup dalam kekudusan dan menjaga segala tindakan serta perbuatan kita. Segala bentuk kecemaran, mulai dari kebiasaan yang merusak hingga tren yang berbau mistis, harus kita jauhi. Fokus kita harus tetap tertuju kepada Allah yang hidup. Dalam menjaga diri serta relasi dengan Tuhan dan sesama, marilah kita menjunjung tinggi kehidupan yang berkenan kepada-Nya.

Share:

Keberlangsungan Umat Allah: Hidup Kudus di Hadapan Tuhan

 

Imamat 20

Allah menghendaki agar umat-Nya hidup dalam kekudusan. Itulah sebabnya, dalam Imamat 20, Tuhan menetapkan berbagai aturan yang harus dipatuhi bangsa Israel agar mereka tetap bertahan sebagai umat pilihan di tanah perjanjian.

Ketetapan untuk Menjaga Kekudusan:

  1. Menjauhi perbuatan tercela

    • Dilarang mengutuki orang tua (ayat 9).

    • Tidak boleh melakukan perzinaan atau hubungan yang menyimpang (ayat 10-21).

    • Tidak boleh terlibat dalam praktik penyembahan berhala, terutama memberikan anak kepada Molokh (ayat 2-5).

  2. Allah Berbeda dari Berhala

    • Allah tidak meminta korban anak manusia, seperti ilah-ilah lain.

    • Kisah Abraham dan Ishak (Kej. 22:1-14) menunjukkan bahwa Allah bukanlah Allah yang menghendaki pengorbanan anak, tetapi Allah yang menyediakan keselamatan.

  3. Konsekuensi Melanggar Perintah Tuhan

    • Tuhan sendiri akan menghadapi dan menghukum orang yang berbuat dosa (ayat 3-5).

    • Perbuatan yang najis bertentangan dengan kekudusan Tuhan (ayat 6-7).

Pesan Bagi Kita Hari Ini:

  • Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk hidup kudus di tengah dunia yang penuh pencemaran moral.

  • Kita memiliki tanggung jawab untuk mendidik generasi berikutnya dalam kasih dan kebenaran Tuhan.

  • Jangan mencari jalan pintas demi kesuksesan dengan cara yang tidak berkenan kepada Tuhan.

  • Hanya dengan kesetiaan kepada Tuhan, kita bisa mempertahankan iman dan membangun generasi yang takut akan Tuhan.

Allah rindu agar umat-Nya tetap kudus dan berpegang teguh pada firman-Nya. Jika kita ingin keberlangsungan hidup yang diberkati, kita harus hidup dalam ketaatan dan kekudusan.

Doa:
Bapa di surga, kami bersyukur atas kasih dan bimbingan-Mu dalam hidup kami. Tolong kami untuk hidup dalam kekudusan dan menjauhkan diri dari segala dosa yang menajiskan. Kami juga berdoa agar Engkau memberkati keluarga kami, pekerjaan kami, dan generasi kami agar tetap setia kepada-Mu. Dalam nama Yesus kami berdoa. Amin.

Tuhan Yesus memberkati!

Share:

Firman Tuhan : "Bersihlah Hatiku"

 

Imamat 14:33-57

Rumah sering kali mencerminkan kondisi penghuninya. Rumah yang bersih dan terawat menggambarkan pribadi yang disiplin dan sehat, sedangkan rumah yang kotor dan berantakan bisa mencerminkan kehidupan yang tidak tertata. Hal ini bukan hanya berlaku bagi rumah fisik, tetapi juga bagi "rumah rohani" kita, yaitu hati dan kehidupan kita sendiri.

Hikmah dari Aturan dalam Imamat 14:33-53:

  • Tuhan memberikan aturan bagi umat Israel tentang penyakit pada dinding rumah, yang mirip dengan aturan mengenai penyakit kulit pada manusia.

  • Jika rumah menunjukkan tanda-tanda kecemaran, harus dilakukan tindakan:

    • Dikarantina atau dikosongkan (ayat 36-38).

    • Bagian yang terkena harus dicungkil dan diganti (ayat 39-42).

    • Jika penyakit semakin meluas, rumah itu harus dibongkar dan dibuang ke luar kota (ayat 43-45).

    • Jika rumah sudah bersih, pemilik harus mempersembahkan kurban penahiran sebagai tanda pemulihan (ayat 48-53).

Makna Rohani: Menjaga Kebersihan Hati

  • Rasul Paulus menyatakan bahwa setiap orang percaya adalah bait Allah (1Kor. 3:16, 6:19).

  • Kita harus menjaga hati dari segala kecemaran seperti iri hati, kesombongan, kebencian, atau dosa tersembunyi lainnya.

  • Waspada terhadap tanda awal kecemaran!

    • Dosa kecil yang dibiarkan bisa menjadi kebiasaan buruk.

    • Jika tidak segera dibersihkan, kecemaran hati bisa semakin meluas dan menghancurkan hidup kita.

Tindakan Nyata untuk Membersihkan Hati:

  1. Mengikis kebiasaan buruk sejak dini. Jangan biarkan dosa kecil berkembang menjadi besar.

  2. Bersedia untuk berubah. Terkadang membersihkan hati itu menyakitkan, tetapi itu perlu untuk kehidupan yang lebih baik.

  3. Mencari pemulihan dalam Tuhan. Jika hati kita sudah ternoda, kita harus datang kepada Tuhan untuk pengampunan dan pemulihan.

  4. Hidup dalam Firman Tuhan. Amsal 4:23 mengingatkan, "Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari sanalah terpancar kehidupan."

Hati kita adalah rumah bagi Tuhan. Seperti kita membersihkan rumah dari kotoran, kita juga harus rajin menjaga kekudusan hati. Dengan demikian, hidup kita akan menjadi terang bagi dunia dan berkenan di hadapan Tuhan.

Doa:
Bapa di surga, terima kasih atas Firman-Mu yang mengajarkan kami untuk menjaga hati dan hidup kami dari segala kecemaran. Berikan kami hikmat dan kekuatan untuk selalu hidup dalam kekudusan-Mu. Kami berdoa agar berkat kesehatan, sukacita, dan damai sejahtera mengalir dalam kehidupan kami dan orang-orang di sekitar kami. Dalam nama Yesus, kami berdoa. Amin.

Share:

Pujian ibadah 30 Maret 2025


Share:

Umat dan Alam

 

Imamat 19:19-37

Pembukaan:
Firman Tuhan yang diberikan kepada umat Israel mencakup segala aspek kehidupan, mulai dari ibadah, hubungan antar sesama, hingga hubungan dengan alam. Dalam perintah-perintah-Nya, Allah tidak hanya mengatur bagaimana manusia harus berelasi dengan sesamanya tetapi juga bagaimana mereka memperlakukan alam ciptaan-Nya dengan penuh tanggung jawab dan kekudusan.

Hidup Kudus dalam Segala Aspek:

  • Allah menegaskan hukuman atas dosa perzinaan (Imamat 19:20-22).

  • Larangan terhadap ritual penyembahan berhala (ayat 26-31).

  • Perintah untuk mengasihi dan berlaku adil kepada semua orang (ayat 32-36).

Ketetapan Allah yang Berkaitan dengan Alam:

  1. Larangan mencampurkan ternak, benih, dan pakaian (ayat 19):

    • Ini melambangkan larangan terhadap pencampuran yang tidak sesuai dengan ketetapan Tuhan.

