Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar: Yohanes
Tampilkan postingan dengan label Yohanes. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Yohanes. Tampilkan semua postingan

Orang percaya bukan dari dunia

Yohanes 15:18-27

"Tetapi karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia," (Yohanes 15:19)

Tidak banyak orang Kristen memahami apa yang dikatakan Tuhan bahwa setiap orang percaya bukan dari dunia. Ayat nas adalah penegasan bahwa setiap orang yang percaya kepada Tuhan adalah orang yang memiliki kewargaan baru sebagai warga Kerajaan Sorga, meski secara fisik masih menjalani hidup di bumi ini. Artinya orang percaya bukanlah milik dunia ini tapi milik Tuhan sepenuhnya.

Jadi hanya mereka yang berstatus sebagai milik Tuhanlah yang disebut bukan berasal dari dunia ini. "Karena kewargaan kita adalah di dalam sorga, dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat," (Filipi 3:20). Karena itu hari-hari yang kita jalani ini seharusnya menjadi persiapan untuk menetap dan tinggal di Kerajaan Sorga. "Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana." (Mazmur 90:12).

Dalam wujud apa persiapan itu? Apakah kita harus mengumpulkan uang atau harta duniawi sebanyak-banyaknya, mumpung masih ada di dunia ini, sebagai bekal pergi ke sorga nanti? Salah besar! Firman Tuhan: "Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi;" (Matius 6:19), "Sebab kita tidak membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan kitapun tidak dapat membawa apa-apa ke luar." (1 Timotius 6:7). Yang harus dipersiapkan adalah harta sorgawi. Ini berbicara mengenai kehidupan yang seturut dengan kehendak Tuhan secara mutlak; dan karena orang percaya masih berada di dunia maka Tuhan Yesus pun berdoa memohon kepada Bapa agar Bapa melindungi umat-Nya dari segala yang jahat, agar terhindar dari cara hidup yang bertentangan dengan lingkungan sorga.

Untuk mendapatkan jaminan perlindungan dari Bapa maka setiap orang percaya harus menunjukkan perilaku sebagai anak-anak Allah, memiliki karakter Allah dan menjadi penurut-penurut Allah. "Sebab itu jadilah penurut-penurut Allah, seperti anak-anak yang kekasih dan hiduplah di dalam kasih, sebagaimana Kristus Yesus juga telah mengasihi kamu dan telah menyerahkan diri-Nya untuk kita sebagai persembahan dan korban yang harum bagi Allah." (Efesus 5:1-2).

Kalau ingin disebut bukan dari dunia maka kita harus memiliki cara hidup yang berbeda dengan dunia ini, dengan cara hidup seturut kehendak Tuhan!

Jangan kendor dan longgar tetap 6 M 
masker. Mencuci tangan. Menjaga jarak. menja uhi kerumunan mobilitas, makan bersama. laksanakan. Demi menghindari dan menyelamatkan keluarga dan saudara kita...amin
Share:

Kemerdekaan Sejati

Baca: Yohanes 8:30-36

"Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamupun benar-benar merdeka." Yohanes 8:36

