Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar: gcema
Tampilkan postingan dengan label gcema. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label gcema. Tampilkan semua postingan

Menuding ke Sebelah

Peribahasa "Buruk Muka, Cermin Dibelah"

Peribahasa ini mengandung makna menyalahkan pihak lain atas kesalahan yang seharusnya menjadi tanggung jawab pribadi. Dalam kehidupan sehari-hari, sering kali kita melihat orang lebih cepat menuding kesalahan orang lain daripada mengakui kesalahan sendiri. Hal ini bukan hanya kebiasaan buruk tetapi juga menghambat pertumbuhan pribadi dan tanggung jawab moral. Kisah Abraham di Gerar merupakan contoh nyata bagaimana tindakan ini dapat membawa konsekuensi yang kompleks.

Keputusan Abraham dan Ketakutannya

Abraham memutuskan untuk tinggal di Gerar bersama keluarganya. Ia merasa daerah itu tidak mengenal Allah dan takut bahwa kecantikan istrinya, Sara, akan membahayakan hidupnya. Ketakutannya mendorong Abraham untuk berbohong, menyebut Sara sebagai saudara perempuannya. Ini adalah kali kedua Abraham melakukan hal ini, sebelumnya ia juga menyebut Sara sebagai saudaranya di Mesir (Kejadian 12:10-20).

Tindakan Abimelekh dan Intervensi Tuhan

Raja Abimelekh, tanpa mengetahui kebenaran, mengambil Sara sebagai istri. Namun, Tuhan memperingatkan Abimelekh melalui mimpi bahwa tindakannya berdosa dan dapat membawa maut, karena Sara adalah istri Abraham. Dengan segera, Abimelekh memanggil Abraham untuk meminta penjelasan dan mengembalikan Sara, bahkan memberikan berbagai harta sebagai kompensasi.

Pembelajaran dari Narasi Ini

  1. Kesetiaan Tuhan pada Janji-Nya:

Tuhan tetap setia pada janji-Nya kepada Abraham, meskipun Abraham membuat keputusan yang kurang bijaksana dan tidak jujur. Ini menunjukkan bahwa janji Tuhan tidak bergantung pada kesempurnaan kita, tetapi pada kesetiaan-Nya yang tak tergoyahkan.

  2. Pentingnya Kejujuran dan Pengakuan Kesalahan:

Kisah ini menyoroti pentingnya bersikap jujur dan tidak takut mengakui kesalahan. Abraham mengakui tindakannya di hadapan Abimelekh dan menjelaskan alasan di balik kebohongannya. Ini merupakan langkah penting dalam memperbaiki kesalahan dan menjaga hubungan yang sehat dengan orang lain.

  3. Doa Syafaat untuk Semua Orang:

Abraham tidak hanya berdoa untuk dirinya sendiri atau untuk orang-orang seiman, tetapi juga untuk Abimelekh dan keluarganya yang bukan bagian dari umat Allah. Ini mengajarkan kita untuk mendoakan semua orang, tanpa memandang keyakinan atau latar belakang mereka. Tuhan mendengar dan mengabulkan doa Abraham, menunjukkan bahwa belas kasihan-Nya melampaui batasan manusia.

Refleksi dan Penerapan dalam Hidup

  1. Menghadapi Kesalahan dengan Bertanggung Jawab:

Ketika kita dihadapkan pada situasi sulit atau berpotensi bahaya, adalah penting untuk tidak menuding orang lain atau menyalahkan keadaan. Sebaliknya, kita harus berani mengakui kesalahan kita dan mencari solusi yang tepat. Tindakan Abraham yang jujur akhirnya membawa pemulihan dan berkat bagi semua pihak yang terlibat.

  2. Kesetiaan Tuhan sebagai Landasan Hidup:

Mengetahui bahwa Tuhan setia pada janji-Nya memberikan kita keberanian untuk hidup dalam kebenaran dan kejujuran. Kita bisa mempercayai Tuhan dalam segala situasi, bahkan ketika kita merasa takut atau tidak yakin dengan hasilnya.

  3. Mendoakan Orang Lain dengan Kasih:

Sebagaimana Abraham berdoa untuk Abimelekh, kita juga diajak untuk mendoakan orang lain, termasuk mereka yang mungkin berbeda keyakinan atau pandangan dengan kita. Ini adalah wujud nyata dari kasih dan kemurahan hati yang diajarkan oleh Tuhan.

