Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar: mazmur
Tampilkan postingan dengan label mazmur. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label mazmur. Tampilkan semua postingan

Pertobatan yang Radikal

Kata "radikal" sering kali diartikan secara negatif. Padahal, makna sebenarnya adalah sesuatu yang mengakar atau sampai ke akarnya. Dengan pemahaman ini, setiap anak Tuhan seharusnya memiliki cinta yang radikal terhadap Tuhan.

Rasul Paulus mengalami perjumpaan yang mendalam dengan Tuhan, dan hal ini memberikan dampak besar dalam hidupnya. Setelah disembuhkan oleh Tuhan melalui Ananias, dia segera memberitakan Yesus sebagai Anak Allah (20). Saulus pasti sudah menyadari konsekuensi dari tindakannya. Konsekuensi tersebut langsung dia rasakan, seperti ketika orang-orang Yahudi mulai mengincarnya dan berniat untuk membunuhnya (23). Di sisi lain, murid-murid Tuhan pun meragukannya dan tidak mempercayainya.

Namun, meskipun Saulus sangat menyadari risiko yang dihadapinya, dia dengan berani terus mengabarkan Injil Tuhan. Dari peristiwa ini, kita belajar bahwa Tuhan mampu mengubah hidup seseorang secara radikal. Saulus, yang sebelumnya 'radikal' dalam kebenciannya terhadap orang Kristen, kini berbalik secara radikal menjadi pengikut Tuhan. Hingga akhir hidupnya, Saulus melayani Tuhan dengan penuh kesetiaan. Melalui pelayanannya, Injil Tuhan menyebar dengan cepat ke seluruh penjuru dunia.

Pertobatan sejati pasti membawa perubahan. Kata "pertobatan" sendiri berarti berbalik, yakni berubah arah 180 derajat. Jika sebelumnya menghadap ke barat, kini kita beralih ke timur. Jika sebelumnya mengejar dosa dan dunia, kini kita berbalik mengejar Allah. Meskipun kita masih hidup di dunia dan bisa jatuh dalam pencobaan serta berbuat dosa, kita tetap harus mengingat bahwa kita adalah manusia berdosa. Namun, pertobatan adalah komitmen untuk tidak lagi menikmati dosa. Pertobatan membuat kita lebih sadar akan dosa, bahkan membenci dosa. Lebih dari itu, pertobatan seharusnya membawa kita untuk mencintai kehendak Allah dan melakukan pekerjaan-Nya.

Oleh karena itu, kita perlu memperhatikan diri kita agar pertobatan yang kita jalani benar-benar menghasilkan perubahan. Perubahan tersebut meliputi: perubahan pikiran, perubahan perilaku, perubahan hati, dan perubahan perkataan.

Share:

Mencari Penghiburan, Bukan Pembalasan

Meskipun kita tidak diberi tahu alasan spesifik Daud dalam menulis mazmur ini, aroma pengkhianatan terasa jelas.

Setelah menggambarkan secara umum ancaman yang menghimpit hatinya, Daud kemudian fokus pada seorang pengkhianat yang misterius. Nama orang ini tidak disebutkan, tetapi dia dulu adalah sahabat dekat dan orang kepercayaan Daud (14). Mereka sering beribadah bersama (15). Namun, tiba-tiba orang tersebut mengkhianati Daud secara diam-diam. Daud terluka oleh kata-kata orang itu yang penuh kemunafikan: lembut di luar namun mematikan di dalam (21-22).

Bagaimana reaksi Daud terhadap pengkhianatan ini? Sebagai seorang ahli strategi dan pahlawan perang, Daud sebenarnya bisa saja membalas dengan mudah. Namun, dia memilih untuk berseru kepada Allah, percaya bahwa Allah akan mendengarnya (17-18).

Daud mengajak kita untuk mengikuti teladannya. Jika kita dikhianati oleh seseorang yang dekat dengan kita, serahkanlah rasa marah dan kekhawatiran kita kepada Tuhan (23).

