Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar: kejadian
Tampilkan postingan dengan label kejadian. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label kejadian. Tampilkan semua postingan

Memikirkan Kehidupan Orang Banyak

Saat kita diberi kekuasaan besar, kita harus memikirkan kesejahteraan banyak orang. Semakin tinggi kekuasaan yang kita miliki, semakin besar tanggung jawab kita terhadap kesejahteraan banyak orang.

Pada masa kelaparan yang masih berlangsung, seluruh uang di tanah Mesir dan Kanaan digunakan untuk membeli gandum dari Yusuf, dan Yusuf membawa uang itu ke istana Firaun (14). Namun, kelaparan belum berakhir, sehingga rakyat kemudian menukarkan ternak mereka untuk mendapatkan makanan pada tahun itu (15-17).

Pada tahun berikutnya, rakyat meminta Yusuf untuk membeli tanah mereka agar mereka bisa mendapatkan makanan dan tetap hidup, serta memperoleh benih untuk ditanam sehingga seluruh tanah di Mesir menjadi milik Firaun (18-20). Yusuf kemudian meminta rakyat untuk mengerjakan ladang yang sudah menjadi milik Firaun dan memberikan seperlima hasilnya kepada Firaun, dan rakyat dengan senang hati melakukannya (23-26).

Meskipun rakyat Mesir memberikan ternak dan bahkan seluruh ladang mereka demi mendapatkan makanan dengan berat hati, mereka tetap rela karena tidak ada pilihan lain. Walaupun demikian, Yusuf memperlakukan mereka dengan baik, sehingga mereka hanya diminta untuk memberikan seperlima hasil panen kepada Firaun. Hal ini dipandang baik oleh rakyat karena mereka memahami bahwa Yusuf menyelamatkan hidup mereka.

Dengan demikian, kita dapat menyimpulkan bahwa Yusuf adalah seorang pemegang kuasa yang memikirkan kehidupan orang banyak dan memperlakukan rakyat dengan baik.

Anugerah memang Allah berikan secara cuma-cuma. Namun, untuk setiap anugerah yang Allah berikan, Ia menuntut tanggung jawab. Semakin besar anugerah yang diberikan kepada kita, semakin besar tanggung jawab yang harus kita pikul. Oleh karena itu, jika kita menjadi orang berkuasa yang menentukan kesejahteraan banyak orang, kita harus semakin berhikmat agar kita dapat menjadi berkat bagi semakin banyak orang.

Share:

Selalu dengan Dasar

Dalam menjalani hidup, setiap orang memiliki pendekatan yang berbeda terhadap Tuhan dan tujuan hidup mereka. Ada yang meyakini bahwa segalanya telah diatur oleh Tuhan, ada yang sangat ambisius untuk mencapai apa yang mereka inginkan, dan ada pula yang pasrah kepada Tuhan namun tetap memiliki tujuan hidup yang jelas untuk dikejar. Dari ketiga tipe ini, manakah yang Anda pilih?

Abraham: Teladan Beriman dengan Visi dan Pertimbangan Matang

Abraham adalah teladan yang luar biasa dalam hal beriman kepada Allah sambil tetap memiliki visi dan tujuan hidup yang jelas. Meskipun ia sepenuhnya percaya bahwa Tuhan mengatur segalanya, Abraham juga tidak menjalani hidupnya hanya dengan mengalir begitu saja. Ia aktif mencari dan mengejar tujuan hidupnya dengan pertimbangan matang.

Pengalaman Abraham dalam Masa Berkabung

Kisah hari ini mengisahkan bagaimana Abraham menghadapi duka yang mendalam atas meninggalnya istrinya, Sara (Kejadian 23:2). Meskipun berduka, Abraham tetap memikirkan apa yang terbaik untuk masa kini dan masa depan, khususnya terkait pemakaman Sara. Bagi Abraham, tempat pemakaman bukan hanya tempat peristirahatan terakhir, tetapi juga menjadi titik kumpul bagi keturunannya.

Visi dan Cita-cita Abraham

Abraham memiliki visi yang jelas untuk memiliki tanah Kanaan sebagai tempat tinggal dan warisan bagi keturunannya. Untuk merealisasikan cita-citanya ini, Abraham tidak hanya pasif atau hanya mengandalkan kehendak Tuhan tanpa tindakan. Ia berani berinteraksi dengan orang lain, seperti ketika ia melakukan tawar-menawar dengan Bani Het untuk membeli gua Makhpela sebagai tempat pemakaman Sara (Kejadian 23:7, 12).

Abraham menunjukkan sikap yang rendah hati dalam tawar-menawar ini, bukan arogansi. Ia menghormati budaya dan kebiasaan orang lain, sambil tetap berusaha mencapai tujuannya. Akhirnya, Abraham berhasil memperoleh gua Makhpela beserta seluruh ladang Hebron dari Efron bin Zofar (Kejadian 23:19-20), dan cita-citanya untuk memiliki tanah Kanaan pun terkabul.

Teladan yang Perlu Ditiru

Kisah Abraham mengajarkan kita untuk tidak hanya mengandalkan iman kepada Tuhan, tetapi juga memiliki visi dan tujuan hidup yang didasarkan pada pertimbangan matang. Beriman kepada Tuhan tidak berarti kita hanya menunggu dan pasrah, tetapi juga aktif dalam mencari jalan dan bertindak untuk mewujudkan tujuan hidup yang baik dan benar.

Aplikasi dalam Kehidupan Kita

  1. Beriman dengan Tindakan: Seperti Abraham, kita perlu menggabungkan iman dengan tindakan yang konkret dan bertanggung jawab untuk mencapai tujuan hidup yang baik.

  2. Pertimbangan Matang: Sebelum mengambil keputusan besar, luangkan waktu untuk memikirkan dengan matang serta meminta petunjuk dari Tuhan.

  3. Rendah Hati dan Menghormati Orang Lain: Dalam mengejar tujuan hidup, kita harus tetap menjaga sikap rendah hati dan menghormati orang lain, bukan dengan cara yang arogan atau merugikan orang lain.

  4. Memiliki Visi yang Jelas: Tentukan visi dan tujuan hidup yang jelas, yang tidak hanya menguntungkan diri sendiri tetapi juga membawa berkat bagi orang lain dan memuliakan Tuhan.

Abraham adalah contoh yang baik bagi kita untuk mengutamakan Tuhan dalam segala hal sambil tetap memiliki visi dan tujuan hidup yang jelas. Mari kita belajar dari sikap dan tindakan Abraham yang didasarkan pada iman yang kuat dan pertimbangan matang. Dengan demikian, kita dapat menjalani hidup dengan penuh arti, membawa kemuliaan bagi Tuhan, dan memberkati orang lain di sekitar kita.
Share:

Mana yang Diutamakan?

Ketika ditanya mana yang kita utamakan, Tuhan atau yang lain, sering kali secara otomatis kita menjawab Tuhan. Namun, dalam kenyataannya, banyak dari kita mungkin lebih mendahulukan hal-hal lain, terutama ketika kita merasa sudah mendapatkan apa yang kita inginkan. Seringkali, fokus kita beralih dari Tuhan ke apa yang kita peroleh, terutama jika itu adalah sesuatu yang sudah lama kita nantikan. Hari ini, kita diingatkan untuk berhati-hati terhadap kecenderungan ini.

Pelajaran dari Abraham: Mengutamakan Tuhan di Atas Segalanya

Kisah Abraham dalam Alkitab memberikan kita contoh nyata tentang bagaimana seharusnya kita mengutamakan Tuhan di atas segala sesuatu. Abraham bersedia mempersembahkan Ishak, anak semata wayangnya, sebagai kurban bakaran sesuai perintah Tuhan (Kejadian 22:2, 9-10). Ishak adalah anak yang sangat diharapkan, lahir setelah penantian panjang selama 25 tahun. Namun, meski begitu, Abraham tetap mengutamakan Tuhan di atas segalanya, bahkan di atas keinginan dan kasihnya kepada anaknya.

  1. Ketaatan Abraham:

Ketaatan Abraham kepada perintah Tuhan adalah bukti nyata bahwa ia mengutamakan Tuhan di atas segala hal lainnya. Ketika diperintahkan untuk mempersembahkan Ishak, Abraham tidak ragu atau protes. Ia segera melaksanakan perintah Tuhan dengan penuh keyakinan bahwa Tuhan akan memberikan yang terbaik (Kejadian 22:3).

  2. Fokus yang Tetap kepada Tuhan:

Fokus Abraham tidak bergeser dari Tuhan ke Ishak. Meski Ishak adalah anugerah yang sangat besar, Abraham tidak membiarkan kasihnya kepada Ishak mengalahkan ketaatannya kepada Tuhan. Ketika Tuhan melihat ketaatan Abraham, Ia menyediakan domba jantan sebagai ganti Ishak (Kejadian 22:12-13). Hal ini menunjukkan bahwa Tuhan menghargai ketaatan dan pengabdian Abraham yang total kepada-Nya.

  3. Penguatan Iman melalui Ujian:

Peristiwa ini juga menunjukkan bahwa Allah menggunakan ujian untuk memelihara dan memperkuat iman Abraham. Dengan menguji Abraham, Tuhan memberikan kesempatan kepada Abraham untuk menunjukkan kesetiaan dan ketaatannya. Melalui ujian tersebut, Abraham belajar untuk kembali kepada hal yang hakiki dalam dirinya sebagai ciptaan yang mengutamakan Tuhan di atas segalanya.

Mengutamakan Tuhan dalam Kehidupan Sehari-hari

Mengutamakan Tuhan bukanlah sesuatu yang mudah dilakukan, terutama ketika kita dihadapkan pada pilihan yang sulit atau ketika kita telah menerima sesuatu yang sangat kita harapkan. Namun, penting untuk diingat bahwa Tuhan menginginkan hati kita sepenuhnya, tanpa ada yang mendahului-Nya.

  1. Mengatasi Kecenderungan untuk Mengutamakan yang Lain:

Kita perlu waspada terhadap kecenderungan untuk mengutamakan hal-hal lain di atas Tuhan. Apakah itu karier, keluarga, harta, atau keinginan pribadi, semua itu tidak boleh menggeser Tuhan dari posisi utama dalam hidup kita. Mengutamakan Tuhan berarti menempatkan Dia sebagai prioritas utama dan mengikuti kehendak-Nya, apa pun konsekuensinya.

  2. Mengandalkan Tuhan dalam Segala Hal:

Mengutamakan Tuhan berarti kita percaya sepenuhnya kepada-Nya, bahkan dalam situasi yang paling sulit sekalipun. Seperti Abraham yang percaya bahwa Tuhan akan menyediakan pengganti bagi Ishak, kita juga harus percaya bahwa Tuhan akan memberikan yang terbaik bagi kita, bahkan jika itu berarti kita harus menyerahkan apa yang kita sayangi.

  3. Bersyukur atas Segala Ujian:

Ujian dan tantangan dalam hidup sering kali merupakan cara Tuhan untuk memperkuat iman kita. Ketika kita dihadapkan pada situasi yang sulit, kita harus bersyukur dan melihatnya sebagai kesempatan untuk memperdalam hubungan kita dengan Tuhan. Melalui ujian, kita belajar untuk lebih bergantung kepada-Nya dan mempercayai rencana-Nya yang sempurna.

  4. Tetap Fokus pada Tuhan:

Kita harus menjaga agar fokus kita tetap pada Tuhan, bukan pada berkat atau anugerah yang kita terima. Berkat dan anugerah dari Tuhan adalah sesuatu yang patut kita syukuri, tetapi kita tidak boleh membiarkan hal itu mengalihkan perhatian kita dari Sang Pemberi Berkat. Tetaplah berfokus pada Tuhan dan ingat bahwa segala sesuatu yang kita miliki berasal dari-Nya.

Aplikasi dalam Hidup Sehari-hari

  1. Menjaga Prioritas:

Setiap hari, kita harus memeriksa prioritas kita dan memastikan bahwa Tuhan selalu berada di tempat pertama. Mulailah hari dengan doa dan devosi, dan jadikan Tuhan sebagai pusat dari segala kegiatan dan keputusan kita.