Kisah Abraham di Gerar mengajarkan kita banyak hal tentang kesetiaan Tuhan, pentingnya kejujuran, dan nilai doa syafaat. Di tengah-tengah kehidupan kita yang penuh dengan tantangan dan godaan untuk menyalahkan orang lain, mari kita belajar untuk bertanggung jawab atas tindakan kita, mempercayai kesetiaan Tuhan, dan mendoakan semua orang dengan kasih yang tulus. Seperti Abraham, kita dipanggil untuk hidup dalam kebenaran dan menjaga nilai-nilai ilahi dalam kehidupan kita sehari-hari.

 

Share:

Tak Berkesudahan Karya Kristus

Kisah Para Rasul 1:1-5 

Penulis Kisah Para Rasul membawa pembaca untuk mengingat kembali inti Kitab Injil Lukas, yaitu apa yang dikerjakan dan diajarkan oleh Yesus Kristus.

Secara berulang-ulang selama empat puluh hari Yesus membuktikan bahwa Ia hidup (2). Bukan hanya itu, Yesus pun meminta para murid untuk menetap di Yerusalem karena janji Bapa akan baptisan Roh Kudus (4-5).

Semua peristiwa menakjubkan tentang Yesus dari Nazaret telah dibukukan. Rentetan peristiwa itu membuktikan tentang siapa pribadi Yesus Kristus yang sesungguhnya. Ada banyak tanda dan mukjizat yang mencengangkan dan membuat takjub siapa pun yang melihat dan mendengarnya.

Banyak orang berpikir bahwa kisah Yesus akan berakhir di salib. Ternyata kematian-Nya disusul dengan kebangkitan dan kenaikan-Nya ke surga, yang justru lebih menakjubkan tentang diri-Nya. Ini adalah hal yang tak pernah terpikirkan oleh orang-orang yang membenci Yesus.

Hal ini membuka mata siapa pun, menunjukkan bahwa Ia hidup dan karya-Nya tak berkesudahan. Semasa pelayanan-Nya serentetan mukjizat telah ditunjukkan. Namun, setelah kematian-Nya ternyata Yesus tetap hadir dan melakukan rentetan peristiwa menakjubkan di tengah para rasul dan pengikut-Nya.

Tuhan kita adalah pribadi yang hidup dan bekerja hingga saat ini, bukan hanya kepada para rasul pada zaman dahulu, tetapi juga kepada kita semua yang percaya kepada-Nya.

Ia masuk dan melihat seluruh isi kehidupan kita: susah dan senang, suka dan duka; Ia selalu hadir bersama kita.

Kisah ini memberikan ketegasan iman bagi kita: Yesus Kristus hidup. Ia mengajar kita supaya kita tetap berharap kepada Dia dan tidak berputus asa dalam menghadapi impitan hidup. Sampai kapan pun iman kita tidak layu karena Ia hidup dan kasih-Nya selalu menyertai kita.

Patutlah kita bersyukur bahwa Tuhan Yesus selalu menakjubkan. Ia hidup, hadir, dan tak berhenti melakukan perbuatan yang besar dalam hidup kita. Jangan menyerah, karena Tuhan yang hidup beserta kita!

Pagi ini Aku datang kepadamu Tuhan dan aku  mohonkan berkat kepada TUHAN untuk Bapak, Ibu,jemaat  sodara-sodari  sekalian. 
Kiranya berkat kesehatan. 
Berkat sukacita. 
Berkat Damai Sejahtera. 
Mengalir dalam kehidupan kita semua. 
Dan diberkati juga rumah tangga mu. 
Anak-anak dan cucu-cucu mu. 
Pekerjaanmu. 
Sawah dan ladang mu. 
Studi mu. 
Toko mu.
Usaha mu. 
Kantor mu
Rumah mu. 
Keluarga mu.
Pelayanan mu. 
Gereja mu. 
Dalam nama TUHAN YESUS biarlah berkat Mu mengalir melimpah dalam kehidupan kami... Yang percaya katakan AMIN.!!!... TUHAN YESUS memberkati
Share:

Kumandangkanlah Berita Injil!

Markus 16:14-20

    Pesan untuk mengumandangkan Berita Injil tetap relevan hingga hari ini, meskipun hampir 2.000 tahun telah berlalu sejak Yesus naik ke surga.
Yesus memerintahkan murid-murid-Nya untuk memberitakan bahwa pengampunan dosa tersedia melalui iman dalam Nama-Nya (ayat 15). Baptisan air penting, tetapi keselamatan datang melalui iman kepada Yesus Kristus (ayat 16).

