Imamat 3
Di kalangan orang Kristen, terdapat perbedaan pandangan mengenai apakah mengonsumsi darah diperbolehkan atau tidak, karena dalam Perjanjian Lama, umat dilarang memakannya (Im. 7:26-27). Menariknya, dalam bagian firman Tuhan hari ini, bukan hanya darah yang tidak boleh dikonsumsi, tetapi juga lemak.
Dalam kurban keselamatan, sebagaimana dalam kurban bakaran, umat harus meletakkan tangan di atas kepala hewan kurban sebelum menyembelihnya.
Setelah itu, imam menyiramkan darah kurban tersebut (1-2). Kurban ini kemudian dibakar bersama dengan kurban bakaran (5). Akan tetapi, jika dalam kurban bakaran seluruh bagian hewan dikorbankan (Im. 1:9), maka dalam kurban keselamatan, perhatian utama diberikan pada lemak yang dipersembahkan kepada Tuhan (3-4).
Mengapa lemak ditekankan secara khusus? Alasannya adalah karena "seluruh lemak adalah milik TUHAN" (16). Perintah ini dipertegas dengan larangan: "Jangan sekali-kali kamu makan lemak atau darah" (17).
Larangan ini bukan karena alasan kesehatan atau karena lemak dapat meningkatkan risiko penyakit. Sebaliknya, hal ini berkaitan dengan makna religius, di mana lemak dipersembahkan sebagai bentuk penghormatan kepada Tuhan.
Bagaimana dengan kita saat ini? Apakah kita juga harus menghindari lemak? Perlu dipahami bahwa hukum Perjanjian Lama yang masih berlaku bagi kita adalah Hukum Moral (Sepuluh Perintah Allah), sementara Hukum Ibadah tidak lagi mengikat karena telah digenapi oleh Yesus Kristus. Kini, kita tidak perlu lagi mempersembahkan kurban karena Kristus telah memberikan diri-Nya sebagai kurban yang sempurna.
Oleh karena itu, kita bebas mengonsumsi makanan apa pun, tetapi harus melakukannya dengan penuh kesadaran, tidak dengan keserakahan atau sikap egois, melainkan dengan pengendalian diri dan ucapan syukur kepada Tuhan. Hal yang dapat kita pelajari dan praktikkan adalah menyerahkan segala yang menjadi milik Tuhan kepada-Nya, termasuk ketaatan, kesetiaan, dan seluruh hidup kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar