Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar: matius
Tampilkan postingan dengan label matius. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label matius. Tampilkan semua postingan

Tetap Kokoh bersama Kristus.

Matius 7:24 27

Setiap orang yang mendengar perkataan Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu.
Matius 7:24 25

Saya pernah menyaksikan tayangan video sebuah rumah yang terbawa arus kuat. Rumah yang terbuat dari kayu tersebut hanyut ketika arus air sangat deras menghantamnya.

Tuhan Yesus dalam perikop bacaan juga memberikan perumpamaan serupa. Dikisahkan seorang bijaksana membangun rumahnya di atas pondasi yang kokoh, yaitu batu. Ketika rumah tersebut dihantam banjir dahsyat, rumah tersebut tetap berdiri dengan kokoh. Berbeda dengan orang bodoh yang membangun rumahnya di atas pasir yang mudah hanyut oleh air. Ketika banjir datang menerjang menghanyutkan segala yang dilewatinya maka hanyut pula rumah yang ia bangun.

Perumpamaan ini menggambarkan iman kita. Jika kita membangun iman di atas dasar yang kokoh, yaitu firman Tuhan, maka ketika badai pencobaan dan pergumulan menghantam iman kita, kita tetap kokoh berdiri. Firman yang menjadi dasar kokoh tersebut adalah Kristus Yesus, Sang Batu Karang nan teguh. Orang yang bijak tahu bahwa saat ia menghadapi pergumulan hidup, selalu ada Tuhan Yesus yang siap menolong dan menyertai.

Berbeda dengan orang bodoh yang membangun imannya di atas segala apa yang dimilikinya. Ia berpikir dengan kekuatan, kekuasaan, dan kekayaan yang dipunyainya, ia bisa menghadapi semua tantangan dan permasalahan hidup. Namun kenyataaannya, ketika badai permasalahan hidup datang tampaklah bahwa semua yang ia miliki tidak membuatnya bertahan menghadapi terjangan badai tersebut. Ketika semua yang diandalkannya hilang maka hilang pula iman yang dimilikinya.

Ingat lagu Engkaulah kekuatanku Tempat perlindunganku 

Saat badai menerpa aku tak akan goyah aku  tak akan Goyah sbab kau sertaku.
Sejauh langit dari bumi
Begitu besarNya KasihMu. Penuhi hati kami yang Rindu menyembahmu Yesus
Sejauh langit dari bumibumi. Begitu besarnya kasihMu kaulah Tuhan kekuatanku Sukacitaku

Saudara saudaraku yang terkasih, milikilah dasar iman yang kokoh, yaitu Sang Batu Karang, Yesus Kristus di dalam hidup kita. Saat kita membangun iman di atas dasar Kristus maka kita akan tetap bertahan dan memiliki pengharapan. Namun, bagi kita yang menaruh harapannya kepada harta, kekuatan fisik, kepandaian, dan kehebatan diri, maka pasti akan tergeletak jatuh. Taruhlah segala aspek kehidupan hanya di dalam kendali tangan Nya. Niscaya, kita akan tetap kokoh dan tangguh menghadapi badai apa pun. Hidup memang penuh tantangan dan pergumulan tetapi bersama Kristus, Sang Imanuel, kita pasti sanggup bertahan sampai akhir hidup yang Tuhan izinkan.

Refleksi diri:

Apakah Anda sudah membangun dasar iman hanya kepada Yesus Kristus?

Apa komitmen yang ingin Anda lakukan membangun iman semakin bertumbuh dan selalu memiliki pengharapan di dalam Kristus?


Jangan lupa tetap prokes, pakai masker, cuci tangan, jauhi kerumunan, dan terlebih jika belum vaksin segera vaksin. Supaya dapat menolong orang lain dan diri terhindar dari covid 19.

Share:

Dari buahnya kamu mengenal mereka

Matius 7:15 – 20

Injil Matius yang ku baca hari ini antara lain berbicara tentang nabi-nabi palsu yang menyamar sebagai domba, pada hal mereka ini adalah srigala.

Dengan kata lain, srigala berbulu domba banyak gentayangan saat ini. Mereka ini menawarkan berbagai kenikmatan dan kemudahan dunia,

yang ujung-ujungnya adalah kebinasaan. Banyak orang terjebak oleh rayuan gombal nabi-nabi palsu yang kini marak di kalangan masyarakat.
Mereka ini adalah serigala berbulu domba.
Yesus dalam kaitan ini menasehatkan agar segalanya dilihat dari buahnya. Ia mengatakan:” Tak mungkin pohon yang baik akan menghasilkan buah yang tidak baik.

Sebaliknya tak mungkin pohon yang jelek, akan menghasilkan buah yang baik”. Dalam hal ini Yesus mau mengatakan baik dan tidaknya dapat dilihat dari buahnya.

Ajaran Yesus dapat kita aplikasikan dalam hidup keseharian kita. Untuk menguji atau membedakan antara ini pengaruh yang baik atau yang jahat, pakailah ukuran “dari buahnya”.

Dalam kondisi saat ini di mana banyak orang mengalami kepanikan hidup entah karena masalah ekonomi, masalah keamanan dan lain sebagainya membuat kita makin tidak merasa aman.
Rasa aman (security) yang terusik akan menjadikan orang merasa khawatir. Dalam kondisi panik, serigala berbulu domba seolah menjadi dewa penolong, pada hal serigala ingin merampas hak orang lain dan akan menghancurkannya.
Lagi-lagi kembalilah pada ajaran Yesus “dari buahnyalah” kamu akan mengenal mereka. Yesus telah memberikan segala hidup-Nya untuk manusia. Namun manusia tidak membalas kasih-Nya. Manusia makin menjauh dari Allah, maka yang terjadi kejahatan meraja lela di mana-mana. Kejahatan itu datangnya dari mana. Yang pasti akibat dosa manusia yang makin mengingkari Allah. Allah sebagai sumber belas kasih tidak ditanggapi sehingga Allah hanya slogan atau hanya di mulut saja.
Oleh karena itu pada kesempatan ini, marilah menjauhkan praktek-praktek jahat yang hidup subur di kalangan masyarakat. Berkomunikasi dengan Tuhan melalui doa-doa, devosi, membaca Kitab Suci selalu menjadi inspirasi dalam kehidupan ini. Doa dengan kerendahan hati sangat menyenangkan hati Tuhan serta disertai rasa tobat (penyesalan) dalam hidup ini, pasti Tuhan akan berkenan dalam hidup kita ini. Demikian inspirasi bathin kita hari ini, Tuhan berkati. Amin

Doa,
Ya Bapa yang penuh kasih, curahkan Roh-Mu yang kudus agar aku dimampukan untuk membedakan roah yang baik dan roh yang jahat melalui buah-buahnya, Amin.
Share:

BERJAGA-JAGA

Matius 24:42 (TB)  Karena itu berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu pada hari mana Tuhanmu datang.

Ketika Yesus ada di dunia ini sebagai manusia, Dia menyampaikan kepada kita semua bahwa tidak ada seorang pun yang tahu akan hari dan saat kedatangan Tuhan Yesus untuk kedua kali. Bahkan Dia sendiri yang adalah Tuhan yang berperan sebagai manusia pada saat itu  tidak mengatakan bahwa Dia tahu, hanya Bapa di Sorga (Matius 24:36). Namun saat ini ada begitu banyak umat Tuhan yang mengaku diberikan rahasia besar mengenai kedatangan Yesus kedua kali. Dengan hitungan matematika, dengan pewahyuan,  bertemu langsung dengan Tuhan Yesus dan lain sebagainya mereka berani mengatakan waktu dan saat kedatangan Yesus kedua kali.

Saudara, mengenai kedatangan Yesus kedua kali tidak perlu kita tahu waktu dan saatnya karena pada dasarnya tidak seorang pun yang tahu. Yesus sendiri yang adalah Tuhan pada saat berada di dunia ini sebagai manusia tidak pernah menggunakan kemahatahuanNya untuk mengatakannya. Kita hanya diminta agar berjaga-jaga. Tugas kita adalah menjaga agar api Roh Kudus di dalam hidup kita jangan padam saat kedatanganNya. Tugas kita adalah menjaga agar Iman kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat tetap ada saat hari Tuhan dinyatakan (Lukas 18:8) dengan aktif beribadah, membaca firman Tuhan dan mendengar sabdaNya serta melakukannya. Jangan kita mau dikecohkan dengan pernyataan hamba-hamba Tuhan yang seakan-akan dia tahu akan saat dan waktu yang tepat mengenai kedatangan Yesus kedua kali. Berjaga-jagalah. Haleluya. Kasih karunia Tuhan menyertai kita semua. Amin
Share:

Kesempatan untuk Menghasilkan Buah

Baca: Matius 3:1-12

"Kapak sudah tersedia pada akar pohon dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api." (Matius 3:10)

Rancangan Tuhan bagi kehidupan anak-anak-Nya adalah rancangan yang baik dan bermasa depan cerah (baca Yeremia 29:11). Karena itu Tuhan memberikan segala sesuatu untuk kita, bahkan Ia rela mengorbankan nyawa-Nya supaya kita beroleh penebusan dosa, dibebaskan dari kutuk. "Hal itu terjadi supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya: 'Dialah yang memikul kelemahan kita dan menanggung penyakit kita.'" (Matius 8:17). Bukan hanya itu Tuhan juga memberikan Roh Kudus-Nya sebagai Penolong bagi kita. Semua Tuhan lakukan dengan tujuan supaya kita memiliki kesempatan untuk berbuah. Ini adalah target Tuhan dalam hidup setiap orang percaya! "Sebab setiap pohon dikenal pada buahnya." (Lukas 6:44a).