    Meskipun Yesus secara fisik naik ke surga, Dia tidak pernah meninggalkan murid-murid-Nya. Kehadiran-Nya sebagai Penengah di sisi Bapa menandai penyelesaian karya keselamatan (ayat 19). Penyertaan-Nya tetap menjadi kunci bagi kesuksesan pemberitaan Injil; Dia bekerja dalam hidup setiap murid dan meneguhkan pesan yang mereka sampaikan (ayat 20).

    Murid-murid Kristus hadir untuk memberikan harapan kepada dunia yang putus asa. Berita sukacita Injil harus terus dikumandangkan hingga kedatangan-Nya yang kedua.
Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk menyampaikan berita ini kepada mereka yang hidup dalam kegelapan dosa. Kematian dan kebangkitan Kristus membuka jalan bagi kita untuk berdamai dengan Allah. Anugerah pengampunan dosa tersedia melalui-Nya.

    Terlalu sering gereja terpecah belah karena perbedaan pandangan mengenai baptisan, sementara inti Injil tentang keselamatan melalui anugerah Allah terabaikan.
Kegagalan dalam memberitakan Injil atau kesuksesan dalam hal itu bukanlah ukuran keberhasilan kita sendiri. Kita adalah murid-murid yang diutus oleh Tuhan, dan Dia bekerja melalui kita untuk meneguhkan pesan-Nya. Penyertaan-Nya dalam hidup kita sungguh nyata

Share:

Kebahagiaan Orang Percaya

Wahyu 14:1-13

Dan aku mendengar suara dari sorga berkata: Tuliskan: “Berbahagialah orang-orang mati yang mati dalam Tuhan, sejak sekarang ini.” “Sungguh,” kata Roh, “supaya mereka boleh beristirahat dari jerih lelah mereka, karena segala perbuatan mereka menyertai mereka.”

- Wahyu 14:13

Kita pasti sering mendengar akronim RIP yaitu singkatan dari Rest In Peace atau dalam bahasa Indonesia artinya beristirahat dengan tenang. Akronim ini sering ditemukan di nisan-nisan orang Kristen ataupun saat kita mengucapkan bela sungkawa atas seseorang yang wafat. Mengapa akronim ini digunakan dalam situasi tersebut? Karena akronim ini menyatakan arti dari kematian bagi orang-orang percaya. Kematian adalah waktu beristirahat dari jerih payah mereka. Mereka beristirahat dalam damai sentosa. Kebenaran ini terungkap dengan jelas di dalam Wahyu 14.

Yohanes melihat visi di surga. Ia melihat Anak Domba, Yesus Kristus, bersama dengan 144.000 pengikutnya (ay. 1). Ini bukan angka literal, tetapi simbol keseluruhan orang percaya. Di surga, orang-orang penuh kebahagiaan dan mereka melantunkan nyanyian baru (ay. 2-3). Mereka yang diselamatkan adalah orang-orang yang mengikuti Sang Anak Domba dan tidak mencemarkan dirinya dalam dosa (ay. 4-5). Yohanes kemudian melihat seorang malaikat lain menyampaikan Injil kepada semua bangsa di dunia (ay. 6). Injil memiliki dua aspek: keselamatan bagi yang menerima dan kebinasaan bagi yang menolak. Karena itu, malaikat memproklamasikan penghakiman bagi Babel, simbol bagi semua bangsa yang menolak Injil (ay. 7-8). Mereka yang menolak Allah dan menjadi pengikut Si Jahat akan mendapatkan penyiksaan kekal (ay. 11). Sebaliknya, bagi yang setia sampai mati di dalam Tuhan, yakni mereka yang menuruti perintah Allah dan beriman kepada Yesus, mereka disebut berbahagia karena sekarang boleh beristirahat dari segala jerih payah mereka di bumi (ay. 12-13).

Penggambaran ini menjadi pelajaran yang indah bagi setiap kita orang-orang percaya hari ini. Selama di dunia, kita memang harus berjerih payah, bahkan harus siap menderita, memikul salib, dan mengikuti Yesus setiap hari. Namun, semua usaha kita tidak akan sia-sia. Penderitaan sementara kita akan dibalas dengan kebahagiaan kekal. Dengan catatan, kita harus setia bertahan sampai akhir.