Secara alami, ketika kita disakiti oleh seseorang, respons kita adalah keinginan untuk membalas. Kita merasa ada dorongan untuk membalas, cepat atau lambat. Dunia mengajarkan bahwa "Balas dendam paling nikmat disajikan dingin." Namun, mazmur ini mengajarkan kepada kita pelajaran penting: ketika disakiti, musuh terbesar kita adalah diri kita sendiri. Kita harus mengalahkan dorongan alami untuk membalas.

Ada kalanya pengkhianatan diizinkan oleh Allah agar kita dapat lebih memahami karya salib Kristus. Pikirkan ini: jika sepanjang hidup kita tidak pernah dikhianati oleh orang dekat, bagaimana kita bisa benar-benar memahami penderitaan Kristus? Dia, yang dikhianati oleh murid-Nya sendiri dengan sebuah ciuman, menyerahkan pengkhianat itu kepada Bapa-Nya. Dia tidak membalas.

Yang kita butuhkan ketika disakiti adalah penghiburan, bukan pembalasan. Berdoalah meminta penghiburan dari Allah. Dia, yang pernah dikhianati, memahami rasa sakit kita. Damai sejahtera dari Yesus Kristus menyertai Anda.

Share:

Beriman dengan Bersyukur

Mazmur ini merupakan refleksi mendalam tentang kepercayaan yang penuh harapan kepada Allah di tengah pengkhianatan dan bahaya yang nyata. Daud, yang dikhianati oleh orang-orang Zif—mereka yang berasal dari suku Yehuda, sama seperti dirinya—mengalami ancaman serius terhadap hidupnya. Meskipun dikepung oleh bahaya, Daud tidak menyerah pada keputusasaan. Sebaliknya, ia menaruh seluruh harapannya pada Allah.

Pengkhianatan dan Bahaya
Orang-orang Zif, yang sebenarnya adalah kerabat Daud, membocorkan keberadaan Daud kepada Raja Saul yang berusaha membunuhnya. Pengkhianatan ini sangat menyakitkan bagi Daud karena datang dari mereka yang seharusnya melindunginya. Namun, Daud tidak terjebak dalam kebencian atau rasa dendam. Ia malah menyamakan mereka dengan orang lalim yang tidak mengenal Allah.

Keyakinan dalam Allah
Di tengah bahaya yang mengancam nyawanya, Daud tidak memiliki strategi duniawi untuk menyelamatkan dirinya. Ia hanya bisa bersandar pada nama Allah dan keadilan-Nya. Dalam keadaan yang sangat genting, ketika hidupnya tergantung pada seutas benang, Daud tetap yakin bahwa Allah akan menolongnya. Iman ini tidak muncul setelah keselamatan datang, tetapi justru sebelum itu terjadi. Ini menunjukkan keyakinan yang luar biasa bahwa Allah akan bertindak sesuai dengan keadilan dan kasih setia-Nya.

Syukur Sebelum Pertolongan Tiba
Sikap Daud yang berjanji akan mempersembahkan kurban syukur bahkan sebelum keselamatan terjadi merupakan teladan iman yang luar biasa. Daud sudah bersyukur kepada Allah meskipun keselamatan itu belum tiba. Ini adalah bentuk iman yang sejati, di mana kita percaya pada kebaikan dan kuasa Allah bahkan sebelum kita melihat hasilnya.

Pelajaran bagi Kita
Mazmur ini mengajarkan kita untuk memiliki keberanian dan keyakinan yang sama dalam menghadapi masalah hidup kita. Ketika bisnis terancam, kesehatan memburuk, atau hubungan keluarga hancur, kita diajak untuk tetap beriman kepada Allah. Iman kita tidak seharusnya hanya untuk menghilangkan masalah, tetapi lebih dari itu, iman adalah kepercayaan bahwa Allah akan membawa kita melewati setiap kesulitan, dan kita akan kembali mempersembahkan syukur kepada-Nya.

Jadi, dalam setiap kesulitan, ingatlah untuk tetap beriman dan bersyukur, percaya bahwa Allah akan melepaskan kita dari kesesakan dan membawa kita pada kemenangan yang telah Dia janjikan.