Buah pertama yang harus dihasilkan orang percaya adalah buah pertobatan. "Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan." (ayat 8). Buah pertobatan dalam diri seseorang akan terlihat jelas melalui perubahan hidup yang semakin baik yaitu meninggalkan kehidupan lama dan menjalani hidup sebagai manusia baru (baca 2 Korintus 5:17). Manusia baru adalah proyek besar Bapa sendiri yang dikerjakan-Nya secara sempurna melalui Kristus. "...yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan, supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu, dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya." (Efesus 4:22-24).


Selanjutnya buah yang harus dihasilkan adalah buah Roh. Orang yang sudah mengalami pertobatan sejati pasti ada buah Roh di dalam kehidupannya yaitu "...kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu." (Galatia 5:22-23). Ketika buah pertobatan dan buah Roh berjalan secara seimbang, saat itulah kehidupan seseorang melangkah ke taraf yang lebih lagi yaitu hidup yang menjadi berkat atau kesaksian bagi orang lain. Inilah yang disebut buah jiwa. Melalui kesaksian hidup secara nyata kita dapat membawa orang lain datang kepada Kristus.

Kunci agar kehidupan kita berbuah adalah tinggal di dalam Tuhan dan firman-Nya!

Share:

Pergumulan yang Berat

Baca: Matius 26:36-46

"Lalu Ia berkata kepada murid-murid-Nya: 'Duduklah di sini, sementara Aku pergi ke sana untuk berdoa.'" (Matius 26:36b)
Ketika mendengar tentang "taman Getsemani" kita teringat kisah Yesus yang berdoa dengan mengajak beberapa murid menjelang Ia akan ditangkap dan disalibkan. Di taman ini Tuhan Yesus menghabiskan malam terakhirnya sebelum Yudas Iskariot, murid yang mengkhianati-Nya, datang beserta segerombolan orang yang membawa pedang dan pentungan untuk menangkap diri-Nya.
Getsemani sebenarnya adalah alat memeras buah zaitun. Selaras dengan arti namanya, yaitu alat memeras atau pengirik, Getsemani seringkali dijadikan sebagai lambang pencobaan yang sangat menekan atau masalah hidup yang berat. Ketika menghadapi masalah atau pencobaan yang menekan biasanya orang-orang Israel pergi ke taman itu untuk berdoa. Lokasi taman ini tepat berada di kaki bukit Zaitun. Karena berada di daerah perbukitan, selain banyak sekali pohon zaitun yang tumbuh subur dan udaranya yang sejuk, suasana di taman Getsemani sangat tenang, sehingga cocok sekali bagi orang untuk berdoa di sana.

Bukankah kita memerlukan ketenangan agar dapat berdoa? "...jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa." (1 Petrus 4:7b). Selain itu taman tersebut dipenuhi pohon zaitun yang getahnya mengeluarkan aroma wangi yang khas, sehingga ketika angin berhembus maka keharuman akan memenuhi kawasan tersebut. Itulah sebabnya sebagian besar orang menyakralkan taman Getsemani ini, apalagi di tempat ini Tuhan Yesus menghabiskan malam terakhir-Nya menjelang hari-hari penyaliban.

Pelajaran apa yang didapat melalui kisah taman Getsemani ini? Ketika menghadapi pergumulan hidup yang berat, dalam keadaannya sebagai manusia, Yesus tidak menutup-nutupi kegundahan hatinya. Ia dengan jujur mengakui kelemahan jasmani-Nya kala menanggung pergumulan yang berat. "Maka mulailah Ia merasa sedih dan gentar, lalu kata-Nya kepada mereka: 'Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya.'" (ayat 37-38). Meski secara jasmani Yesus tampak lemah namun Ia kuat secara rohani.
Bagaimana dengan hidup ini
Kita seringkali bersikap sebaliknya, ketika menghadapi pergumulan berat dengan segala kepura-puraan kita menutupi kenyataan yang ada, kita tidak mau disebut lemah, kita merasa gengsi mengakuinya. Amin
Share:

Tuhan Sanggup Menyediakan

Baca: Matius 6:25-34
"Salomo dalam segala kemegahannyapun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu." (Matius 6:29)

Saat bangun dari tidur seringkali pikiran kita langsung dipenuhi kekuatiran dan kecemasan tentang apa yang hendak kita makan, minum dan pakai. Selama kita terus kuatir berarti kita belum percaya sepenuhnya kepada Tuhan. Belajarlah dari Ayub: "Karena yang kutakutkan, itulah yang menimpa aku, dan yang kucemaskan, itulah yang mendatangi aku. Aku tidak mendapat ketenangan dan ketenteraman; aku tidak mendapat istirahat, tetapi kegelisahanlah yang timbul." (Ayub 3:25-26). Berhentilah untuk kuatir dan cemas!