Refleksi Diri:

Apakah Anda telah siap untuk berjerih lelah dalam penderitaan selama di dunia ini? Apa janji yang bisa menguatkan Anda saat menghadapinya?

Siapa orang-orang yang masih ragu-ragu akan jaminan keselamatan di dalam Yesus yang ingin Anda doakan"

Share:

Dewasa Hati

4 Siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, ia membangun dirinya sendiri, tetapi siapa yang bernubuat, ia membangun Jemaat. 5 Aku suka, supaya kamu semua berkata-kata dengan bahasa roh, tetapi lebih dari pada itu, supaya kamu bernubuat. Sebab orang yang bernubuat lebih berharga dari pada orang yang berkata-kata dengan bahasa roh, kecuali kalau orang itu juga menafsirkannya, sehingga Jemaat dapat dibangun. 20 Saudara-saudara, janganlah sama seperti anak-anak dalam pemikiranmu. Jadilah anak-anak dalam kejahatan, tetapi orang dewasa dalam pemikiranmu! (1Korintus 14:4-5, 20)

Tanda dari pola pikir yang dewasa adalah sikap tidak mementingkan diri sendiri dan hidup untuk menjadi berkat bagi orang lain. Karena pada dasarnya kedewasaan bukanlah sekadar masalah usia, namun tentang sikap hati. Tidak jarang orang yang walaupun sudah berusia lanjut namun karena sikap hatinya yang egois, maka ia dipandang oleh banyak orang sebagai pribadi yang masih kekanak-kanakan. Sebaliknya walaupun seseorang masih berusia muda tetapi karena ia tidak mementingkan dirinya sendiri, maka ia akan dinilai sebagai pribadi yang dewasa. Berarti sikap hati seseorang akan menentukan apakah pola pikir yang bersangkutan masih kekanak-kanakan atau sudah dewasa.

Kaitan antara sikap hati dengan kedewasaan di dalam pola pikir ini dikemukakan oleh rasul Paulus di dalam 1Korintus 14. Di situ ia memberi nasihat dengan menulis: "Saudara-saudara, janganlah sama seperti anak-anak..., tetapi orang dewasa dalam pemikiranmu!" Nasihat ini merupakan kelanjutan dari nasihat agar orang bukan hanya berkata-kata dengan bahasa roh, namun lebih dari pada itu yaitu bernubuat. Alasannya adalah karena orang yang berbahasa roh "membangun dirinya sendiri, tetapi siapa yang bernubuat, ia membangun Jemaat." Artinya ia menghendaki agar orang bukan hanya memikirkan dirinya sendiri, namun menjadi berkat untuk orang lain. Itulah tanda dari kedewasaan dalam pemikiran.

Pertanyaan untuk Direnungkan
Sudah dewasakah pola pikir Anda? Apakah buktinya?
Aksion.
Tuhan, tolonglah diriku agar aku dapat hidup mengikuti teladan-Mu, yaitu tidak mementingkan diri sendiri namun hidup menjadi berkat bagi orang lain. Di dalam kasih-Mu yang mulia Engkau telah rela datang ke dunia menjadi sama dengan manusia. Bukan untuk kenyamanan diri-Mu, namun demi menyelamatkan manusia yang berdosa seperti diriku. Dengan mengikuti jejak kasih-Mu itu aku akan menjadi dewasa di dalam pemikiran dan tidak tinggal tetap di dalam sifat-sifat yang kekanak-kanakan. Hanya dengan demikian barulah aku dapat hidup sebagai saksi-Mu yang memuliakan nama-Mu.

Doa.
Pagi hari ini aku mengangkat ucapan syukurku kepada-Mu, karena Engkau telah menyertai diriku di hari-hari yang lalu. Aku menyambut hari yang baru yang Kauberikan kepadaku pada hari ini. Kesempatan yang baru yang Kauanugerahkan kepadaku untuk memuliakan nama-Mu. Tolonglah diriku agar aku tidak mengisi hari ini dengan kesia-siaan, namun dengan kehidupan yang penuh dengan makna dan berkenan kepada-Mu. Berkatilah semua yang kukerjakan pada hari ini dengan keberhasilan. Jadikanlah diriku saksi-Mu di manapun diriku berada. Jangan biarkan diriku terjerumus ke dalam pencobaan, dan lepaskanlah aku dari pada yang jahat. Di dalam nama Yesus Kristus, Tuhan dan Gembalaku, aku berdoa. Amin

Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.