    • Allah ingin umat-Nya menjaga kemurnian dan ketaatan terhadap hukum-Nya.

    • Seperti penciptaan dalam Kejadian 1:25, setiap makhluk dan tanaman harus dihormati sebagaimana Allah menciptakannya.

  2. Buah dari pohon tidak boleh dimakan dalam tiga tahun pertama (ayat 23-25):

    • Buah yang muncul terlalu cepat dianggap belum matang dan tidak layak dikonsumsi.

    • Tahun keempat, buah itu dipersembahkan kepada Allah sebagai tanda hormat.

    • Tahun kelima dan seterusnya, barulah buah itu bisa dinikmati oleh umat.

    • Ini mengajarkan pentingnya kesabaran dan kesetiaan kepada Tuhan dalam menantikan hasil yang terbaik.

Makna bagi Kita Saat Ini:
Peraturan-peraturan ini bukan sekadar hukum lahiriah, tetapi memiliki makna rohani yang mendalam. Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk:

  • Menjaga kemurnian hidup, baik dalam iman maupun dalam tindakan.

  • Tidak tergesa-gesa menikmati sesuatu yang kelihatan baik, tetapi menunggu waktu Tuhan yang terbaik.

  • Mengutamakan kesetiaan kepada Tuhan di atas segala sesuatu.

Allah ingin umat-Nya hidup dalam kekudusan, ketaatan, dan kesabaran. Apa pun yang kita lakukan, baik dalam pekerjaan, hubungan, maupun keputusan hidup, hendaknya selalu mengikuti kehendak Tuhan. Dengan demikian, kita akan menerima berkat dan pemeliharaan-Nya dalam hidup kita.

Doa:
Bapa di surga, terima kasih atas firman-Mu yang menuntun kami untuk hidup dalam kekudusan dan ketaatan. Ajarkan kami untuk sabar menantikan waktu-Mu dan menjaga kemurnian hati kami. Kiranya berkat kesehatan, sukacita, dan damai sejahtera selalu mengalir dalam hidup kami. Dalam nama Yesus, kami berdoa. Amin.

Share:

Firman Tuhan : " Memaknai Bakti kepada Yang Ilahi "

 

Imamat 19:1-18

Bakti kepada Tuhan bukan sekadar tindakan religius, melainkan sebuah gaya hidup yang mencerminkan kesucian dan kasih-Nya. Hidup berbakti tidak hanya ditujukan untuk mengejar kesalehan pribadi, tetapi harus diwujudkan dalam keseharian yang berpusat pada Tuhan dan berdampak bagi sesama.

Tiga bentuk utama bakti kepada Allah menurut Kitab Suci:

  1. Bakti kepada Allah tampak dalam bakti kepada orang tua (Im. 19:3-4).
    Menghormati orang tua adalah perintah Tuhan yang sejajar dengan menjaga kekudusan hari Sabat dan menjauhi berhala. Namun, menghormati mereka tidak berarti mengikuti kebiasaan yang bertentangan dengan firman Tuhan.

  2. Bakti kepada Allah diwujudkan dalam persembahan yang benar (Im. 19:5-8).
    Persembahan kurban bukan hanya bentuk ketaatan, tetapi juga simbol penghormatan kepada Tuhan. Dengan menghargai makanan dan tidak menyia-nyiakannya, kita belajar hidup dalam pengendalian diri dan rasa syukur.

  3. Bakti kepada Allah terwujud dalam kasih kepada sesama (Im. 19:9-18).

    • Menunjukkan belas kasihan dengan berbagi kepada orang miskin dan orang asing.

    • Menegakkan kejujuran dengan tidak mengambil yang bukan hak kita.

    • Menjaga keadilan agar tidak ada yang diperlakukan dengan curang.

    • Mengasihi sesama seperti diri sendiri, sebagaimana firman Tuhan (Im. 19:18).

Dari sini kita memahami bahwa bakti kepada Tuhan tidak hanya bersifat vertikal, tetapi juga horizontal. Kasih kepada Tuhan harus tampak dalam tindakan kasih kepada sesama. Mari wujudkan bakti kita dengan hidup dalam ketaatan, kejujuran, dan kasih kepada orang lain.

Share:

Tuhan dalam Kehidupan Pernikahan


Imamat 18

Pernikahan adalah ikatan sakral antara dua insan yang disatukan oleh Tuhan. Kitab Suci menegaskan bahwa pernikahan bukan hanya sebuah kesepakatan antara dua individu, tetapi juga melibatkan Allah sebagai pemberi identitas dan pedoman bagi pasangan yang berkomitmen.

Dalam firman Tuhan, bangsa Israel diperintahkan untuk membangun pernikahan yang berbeda dari tradisi Mesir dan Kanaan (Im. 18:3). Mereka dipanggil untuk hidup dalam ketetapan Tuhan yang menjaga kesucian, martabat, dan harga diri dalam keluarga (Im. 18:4-5).

Prinsip utama dalam pernikahan menurut firman Tuhan adalah:

  1. Hormat dan kasih kepada sesama, terutama dalam lingkup keluarga, dengan menjaga kesucian dan menjauhi perbuatan yang tidak berkenan di hadapan Tuhan (Im. 18:6-20).
  2. Menjaga kesatuan dan keharmonisan, karena keluarga yang kuat membentuk bangsa yang kuat. Perpecahan dalam rumah tangga dapat berdampak luas dalam masyarakat.
  3. Menjauhkan diri dari kenajisan, karena pelanggaran terhadap hukum Tuhan dapat mengakibatkan kekacauan, bahkan kehilangan identitas sebagai umat Allah.

Ketika pernikahan berlandaskan firman Tuhan, kehadiran-Nya akan menjadi nyata dalam kehidupan rumah tangga. Pernikahan yang dijaga dengan kasih, hormat, dan ketaatan kepada Tuhan akan menjadi berkat bagi pasangan, keluarga, dan juga komunitas di sekitarnya.

Mari jadikan pernikahan sebagai sarana untuk memuliakan Tuhan, dengan hidup dalam kasih dan kesetiaan sesuai kehendak-Nya.

Share:

Jangan Ambil yang Bukan Hak Kita

Imamat 17

Mencuri adalah tindakan mengambil sesuatu yang bukan hak kita, dan ini adalah pelanggaran serius. Jika mencuri dari sesama manusia saja mendapat hukuman, terlebih lagi jika kita mencuri dari Allah.

Dalam firman Tuhan, ada dua larangan keras yang diberikan kepada umat Israel:

  1. Larangan mempersembahkan kurban di luar Kemah Pertemuan (Im. 17:3-7). Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa penyembahan hanya ditujukan kepada Tuhan dan bukan kepada berhala.

  2. Larangan memakan darah (Im. 17:10-11), karena darah melambangkan nyawa yang hanya berhak dikuasai oleh Allah.

Kedua larangan ini menegaskan bahwa ada hal-hal yang menjadi hak Allah sepenuhnya. Penyembahan, hormat, dan ketaatan adalah milik-Nya, dan kita tidak boleh mengambilnya untuk diri sendiri.

Pernahkah kita tanpa sadar mengambil hak Tuhan? Mungkin dengan menahan persepuluhan, mengabaikan waktu doa, atau kurang setia dalam menjalankan firman-Nya.

Mari berikan kepada Tuhan apa yang memang menjadi hak-Nya—persembahan, kesetiaan, dan seluruh hidup kita.

Share:

Yom Kippur

Setiap negara memiliki hari raya besar yang dianggap penting, seperti hari kemerdekaan. Namun, bagi bangsa Israel, hari raya terbesar bukanlah hari pembebasan dari penjajahan, melainkan Hari Raya Pendamaian atau Yom Kippur. Hari ini menandai momen khusus di mana umat Allah menerima penghapusan dosa melalui upacara pendamaian yang dilakukan oleh imam besar.

Hari Raya Pendamaian, yang dirayakan pada akhir September atau awal Oktober, telah berlangsung sejak zaman kitab Imamat. Pada hari itu, imam besar memasuki Tempat Mahakudus untuk mengadakan pendamaian bagi dirinya sendiri dan seluruh umat Israel. Ini merupakan satu-satunya hari dalam setahun di mana seseorang dapat masuk ke hadirat Allah secara langsung melalui perantara imam besar.

Makna Yom Kippur dalam Perjanjian Lama:

  • Imam besar mengenakan pakaian linen putih, melambangkan kerendahan hati dan kekudusan (ayat 4).
  • Persembahan kurban dilakukan untuk penghapusan dosa, baik bagi imam besar sendiri maupun bagi umat (ayat 5-11).
  • Dupa dibawa ke Tempat Mahakudus, dan darah kurban dipercikkan ke Tabut Perjanjian sebagai simbol pengampunan dosa (ayat 12-15).

Penggenapan dalam Yesus Kristus:

  • Dalam Perjanjian Baru, Yom Kippur menemukan penggenapan sempurnanya dalam Yesus Kristus.
  • Yesus, sebagai Imam Besar Agung, mempersembahkan diri-Nya sendiri sebagai kurban yang sempurna, sekali untuk selamanya (Ibrani 9:12).
  • Ketika Yesus berkata, "Sudah selesai." (Yohanes 19:30), itu menandakan bahwa karya pendamaian telah sempurna, dan dosa manusia telah dihapuskan.

Kesimpulan:
Sebagai orang percaya, kita tidak lagi perlu melakukan pengorbanan tahunan untuk dosa-dosa kita, karena Yesus telah menyelesaikan semuanya. Keselamatan kita tidak bergantung pada usaha atau kesalehan kita sendiri, melainkan pada anugerah Kristus yang sempurna. Oleh karena itu, kita harus hidup dalam rasa syukur, memuliakan Tuhan, dan menjaga kehidupan yang kudus sebagai umat-Nya.

Doa:
Bapa di surga, terima kasih atas kasih dan pengorbanan-Mu yang sempurna melalui Yesus Kristus. Kami bersyukur karena dosa-dosa kami telah diampuni, dan kami telah diperdamaikan dengan Engkau. Kiranya berkat kesehatan, sukacita, dan damai sejahtera mengalir dalam kehidupan kami. Berkatilah keluarga, pekerjaan, pelayanan, dan setiap aspek hidup kami. Dalam nama Yesus, kami bersyukur dan berdoa. Amin.

Selamat Hari Minggu! Nikmatilah hari sabat dan hadirilah undangan Tuhan dengan sukacita.

Share:

Cintailah Kehidupan!

 

Sekitar 70% tubuh manusia terdiri dari air, dan tubuh kita menghasilkan berbagai cairan seperti air liur, air mata, dan keringat. Dalam Hukum Taurat, cairan tubuh yang keluar dianggap najis, baik pada pria maupun wanita, seperti air mani atau darah haid. Ini menunjukkan pentingnya menjaga kekudusan dan menjauhkan diri dari segala bentuk kematian atau kenajisan.

Allah adalah Allah yang hidup, dan Dia menginginkan umat-Nya untuk mencintai kehidupan dan menjauhi segala yang mengarah pada kematian atau pembusukan.

Kita diajak untuk menjaga kehidupan rohani kita agar tetap bersih dari hal-hal yang najis. Marilah kita berdoa agar Allah memberi kita semangat hidup yang baru, menjauhkan kita dari hal-hal yang merusak, dan menumbuhkan kecintaan kita terhadap kehidupan.

Doa

Ya Tuhan, ajarilah kami untuk mencintai kehidupan dan menjauhkan diri dari segala yang membawa kepada kematian. Hidupkan kembali semangat kami untuk hidup sesuai dengan kehendak-Mu. Amin.

Share:

Pujian Ibadah 23 Maret 2025








Share:

Fiman Tuhan : " Bersihlah Hatiku "

 

Imamat 14:33-57

Kebersihan adalah cerminan dari kehidupan seseorang. Rumah yang rapi dan terawat sering kali mencerminkan pemiliknya yang disiplin dan sehat, sementara rumah yang kotor dan berantakan dapat menunjukkan kehidupan yang tidak tertata. Namun, lebih dari sekadar rumah fisik, hati manusia juga membutuhkan perawatan dan kebersihan.

Dalam Kitab Imamat, Tuhan tidak hanya mengatur tentang penyakit kulit yang menajiskan manusia, tetapi juga memberikan ketentuan mengenai penyakit yang dapat menyerang rumah. Hal ini menunjukkan bahwa kebersihan dan kekudusan bukan hanya soal fisik, tetapi juga soal rohani. Sebagaimana rumah fisik harus dijaga dari penyakit, demikian pula hati manusia harus dijaga dari kecemaran.

  • Poin-Poin Inti Artikel "Bersihlah Hatiku"

    1. Rumah sebagai Cerminan Penghuninya

      • Rumah yang bersih mencerminkan pribadi yang sehat dan rajin, sedangkan rumah yang kotor menunjukkan kehidupan yang tidak teratur.
    2. Aturan tentang Penyakit pada Rumah

      • Setelah membahas penyakit kulit pada manusia, Tuhan memberikan aturan tentang penyakit yang menajiskan pada dinding rumah (33-35).
      • Jika rumah memiliki tanda penyakit, harus dikosongkan dan diisolasi (36-38).
      • Dinding yang terkena penyakit harus dikikis dan diganti dengan yang baru (39-42).
      • Jika penyakit terus menyebar, rumah harus dibongkar total (43-45).
      • Jika rumah dinyatakan bersih, harus dilakukan ritual penahiran (48-53).
    3. Paralel antara Rumah Fisik dan Rumah Rohani

      • Paulus menyatakan bahwa setiap orang percaya adalah bait Allah (1Kor. 3:16, 6:19).
      • Seperti rumah fisik harus dijaga, hati manusia juga harus dijaga dari kecemaran.
    4. Bahaya Kecemaran yang Tidak Ditangani

      • Kotoran kecil dalam hati yang dibiarkan akan membesar dan menajiskan seluruh hidup seseorang.
      • Jika hati tidak dijaga, bisa sampai ke titik di mana kecemaran itu sulit dibersihkan.
    5. Kesimpulan

      • Kita harus mengikis setiap kecenderungan buruk dalam diri kita, meskipun sulit dan menyakitkan.
      • Menjaga hati dengan kewaspadaan karena dari hati terpancar kehidupan (Ams. 4:23).
    6. Doa