Tuhan memerintahkan kita untuk tidak kuatir dan cemas tentang kebutuhan hidup kita karena sesungguhnya Tuhan tahu persis apa yang kita butuhkan. Jika Tuhan begitu bermurah hati memelihara burung-burung di udara, "...yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung," (ayat 26), serta mendandani bunga bakung di ladang, "...yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal," (ayat 28), bukankah keberadaan kita ini lebih berharga di mata Tuhan? Tuhan sendiri menegaskan, "Oleh karena engkau berharga di mata-Ku dan mulia, dan Aku ini mengasihi engkau," (Yesaya 43:4).
Salomo saja dalam segala kemegahannya pun tidak berpakaian seindah dari salah satu bunga bakung. Padahal Salomo adalah seorang raja yang sangat kaya raya, "Raja Salomo melebihi semua raja di bumi dalam hal kekayaan dan hikmat." (1 Raja-Raja 10:23). Pernyataan "Ia akan terlebih lagi mendandani kamu," (ayat 30) merupakan janji Tuhan kepada anak-anak-Nya yang hidup di zaman yang penuh dengan problema ini. Tuhan akan bertanggung jawab penuh atas kehidupan orang-orang yang punya penyerahan diri penuh kepada-Nya.
Tuhan adalah penyedia bagi kita. Mengutamakan Tuhan berarti menjadi pelaku firman, memiliki kehidupan yang sesuai dengan standar Kerajaan Allah. Sebagai orang percaya, sesungguhnya kewargaan kita adalah dalam sorga (baca Filipi 3:20). Adalah wajar jika kita pun dituntut mengutamakan perkara-perkara yang di atas.
"Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia." (1 Korintus 2:9)
Sudahkah Tuhan menjadi utama dalam hidup anda? Amin
Share:

Bahaya Tidak Nyata

Bacaan: MATIUS 26:36-46

Setelah itu Ia kembali kepada murid-murid-Nya itu dan mendapati mereka sedang tidur. Lalu Ia berkata kepada Petrus, "Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku" (Matius 26:40)

Semasa kecil, anak-anak sulit diberi tahu tentang keadaan bahaya. Mereka bermain bebas, terkadang meniru adegan berbahaya di film laga atau kartun. Larangan, bahkan teriakan orang tua tidak mereka hiraukan. Sebab anak belum mampu memahami bahaya nyata sebagaimana orang dewasa. Di pihak lain, anak jauh lebih takut kepada bayangan atau suara aneh yang sebenarnya tidak berbahaya.

Yesus juga memiliki cara pandang yang berbeda dengan para murid-Nya tentang bahaya. Di sebuah peristiwa, Yesus bisa-bisanya tertidur lelap di perahu tatkala murid-murid-Nya panik menghadapi angin ribut yang menerjang mereka (Mat 8:24). Ketika dibangunkan, Yesus justru menegur murid-Nya dan mempertanyakan ketakutan mereka. Berbeda sekali ketika berada di taman Getsemani. Ketiga murid Yesus diminta-Nya untuk berjaga dan berdoa. Ironis, ketika Yesus bergumul berat, ketakutan, dan berdoa dengan sungguh-sungguh, ketiga murid-Nya justru tertidur. Rupanya apa yang dipandang bahaya oleh murid Yesus bukanlah bahaya sesungguhnya. Sebaliknya, para murid justru memandang ringan yang Tuhan pandang serius, yaitu kurangnya doa ketika berhadapan dengan pencobaan.

Mungkin kita sedang bergumul dengan yang kita anggap sebagai ancaman nyata. Tentu tidak salah bahwa kita memohon kecukupan keuangan dan kesehatan. Namun benarkah kekurangan itu adalah ancaman sesungguhnya? Bahaya nyata adalah ketika kita mulai kendur berdoa. Siapa tahu tekanan pencobaan segera melanda, lalu kita terjatuh dalam dosa akibat kurang waspada. Amin. 

BERJAGA-JAGA DAN BERDOA ADALAH CARA KITA MENGHADAPI BAHAYA
YANG TIDAK NYATA AGAR TIDAK TERJATUH DALAM PENCOBAAN.
Share:

Kembalikan Fokus Kita!

Matius 14:13-36 

Banyak orang rela menempuh perjalanan darat demi bertemu dengan Tuhan Yesus. Alkitab mencatat bahwa mereka tiba lebih awal daripada Yesus dan murid-murid-Nya. Mereka berjalan dengan membawa berbagai harapan terhadap Yesus. Demikian pula yang terjadi di Genesaret.

Yesus tergerak hati-Nya oleh perjuangan dan harapan orang banyak, sehingga Dia kemudian menyembuhkan mereka yang sakit. Kekhawatiran pun muncul di tengah para murid. Hari yang mulai gelap dan tempat yang terpencil membuat para murid berpikir untuk menyuruh orang banyak itu pergi ke desa-desa terdekat. Bukannya menyuruh orang banyak itu pergi, Yesus justru menyuruh murid-murid-Nya untuk memberi mereka makan.