Merdeka! Merdeka! Merdeka! Pekik kemerdekaan bergema di seluruh persada negeri tercinta Indonesia. Hari in kita memperingati Hari Ulang Tahun Kemerdekaan negera kita yang ke 65. Merdeka berarti bebas; bebas menentukan nasib bangsa sendiri tanpa adanya tekanan dari pihak lain, terlepas dari penjajahan bangsa asing. Hal pertama yang harus kita lakukan adalah mengucap syukur kepada Tuhan, akrena tanpa pertolongan dan campur tanganNya mustahil kita bisa meraih dan menikmati kemerdekaan. Pertanyaannya sekarang: sudahkah kita benar-benar menikmati kemerdekaan sejati? Secara lahiriah kita memang telah terbebas dari perbudakan dan penjajahan bangsa lain. namun dalam hal rohani, apakah kita sudah benar-benar merdeka atau masih berada dalam 'kolonialisme' yang lain?
Sebagai orang percaya kita patut bersyukur, oleh pengorbanan Kristus di atas kayu salib kita beroleh pengampunan dosa dan "...dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran." (Roma 6:18); kita tidak lagi menjadi hamba (budak) dosa, melainkan menjadi hamba kebenaran. Jadi "...Kristus telah memerdekakan kita." (Galatia 5:1). Pengampunan dari Kristus ini merupakan kuasa yang memerdekakan kita secara menyeluruh, yang memungkinkan kita memiliki hidup berkemenangan dalam semua aspek hidup ini. Sayang, masih banyak orang Kristen terbelenggu dan diperbudak kuasa-kuasa lain, masih berada di bawah tipu daya iblis dan dunia ini: dikuasai roh dendam, sakit hati, kebencian, tamak akan uang, tradisi, okultisme dan lain-lain. Kita hidup tidak sebagaimana seharusnya dikehendaki Tuhan. Kita yang telah dimerdekakan Kristus dari kuasa dosa dimaksudkan agar mengisi kemerdekaan itu dengan kehidupan yang benar dan berkenan kepada tuhan, yang menghasilkan buah bagi kemuliaan namaNya. Namun kemerdekaan itu justru kita salah gunakan sebagai kesempatan melakukan dosa.
Ingatlah satu hal ini: kemerdekaan dari Kristus bukan sekedar melepaskan kita dari dosa, tetapi untuk memulihkan tujuan semua Allah menciptakan kita yaitu supaya kita hidup dalam kebenaran sehingga menjadi serupa dan segambar dengan Dia.

Tinggal dalam kebenaranNya itulah yang memerdekakan kita dari segala belenggu! Amin
Share:

Ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri

Yohanes 15:4
Bagaimana permulaan engkau berbuah? Ketika engkau datang kepada Yesus, dan melemparkan dirimu kepada pendamaian-Nya yang agung, dan beristirahat dalam kebenaran-Nya yang tuntas. Ah! buah apa yang engkau miliki saat itu! Apakah engkau mengingat masa-masa dini itu? Ketika itu, sungguh, pokok anggur tumbuh dengan subur, buah anggur yang empuk bermunculan, buah delima bertunas, dan kebun rempah-rempah mengeluarkan aromanya. Apakah engkau telah merosot semenjak masa itu? Jika ya, kami mendesak engkau untuk mengingat masa yang penuh kasih itu, kemudian bertobat, dan lakukan lagi apa yang semula engkau lakukan [Wahyu 2:5]. Banyak-banyaklah melakukan hal yang menurut pengalamanmu dapat menarik engkau ke dalam keadaan yang terdekat dengan Kristus, sebab setiap buah yang engkau keluarkan berasal dari-Nya. Latihan kudus apapun yang membawamu dekat kepada-Nya akan menolongmu berbuah. Tidak diragukan lagi, matahari adalah pekerja yang hebat yang membuat pohon-pohon berbuah di kebun anggur; terlebih lagi Yesus membuat pohon-pohon berbuah dalam kebun anugerah-Nya. Kapan engkau paling tak berbuah? Bukankah ketika engkau hidup paling jauh dari Tuhan Yesus Kristus, ketika engkau telah mengendur dalam doa, ketika engkau telah meninggalkan kesederhanaan imanmu, ketika berkat-berkatmu telah lebih menyita perhatian daripada Allahmu, ketika engkau berkata, “Gunungku berdiri teguh, aku takkan goyah”; dan lupa di mana kekuatanmu berada — bukankah saat-saat itulah buahmu berhenti? Beberapa dari kita telah diajarkan bahwa kita tak punya apa-apa di luar Kristus [Yohanes 15:5], melalui perendahan hati yang dahsyat di hadapan Tuhan; dan ketika kita telah melihat bahwa ciptaan sama sekali mandul kuasanya dan melihat kematian akan kuasa ciptaan itu, kita merintih, “Pasti dari Dialah semua buahku ditemukan, sebab tak ada buah yang bisa muncul dari diriku sendiri.” Kita diajarkan, dari pengalaman yang lampau, bahwa semakin kita sekadar bergantung pada kasih karunia Allah dalam Kristus, dan menantikan Roh Kudus, semakin banyak kita bisa berbuah untuk Allah. Oh! percayalah akan Yesus demi buah sebagaimana demi hidup.amin
Share:

BERJUMPA DENGAN TUHAN

Yohanes 20:19-31

Tomas menjawab Dia: “Ya Tuhanku dan Allahku!” (Yoh. 20:28)
Mari bayangkan diri kita sebagai murid Tuhan Yesus yang disanggah oleh Tomas. Bagaimana perasaan kita? Ketika kesaksian kita tentang pengalaman berjumpa dengan Tuhan Yesus diragukan, pasti ada rasa kesal yang membuncah dalam dada kita. Masalahnya, kita bisa saja dianggap bohong! “Mana mungkin orang yang sudah mati bangkit lagi?” Padahal, kita jelas-jelas melihat sendiri Yesus hadir di tengah-tengah murid yang sedang berkumpul dalam ruangan dengan pintu yang terkunci. Suasana yang sangat menegangkan!
Tomas tidak percaya, bukan sekadar karena meragukan cerita teman-temannya yang lain. Bagi Tomas, penting untuk mengalami sendiri perjumpaan dengan Tuhan Yesus. Baginya, penting untuk merasakan jarinya menyentuh luka di tangan dan lambung Tuhan Yesus. Tomas menghargai pengalaman. Imannya dibangun dari pengalaman demi pengalaman. Maka, terjadilah seperti yang diimaninya. Tuhan Yesus menjumpainya. Ia berkenan untuk disentuh oleh Tomas. Pengakuan iman yang pertama pun bergaung, “Ya Tuhanku dan Allahku!” Pengalaman menyentuh Tuhan Yesus mengokohkan iman percayanya. Tomas perlu sebuah pengalaman untuk mengokohkan imannya.
Cara Tomas beriman berbeda dengan murid-murid yang lain. Namun, Tuhan tidak pernah menyalahkannya. Itu berarti cara orang untuk mengimani dan mengalami Tuhan tidak sama. Oleh sebab itu, jangan menghakimi orang lain yang memiliki cara yang berbeda saat merasakan kehadiran Tuhan. Hanya dengan demikian, komunitas kita sungguh-sungguh menjadi wadah yang nyaman untuk berjumpa dengan Tuhan karena tidak ada penghakiman di dalamnya.

1. Apa yang membuat Tomas mengucapkan pengakuan imannya?
2. Saat kapan kita merasakan Tuhan menjumpai dan menyapa kita?

Pokok Doa: Gereja menjadi wadah yang nyaman untuk berjumpa Tuhan.
Share:

Kematian Kristus: Kita Diselamatkan dari Dosa!

Baca: Yohanes 19:16-27

"Dan di situ Ia disalibkan mereka dan bersama-sama dengan Dia disalibkan juga dua orang lain, sebelah-menyebelah, Yesus di tengah-tengah." (Yohanes 19:18)

Jumat Agung adalah hari Jumat sebelum Minggu Paskah, hari peringatan penyaliban Yesus Kristus dan wafat-Nya di Golgota. Sudah menjadi hal yang umum bila acara yang berhubungan dengan kematian bukanlah sesuatu yang menyenangkan, sebab di mana ada kematian di situ juga ada air mata. Peristiwa kematian selalu diiringi dengan kesedihan dan kepedihan yang sangat mendalam. Namun bagi orang percaya, kematian Yesus Kristus justru adalah peristiwa yang besar dan harus disyukuri, karena di dalam kematian Yesus Kristus ada pengampunan dosa, kita dibebaskan dari kutuk, ada masa depan dan memiliki pengharapan. Tertulis: "Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang." (Amsal 23:18).

Kematian Yesus Kristus yang berarti sorga bukan hanya angan-angan, tetapi menjadi bagian yang pasi bagi anak-anak Tuhan. Kematian Yesus Krisus berarti pula jaminan bagi kita untuk mengalami berkat yang berkelimpahan. Hal ini dinyatakan dalam Efesus 1:3: "Terpujiah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga." Di atas Golgota sepertinya Yesus Kristus mengalami kegagalan dan kehancuran. Mungkin pada saat itu Iblis tertawa, tetapi justru di situlah kedaulatan Allah dinyatakan dan kemenangan diraih! Memang, bagi dunia salib adalah kebodohan (baca 1 Korintus 1:18), tapi bagi kita salib adalah bukti kasih Allah yang menyelamatkan karena melalui kematian Yesus Kristus kita diselamatkan. Maut tidak berkuasa lagi! Jadi kekristenan tidak dapat dipisahkan dari "salib".

Hanya melalui iman percaya kita kepada Yesus Kristus, tanpa dikarenakan apa yang telah kita lakukan, keselamatan itu kita terima dengan cuma-cuma seperti tertulis: "Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus." (Roma 3:23-24). Sebagai orang-orang berdosa kita tidak sanggup membebaskan diri dari kutuk dosa, dan hanya melalui penumpahan darah Kristus di atas kayu salib inilah dosa-dosa kita ditebus.

Tanpa kematian Yesus Kristus tidak ada jalan keselamatan bagi umat manusia di muka bumi ini!. Sudahkan kita menerima Yesus yang mati untuk dosa kita? Amin.
Share:

Check and Recheck

Yohanes 18:28-38 

Check and recheck secara harfiah artinya mengecek dan mengecek ulang. Tentu maksud dari ungkapan itu adalah supaya orang selalu mengecek dan mengecek lagi atas sesuatu. Bisa jadi, hal itu berkaitan dengan persiapan suatu acara atau perjalanan, bisa pula berkaitan dengan kebenaran sebuah informasi yang diterima.

Hal terakhir inilah yang sedang dikorek oleh Pontius Pilatus dalam perikop bacaan kita. Tampak dia tidak senang menangani kasus ini. Buktinya, dia berusaha mengembalikan kasus ini kepada orang-orang Yahudi (29-31). Namun, ketika hal itu tak dapat dilakukan, yang diperbuat oleh Pontius Pilatus adalah melakukan check and recheck. Dia menanyai Yesus secara pribadi, empat mata. Dia mengecek kebenaran berita yang dia dengar mengenai status Yesus sebagai raja orang Yahudi. Setelah menginterogasi Yesus, Pontius Pilatus tetap tidak paham mengenai maksud Yesus, tetapi ia cukup bijaksana. Sekalipun pada akhirnya Pontius Pilatus menyerah pada tuntutan orang Yahudi, tetapi dia tidak serta-merta menjatuhkan keputusan menurut kata orang. Dia tidak begitu saja percaya kepada tuduhan yang dilancarkan oleh orang Yahudi. Dia mau memutuskan secara objektif setelah mendengar dari sisi Yesus pula. Walaupun akhirnya dia menyerah pada tuntutan massa, yang jelas salah, Pontius Pilatus melakukan salah satu kewajiban seorang pemimpin dalam memutuskan suatu perkara: check and recheck.

Pada masa kini, informasi beredar sedemikian cepat. Hanya dengan mengandalkan satu jari, satu informasi bisa beredar dengan mudahnya di media sosial melalui smartphone tanpa terbatas ruang lagi. Tak jarang, informasi palsu dan meresahkan pun turut beredar. Oleh karena itu, kita perlu selalu check and recheck sebelum turut mengedarkan informasi. Jangan sampai kita menghakimi orang lain berdasarkan informasi palsu. Jangan sampai pula orang lain celaka atau resah karena informasi yang keliru. Selalu lakukan check and recheck sehingga informasi yang kita sebarkan pasti benar, baik, dan yang penting, berguna. Amin
Share:

Kebencian

Yohanes 15:18-27 

saat kita, belajar karakter Kristus ada hal yg mungkin terlupakan untuk menjalin kebersamaan dalam tubuh krustus yang sering membuat retaknya persekutuan yaitu kebencian. 
Hidup dalam kebencian tidaklah menyenangkan. Tidak menyenangkan baik bagi orang yang membenci maupun orang yang dibenci. Kebencian yang berlangsung terus-menerus tidak hanya mengganggu, tetapi juga merusak kehidupan bersama. Jika dibiarkan, kebencian bisa berdampak buruk seperti kekerasan hingga genosida.

Semenjak awal, Yesus telah mengatakan, kebencian akan dialami oleh para murid-Nya. Namun, hal itu tidak perlu terlalu dirisaukan sebab Yesus juga mengalami hal yang sama (18). Bahkan, Yesus telah mengalami buah kebencian, yaitu penganiayaan (20). Yesus mengingatkan bahwa jika hal itu telah dialami-Nya, maka para murid juga akan mengalaminya.

Kebencian pada umumnya berangkat dari realitas perbedaan. Yesus menegaskan adanya perbedaan, yaitu dari dunia dan bukan dari dunia (19). Namun, itu bukan satu-satunya; sumber kebencian lainnya adalah mereka tidak dapat mengenal atau tidak mau mengenal. Tidak mengenal Yesus berarti tidak mengenal Bapa. Itu sebabnya, kepada dunia harus diperkenalkan tentang Yesus dan Bapa. Para muridlah yang ditugaskan untuk memberi kesaksian. Dalam rangka menjalankan tugasnya, para murid akan mendapatkan penguatan dari Sang Penghibur, yaitu Roh Kudus. Dengan kesaksian itu diharapkan dunia dapat mengenal Yesus.

Pepatah mengatakan, tak kenal maka tak sayang. Pepatah ini benar sebab banyak kebencian berangkat dari prasangka akibat tidak mengenal. Prasangka selalu muncul ketika kita berjumpa dengan mereka yang berbeda dengan kita. Tak pelak lagi, untuk menghapus prasangka dibutuhkan keberanian memperkenalkan diri. Bersaksi adalah upaya memperkenalkan Yesus kepada semua orang.
Panggilan bersaksi sering dikerdilkan menjadi kristenisasi. Itu sebabnya, banyak tindakan kesaksian justru menambah kebencian. Diperlukan upaya yang sungguh-sungguh untuk menjadikan kesaksian sebagai alat memperkenalkan kasih Yesus kepada semua orang. Upaya itu dilakukan oleh kita yang mengaku menjadi murid-murid Yesus pada zaman ini.Amin
Share:

Tinggal dalam Tuhan

Yohanes 15:1-8 

Cara Yesus menjelaskan memang luar biasa. Yesus memakai berbagai metode agar para pendengar-Nya dapat memahami dengan baik. Salah satunya adalah perumpamaan.
Secara sederhana perumpamaan berarti gambaran. Sebagai sebuah gambaran, Yesus berharap bahwa para pendengar-Nya mampu mengerti kebenaran firman, maka pastilah yang dipilih adalah contoh yang dapat dikenali para pendengar saat itu. Kali ini Yesus mengajar dengan mengambil gambaran pohon anggur.
Dalam perumpamaan ini Yesus menyamakan diri-Nya dengan pohon anggur (1). Pohon yang bertumbuh pastilah mengeluarkan ranting dari cabang-cabangnya, dan ranting itu adalah para pengikut Yesus (5). Ranting akan selalu diperhatikan oleh Sang Bapa, yang digambarkan seperti tukang kebun. Ranting yang baik akan menghasilkan buah anggur yang baik. Sebaliknya, ranting yang tidak baik, yang tidak berbuah, akan dipotong dan dibakar (2, 6). Ranting semacam ini tidak berguna dan hanya membebani pohon anggur. Agar mampu menjadi ranting yang baik, ranting harus menempel pada pokok anggur.
Yesus menjelaskan bahwa menempel pada pokok anggur bermakna tinggal di dalam Tuhan. Tinggal di dalam Tuhan berarti hidup bergaul dan menghidupi firman Tuhan. Pada saat menempel, ranting akan diperlengkapi sedemikian rupa oleh pokoknya hingga mampu berbuah lebat. Ranting yang mampu menghasilkan buah inilah yang layak disebut murid-murid Yesus.
Buah selalu memberi manfaat bagi manusia yang memakannya, bukan bagi rantingnya sendiri. Panggilan seorang Kristen sebagai ranting yang menghasilkan buah adalah untuk bermanfaat bagi orang lain. Marilah kita renungkan, apakah kehadiran kita telah menghasilkan manfaat yang baik atau tidak? Agar bermanfaat bagi orang lain, kita harus terlebih dahulu tinggal di dalam Tuhan. Pengalaman menunjukkan bahwa mengandalkan kekuatan kita sendiri hanya membuat kita memanfaatkan orang lain demi kepentingan diri kita. Jika demikian, layakkah kita disebut murid-murid Yesus? Amin.
Share:

Mengenal Yesus

Yohanes 14:1-14 

Ada cukup banyak orang yang tahu tentang Yesus. Mereka tahu bahwa Yesus lahir di kandang domba. Mereka tahu bahwa Yesus mati disalibkan. Bahkan, mereka juga tahu bahwa Yesus dibangkitkan pada hari yang ketiga.
Tahu tentu saja baik. Namun, hanya tahu saja tidak cukup. Tahu hanya memenuhi kebutuhan akal, padahal kita membutuhkan pengenalan lebih dalam akan Yesus. Mengenal Yesus memang bisa dimulai dari tahu, tetapi harus berlanjut pada relasi yang akrab.
Para murid Yesus telah cukup lama mengikut Yesus. Selama lebih kurang tiga tahun mereka melihat karya-karya-Nya dan mendengar pengajaran-Nya. Namun, mereka belum mengenal Yesus dengan baik. Ketika Yesus menyampaikan tentang kepergian-Nya, kegelisahan melanda mereka. Itu sebabnya, Yesus meminta supaya mereka jangan gelisah, karena kepergian-Nya ke rumah Bapa bertujuan untuk menyediakan tempat bagi mereka (1-3).
Kegelisahan yang membuat Filipus bertanya tentang jalan ke rumah Bapa membuat mereka tidak mampu memahami pengajaran Yesus, dan mempertanyakan relasi Yesus dengan Bapa. Yesus berkata bahwa diri-Nyalah jalan menuju Bapa. Melalui Yesus, mereka dapat mengenal Bapa. Yesus menegur dengan mempertanyakan pengenalan Filipus terhadap diri-Nya. Yesus menegaskan lagi akan relasi-Nya yang tidak terpisahkan dengan Bapa dengan mengatakan: "Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku". Kalau para murid mengenal Yesus dengan baik, mereka juga akan mengenal Bapa, sebab pekerjaan-pekerjaan yang Yesus lakukan mencerminkan pekerjaan Bapa (9-11).
Tiga tahun mengikut Yesus ternyata membuat para murid sekadar tahu akan Yesus, namun mereka belum mengenal Yesus dengan baik. Berapa lama menjadi Kristen ternyata tidak dapat menjadi ukuran mengenal Yesus. Melakukan berbagai ritual gerejawi juga bukan ukuran mengenal Yesus. Dibutuhkan hati yang terbuka untuk membangun relasi dengan Yesus agar mampu mengenal-Nya secara dekat. Amin
Share:

Menghormati Kristus Sang Raja

Yohanes 12:12-19 

Pernahkah kita menyambut datangnya seorang pembesar? Bagaimana seharusnya penyambutan yang kita lakukan? Apakah bentuk penyambutan itu telah menunjukkan sikap hormat kita kepadanya?

Nas ini merupakan penggenapan dari nubuat tentang Yesus sebagai Raja (13, 15). Orang-orang yang hadir dalam perayaan Paskah sangat gembira ketika mendengar bahwa Yesus sedang dalam perjalanan menuju ke Yerusalem (12). Figur yang selama ini hanya mereka dengar akan hadir di tengah-tengah mereka; karena itu, secara spontan mereka menyongsong Yesus (18). Ini dampak kebangkitan Lazarus yang menjadi peristiwa fenomenal.
Daun-daun palem yang mereka bawa adalah bentuk penghormatan istimewa yang biasa dilakukan untuk menyambut para pahlawan yang pulang dari medan pertempuran dengan membawa kemenangan. Para murid baru memahami peristiwa itu setelah kebangkitan Yesus (16). Teriakan "Hosana" bermakna "berilah kiranya keselamatan"; di dalam Kitab Mazmur ucapan ini merupakan pengharapan akan pertolongan dan keselamatan dari Allah. Seruan ini merupakan bentuk pengakuan bahwa Yesus adalah Sang Mesias.
Kita bersyukur karena karya Kristus telah digenapi dan kita dapat melihat semua karya itu. Ia adalah Raja dan segala kuasa ada di dalam tangan-Nya. Sebagai warga kerajaan Allah, marilah kita hidup taat kepada Raja kita. Menghormati Raja adalah kewajiban dan tanggung jawab kita sebagai warga-Nya. Nilai-nilai ketaatan dan penghormatan kita semestinya menyatu dan tercermin di dalam diri kita, bukan hanya ketika kita beribadah, melainkan dalam seluruh kehidupan kita.
Jika kita menghormati Dia sebagai Raja kita, tentunya kita tidak mau mempermalukan nama-Nya dengan menentang perintah-Nya. Kejujuran dalam bekerja, ketulusan untuk memberi, kesetiaan kepada Allah dalam menjalani pergumulan, juga kasih dan sikap peduli kepada orang lain adalah sebagian kecil dari nilai-nilai yang harus dicerminkan sebagai warga kerajaan-Nya. Hosana! Amin
Share:

Kristus Sumber Kehidupan

Yohanes 11:1-44 

Apakah percaya adalah perkara instan, semudah membalikkan telapak tangan? Atau sebuah proses pergulatan hati dan pikiran yang untuk meneguhkannya dibutuhkan perjuangan terus-menerus?

Setelah mencelikkan mata orang buta, Yesus ditolak bahkan akan ditangkap sehingga terlihat Ia menarik diri dari publik (10:39-42). Namun, pasal 11 ini memperlihatkan Yesus yang mendemonstrasikan mukjizat yang lebih spektakuler dan menggemparkan, yaitu membangkitkan Lazarus. Kristus melakukan mukjizat ini dengan beberapa tujuan bagi banyak orang. Bagi para murid, Yesus bermaksud agar mereka belajar percaya (15); bagi Maria dan Marta, agar mereka mengakui bahwa Ia adalah Mesias Anak Allah (27, 40); bagi khalayak ramai yang mengelilingi-Nya, supaya mereka percaya bahwa Kristus adalah utusan Allah (42), dan sekaligus membungkam beberapa orang Yahudi yang mempertanyakan kuasa-Nya (37).