      • Memohon kepada Tuhan untuk menolong kita menjaga hati tetap bersih dan hidup dalam kekudusan.
  • Share:

    Pujian Paskah GKKK Wil.Blitar 2025


    Share:

    Firman Tuhan : "Syukur atas Ketahiran"

     

    Imamat 14:1-32

    1. Pengorbanan untuk Ketahiran

      • Pada zaman Perjanjian Lama, seekor domba merupakan harta berharga, tetapi itu bukan harga yang terlalu besar jika harus dikorbankan untuk dinyatakan tahir.
    2. Kondisi Penderita Penyakit Kulit

      • Penderita penyakit kulit menular harus diasingkan tanpa kepastian apakah mereka akan sembuh.
      • Jika mereka sembuh, mereka harus diperiksa oleh imam untuk dinyatakan tahir (2-3).
    3. Ritual Penahiran sebagai Simbol Pemulihan

      • Darah yang tercurah melambangkan penghapusan dosa, dan burung yang dilepaskan melambangkan hilangnya kenajisan (5-7).
      • Mencuci pakaian dan tubuh menunjukkan kesucian yang diperbarui (8-9).
      • Persembahan tiga ekor domba dan tepung terbaik menandakan pendamaian dengan Allah (10-20).
    4. Pentingnya Bersyukur

      • Orang yang telah dipulihkan pasti merasakan syukur yang luar biasa.
      • Namun, sering kali manusia lupa mengucap syukur atas kebaikan Tuhan, seperti sembilan penderita kusta dalam Lukas 17:11-19.
    5. Kesimpulan

      • Bersyukur dalam segala hal, baik untuk kesembuhan jasmani maupun rohani.
      • Mengungkapkan rasa syukur melalui doa, pujian, kesaksian, persembahan, dan kepedulian terhadap sesama.
    6. Doa

      • Memohon kepada Tuhan agar selalu memiliki hati yang bersyukur dan hidup dalam rasa terima kasih atas anugerah-Nya.
    Share:

    Firman Tuhan : Asalkan Orang Lain Tidak Menderita

     

    Imamat 13:29-59

    Prinsip "mencegah lebih baik daripada mengobati" menjadi dasar aturan tentang penyakit kulit dalam perikop ini. Langkah-langkah pencegahan diterapkan agar penyakit tidak menyebar ke seluruh umat.

    Setiap orang yang mengalami gejala seperti bercak putih yang lebih dalam dari kulit atau bengkak kemerahan harus segera memeriksakan diri kepada imam (29-30, 38-39, 42-44). Jika ditemukan tanda-tanda penyakit, meskipun belum pasti najis, orang tersebut tetap harus menjalani isolasi (31-37). Ini menunjukkan bahwa menjaga komunitas lebih penting daripada kenyamanan pribadi.

    Selain itu, penderita harus menampilkan diri secara berbeda sebagai bentuk peringatan bagi orang lain. Mereka harus mengenakan pakaian koyak, membiarkan rambut terurai, dan menutupi sebagian wajah sambil berseru, "Najis, najis!" (45). Aturan ini bukanlah bentuk ketidakpedulian, melainkan tindakan perlindungan agar orang lain tidak ikut terkena dampaknya.

    Pencegahan ini juga diterapkan pada benda-benda yang berpotensi menyebarkan penyakit. Pakaian yang pernah dikenakan oleh penderita harus diisolasi (50), dan jika ditemukan tanda penyakit, pakaian tersebut harus dicuci (54, 58) atau dibakar (52, 55, 57). Meskipun pakaian itu berharga, kehilangan sesuatu yang bernilai lebih baik daripada membahayakan seluruh umat.

    Aturan ini mengajarkan prinsip penting dalam kehidupan bersama: terkadang, kita perlu mengorbankan sesuatu yang berharga demi kebaikan bersama. Seperti penderita penyakit kulit yang harus rela mengorbankan kebebasan dan harga dirinya demi komunitas, kita pun diajak untuk tidak egois dalam kehidupan sehari-hari.

    Yesus Kristus adalah teladan sempurna dalam hal ini. Ia rela menanggung penderitaan kita, dihina, dan disalibkan agar kita tidak lagi terjerat dosa (Yes. 53:2-5). Sikap tanpa pamrih inilah yang harus kita teladani.

    Ketika kita menghadapi kesulitan, marilah kita berpikir bukan hanya tentang diri sendiri, tetapi juga bagaimana agar orang lain tidak ikut menderita. Biarlah kita belajar untuk rela berkorban, agar hidup kita menjadi berkat bagi sesama.

    Doa

    Bapa di surga, terima kasih atas firman-Mu yang mengajarkan kami untuk hidup dengan penuh kepedulian terhadap sesama. Tolonglah kami agar tidak hanya mementingkan diri sendiri, tetapi juga rela berkorban demi kebaikan banyak orang. Ajarkan kami untuk meneladani Kristus, yang telah mengorbankan diri-Nya bagi kami. Dalam nama Yesus, kami berdoa. Amin.

    Share:

    Mengenali Bercak-Bercak Kecemaran

     

    Imamat 13:1-28

    Kapan terakhir kali kita merenungkan kondisi rohani kita? Sama seperti pemeriksaan kesehatan dapat mencegah penyakit yang lebih serius, pemeriksaan diri secara rohani juga penting agar kita tetap hidup dalam kekudusan dan tidak terjerumus dalam dosa yang menajiskan.

    Dalam bacaan hari ini, para imam pada zaman Perjanjian Lama memiliki tugas untuk mengidentifikasi penyakit kulit yang menajiskan seseorang. Mereka harus memperhatikan tanda-tanda seperti bercak putih yang lebih dalam dari kulit (2-3, 20, 25), bintil-bintil yang menyebar (7-8), dan bengkak putih dengan daging liar (10, 14-15). Karena keterbatasan pengetahuan medis pada masa itu, mereka hanya bisa mengisolasi penderita dan menantikan kesembuhan yang datang dari Tuhan (4-5, 11, 21, 26). Setelah sembuh, imamlah yang akan menyatakan seseorang tahir kembali (6, 12-13, 17, 23, 28).

    Sebagai orang percaya pada masa kini, kita juga harus waspada terhadap "penyakit rohani" yang dapat menghambat hubungan kita dengan Tuhan. Kecemaran rohani bisa muncul dalam bentuk kebiasaan buruk, kompromi terhadap nilai-nilai dunia, atau pola pikir yang menyimpang dari kebenaran. Jika kita tidak segera menyadarinya, hal ini bisa menyebar dan memengaruhi iman kita serta komunitas di sekitar kita.

    Sebagai umat yang dipanggil untuk hidup dalam kekudusan, kita harus terus memeriksa diri dan peka terhadap segala bentuk kecemaran yang bisa menjauhkan kita dari Tuhan. Jika kita menemukan "bercak-bercak kecemaran" dalam hidup kita, akuilah dosa kita dan datanglah kepada Tuhan dengan hati yang rendah. Ia setia untuk menyucikan dan memulihkan kita. Selain itu, marilah kita juga mendoakan dan menolong sesama kita yang sedang bergumul dengan dosa, agar mereka pun mengalami kasih dan pemulihan dari Tuhan.