  2. Mengorbankan Ego dan Keinginan Pribadi:

Sering kali, kita perlu mengorbankan ego dan keinginan pribadi untuk mengutamakan kehendak Tuhan. Belajarlah untuk menempatkan kehendak Tuhan di atas kehendak kita sendiri, bahkan jika itu berarti kita harus meninggalkan sesuatu yang kita sayangi atau impikan.

  3. Bersyukur dalam Segala Hal:

Bersyukur tidak hanya ketika kita menerima berkat, tetapi juga dalam menghadapi ujian dan tantangan. Setiap situasi, baik atau buruk, adalah kesempatan untuk belajar dan bertumbuh dalam iman.

  4. Mengandalkan Tuhan dalam Keputusan Hidup:

Dalam setiap keputusan besar atau kecil, libatkan Tuhan dan mintalah petunjuk-Nya. Percayalah bahwa Tuhan mengetahui yang terbaik untuk kita dan Dia akan menuntun kita ke jalan yang benar.

Kisah Abraham mengingatkan kita bahwa mengutamakan Tuhan adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan kita. Ketaatan dan iman Abraham yang luar biasa menunjukkan bagaimana kita harus menempatkan Tuhan di atas segala sesuatu, bahkan di atas keinginan dan kasih sayang kita yang terdalam.

Mari kita belajar untuk mengutamakan Tuhan dalam setiap aspek kehidupan kita, menjaga fokus kita tetap pada-Nya, dan selalu bersyukur dalam setiap situasi. Dengan demikian, kita akan menemukan damai sejahtera dan berkat yang melimpah dalam hidup kita, serta hubungan yang lebih dekat dengan Tuhan yang mengasihi kita.

Mengutamakan Tuhan adalah langkah pertama menuju hidup yang diberkati dan damai. Mari kita terus berusaha untuk menempatkan Tuhan sebagai prioritas utama dalam hidup kita, dan lihatlah bagaimana Dia bekerja dengan cara yang luar biasa dalam setiap aspek kehidupan kita.

Share:

Menuding ke Sebelah

Peribahasa "Buruk Muka, Cermin Dibelah"

Peribahasa ini mengandung makna menyalahkan pihak lain atas kesalahan yang seharusnya menjadi tanggung jawab pribadi. Dalam kehidupan sehari-hari, sering kali kita melihat orang lebih cepat menuding kesalahan orang lain daripada mengakui kesalahan sendiri. Hal ini bukan hanya kebiasaan buruk tetapi juga menghambat pertumbuhan pribadi dan tanggung jawab moral. Kisah Abraham di Gerar merupakan contoh nyata bagaimana tindakan ini dapat membawa konsekuensi yang kompleks.

Keputusan Abraham dan Ketakutannya

Abraham memutuskan untuk tinggal di Gerar bersama keluarganya. Ia merasa daerah itu tidak mengenal Allah dan takut bahwa kecantikan istrinya, Sara, akan membahayakan hidupnya. Ketakutannya mendorong Abraham untuk berbohong, menyebut Sara sebagai saudara perempuannya. Ini adalah kali kedua Abraham melakukan hal ini, sebelumnya ia juga menyebut Sara sebagai saudaranya di Mesir (Kejadian 12:10-20).

Tindakan Abimelekh dan Intervensi Tuhan

Raja Abimelekh, tanpa mengetahui kebenaran, mengambil Sara sebagai istri. Namun, Tuhan memperingatkan Abimelekh melalui mimpi bahwa tindakannya berdosa dan dapat membawa maut, karena Sara adalah istri Abraham. Dengan segera, Abimelekh memanggil Abraham untuk meminta penjelasan dan mengembalikan Sara, bahkan memberikan berbagai harta sebagai kompensasi.

Pembelajaran dari Narasi Ini

  1. Kesetiaan Tuhan pada Janji-Nya:

Tuhan tetap setia pada janji-Nya kepada Abraham, meskipun Abraham membuat keputusan yang kurang bijaksana dan tidak jujur. Ini menunjukkan bahwa janji Tuhan tidak bergantung pada kesempurnaan kita, tetapi pada kesetiaan-Nya yang tak tergoyahkan.

  2. Pentingnya Kejujuran dan Pengakuan Kesalahan:

Kisah ini menyoroti pentingnya bersikap jujur dan tidak takut mengakui kesalahan. Abraham mengakui tindakannya di hadapan Abimelekh dan menjelaskan alasan di balik kebohongannya. Ini merupakan langkah penting dalam memperbaiki kesalahan dan menjaga hubungan yang sehat dengan orang lain.

  3. Doa Syafaat untuk Semua Orang:

Abraham tidak hanya berdoa untuk dirinya sendiri atau untuk orang-orang seiman, tetapi juga untuk Abimelekh dan keluarganya yang bukan bagian dari umat Allah. Ini mengajarkan kita untuk mendoakan semua orang, tanpa memandang keyakinan atau latar belakang mereka. Tuhan mendengar dan mengabulkan doa Abraham, menunjukkan bahwa belas kasihan-Nya melampaui batasan manusia.

Refleksi dan Penerapan dalam Hidup

  1. Menghadapi Kesalahan dengan Bertanggung Jawab:

Ketika kita dihadapkan pada situasi sulit atau berpotensi bahaya, adalah penting untuk tidak menuding orang lain atau menyalahkan keadaan. Sebaliknya, kita harus berani mengakui kesalahan kita dan mencari solusi yang tepat. Tindakan Abraham yang jujur akhirnya membawa pemulihan dan berkat bagi semua pihak yang terlibat.

  2. Kesetiaan Tuhan sebagai Landasan Hidup:

Mengetahui bahwa Tuhan setia pada janji-Nya memberikan kita keberanian untuk hidup dalam kebenaran dan kejujuran. Kita bisa mempercayai Tuhan dalam segala situasi, bahkan ketika kita merasa takut atau tidak yakin dengan hasilnya.

  3. Mendoakan Orang Lain dengan Kasih:

Sebagaimana Abraham berdoa untuk Abimelekh, kita juga diajak untuk mendoakan orang lain, termasuk mereka yang mungkin berbeda keyakinan atau pandangan dengan kita. Ini adalah wujud nyata dari kasih dan kemurahan hati yang diajarkan oleh Tuhan.