Yesus bukannya tidak mengetahui apa yang menjadi kekhawatiran para murid. Sesungguhnya, Yesus sedang mengembalikan fokus mereka kepada hal yang paling utama. Yesus menyadarkan para murid, dari yang semula khawatir menjadi lebih berfokus kepada kehendak Allah. Dengan demikian, mereka bisa lebih mengenal Yesus--Sang Anak Allah--dengan benar.

Ajaran Yesus kepada para murid juga berlaku untuk kita. Apa yang kita lakukan saat sedang khawatir? Apakah kita mencari kehendak Allah atau kita mengandalkan diri sendiri?

Kenyataannya, kita sering kali lebih mengandalkan dan memercayai apa yang dilihat oleh mata kita yang terbatas. Setelah indera penglihatan kita terpuaskan, baru kemudian kita datang kepada Tuhan. Jadi, sebenarnya kita datang bukan untuk mencari kehendak-Nya tetapi justru menyuruh Allah untuk melakukan sesuatu bagi kita. Dari hal yang tidak tepat inilah kita perlu bertobat.

Firman Tuhan kali ini mengingatkan kita bahwa kehendak Allah harus menjadi hal yang utama. Pada saat kekhawatiran mulai datang mengganggu kita, marilah kita kembali berfokus kepada kehendak Allah. Kita tidak lagi menyerah pada tuntutan-tuntutan yang memuaskan indera kita. Percayalah bahwa di balik setiap peristiwa ada kehendak Allah yang ingin dinyatakan di dalam perjalanan hidup kita. Amin
Share:

Kembalikan Fokus Kita!

Matius 14:13-36 


Banyak orang rela menempuh perjalanan darat demi bertemu dengan Tuhan Yesus. Alkitab mencatat bahwa mereka tiba lebih awal daripada Yesus dan murid-murid-Nya. Mereka berjalan dengan membawa berbagai harapan terhadap Yesus. Demikian pula yang terjadi di Genesaret.


Yesus tergerak hati-Nya oleh perjuangan dan harapan orang banyak, sehingga Dia kemudian menyembuhkan mereka yang sakit. Kekhawatiran pun muncul di tengah para murid. Hari yang mulai gelap dan tempat yang terpencil membuat para murid berpikir untuk menyuruh orang banyak itu pergi ke desa-desa terdekat. Bukannya menyuruh orang banyak itu pergi, Yesus justru menyuruh murid-murid-Nya untuk memberi mereka makan.


Yesus bukannya tidak mengetahui apa yang menjadi kekhawatiran para murid. Sesungguhnya, Yesus sedang mengembalikan fokus mereka kepada hal yang paling utama. Yesus menyadarkan para murid, dari yang semula khawatir menjadi lebih berfokus kepada kehendak Allah. Dengan demikian, mereka bisa lebih mengenal Yesus--Sang Anak Allah--dengan benar.


Ajaran Yesus kepada para murid juga berlaku untuk kita. Apa yang kita lakukan saat sedang khawatir? Apakah kita mencari kehendak Allah atau kita mengandalkan diri sendiri?


Kenyataannya, kita sering kali lebih mengandalkan dan memercayai apa yang dilihat oleh mata kita yang terbatas. Setelah indera penglihatan kita terpuaskan, baru kemudian kita datang kepada Tuhan. Jadi, sebenarnya kita datang bukan untuk mencari kehendak-Nya tetapi justru menyuruh Allah untuk melakukan sesuatu bagi kita. Dari hal yang tidak tepat inilah kita perlu bertobat.


Firman Tuhan kali ini mengingatkan kita bahwa kehendak Allah harus menjadi hal yang utama. Pada saat kekhawatiran mulai datang mengganggu kita, marilah kita kembali berfokus kepada kehendak Allah. Kita tidak lagi menyerah pada tuntutan-tuntutan yang memuaskan indera kita. Percayalah bahwa di balik setiap peristiwa ada kehendak Allah yang ingin dinyatakan di dalam perjalanan hidup kita. Amin


Apa respons Anda?

1. Bagaimana cara Anda mengelola amarah ketika menghadapi tekanan?


Pokok Doa:

Permohonan kepada Tuhan untuk mampu bertindak benar dalam kondisi dan situasi apa pun.

Share:

Masalah dan Jalan Keluarnya

Baca: Matius 8:23-27


"'Mengapa kamu takut, kamu yang kurang percaya?' Lalu bangunlah Yesus menghardik angin dan danau itu, maka danau itu menjadi teduh sekali." (Matius 8:26)


Hidup dalam Tuhan bukan berarti bebas masalah. Saat berjalan dengan Tuhan sekalipun terkadang "angin ribut" secara mendadak datang menyerang kita. Hal ini juga dialami oleh murid-murid Yesus saat mereka berada di dalam perahu. "Sekonyong-konyong mengamuklah angin ribut di danau itu, sehingga perahu itu ditimbus gelombang, tetapi Yesus tidur." (ayat 24). Karena angin ribut, mereka menjadi sangat panik dan ketakutan, padahal Yesus berada dalam satu perahu. Lalu mereka berseru, "Tuhan, tolonglah, kita binasa." (ayat 25b). Hal ini sering kita alami juga, bukan?