    Doa

    Bapa yang Maha Kudus, terima kasih atas firman-Mu yang mengingatkan kami untuk senantiasa menjaga hati dan hidup kami agar tetap bersih di hadapan-Mu. Tolonglah kami untuk selalu peka terhadap segala hal yang dapat menajiskan iman kami. Jika ada dosa yang masih bercokol dalam hidup kami, berilah kami keberanian untuk mengakuinya dan bertobat. Kiranya kasih-Mu terus menyucikan kami, sehingga hidup kami memancarkan terang kemuliaan-Mu. Dalam nama Yesus, kami berdoa. Amin.

    Share:

    Firman Tuhan : " Masih Polos "

     

    Imamat 12

    Banyak orang berpikir bahwa bayi yang baru lahir masih polos, belum mengenal dosa, dan tidak memiliki kesalahan apa pun. Namun, jika kita melihat kebenaran Alkitab, benarkah demikian?

    Dalam bacaan hari ini, seorang perempuan yang melahirkan anak laki-laki dianggap najis selama tujuh hari. Pada hari kedelapan, anak tersebut harus disunat, dan sang ibu masih harus menunggu 33 hari untuk proses pentahirannya (2-4). Jika yang lahir adalah anak perempuan, masa kenajisannya berlangsung lebih lama, yaitu dua minggu, diikuti dengan 66 hari masa penahiran (5).

    Peraturan ini menunjukkan bahwa kelahiran bukan hanya sekadar peristiwa alami, tetapi juga memiliki makna rohani. Menariknya, bayi yang baru lahir pun masih harus melalui proses yang berkaitan dengan penahiran. Jika bayi benar-benar tidak berdosa, mengapa dalam hukum Taurat ada aturan seperti ini?

    Mazmur 51:7 berkata, "Sesungguhnya, dalam kesalahan aku dilahirkan, dalam dosa aku dikandung ibuku." Ayat ini menunjukkan bahwa dosa bukan hanya soal tindakan, tetapi juga sesuatu yang melekat pada natur manusia sejak lahir. Dengan kata lain, setiap manusia, tanpa terkecuali, telah membawa warisan dosa sejak dalam kandungan.

    Oleh karena itu, dalam Perjanjian Lama, baik anak laki-laki maupun perempuan harus dibawakan kurban penghapus dosa di hadapan Tuhan (6-8). Namun, dalam Perjanjian Baru, kita tidak perlu lagi memberikan kurban seperti itu. Yesus Kristus telah datang sebagai kurban yang sempurna, yang dengan darah-Nya menebus dan menyucikan kita dari segala dosa.

    Karena itu, berapa pun usia kita sekarang, kita tetap membutuhkan kasih karunia Tuhan. Marilah kita datang kepada-Nya dengan hati yang rendah dan menyerahkan diri sepenuhnya, agar hidup kita dikuduskan oleh-Nya.

    Share:

    Kuliner: Antara Selera dan Kekudusan

    Imamat 11

    Di zaman sekarang, siapa yang tidak menyukai kuliner? Banyak orang dengan sengaja meluangkan waktu untuk menjelajahi berbagai jenis makanan, mencoba cita rasa baru yang belum pernah mereka nikmati sebelumnya. Kini, kita bisa mencicipi berbagai masakan dengan bebas. Namun, pernahkah kita berpikir tentang apakah makanan yang kita makan itu tahir atau najis?

    Ketika membaca perikop dalam Imamat 11, kita mungkin bertanya-tanya: Apakah aturan ini membatasi kita dalam memilih makanan? Haruskah kita benar-benar memilah mana yang tahir dan mana yang najis sebelum makan? Haruskah kita hanya mengonsumsi hewan yang berkuku belah, kukunya bersela panjang, dan memamah biak (2-3), serta menghindari yang hanya memenuhi satu dari kriteria tersebut seperti unta, pelanduk, kelinci, dan babi (4-8)? Ataukah kita baru boleh makan hewan laut jika memiliki sirip dan sisik (9)?

    Aturan ini mungkin terdengar kaku dan membatasi selera makan. Namun, dalam Perjanjian Lama, hukum Taurat diberikan untuk menjaga kekudusan umat Allah, bukan semata-mata demi kesehatan jasmani. Bagaimana dengan kita yang hidup dalam zaman anugerah di Perjanjian Baru? Apakah peraturan ini masih berlaku?

    Firman Tuhan dalam 1 Timotius 4:4-5 mengingatkan kita bahwa "semua yang diciptakan Allah itu baik dan tidak ada yang haram, jika diterima dengan ucapan syukur, karena semuanya itu dikuduskan oleh firman Allah dan oleh doa." Artinya, yang terpenting bukan sekadar jenis makanannya, tetapi bagaimana sikap hati kita saat menerimanya.

    Sebagai orang percaya, kita harus memiliki pengendalian diri dalam segala hal, termasuk dalam hal makanan. Jika kita makan dengan sembarangan dan tanpa kendali, itu bisa berdampak buruk pada kesehatan maupun kerohanian kita. Sebaliknya, dengan bijaksana menjaga pola makan yang sehat, kita bisa memuliakan Tuhan melalui tubuh yang diberikan-Nya kepada kita.

    Jadi, daripada berdebat tentang makanan tahir atau najis, lebih baik kita fokus pada bagaimana kita dapat memuliakan Tuhan dalam setiap aspek kehidupan kita, termasuk dalam cara kita makan dan menjalani hidup sehari-hari.

    Share:

    Pengalaman Adalah Guru yang Baik


    Imamat 10:8-20

    Pengalaman buruk dapat mematahkan semangat, bahkan kegagalan pahit dalam pelayanan dapat membuat seseorang berkata,
    "Bagaimana mungkin kami mendamaikan umat dengan Tuhan, sedangkan kami sendiri belum berdamai dengan Tuhan?"

    Hal ini tercermin dalam kisah ketika Musa menegur Eleazar dan Itamar karena tidak memakan daging kurban penghapus dosa di tempat yang kudus (Imamat 10:16-18). Bukannya menegur, Harun justru berusaha menenangkan Musa. Dengan beratnya beban kehilangan dua anaknya, Nadab dan Abihu, ia merasa bahwa dirinya dan anak-anaknya belum layak menjalankan tugas keimaman (Im. 10:19).

    Pengalaman traumatis seperti itu, ditambah dengan kekecewaan diri dan ketakutan akan kesalahan yang sama, sering kali membuat anak-anak Tuhan kehilangan harapan. Banyak yang mundur dari ibadah maupun pelayanan karena merasa tidak mampu atau tidak layak.

    Namun, kisah ini mengingatkan kita akan pentingnya pengendalian diri, khususnya dalam hal pikiran dan hati. Kita harus menyadari bahwa meskipun kita manusia yang terbatas, Tuhan amat mengasihi dan memulihkan kita. Alih-alih membiarkan kegagalan menjauhkan kita dari-Nya, jadikanlah setiap pengalaman pahit sebagai pelajaran untuk lebih mengenal kehendak Tuhan dan semakin bergantung pada kebaikan-Nya.

    Jika Tuhan yang telah memilih kita, Dia pasti akan menunjukkan kasih dan pemeliharaan-Nya. Rasa bersalah dan kekecewaan hendaknya mendorong kita untuk lebih introspeksi, mengambil waktu jeda untuk beristirahat dan memiliki waktu teduh bersama Tuhan, bukan untuk berhenti melangkah. Jangan biarkan perasaan gagal menghentikan tekad kita dalam melayani Tuhan. Tetaplah berkomitmen dan teruslah mendekat kepada-Nya, agar kita selalu dipulihkan dan dimampukan untuk melanjutkan pelayanan.

    Share:

    Firman Tuhan : " Sekejam Itukah TUHAN ? "

     

    📖 Imamat 10:1-3

    Ketika membaca kisah Nadab dan Abihu, kita mungkin bertanya-tanya: Mengapa Tuhan begitu keras terhadap mereka? Bukankah mereka hanya membawa api untuk mempersembahkan korban?

    Namun, jika kita memahami lebih dalam, kita akan mengerti bahwa peristiwa ini bukan hanya tentang api—ini tentang ketaatan, hormat, dan kekudusan Tuhan.

    Kesalahan Nadab dan Abihu

    1. Mereka Membawa "Api Lain"

      • Tuhan sendiri telah menyalakan api kudus di atas mezbah (Im. 9:24).
      • Nadab dan Abihu malah membawa api dari sumber lain, yang tidak diperintahkan Tuhan (Im. 10:1).
      • Ini menunjukkan ketidaktaatan dan sikap seolah-olah mereka bisa menentukan cara beribadah sendiri.
    2. Mereka Mengabaikan Kekudusan Tuhan

      • Sebagai imam, mereka seharusnya lebih peka dan taat terhadap perintah Tuhan.
      • Mereka mungkin merasa karena mereka anak Harun, mereka bisa melakukan tugas keimaman dengan cara mereka sendiri.
      • Namun, Tuhan ingin ketaatan penuh, bukan sekadar ritual kosong.
    3. Akibat dari Ketidakhormatan

      • Tuhan tidak mentoleransi sikap sembrono terhadap kekudusan-Nya.
      • Akibatnya, api Tuhan sendiri melahap mereka.

    Pelajaran bagi Kita

    • Jangan Sembarangan dalam Beribadah
      Apakah kita sering kali datang ke hadirat Tuhan dengan sikap yang asal-asalan?

      • Kita menyanyi, tetapi hati kita tidak sungguh-sungguh menyembah.
      • Kita berdoa, tetapi hanya sebagai rutinitas.
      • Kita melayani, tetapi hanya untuk dilihat orang.
    • Taatlah dengan Penuh Hormat

      • Tuhan tidak menghendaki "api lain" dalam hidup kita.
      • Kita dipanggil untuk hidup dalam ketaatan, bukan sekadar menjalankan ritual agama.
    • Kekudusan Itu Serius

      • Tuhan tidak berubah dari dulu sampai sekarang.
      • Jika di Perjanjian Lama kekudusan itu sangat ditekankan, di Perjanjian Baru kita juga dipanggil untuk hidup kudus dalam Yesus Kristus.

    Refleksi Pribadi

    ✔ Apakah aku sudah menghormati Tuhan dalam setiap aspek hidupku?
    ✔ Apakah aku melayani Tuhan dengan hati yang benar, atau hanya karena kebiasaan?
    ✔ Apakah aku sering kali membawa "api lain" dalam bentuk sikap yang tidak taat?

    🔥 Doa 🔥

    _Tuhan, aku menyadari bahwa Engkau adalah Allah yang kudus dan layak dihormati. Ampuni aku jika aku telah beribadah atau melayani dengan asal-asalan.

    Bentuklah hatiku agar selalu hidup dalam ketaatan kepada-Mu, dan biarlah setiap hal yang kulakukan memuliakan nama-Mu.

    Dalam nama Yesus, aku berdoa. Amin._

    Semoga renungan ini memberkati dan mengingatkan kita untuk selalu menghormati dan menaati Tuhan dalam segala hal. 🙏🔥

    Share:

    Pujian Ibadah 16 Maret 2025

    Share:

    Kumulai dari Diriku

    Imamat 9

    Tugas seorang imam adalah menjadi pengantara antara umat Israel dengan Allah. Jika umat ingin didamaikan dengan Allah atau dihapuskan dosanya, mereka harus membawa kurban kepada imam, lalu imamlah yang akan mengolah dan mempersembahkannya kepada Allah (lih. Im 1-7). Itulah sebabnya tugas imam sangatlah penting dan tidak boleh dilakukan sembarangan.

    Namun, yang menarik dari bacaan ini adalah bahwa sebelum seorang imam menjalankan tugasnya, ia terlebih dahulu harus memastikan bahwa dirinya sendiri telah berdamai dengan Allah.

    Firman TUHAN melalui Musa berkata, "Olahlah kurban penghapus dosa dan kurban bakaranmu ... Sesudah itu olahlah persembahan bangsa itu dan adakanlah pendamaian bagi mereka" (Im 9:7). Ini menunjukkan bahwa sebelum seorang imam melayani orang lain dan membawa mereka kepada Tuhan, ia sendiri harus memiliki hubungan yang baik dengan Tuhan terlebih dahulu.

    Bayangkan jika seorang imam yang tidak hidup dalam kekudusan mencoba menolong umat berdamai dengan Allah—bagaimana mungkin ia bisa menjadi pengantara yang dipercaya?

    Pelajaran bagi Kita Hari Ini

    Di zaman sekarang, kita juga memiliki peran sebagai "imam" dalam arti kita dipanggil untuk membawa orang lain kepada Tuhan. Namun, sebelum kita bisa menjadi terang bagi orang lain, kita harus memastikan bahwa kita sendiri hidup dalam hubungan yang baik dengan Tuhan.

    • Sebagai pemimpin rohani, kita harus menjaga kekudusan dan hubungan pribadi kita dengan Tuhan sebelum membimbing orang lain.
    • Sebagai jemaat awam, kita juga harus lebih dulu beres dengan Tuhan sebelum mengajak orang lain untuk mengenal-Nya.

    Jangan sampai kita sibuk dalam pelayanan, tetapi hubungan kita sendiri dengan Tuhan masih kacau. Sebelum kita menasihati orang lain untuk bertobat, kita sendiri harus lebih dahulu bertobat. Sebelum kita membimbing orang lain, kita sendiri harus rela dibimbing oleh Tuhan.

    Hidup sebagai pelayan Tuhan bukan sekadar tentang apa yang kita lakukan, tetapi lebih dahulu tentang siapa diri kita di hadapan Tuhan. Kita harus lebih dahulu mengalami anugerah dan kasih Tuhan sebelum kita bisa membagikannya kepada orang lain.

    Maka, mulailah dari dirimu sendiri! Pastikan bahwa hubunganmu dengan Tuhan baik, sehingga ketika kamu melayani orang lain, mereka bisa melihat ketulusan dan kuasa Tuhan nyata dalam hidupmu.

    Doa

    _Tuhan yang penuh kasih, terima kasih atas kesempatan untuk melayani-Mu. Aku sadar bahwa sebelum aku membawa orang lain kepada-Mu, aku sendiri harus memiliki hubungan yang dekat dengan-Mu.

    Tolong aku agar tidak hanya sibuk dalam pelayanan, tetapi juga sungguh-sungguh hidup dalam ketaatan dan kekudusan. Ampuni segala dosaku dan perbarui hatiku supaya aku layak menjadi alat-Mu.

    Aku juga berdoa bagi keluarga, sahabat, jemaat, dan semua yang membaca renungan ini. Kiranya Engkau memberkati kehidupan kami dengan kesehatan, sukacita, dan damai sejahtera.