Kisah Abraham di Gerar mengajarkan kita banyak hal tentang kesetiaan Tuhan, pentingnya kejujuran, dan nilai doa syafaat. Di tengah-tengah kehidupan kita yang penuh dengan tantangan dan godaan untuk menyalahkan orang lain, mari kita belajar untuk bertanggung jawab atas tindakan kita, mempercayai kesetiaan Tuhan, dan mendoakan semua orang dengan kasih yang tulus. Seperti Abraham, kita dipanggil untuk hidup dalam kebenaran dan menjaga nilai-nilai ilahi dalam kehidupan kita sehari-hari.

 

Share:

Tertangkap Basah!

Kejadian 18:1-15

 Kita semua pernah merasakan malu saat tertangkap basah melakukan kekeliruan. Terkadang, rasa malu ini datang karena tidak ada waktu untuk bersembunyi atau mencari alasan. Terlebih lagi, rasa malu itu menjadi lebih dalam bila kita menyadari bahwa kekeliruan kita terjadi di hadapan Tuhan yang Mahakuasa.

Abraham yang Ramah Menyambut Tamu:

Dalam Kejadian 18:1-8, Abraham menunjukkan keramahtamahannya kepada tiga orang tamu yang datang mengunjunginya di bawah pohon tarbantin di Mamre. Tanpa rasa curiga, ia segera menyiapkan hidangan untuk para tamu ini, mengikuti adat istiadat hospitalitas pada zamannya. Tindakan Abraham mencerminkan kebaikan dan kemurahan hatinya, serta menunjukkan komitmennya untuk menjamu orang asing dengan penuh hormat.

Momen Kejutan untuk Sara:

Namun, suasana berubah ketika salah satu tamu ini bertanya tentang keberadaan Sara dan kemudian menegaskan bahwa Tuhan akan hadir pada tahun berikutnya saat Sara memiliki seorang anak laki-laki (Kejadian 18:9-10a). Saat itulah Abraham menyadari bahwa tamu tersebut adalah Tuhan yang sedang menyampaikan janji ilahi. Mendengar hal ini dari pintu kemah, Sara tertawa dalam hatinya, mengingat usianya yang sudah lanjut dan kondisi fisiknya yang tidak memungkinkan untuk melahirkan (Kejadian 18:10b-12).

Tertangkap Basah:

Tuhan mengetahui tawa dan keraguan Sara, dan Dia segera menegur Sara, mengingatkannya bahwa tidak ada yang mustahil bagi Tuhan (Kejadian 18:13-14). Sara, yang tertangkap basah oleh Tuhan, merasa malu dan mencoba menyangkal tawa dan keraguannya. Namun, Tuhan, yang Maha Tahu, tidak bisa dibohongi. Tuhan mengetahui segala sesuatu, termasuk isi hati dan pikiran manusia.

Pelajaran dari Kisah Sara dan Abraham:

Kisah ini mengajarkan kita beberapa hal penting:

  1. Tuhan Mengetahui Segalanya: Tuhan adalah Allah yang Mahakuasa dan Maha Tahu. Dia mengetahui segala hal yang kita pikirkan dan rasakan, bahkan hal-hal yang tidak pernah kita ucapkan. Seperti Tuhan mengetahui tawa Sara yang tersembunyi, Dia juga mengetahui segala keraguan dan ketakutan kita.
  2. Janji Tuhan Pasti Terjadi: Tuhan menegaskan bahwa tidak ada yang mustahil bagi-Nya. Janji-Nya kepada Abraham dan Sara tentang kelahiran seorang anak laki-laki pada tahun berikutnya adalah bukti bahwa kuasa Tuhan melampaui segala keterbatasan manusia. Meskipun secara fisik dan logis tidak mungkin bagi Sara yang sudah tua untuk melahirkan, kuasa Tuhan tidak mengenal batas.
  3. Keterbukaan dan Kejujuran di Hadapan Tuhan: Saat kita menyadari bahwa Tuhan mengetahui segala sesuatu, kita diajak untuk bersikap terbuka dan jujur di hadapan-Nya. Tidak ada gunanya mencoba menyembunyikan kesalahan atau kekeliruan kita, karena Tuhan melihat semuanya. Sebaliknya, kita diajak untuk datang kepada-Nya dengan segala kelemahan dan ketidaksempurnaan kita, mengakui bahwa kita membutuhkan anugerah dan pertolongan-Nya.
  4. Percaya pada Kuasa Tuhan dalam Hidup Kita: Kekuatan doa dan keyakinan pada kuasa Tuhan sangat penting. Ketika kita berdoa, kita harus menyadari bahwa Tuhan mengetahui kebutuhan kita bahkan sebelum kita mengucapkannya. Percaya kepada Tuhan yang Mahakuasa berarti kita mengandalkan-Nya dalam setiap aspek kehidupan kita, percaya bahwa Dia mampu mengubahkan hidup kita dan membawa kita kepada rencana-Nya yang terbaik.

Refleksi dan Penerapan dalam Kehidupan Sehari-hari:

  • Menghadapi Ketidakpastian dengan Iman: Dalam kehidupan, kita sering menghadapi situasi yang tidak pasti atau tampak mustahil. Dalam momen-momen seperti ini, kita diajak untuk meneladani iman Abraham dan Sara yang, meskipun penuh dengan keraguan dan tawa, tetap berada dalam rencana dan janji Tuhan.
  • Membangun Kepercayaan dan Ketaatan: Ketaatan kita kepada Tuhan tidak boleh didasarkan pada apa yang kita anggap mungkin atau masuk akal, tetapi pada keyakinan bahwa Tuhan mampu melakukan segala hal, bahkan yang tampak mustahil. Kepercayaan ini harus tercermin dalam tindakan dan keputusan kita sehari-hari, menunjukkan bahwa kita benar-benar mengandalkan Tuhan.
  • Memperkuat Hubungan dengan Tuhan melalui Doa: Doa bukan hanya tentang meminta, tetapi juga tentang mempercayakan hidup kita sepenuhnya kepada Tuhan. Kita harus berdoa dengan keyakinan bahwa Tuhan mengetahui yang terbaik untuk kita dan bahwa Dia akan memenuhi kebutuhan kita sesuai dengan kehendak-Nya.

Kisah tertangkap basahnya Sara menunjukkan bahwa meskipun manusia sering kali dipenuhi dengan ketakutan dan keraguan, Tuhan tetap setia pada janji-Nya dan memahami segala kelemahan kita. Ketika kita dihadapkan pada situasi yang tidak pasti, mari kita mengandalkan Tuhan yang Mahakuasa dan percaya bahwa Dia mampu mengubahkan segala sesuatu demi kebaikan kita. Iman kita kepada Tuhan seharusnya tidak tergoyahkan oleh apa pun, karena kita tahu bahwa Dia adalah Allah yang Maha Tahu dan Mahakuasa yang selalu menjaga dan memelihara kita.

 

Share:

Kebesaran yang Allah Berikan

Pasal ini mengisahkan perang antara berbagai kerajaan yang membentuk dua kelompok besar. Dalam perang tersebut, kelompok raja Sodom, Gomora, Adma, Zeboim, dan Bela mengalami kekalahan. Musuh berhasil menjarah kota-kota yang kalah dan menawan penduduknya beserta harta benda mereka, termasuk Lot, keponakan Abram, yang pada saat itu tinggal di Sodom (Kejadian 14:12).

1. Abram Bertindak Menyelamatkan Lot

Ketika Abram mendengar kabar bahwa Lot ditawan, ia segera bertindak. Abram mengerahkan 318 budaknya yang terlatih dan mengejar musuh hingga ke Dan (Kejadian 14:13-14). Dengan strategi yang baik, ia membagi orang-orangnya ke dalam beberapa kelompok dan berhasil mengalahkan musuh, serta membebaskan para tawanan dan mengembalikan harta yang dijarah (Kejadian 14:15-16).

- Keberanian dan Kepemimpinan Abram: Abram menunjukkan kepemimpinan yang luar biasa dengan berani menghadapi pasukan gabungan dari beberapa kota kerajaan dengan jumlah tentara yang mungkin lebih besar. Tindakan ini menunjukkan kebesaran Abram tidak hanya dalam hal kekayaan, tetapi juga dalam hal keberanian dan kepemimpinan.

2. Signifikansi Kemenangan Abram

Pada zaman itu, banyak kota besar adalah kota kerajaan dengan rajanya masing-masing. Tentara setiap kota mungkin berjumlah ratusan orang saja, atau bahkan kurang. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika Abram dengan 318 budaknya dapat mengalahkan pasukan gabungan dari beberapa kota kerajaan tersebut. 

- Kebesaran yang Diberikan Allah: Kisah ini menekankan bahwa Allah mulai menggenapi janji-Nya kepada Abram, bahwa ia akan menjadi termasyhur dan menjadi berkat (Kejadian 12:2). Kemenangan ini menunjukkan bahwa Abram sudah menjadi besar, bahkan lebih besar daripada banyak raja pada masa itu. Allah menggunakan Abram untuk menjadi saluran berkat, khususnya bagi penduduk Sodom di mana Lot tinggal.

3. Pelajaran tentang Kebesaran

Kisah ini mengajarkan bahwa kebesaran sejati tidak terletak pada jabatan atau status yang diberikan oleh masyarakat, tetapi pada apa yang Allah berikan dan bagaimana kita digunakan sebagai saluran berkat bagi orang lain.

- Bukan Kebesaran yang Diberikan Manusia: Kebesaran yang paling penting bagi kita seharusnya bukan jabatan atau status yang diberikan oleh masyarakat. Jabatan dan status duniawi bersifat sementara dan dapat berubah seiring waktu.

- Kebesaran yang Allah Berikan: Yang lebih penting adalah kebesaran yang datang dari Allah. Allah memberikan kebesaran yang sejati sesuai dengan rencana-Nya dan bagaimana kita dapat menjadi alat-Nya untuk membawa berkat bagi orang lain.

4. Menjaga Fokus pada Allah

Sebagai orang percaya, kita harus menjaga fokus kita pada Allah dan kehendak-Nya. Kebesaran yang Allah berikan sering kali tidak sesuai dengan standar dunia, tetapi memiliki nilai yang kekal.

- Tidak Terpaku pada Status Dunia: Kita tidak boleh terlalu terpaku pada status atau nama yang mungkin orang lain berikan kepada kita. Status ini bisa berubah dan tidak selalu mencerminkan nilai sejati kita di hadapan Allah.

- Mencari Kebesaran dari Allah: Kita harus berdoa agar Allah memberi kita kebesaran yang sejati, sesuai dengan apa yang Dia ingin kita lakukan. Kebesaran yang datang dari Allah membawa berkat bagi kita dan orang-orang di sekitar kita.

5. Doa untuk Kebesaran yang Sejati

Berdoalah agar Allah memberikan kita kebesaran yang sejati, yang bukan berdasarkan penilaian manusia tetapi sesuai dengan kehendak-Nya. Mintalah kekuatan dan kebijaksanaan untuk menjadi saluran berkat bagi orang lain, sebagaimana Abram menjadi berkat bagi banyak orang melalui tindakan dan keimanannya.

Kisah Abram dan kemenangan melawan pasukan gabungan dari beberapa kota mengajarkan kita tentang pentingnya kebesaran yang datang dari Allah. Kebesaran sejati bukanlah tentang status atau jabatan yang diberikan oleh manusia, tetapi tentang bagaimana Allah menggenapi rencana-Nya melalui kita. Sebagai orang percaya, kita harus fokus pada Allah dan berusaha untuk menjadi saluran berkat bagi orang lain, sambil menerima kebesaran yang diberikan Allah dengan penuh syukur dan kerendahan hati.