Ketika mengalami permasalahan yang berat kita cenderung panik dan menjadi takut, padahal Yesus bersama kita dan ada di dekat kita, bukannya membiarkan dan meninggalkan kita. Sebaliknya justu kita yang seringkali melupakan dan tidak mempercayai-Nya. Kita masih terpengaruh dengan apa yang kita lihat dan dengar, terpaku dengan apa yang kelihatannya di sekitar kita, yang berarti kita tidak berjalan dengan iman. Akibatnya kita mudah stres, murung, putus asa; jangankan bersukacita, membuka mulut untuk memuji Tuhan saja kita enggan melakukannya. Ini menunjukkan bahwa kita adalah pecundang dan Iblis akan membusungkan dada bila melihat orang Kristen seperti itu, padahal firman-Nya jelas mengatakan, "Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita." (Roma 8:37).


Hidup dalam iman adalah hidup bukan berdasarkan pada suatu yang kelihatan, tetapi apa yang tidak kelihatan, serta memandang dan menyikap segala sesuatu dengan mata rohani. Itulah yang dilakukan Paulus. Meski menghadapi tantangan hidup sangat berat dia tidak pernah menjadi lemah apalagi sampai frustrasi, karena "...hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat-" (2 Korintus 5:7), kata Paulus. Kita harus percaya meski tidak melihat. Jika dalam menjalani hidup ini kita banyak merasakan ketakutan dan kekuatiran berarti kita belum sepenuhnya percaya kepada Tuhan.


Selama kita masih menggunakan akal dan kekuatan sendiri, maka masalah yang kita alami tidak akan pernah terselesaikan!

Share:

Fokus dalam Hidup

Matius 12:15-21 

Dalam masyarakat, pada umumnya orang yang dipandang baik adalah orang yang taat dan tunduk pada peraturan-peraturan yang ada. Demikian halnya dengan orang-orang Farisi, mereka adalah orang-orang yang dikenal tidak hanya baik tetapi juga kudus di masanya.

Banyak orang mengikuti Yesus dan Dia menyembuhkan semua orang sakit, namun Dia dengan keras melarang mereka memberitahukan siapa Dia (15b, 16). Yesus sungguh tahu bahwa misi-Nya di dunia adalah "... memaklumkan hukum kepada bangsa-bangsa. Ia tidak akan berbantah dan tidak akan berteriak dan orang tidak akan mendengar suara-Nya di jalan-jalan" (17-19).

Nubuat Mesianik Nabi Yesaya (lih. Yes 42:1-4) digenapi dengan sempurna di dalam diri Yesus. Yesus bekerja bukan untuk popularitas. Di dalam Pribadi-Nya, orang-orang yang lemah akan menemukan kekuatan, sebab Dia tidak akan membiarkan "buluh yang patah terkulai" atau "sumbu yang pudar nyalanya menjadi padam" (20). Dan, pada Yesus ada pengharapan bagi bangsa-bangsa (21).

Jelas bahwa Yesus mengambil pilihan yang berbeda dari orang Farisi. Orang Farisi memilih untuk sibuk memastikan diri sendiri dan orang lain agar tidak melanggar aturan hukum Taurat, sehingga dibutakan hatinya untuk melihat kesulitan, penderitaan, dan teriakan tolong dari sesamanya. Yesus memberikan pengajaran yang berbeda dari orang Farisi, yaitu bahwa hukum Taurat sebenarnya diberikan untuk menolong manusia agar semakin mengasihi Allah, diri sendiri, dan sesamanya.

Ajaran Yesus sungguh menyatu dengan tindakan dan karya-Nya. Lalu, bagaimana dengan kita? Berita apakah yang kita wartakan? Apakah kita mewartakan Kristus ataukah kehebatan kita sendiri?

Sebagai orang Kristen, kita sering kali menilai dan menghakimi orang lain sehingga justru menjauhkan mereka dari kasih Kristus. Marilah kita lebih berfokus dalam hidup dengan melihat kebutuhan, kesulitan, dan penderitaan orang lain. Kasih kita kepada sesama seharusnya mengikuti teladan Yesus dan diwujudkan melalui tindakan yang nyata. Amin
Share:

Yang Lemah tetapi Berbahagia

Matius 11:20-30 

Setiap orang tidak ingin dipandang kecil, lemah, dan kurang pandai. Orang cenderung berjuang untuk menjadi lebih kuat, pandai, hebat, dan besar dengan berani membayar harga yang sangat besar.