    Biarlah berkat-Mu mengalir dalam rumah tangga, pekerjaan, usaha, studi, dan pelayanan kami. Aku percaya bahwa dalam pimpinan-Mu, akan ada terobosan dan jalan keluar bagi setiap pergumulan kami.

    Terima kasih, Tuhan. Dalam nama Yesus Kristus, aku berdoa. Amin._

    Share:

    Bukan Orang Sembarangan

    Imamat 8

    Allah sendiri memilih Harun bersama anak-anaknya untuk menjadi imam. Walaupun demikian, mereka masih harus melewati beberapa tahapan sebelum secara resmi menerima jabatan tersebut.

    Pada perikop ini, dijelaskan bahwa mereka harus melalui proses pembasuhan (6), pengenaan pakaian khusus (7-9, 13), upacara pengudusan (10-11), pengurapan (12), serta penumpangan tangan atas kurban (14, 18, 22) dan percikan minyak urapan serta darah (30).

    Selain itu, mereka juga harus memakan daging kurban dan roti persembahan hingga habis (31-32) serta menetap di Kemah Pertemuan selama tujuh hari (33). Bagi kita, ini mungkin tampak rumit dan merepotkan, tetapi inilah "firman yang diperintahkan TUHAN" (5, 36).

    Tanggung Jawab Pelayan Tuhan

    Dari kisah ini, kita belajar bahwa tugas sebagai imam bukanlah tugas biasa. Tugas yang kudus harus dilaksanakan oleh orang-orang yang telah dikuduskan pula. Mereka bukan hanya orang yang dipilih Allah, tetapi juga harus menjalani proses yang telah ditetapkan oleh-Nya dengan ketaatan penuh.

    Saat ini, kita juga adalah pelayan-pelayan Tuhan. Perlu disadari bahwa pelayanan bukan sekadar pilihan kita sendiri, tetapi panggilan Tuhan atas hidup kita. Bedanya, tahap-tahap yang harus kita lalui sekarang bukan lagi soal upacara pengudusan, tetapi tentang bagaimana kita menjaga kekudusan hidup.

    Sebagai orang yang dipilih Tuhan, kita harus memastikan bahwa:

    1. Perkataan kita bersih – berbicara dengan kasih dan kebenaran.
    2. Cara berpakaian kita sopan – mencerminkan penghormatan terhadap tubuh yang adalah bait Allah.
    3. Perilaku kita benar – bertindak dengan jujur, adil, dan penuh kasih.
    4. Sikap kita rendah hati – tidak mencari kehormatan diri, tetapi memuliakan Tuhan.

    Menjadi pelayan Tuhan bukanlah hal yang sembarangan. Kita adalah orang pilihan Tuhan yang dikuduskan-Nya untuk melaksanakan kehendak-Nya. Oleh karena itu, marilah kita hidup dengan penuh kesadaran akan panggilan ini dan tetap menjaga kekudusan dalam setiap aspek kehidupan kita.

    Doa

    _Tuhan yang kudus dan penuh kasih, terima kasih karena Engkau telah memilih kami untuk menjadi pelayan-Mu. Kami sadar bahwa ini bukan karena kehebatan kami, tetapi karena kasih dan anugerah-Mu.

    Tolong kami untuk menjaga hidup kami tetap kudus dan berkenan di hadapan-Mu. Biarlah perkataan, sikap, dan perbuatan kami mencerminkan kemuliaan-Mu. Ajarlah kami untuk hidup dalam ketaatan, rendah hati, dan penuh kasih, sehingga setiap orang yang melihat kami dapat melihat Engkau di dalam kami.

    Kami serahkan seluruh pelayanan dan kehidupan kami ke dalam tangan-Mu. Dalam nama Yesus kami berdoa. Amin._

    Share:

    Bagian Para Imam


    Imamat 7:28-38

    Apa pun yang Tuhan lakukan pasti mengandung maksud tertentu yang baik, dan siapa pun yang Tuhan pilih untuk bekerja bagi-Nya pasti akan dipelihara dengan baik.

    Allah memerintahkan umat Israel untuk mempersembahkan berbagai kurban bagi-Nya dengan aturan-aturan yang harus ditaati (37-38). Bahkan, umat harus membawa kurban dengan tangan mereka sendiri (30a). Hal ini menunjukkan bahwa bukan hanya persembahan itu sendiri yang diinginkan oleh Tuhan, tetapi juga sikap hati yang benar saat memberi.

    Bukan hanya umat yang memiliki aturan dalam memberi persembahan, tetapi Harun dan anak-anaknya sebagai imam juga menerima berbagai ketetapan mengenai bagaimana mereka harus menyerahkan persembahan umat kepada Allah. Menariknya, dari setiap persembahan yang diberikan, Allah menetapkan bagian khusus bagi para imam (31-35). Lebih dari itu, Tuhan memerintahkan agar ketetapan ini berlaku selamanya bagi keturunan mereka (36).

    Dari sini kita belajar bahwa Tuhan tidak hanya menetapkan tugas dan tanggung jawab bagi para imam, tetapi juga menyediakan kebutuhan mereka. Tuhan selalu memperhatikan dan mencukupi kehidupan hamba-hamba-Nya.

    Panggilan untuk Setia dalam Pelayanan

    Ketetapan ini tidak hanya berlaku dalam Perjanjian Lama. Hingga saat ini, Tuhan tetap setia memelihara kehidupan umat-Nya. Jika kita adalah seseorang yang dipanggil untuk melayani Tuhan, bersyukurlah! Sebab Tuhan sudah dan akan terus mencukupi apa yang kita perlukan.

    Walaupun kita bukan hamba Tuhan penuh waktu seperti para imam Israel, kita tetap dipanggil untuk datang kepada Tuhan dengan hati yang penuh syukur dan memberikan persembahan yang terbaik. Pelayanan bukan hanya tugas para pemimpin rohani, tetapi bagian dari setiap orang percaya. Oleh karena itu, marilah kita:

    1. Melayani Tuhan dengan yang terbaik – baik dalam pekerjaan, keluarga, maupun dalam pelayanan gereja.
    2. Menikmati berkat-Nya dengan penuh rasa syukur – percaya bahwa Tuhan selalu mencukupi kebutuhan kita.
    3. Mendukung para pelayan Tuhan – dengan doa, perhatian, dan berbagai bentuk dukungan nyata.

    Siapakah pelayan Tuhan yang bisa kita berkati hari ini?

    Doa

    _Tuhan yang Mahabaik, terima kasih atas kasih dan pemeliharaan-Mu dalam hidup kami. Kami percaya bahwa setiap ketetapan-Mu adalah baik dan Engkau selalu mencukupi kebutuhan hamba-hamba-Mu.

    Ajar kami untuk selalu memiliki hati yang tulus dalam memberi dan melayani. Tolong kami agar dapat menggunakan setiap potensi dan berkat yang Engkau berikan untuk mendukung pelayanan dan pekerjaan Tuhan di dunia ini.

    Kami juga berdoa bagi para hamba-Mu yang melayani dengan setia. Kiranya Engkau memberkati mereka dengan kekuatan, kesehatan, dan kelimpahan dalam hidup mereka. Biarlah mereka tetap teguh dalam panggilan-Mu dan mengalami penyertaan-Mu setiap hari.