Share:

Berkat terselubung

Gema Suara Illahi
Kejadian 50: 15 26

Memang kamu telah mereka rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar.
Kejadian 50:20

Ini salah satu lagu yang sangat saya sukai, baik musik maupun syairnya. Judulnya Blessings, dinyanyikan oleh Laura Story. Laura Story menikah dengan Martin. Dua tahun setelah pernikahan mereka, Martin terkena tumor otak. Dalam penderitaan itu, Laura belajar bahwa sekalipun dalam penderitaan, Allah tetap menyatakan kemurahan Nya, kemurahan yang terselubung oleh penderitaan. Dalam suatu wawancara, Laura mengatakan bahwa ketika menulis lagu tersebut, ia menghadapi dua pilihan: menghakimi Allah karena keadaan yang tidak bisa ia mengerti atau tetap percaya kepada Nya meskipun Allah tidak selalu mengabulkan doanya.

Yusuf mengalami kehidupan yang naik turun. Dari anak kesayangan yang dimanja ayahnya kemudian menyandang status budak, narapidana, sampai kemudian menjadi perdana menteri. Setelah ayahnya, Yakub, meninggal dunia, saudara saudaranya yang pernah berlaku buruk kepadanya berpikir ia akan membalas dendam. Akan tetapi Yusuf tidak pernah melihat kepahitan di balik pengalaman masa lalunya. Sebaliknya, yang dilihat Yusuf adalah berkat Allah, berkat terselubung.

Tidak mudah untuk tetap beriman pada Allah di masa masa yang sulit. Kalau Allah menyatakan secara jelas kepada kita bahwa nanti semua pasti akan menjadi indah atau baik, kita akan bersemangat menjalaninya. Kenyataannya, ketika dalam penjara Yusuf tidak pernah diberitahu bahwa ia nanti akan menjadi seorang perdana menteri. Oleh sebab itu, kita butuh kekuatan Allah di dalam beriman kepada Nya. Beriman bahwa Allah menyediakan berkat berkat bagi orang yang bertahan dalam iman.

Kalimat terakhir dari syair lagu Blessings adalah intisari lagu ini. What if trials of this life. The rain, the storms, the hardest nights are your mercies in disguise (Bagaimana jika pencobaan dalam hidup ini. Hujan, badai dan malam malam yang paling berat adalah berkat yang terselubung). Mari kita mohon Tuhan Yesus menambahkan anugerah dalam hidup kita agar kita tetap percaya kepada Nya meskipun berada dalam masa masa sulit.

Refleksi diri:

Adakah pengalaman pengalaman di masa sulit yang sepertinya Tuhan tidak menyatakan rencana indah di baliknya? Apa yang Anda pelajari dari kejadian tersebut?

Apa berkat terselubung yang Tuhan sediakan melalui pengalaman tersebut?

Share:

Menikmati kebaikan Tuhan

Selamat pagi bpk ibu jemaat. Gimana kabarnya , sehat selalu dan tetap dalam lindungan Tuhan. Selamat beraktifitas.dan menikmati Tuhan di hari sabat  ini. 

Kejadian 50:15 21

Memang kamu telah mereka rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar.
Kejadian 50:20

kadang kadang orang fasik tampak menang atas orang benar dan membuat kita garuk garuk kepala. Kita jadi bertanya tanya kepada Tuhan, mengapa Engkau tidak campur tangan membelaku? Padahal sebenarnya Tuhan sering menggunakan orang orang jahat untuk mencapai tujuan Nya, termasuk pengalaman pengalaman pahit kita dikhianati dan dijahati mereka. Pada akhirnya kita bisa melihat diri kita dimuliakan atau melalui kita orang lain mendapat berkat Tuhan.

Yusuf, berpengalaman menghadapi orang jahat, diabaikan dan dilupakan. Ia mengalami sendiri pengkhianatan dari orang orang yang seharusnya mengasihinya. Ia menghadapi satu demi satu individu yang berhati keras selama hidupnya. Saudara saudaranya menjualnya sebagai budak dan mengirimnya ke Mesir (Kej. 37:25 28). Istri tuannya menuduhnya melakukan kejahatan yang tak terkatakan (Kej. 39:7 18). Bahkan orang orang yang Yusuf bantu, seperti juru minuman Firaun, melupakannya (Kej. 40:23). Namun, begitu kisah kehidupan Yusuf ditulis secara lengkap, menjadi jelas bahwa setiap orang yang melukai atau mengabaikan Yusuf berkontribusi terhadap rencana Tuhan. Tuhan menggunakan setiap pencobaan, membawa Yusuf ke tampuk kekuasaan yang tinggi pada saat yang tepat untuk menyelamatkan keluarganya—yang merupakan nenek moyang Mesias—dari dampak bencana kelaparan.

Dalam kehidupan sehari hari, kita hanya dapat melihat tindakan Tuhan dari sudut pandang kemanusiaan kita yang terbatas. Seringkali tujuan dan maksud Tuhan tersembunyi dari pikiran kita, sampai rencana Nya membuahkan hasil, baru kita bisa melihat campur tangan Tuhan. Kita mungkin bertanya tanya pada giliran hidup kita, tetapi kita dapat yakin bahwa Tuhan berdaulat atas seluruh bumi. Orang jahat mungkin menang untuk sementara waktu, tetapi kemenangan terakhir adalah milik Kristus dan para pengikut Nya yang benar. Jika semua kesulitan muncul bukan karena kesalahan, kecerobohan dan dosa kita, maka belajarlah berserah kepada Tuhan agar Dia memakai kondisi tersebut untuk kebaikan kita dan melalui kita orang lain menerima berkat dari Tuhan Yesus. Sampai hati kita lelah dan sungguh berserah, saat itulah kuasa dan kasih Nya bekerja.

Salam berserah.

Refleksi diri:

Apa pengalaman dikhianati dan dijahati orang lain yang Tuhan pakai untuk mewujudkan rencana Nya dalam kehidupan Anda?

Bagaimana pengalaman tersebut dapat mendatangkan kebaikan buat Anda?