Share:

Umat Tuhan di Dunia yang Bejat

Bacaan hari ini memiliki banyak kesamaan dengan Mazmur 14, dengan perbedaan terletak pada ayat 6. Daud memulainya dengan hamartiologi (studi Alkitab tentang dosa). Ia menggambarkan kondisi berdosa dari seluruh umat manusia. "Semua," katanya, "telah menyimpang" dan "rusak" (4). Mereka menolak keberadaan Allah atau berharap Dia tidak ada (2; Mzm. 14:1).

Meskipun mungkin terdengar seperti tuduhan yang berlebihan, Daud menunjukkan bahwa Allah sendiri yang memberikan bukti tersebut. Dari surga, Allah melihat dan menemukan bahwa tidak ada seorang pun yang benar-benar baik (3-4; Mzm. 14:2-3). Kemudian, Paulus menegaskan kebenaran ini dalam Roma 3:10-12.

Menariknya, meskipun dunia dipenuhi oleh orang-orang yang berdosa, Allah menganggap sebagian dari mereka sebagai umat-Nya (5; Mzm. 14:4). Ini secara tersirat menunjukkan bahwa mereka menjadi umat-Nya karena Allah telah membenarkan mereka karena kasih-Nya. Sayangnya, selama mereka masih hidup di dunia, mereka terus-menerus mengalami penindasan dari orang-orang yang bukan umat Allah.

Kabar baiknya adalah bahwa Allah pasti akan membela umat-Nya. Dia berjanji untuk membuat musuh-musuh mereka, yang juga adalah musuh-Nya, merasa takut dan malu (6; Mzm. 14:5-6). Janji ini adalah dasar dari pengharapan dan sukacita kita (7; Mzm. 14:7).

Apakah Anda benar-benar percaya pada janji ini? Anda seharusnya demikian, karena janji Allah adalah berita yang logis. Jika Allah berkenan mengangkat kita sebagai umat-Nya, meskipun sebelumnya kita adalah manusia berdosa, Dia tentu tidak akan membiarkan kita terus-menerus ditindas oleh orang-orang dunia yang berdosa. Atau, dalam kata-kata Rasul Paulus, "Dia yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimana mungkin Dia tidak akan mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-Nya?" (Rm. 8:32)

Kita seharusnya bersyukur karena Allah telah mengangkat kita menjadi umat-Nya. Sertakan rasa syukur ini dalam doa kita hari ini. Katakanlah: "Terima kasih, Tuhan, Engkau memelihara umat-Mu di tengah dunia yang rusak."

Share:

Tragedi Dibalas dengan Tragedi

Mazmur yang digubah oleh Daud setelah tragedi pembunuhan 85 imam dan penduduk Nob oleh Doeg adalah refleksi mendalam tentang kejahatan manusia dan keadilan Allah. Tragedi ini adalah akibat dari pengkhianatan Doeg, seorang Edom, yang dengan kata-kata penuh kemunafikan dan kebohongan menyebabkan kehancuran besar. Daud, yang menjadi target utama Saul, mencurahkan perasaannya melalui mazmur ini, yang dapat dibagi menjadi tiga bagian utama.

Bagian Pertama: Karakter Pengkhianat (3-6)
Di sini, Daud menggambarkan karakter Doeg dengan jelas. Dia adalah seorang yang menggunakan kata-kata sebagai senjata, menebarkan dusta dan kekacauan dengan tujuan jahat. Pengkhianat seperti Doeg adalah sosok yang selalu ada dalam sejarah, merusak dengan tipu muslihat mereka dan menghancurkan orang-orang yang tidak bersalah.

Bagian Kedua: Hukuman bagi Orang Fasik (7-9)
Daud kemudian menjelaskan hukuman yang akan menimpa orang-orang seperti Doeg. Allah, yang adil, akan menjatuhkan mereka dengan dahsyat, merobohkan mereka dan menyeret mereka keluar dari tempat mereka untuk dihancurkan. Kejatuhan mereka akan menjadi bahan ejekan dan pelajaran bagi orang lain. Hukuman Allah akan datang dengan tiba-tiba, tanpa ada kesempatan bagi mereka untuk membela diri.