    Dalam nama Yesus Kristus kami berdoa dan mengucap syukur. Amin._

    Share:

    Hidup dalam Ketaatan

    Imamat 7:22-27)

    Hidup yang berkenan bagi Tuhan pada dasarnya adalah hidup dalam ketaatan. Tuhan menghendaki ketaatan yang total, mencakup semua aspek kehidupan kita, bukan hanya dalam hal ibadah tetapi juga dalam keseharian kita.

    Setelah memberikan banyak peraturan mengenai kurban, Allah kini memberikan larangan terkait makanan. Ada dua hal yang dilarang untuk dikonsumsi, yaitu lemak dan darah (22, 26). Mengapa hal ini dilarang?

    • Lemak adalah bagian terbaik dari hewan kurban, yang diperuntukkan bagi Tuhan sebagai persembahan khusus (Im. 3:16-17).
    • Darah melambangkan nyawa, dan nyawa adalah milik Tuhan yang harus dicurahkan sebagai bagian dari penebusan (Kej. 9:4; Im. 3:17; Ul. 12:23-24).

    Siapa pun yang melanggar aturan ini, dengan mengambil bagian yang seharusnya milik Tuhan, akan menerima hukuman berat, yaitu dilenyapkan dari bangsanya (25, 27).

    Dalam Perjanjian Lama, hukum-hukum ini diberikan agar umat Israel hidup dalam ketaatan. Namun, prinsip ini tetap berlaku hingga saat ini. Tuhan yang kita sembah tidak pernah berubah—Dia tetap sama, dahulu, sekarang, dan selamanya.

    Memberikan yang Terbaik bagi Tuhan

    Jika dulu lemak adalah simbol dari bagian terbaik yang harus dipersembahkan kepada Tuhan, saat ini kita dipanggil untuk memberikan yang terbaik dalam bentuk waktu, talenta, usaha, dan hati kita bagi Tuhan. Bukan karena takut akan hukuman, tetapi sebagai ungkapan syukur atas kasih dan pemeliharaan-Nya.

    Darah Yesus telah tercurah untuk memberikan kita hidup yang baru. Oleh karena itu, kita harus hidup dalam ketaatan yang sungguh-sungguh, tidak hanya dalam perkara besar tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari—dalam pikiran, perkataan, dan tindakan kita. Tuhan sudah memberikan yang terbaik bagi kita, maka seluruh hidup kita pun seharusnya dipersembahkan untuk kemuliaan-Nya.

    Hari ini, dalam hal apa kita bisa membuktikan ketaatan kita kepada Tuhan?

    Doa

    _Terpujilah Engkau, Bapa di surga. Pagi ini, aku bersyukur atas pertolongan-Mu dalam hidupku, atas perlindungan-Mu sepanjang malam, dan atas anugerah-Mu yang terus mengalir.

    Tuhan, aku berdoa agar Engkau memberkati setiap orang yang membaca renungan ini—Bapak, Ibu, saudara-saudariku, dan seluruh jemaat-Mu. Kiranya Engkau melimpahkan kesehatan, sukacita, dan damai sejahtera dalam hidup mereka.

    Berkatilah rumah tangga kami, anak-anak dan cucu-cucu kami, pekerjaan kami, usaha kami, studi kami, dan setiap bidang kehidupan kami. Kiranya Engkau juga memberkati gereja kami, pelayanan kami, serta setiap keputusan yang kami ambil.

    Tuhan, ajarlah kami untuk hidup dalam ketaatan, menghormati Engkau dengan memberikan yang terbaik dalam setiap aspek kehidupan kami. Biarlah setiap langkah kami selalu dipimpin oleh hikmat-Mu dan rencana-Mu yang sempurna.

    Dalam nama Tuhan Yesus, kami berdoa dan mengucap syukur. Amin._


    Semoga renungan ini semakin menguatkan iman dan mendorong untuk hidup dalam ketaatan yang penuh kepada Tuhan. Tuhan Yesus memberkati! 😊🙏

    Share:

    Mahalnya Keselamatan

    Tak jarang anugerah diperlakukan seperti sesuatu yang murahan. Karena diterima secara cuma-cuma, bukan sebagai hasil usaha manusia, keselamatan sering kali dianggap biasa saja. Kita terkadang lupa bahwa untuk segala sesuatu yang tidak kita bayar, ada seseorang yang telah membayarnya untuk kita. Demikian pula dengan keselamatan yang kita terima hari ini—Yesus Kristus telah membayar harganya, dan harga itu sangat mahal.

    Melalui pembacaan Perjanjian Lama, kita diingatkan akan mahalnya penebusan dosa dan keselamatan. Yang diminta bukan sekadar kurban biasa, melainkan kurban yang mahakudus (1). Seluruh prosesnya—dari bagaimana kurban dipersembahkan (2-6), apa yang menjadi bagian imam (7-10), apa yang boleh dipersembahkan dan dimakan (12-15), hingga kapan kurban harus dimakan atau sisanya dibakar habis (16-17)—semuanya harus dilakukan dalam kekudusan. Pelanggaran terhadap satu aturan saja dapat membuat kurban menjadi najis dan mendatangkan konsekuensi berat, yaitu kematian (18-21).

    Betapa ketat aturan mengenai kurban penebus salah dan kurban keselamatan! Ini menjadi pengingat bagi kita untuk tidak meremehkan anugerah Tuhan. Meskipun keselamatan diberikan kepada kita secara cuma-cuma, Yesus Kristus telah membayarnya dengan darah-Nya dan nyawa-Nya. Ini adalah pengorbanan yang tak ternilai dan tidak akan pernah bisa kita balas.

    Dalam Perjanjian Lama, penebusan dan keselamatan diperoleh melalui kurban, tetapi sekarang kita bersyukur karena Yesus telah melunaskan semuanya. Ia telah menebus dan menyelamatkan kita sepenuhnya. Jangan sampai karena kita merasa mendapatkannya dengan mudah, kita menjadi lalai dan menganggapnya sepele.

    Keselamatan yang kita terima adalah anugerah yang sangat mahal. Oleh karena itu, kita harus hidup dengan penuh rasa syukur dan penghormatan kepada Tuhan. Jagalah hidup kita agar tetap dalam kekudusan, jangan sampai ternoda oleh dosa dari dalam diri kita maupun dari pengaruh di sekitar kita. Keselamatan bukan sekadar status, melainkan panggilan untuk hidup seturut kehendak Tuhan. Karena itu, marilah kita mengerjakan keselamatan ini setiap hari dengan hati yang penuh kasih dan kesetiaan kepada-Nya.

    Doa

    Tuhan yang penuh kasih, terima kasih atas anugerah keselamatan yang Engkau berikan kepada kami. Kami sadar bahwa keselamatan ini tidak murah, tetapi telah dibayar dengan darah Yesus Kristus. Tolong kami agar selalu menghargainya dengan hidup dalam kekudusan dan ketaatan kepada-Mu. Jangan biarkan kami menjadi lalai atau meremehkan kasih karunia-Mu. Ajarkan kami untuk terus mengerjakan keselamatan kami dengan hati yang taat dan penuh syukur. Dalam nama Yesus kami berdoa. Amin.

    Share:

    Categories

    Support

    Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.