Jangan kendor dan longgar tetap 6 M 
masker. Mencuci tangan. Menjaga jarak. menja uhi kerumunan mobilitas, makan bersama. laksanakan. Demi menghindari dan menyelamatkan keluarga dan saudara kita...amin
Share:

Kejadian 2:1 3

Selamat pagi bpk ibu jemaat. Gimana kabarnya , sehat selalu dan tetap dalam lindungan Tuhan. Selamat beraktifitas.dan menikmati hadirat Tuhan


Lalu Allah memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya, karena pada hari itulah Ia berhenti dari segala pekerjaan penciptaan yang telah dibuat Nya itu.
Kejadian 2:3

Sebagai anak anak Tuhan, kita menyatakan rasa syukur kepada Nya dengan setia beribadah, terutama di hari Minggu. Namun, mengapa masih ada sebagian kita yang tidak beribadah? Alasannya berbagai macam. Terlebih pada masa pandemi, lebih banyak lagi anak Tuhan yang tidak beribadah secara online dengan alasan tidak nyaman atau kurang hikmat jika melakukannya dari rumah saja. Permasalahannya: apakah ibadah bergantung pada tempat dan cara kita beribadah? Apa esensi dari ibadah?

Berhenti sejenak 
Kejadian 2:1 3 ini menjadi dasar mengapa kita perlu beribadah kepada Tuhan. Ayat ini menyampaikan bahwa ketika Allah selesai menciptakan langit, bumi, dan segala isinya, Dia berhenti dari segala pekerjaan Nya. Menarik bahwa kata berhenti memakai kata asli shabath, yang berarti istirahat. Maksud istirahat di sini bukan karena Allah kelelahan seperti manusia, tetapi karena Dia ingin menikmati hasil karya cipta Nya sendiri.

Apa yang dilakukan Allah pada hari ketujuh atau hari Sabat? Pertama, memberkati hari ketujuh. Allah berkenan memberkati hari ketujuh dan rindu memberkati setiap kita yang beribadah kepada Nya. Karena itu di kebaktian Minggu atau ibadah lainnya, pasti di akhir ibadah ditutup dengan doa berkat, dimana Allah berjanji memberkati setiap kita yang mencari Dia dan setia beribadah kepada Nya.

Kedua, menguduskan hari ketujuh. Kata menguduskan berasal dari kata asli qadosh, yang berarti mengkhususkan, menguduskan atau memberikan secara khusus untuk kekudusan. Jadi Allah telah menguduskan atau mengkhususkan hari Sabat, berkenan untuk menemui ciptaan Nya dan menikmati persekutuan dengan ciptaan Nya.

Saudara saudaraku yang terkasih, melihat kerinduan Allah bersekutu dan menikmati segala hasil karya Nya, kita pun sebagai anak Tuhan seharusnya memiliki kerinduan yang sama. Pada hari Sabat, hari perhentian, marilah kita datang ke hadirat Tuhan Yesus dan menikmati persekutuan dengan Nya. Milikilah hati yang mencari Tuhan dengan sungguh sungguh, meskipun tidak di gedung gereja yang bagus dan nyaman atau pujiannya dengan keterbatasan fasilitas, kita seharusnya bisa menikmati ibadah dan persekutuan bersama Nya. Saat kita mengkhususkan hari Sabat dengan beribadah kepada Tuhan Yesus, menikmati firman Nya, dan memuji kebesaran Nya dengan hati bersukacita, maka Dia rindu memberkati kita yang sungguh mencari diri Nya.

Refleksi diri:

Bagaimana kerinduan Anda untuk beribadah di tengah situasi yang tidak mendukung? Apa motivasi Anda datang beribadah?

Apa yang bisa Anda lakukan untuk menjaga kesetiaan dan kerinduan dalam beribadah?


Jangan kendor dan longgar tetap 6 M 
masker. Mencuci tangan. Menjaga jarak. menja uhi kerumunan mobilitas, makan bersama. laksanakan. Demi menghindari dan menyelamatkan keluarga dan saudara kita...amin
Share:

Proses tempaan oleh Tuhan

Kejadian 50:15 20
Memang kamu telah mereka rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka rekakan untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar.
Kejadian 50:20
Emas adalah logam mulia yang memiliki nilai jual tinggi di dunia. Emas banyak dibuat menjadi perhiasan seperti cincin, gelang, kalung, dan sebagainya. Tahukah Anda bagaimana perhiasan emas dibentuk? Proses dari mulai penambangan sampai terbentuknya perhiasan membutuhkan tahapan panjang. Logam mulia harus dimurnikan dengan cara dipanaskan berulang kali, dibakar, dicetak, hingga terbentuklah perhiasan. Untuk mendapatkan perhiasan emas yang indah butuh proses lama dan menerima berbagai tempaan.

Sama halnya dengan proses pembentukan Tuhan terhadap anak anak Nya. Pembentukannya tidak terjadi dalam sehari, butuh waktu dan melalui berbagai tempaan hidup. Di balik tempaan tersebut, Allah bekerja memurnikan seseorang seperti logam mulia di dalam pembakaran. Tidak enak, sulit dipahami, tetapi di dalam rancangan Tuhan, itu semua membentuk pribadi yang dikehendaki Tuhan. Yusuf dibentuk sedemikian rupa oleh Tuhan. Di perikop bacaan, ia dikisahkan telah menduduki posisi tinggi di Mesir sebagai mangkubumi. Saat berjumpa saudara saudara yang menjahatinya, Yusuf justru mengatakan bahwa dirinya dipakai Tuhan untuk memelihara bangsanya. Ia bisa berada di Mesir akibat ulah saudara saudaranya. Bila mereka tidak menjual dirinya kepada saudagar Midian, ia tidak akan pernah menjadi budak di rumah Potifar, dipenjara, hingga sampai dipercaya Firaun. Melalui proses tempaan, dirinya justru semakin dibentuk dan dipersiapkan Tuhan untuk menjadi alat Nya.

Hal buruk, belum tentu buruk. Hal buruk bisa mendatangkan kebaikan. Perlakuan buruk saudara saudara Yusuf membuat dirinya menderita, terkhianati, tersakiti, tapi perlakuan tersebut merupakan jalan bagi dirinya untuk menggenapi visi Tuhan. Yusuf mampu melewatinya karena melihat di dalam setiap kesukaran yang dialaminya, ada Allah menyertai. Tangan Allah membentuk dan menuntunnya sehingga mampu bertahan berada di Mesir dan menjadi berkat bagi bangsanya.