Dalam semua tujuan tersebut, hal mendasar yang ingin diberitahukan-Nya adalah bahwa Dialah sumber kebangkitan dan hidup. Yesus menyatakan kuasa kehidupan yang hanya dapat dilakukan Allah. Melalui peristiwa ini Yesus memproklamasikan bahwa Dia adalah sumber kehidupan, dan Dia adalah Allah.

Bagaimana Allah mendidik kita untuk belajar percaya bahwa Dia adalah sumber kehidupan? Apakah kita sendiri telah melihat dan meyakini hal itu? Jika Kristus adalah sumber kehidupan kita, marilah kita hidup bagi Dia. Jalanilah proses kehidupan dengan tetap memandang kepada percikan kekuatan yang dianugerahkan-Nya dan bersumber pada-Nya. Jika Dia adalah sumber kehidupan kita saat ini dan yang akan datang, marilah kita pancarkan kasih-Nya dan kita beritakan nama-Nya melalui seluruh hidup kita, termasuk perilaku keseharian kita di tempat kerja, di tengah keluarga, dan di masyarakat. Hal ini supaya pada akhirnya banyak orang juga masuk ke dalam proses untuk belajar percaya, dengan memercayakan hidupnya kepada Yesus Kristus, Sang Sumber kehidupan bagi semua manusia.amin
Share:

Kasih Harus Diekspresikan

Baca: 1 Yohanes 3:11-18
"Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran." (1 Yohanes 3:18)
Hari hati ini masih hangatnya hari kasih sayang yang disebut dengan valentine day. Apakah kasih hanya sekedar teori tentu tidak kasih harus di exspresikan di tengah kehidupan nyata. 
Alkitab menyatakan bahwa di masa-masa akhir ini "...kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin." (Matius 24:12). Orang tidak lagi punya kepedulian terhadap sesamanya karena fokus hidupnya adalah untuk diri sendiri. Kata "kasih" acapkali hanya sekedar slogan yang tak berhenti digembar-gemborkan tapi tak ada wujud nyata. Ada kalimat bijak yang mengatakan bahwa kasih yang dipendam itu tak lebih dari sebuah kebohongan. Jadi kasih itu harus diekspresikan dalam sebuah tindakan nyata.

Dalam kehidupan kristiani mengasihi itu bukanlah perbuatan pilihan atau perbuatan manasuka yang ditawarkan oleh Tuhan, tetapi perbuatan wajib yang harus menjadi bagian hidup kita. Pada dasarnya perbuatan kasih meliputi tiga kepedulian yaitu peduli pada penderitaan orang lain, peduli pada kebutuhan orang lain dan peduli pada keselamatan orang lain.
Bagaimana seharusnya kita mengekspresikan kasih itu? Pertama, jangan membalas kejahatan dengan yang jahat. "Janganlah kamu heran, saudara-saudara, apabila dunia membenci kamu. Kita tahu, bahwa kita sudah berpindah dari dalam maut ke dalam hidup, yaitu karena kita mengasihi saudara kita. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tetap di dalam maut." (ayat 13-14). Kalau orang dunia berprinsip bahwa pembalasan lebih kejam dari perbuatan, firman Tuhan mengajarkan: "...supaya jangan ada orang yang membalas jahat dengan jahat, tetapi usahakanlah senantiasa yang baik, terhadap kamu masing-masing dan terhadap semua orang." (1 Tesalonika 5:15). Kehendak Tuhan adalah kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan (baca Roma 12:21).

Yang kedua adalah suka menolong orang lain. "Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya?" (ayat 17). Banyak orang suka menunda-nunda menolong orang lain, dengan alasan untuk kebutuhan sendiri saja belum cukup. "Janganlah menahan kebaikan dari pada orang-orang yang berhak menerimanya, padahal engkau mampu melakukannya." (Amsal 3:27).

Orang percaya yang tidak memraktekkan kasih sama seperti gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing (baca 1 Korintus 13:1).
Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.