Yesus banyak mengadakan mukjizat di kota-kota Israel, tetapi orang-orang tetap saja bebal dan tidak mau percaya. Oleh sebab itu, Yesus mengecam beberapa kota yang tidak bertobat, menyindir kebebalannya, dan membandingkannya dengan kota Tirus dan Sidon (20, 21). Menyedihkan sekali, bahkan dikatakan nasib kota Sodom akan lebih baik dari Kapernaum di hari penghakiman (24). Hal ini terjadi, mungkin karena bangsa Israel merasa bangga sebagai bangsa pilihan yang istimewa. Bangsa Israel sudah banyak mengalami mukjizat Tuhan yang hebat di sepanjang sejarahnya.

Selanjutnya, Tuhan Yesus bersyukur tentang hal yang disembunyikan Allah dari orang bijak dan pandai, tetapi dinyatakan kepada orang kecil (25). Mereka ini mengenal Bapa melalui Anak sehingga menjadi milik Yesus. Merekalah orang-orang yang mendapat anugerah. Mereka inilah yang akan mendapat kelegaan dan ketenangan (28-29).

Allah menghendaki kita menjadi orang-orang yang rendah hati. Anugerah Allah dinyatakan justru kepada orang yang lemah, kurang pandai, dan kecil. Keangkuhan justru menandakan bahwa masih ada orang-orang yang belum menyadari anugerah Allah di dalam hidup mereka.

Menjadi lemah, kurang pandai, dan kecil tidak mudah. Padahal, itu ciri kemanusiaan, ditambah lagi kerapuhan dan keterbatasan pada dirinya. Berani jujur terhadap kerentanan, kelemahan, kekurangan, dan keburukan kita adalah langkah awal untuk belajar rendah hati. Caranya?

Pertama, kita belajar jujur dan sadar atas kerentanan kita serta mendoakannya kepada Tuhan. Kedua, kita belajar untuk saling percaya dengan berbagi kepada beberapa orang. Ketiga, kita belajar memberi diri untuk mendengarkan kelemahan dan kelebihan orang lain tanpa menghakimi. Mari kita akui dan terima segala kelemahan diri dan sesama kita dengan rendah hati. Amin

Share:

Jawablah dengan Hikmat!

Matius 9:1-17 

Tidak selalu apa yang kita lakukan dengan benar mendapat dukungan orang lain. Mungkin, beberapa orang tidak mengerti, tidak sepakat, atau tidak menyukainya sama sekali. Kita perlu memberi penjelasan kepada mereka?


Dalam teks bacaan hari ini kita melihat tindakan Yesus mengadakan mukjizat, menyatakan dosa orang telah diampuni, serta bersosialisasi dan makan dengan orang-orang berdosa (2, 10). Sekalipun semua itu baik adanya, ternyata tindakan-tindakan itu mendapat tentangan dari orang-orang yang menyaksikannya. Orang-orang yang menentang itu adalah ahli Taurat dan orang Farisi (3, 11), serta murid-murid Yohanes yang menyangsikan tindakan Yesus (14).


Pertanyaan ahli Taurat dijawab oleh Yesus dengan memberikan pertanyaan retorik kepada mereka. Kepada orang Farisi yang selalu menganggap diri mereka paling benar karena ketaatan legalistik, Yesus memberikan jawaban tentang hal yang paling mendasar dari hukum Taurat, yaitu belas kasih, bukan formalitas. Murid-murid Yohanes mungkin tidak terlalu mengerti alasan berpuasa. Mungkin juga mereka berpuasa karena mengikuti kebiasaan orang-orang Farisi. Yesus memberi jawaban kepada para murid Yohanes bahwa puasa yang sesungguhnya didasarkan atas perasaan dukacita atau kesusahan hati, bukan karena ritus dan kewajiban agama semata.


Sebagaimana Yesus menjawab, kita seharusnya juga memberikan jawaban-jawaban yang penuh hikmat berdasarkan pada kebenaran firman atas pertanyaan atau pertentangan yang kita hadapi. Yesus berkata, "Jadi pergilah dan pelajarilah arti firman ..." Jadi, sebaiknya kita belajar melakukan firman Tuhan secara serius agar lebih benar dan berhikmat dalam menjawab setiap pertanyaan yang diajukan kepada kita.


Allah memberikan hikmat kepada orang yang sungguh-sungguh mencari hikmat dari-Nya. Firman Allah jauh lebih berharga daripada emas dan permata yang paling mahal sekalipun. Dengan demikian, mari kita memohon dan mencari hikmat dari-Nya agar perkataan kita juga penuh hikmat Allah.

Biarlah Allah di puji dan di tinggikan melalui kita. Amin

Share:

Percayakan pada Tangan yang Berkuasa

Matius 8:1-27 

Dari manakah datangnya pertolongan saat kita mengalami sakit yang berat dan berkepanjangan? Dari manakah datangnya keselamatan, saat kita terancam bahaya?