Dalam hidup ini, terkadang ada orang orang yang menyakiti Anda. Jangan membenci mereka, lepaskanlah pengampunan. Mungkin Tuhan sedang memakai mereka untuk membentuk Anda agar menjadi semakin serupa Kristus. Memang tidak mudah, tetapi ingatlah kisah Yusuf. Tuhan tidak pernah meninggalkan Yusuf. Tuhan yang sama juga akan menyertai Anda. Jalanilah pembentukan Tuhan dengan tetap setia dan percayalah akan penyertaan Nya.

Refleksi Diri:
Apakah Anda pernah merasa dibentuk Tuhan melalui orang yang menyakiti Anda?
Apa pembentukan yang Anda dapatkan saat ditempa menghadapi masalah masalah sukar?


Jangan kendor dan longgar tetap 6 M 
masker. Mencuci tangan. Menjaga jarak. menja uhi kerumunan mobilitas, makan bersama. laksanakan. Demi menghindari dan menyelamatkan keluarga dan saudara kita...amin
Share:

MAU MENJADI MANUSIA HEBAT, BELAJARLAH DARI YUSUF

"Pada suatu kali bermimpilah Yusuf, lalu mimpinya itu diceritakannya kepada saudara-saudaranya; sebab itulah mereka lebih benci lagi kepadanya.
Kejadian 37:5

Yusuf adalah pribadi yang polos, tulus, apa adanya.
Mulut dan hatinya sama.
Ia menceritakan mimpinya kepada saudara saudaranya.
Maka bertambahlah kebencian mereka kepada Yusuf.
Dimulai dari iri hati, pohon kebencian itu dipelihara, maka dituailah racun kehidupan.
Mereka menyusun rencana untuk menyingkirkan Yusuf.
Yusuf dijual seharga 20 syikal perak kepada saudagar Midian, untuk dijual sebagai budak di Mesir.
*PERJALANAN PANJANG, BERLIKU DILALUI YUSUF*
Potifar, pegawai istana Firaun, yang juga kepala pengawal raja membeli Yusuf.
Yusuf yang fisiknya tampan dan memiliki karakter yang sangat baik, disertai Tuhan, sehingga pekerjaannya di rumah Potifar berhasil menyenangkan hati majikannya.
Diberi kepercayaan penuh menjadi kepala rumah tangga Potifar.
Bencana kedua kalinya menimpa Yusuf.
Ia difitnah dan dituduh akan memperkosa istri Potifar.
Yusuf digiring dan dijebloskan kedalam penjara untuk waktu yang tidak jelas, berapa lama ia harus mendekam.
Kita membaca kisah Yusuf, ia harus menelan pil yang sangat pahit, atas perbuatan yang tidak pernah dilakukannya.
Ia diam seribu bahasa, tidak ada pembelaan diri sama sekali yang dilakukan Yusuf atas fitnah keji yang dituduhkan kepadanya.
Yusuf diam, tidak *menggunakan haknya sama sekali*
Suatu upaya dan langkah yang semestinya wajar ditempuhnya.
Inilah hebatnya Yusuf !
*Yusuf tidak menggunakan hak nya untuk membela diri*
Beda dengan kebanyakkan orang disekitar kita.
Marah dan berusaha membalas, jika kita dipermalukan.
Yusuf tidak melakukan itu.
Sepenuhnya ia menyadari, *GUSTI ORA SARE*
Tuhannya tidak tidur !
Sekalipun ia harus mendekam dibalik dinginnya tembok penjara, walaupun reputasi dan harga dirinya hancur, meskipun nampaknya tamat sudah kariernya, Yusuf sepenuhnya percaya, *INILAH JALAN TUHAN* yang harus dilewatinya.
*JALAN TUHAN TERKADANG SEMPIT*
Kita sudah belajar tentang Jalan Tuhan beberapa hari yang lalu.
Jalan Tuhan beda dengan jalan kita, seperti langit dan bumi.
Sulit bagi kita untuk menerima balasan yang tidak setimpal dengan perbuatan kita.
*AIR SUSU DIBALAS DENGAN AIR TUBA*
Kita protes dengan keras, kita mengadukan hak kita yang dirampas, kita melawan sekuat tenaga bahkan dengan cara cara yang duniawi, untuk memperoleh apa yang seharusnya kita terima.
Manusiawi, wajar dan memang begitulah seharusnya, pikir kita.
Tetapi tidak bagi *MANUSIA HEBAT*
Manusia hebat selalu instropeksi, berkaca diri, memeriksa adakah yang salah dari dirinya, ucapannya, langkahnya dan perbuatannya.
Manusia hebat tidak pernah berkilah ini dan itu, membela hak haknya.
Manusia hebat selalu naik ketempat kudusNya Tuhan.
Mengadu dan menceritakan perjalanan dan derita hidupnya, seperti yang Asaf lakukan ketika ia melihat ketidak adilan disekitarnya.
Tanpa menyesali atas jasa jasa dan pengabdiannya selama ini dirumah Potifar, Yusuf berjalan dengan langkah  tegap dan pasti menuju kepenjara.
*Ia sangat yakin, inilah jalan dan rencana Tuhan bagi hidupnya.*
Tidak pernah ia bertanya, bukankah rencanamu menjadikan aku seorang yang hebat?
Yusuf belajar mengerti *JALAN TUHAN*
Untuk menerima sesuatu yang hebat, mimpinya itu, ia harus siap untuk dibentuk Tuhan menjadi *PRIBADI YANG HEBAT*
*BAGAIMANA DENGAN ANDA?*
Menyerahkah anda ketika diminta Tuhan untuk mendaki gunung kesusahan?
Mundurkah anda, ketika badai besar menghempas bahtera hidup anda?
Hanyutkah anda, pada saat ombak kehidupan bergulung gulung menyerang anda?
Meyesalkah anda, ketika jasa dan perbuatan baik anda tidak diperhitungkan?
*MARI BELAJAR DARI YUSUF, MANUSIA HEBAT ITU*
Renungkan dan jadilah bijak.
Selamat beraktifitas, terus jaga protokol kesehatan, tetap semangat dan salam hebat.
Tuhan Yesus memberkati !
Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.