Setelah memberikan khotbah-Nya, Yesus turun dari bukit dan menyembuhkan seorang yang sakit kusta. Hanya dengan mengulurkan tangan dan berkata, "Aku mau, jadilah engkau tahir", seketika orang itu sembuh (2, 3). Begitu juga ketika menyembuhkan hamba dari seorang perwira di Kapernaum, Yesus tidak perlu menemuinya, hanya dengan berfirman, hamba itu pun sembuh. Saat Yesus pergi ke rumah Petrus, Dia juga menyembuhkan ibu mertua Petrus dari sakit demam. Selain atas penyakit, Yesus berkuasa juga atas setan. Hanya dengan sepatah kata saja, Yesus mengusir setan-setan dari banyak orang sekaligus (13-16). Bahkan alam pun tunduk atas perintah-Nya (26).

Jelas sekali dalam pelayanan-Nya, Yesus tidak hanya menyampaikan firman yang berisi petunjuk-petunjuk hidup agar orang-orang hidup dalam kebenaran. Ia juga mengadakan banyak mukjizat. Yesus menyatakan kuasa-Nya agar orang-orang memuliakan-Nya. Ia berkuasa atas segala sesuatu. Oleh sebab itu, ada begitu banyak orang yang datang kepada-Nya. Mereka kagum oleh pengajaran Yesus. Mereka juga minta disembuhkan atau ingin melihat mukjizat.

Ketika kita menghadapi masa-masa sulit dan tidak tahu ke mana harus meminta pertolongan, datanglah kepada Yesus. Saat penyakit membuat kita menderita dan putus asa, percayalah bahwa Yesus yang sanggup menyembuhkan segala penyakit akan menolong kita. Begitu juga saat kita berada dalam ketakutan terhadap bahaya yang mengancam hidup kita, berharaplah akan pertolongan dan keselamatan dari-Nya. Kita perlu berharap dengan iman ketika memohon anugerah Allah dan kemurahan hati-Nya.

Percayalah, segala sesuatu ada dalam kekuasaan tangan Allah. Jika pada masa lalu Dia berkuasa menyembuhkan orang sakit dan meredakan badai, hari ini pun Dia masih berkuasa. Mari kita bersyukur sebab tangan kuasa Allah menyertai umat-Nya. Amin.

Share:

Buktikan Bila Kau Percaya

Matius 7:13-29 


Ada ungkapan yang mengatakan "Jika benar-benar cinta, tunjukkanlah melalui tindakan, jangan sebatas perkataan saja." Kalimat seperti itu mungkin sering kita dengar ketika mencoba membangun relasi dengan orang yang kita sukai. Pesan yang sama juga berlaku dalam relasi manusia dengan Tuhan.


Jalan yang ada di dunia ini diibaratkan hanya terbagi atas dua jalan. Jalan yang satu lebar, tetapi berujung pada kematian kekal. Jalan yang lain sempit, tetapi berujung pada kehidupan kekal (13, 14). Dari kedua jalan ini kita melihat ada dua tipe manusia yang terlihat sama, tetapi berbeda. Perbedaannya ada pada pangkal dan buahnya.


Pertama, tipe manusia yang melalui jalan lebar. Manusia ini seolah-olah mendengarkan firman Tuhan, beribadah, mengajarkan firman, dan bahkan mungkin melakukan tanda-tanda ajaib. Namun demikian, manusia ini tidak sungguh-sungguh melakukan firman Tuhan (15, 21, 22, 26).

permuliakan

Kedua, manusia yang melewati jalan sempit. Manusia ini mendengarkan firman Tuhan, lalu menghidupi firman tersebut dalam kehidupan pribadi. Ia melakukan kehendak Allah. Ia mempermuliakan Allah Bapa di dalam Anak-Nya (21; bdk. Yoh 13:31; 14:13). Manusia ini tidak akan mudah terombang-ambing atau terbawa arus zaman. Manusia tipe ini kokoh dan teguh dalam iman seperti bangunan yang memiliki pondasi yang kuat. Manusia tipe kedua ini berjalan di dalam Tuhan Yesus dan menuju kepada-Nya, sebab Yesus adalah jalan dan kebenaran dan hidup (lih. Yoh 14:6).

Sesungguhnya, setiap orang bisa menjadi pengajar firman Tuhan yang benar-benar melakukan firman-Nya. Setiap orang bisa berdoa, beribadah, dan menghayati firman-Nya dengan sungguh-sungguh. Setiap orang bisa memperoleh mukjizat dari Tuhan Yesus yang ia permuliakan.

Iman kita pada Yesus Kristus harus ditunjukkan melalui hidup yang berbuahkan kebenaran. Kita tidak cukup mendengarkan firman Tuhan saja, tetapi harus melakukan dan menghidupi firman-Nya secara total. Marilah kita hidup beriman dengan memuliakan Allah Bapa di dalam Anak-Nya, Yesus Kristus.Amin.

Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.