Bagian Ketiga: Nasib Orang Benar vs. Orang Fasik (10-11)
Daud, sebagai orang benar yang bergantung kepada Allah, menggambarkan nasib akhir dari orang benar yang penuh dengan keamanan dan ketenangan dalam perlindungan Allah. Sementara orang fasik akan jatuh, orang yang menaruh harapannya kepada Allah akan berdiri teguh dan menjadi saksi atas keadilan Allah.

Pesan penting dari mazmur ini adalah keyakinan bahwa keadilan Allah akan terwujud. Meskipun dalam dunia ini sering kali kejahatan tampak menang, orang-orang benar harus tetap teguh dalam iman mereka. Keadilan Allah akan terbit seperti mentari pagi bagi mereka yang setia.

Jika Anda sedang mengalami penderitaan akibat ulah seseorang, mazmur ini mengingatkan untuk tidak membalas kejahatan dengan kejahatan. Serahkan semua kepada Allah, karena keadilan-Nya akan datang pada waktu-Nya. Percayalah, bahwa Allah akan membela dan melindungi Anda, dan bahwa orang-orang yang berbuat jahat akan menerima pembalasan yang setimpal.

Share:

Jiwa yang Merindukan Hisop Ilahi

Mazmur ini mengungkapkan kedalaman penyesalan dan pertobatan Daud setelah Nabi Natan menegurnya atas dosa yang telah dilakukannya. Daud tidak hanya menyesali dosa seksual yang telah ia perbuat, tetapi ia juga menyadari bahwa dosa tersebut adalah manifestasi dari keberdosaan yang telah ada dalam dirinya sejak ia dilahirkan.

Kesadaran ini menimbulkan penderitaan batin yang luar biasa dalam diri Daud, yang digambarkan seperti tulang-tulang yang remuk karena rasa bersalahnya. Ia merasa takut akan kehilangan kehadiran Allah dan Roh Kudus yang telah mengurapi serta membimbing hidupnya. Rasa takut inilah yang memotivasi Daud untuk memohon belas kasihan Allah.

Daud menyadari bahwa tidak ada ritual keagamaan atau usaha manusia yang dapat menghapus dosanya. Hanya tindakan kasih karunia Allah yang mampu menyucikannya, seperti hisop yang digunakan dalam ritual pembersihan. Permohonan Daud untuk disucikan dengan hisop ilahi merupakan pengakuan akan ketergantungan totalnya pada belas kasihan dan pengampunan Allah.

Mazmur ini mengajarkan bahwa Allah menghargai hati yang hancur dan penuh penyesalan atas dosa. Orang yang menyadari betapa besar dosanya dan datang kepada Allah dengan kerendahan hati akan menerima pengampunan dan pemulihan dari-Nya. Yesus Kristus juga menekankan pentingnya sikap ini ketika Ia berkata, "Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur."

Jika Anda merasakan kegelisahan atas dosa atau kesalahan yang belum diakui, jangan menunda untuk datang kepada Tuhan. Mungkin tidak ada orang lain yang akan menegur Anda atau membantu Anda menyadari kesalahan tersebut. Namun, jangan biarkan dosa-dosa tersebut menjauhkan Anda dari Allah. Ratapilah dosa yang menghalangi hubungan Anda dengan-Nya dan mintalah belas kasihan-Nya untuk menyucikan hati Anda. Tuhan selalu siap untuk menyambut dan memulihkan mereka yang datang kepada-Nya dengan hati yang tulus dan penuh penyesalan.

Share:

Menyogok Tuhan

Tidak sedikit orang yang berpikir bahwa dengan rajin mengikuti ibadah dan melayani setiap hari Minggu, hidup mereka akan menjadi lancar. Tidak jarang hal ini dimanfaatkan oleh pemimpin gereja yang korup dengan berjanji bahwa jika jemaatnya setia memberi persembahan, ada berkat berlimpah yang menanti mereka.

Apakah memang seperti itu Tuhan yang kita sembah? Pastilah tidak! Jika itu yang para pemimpin agama dan umat Tuhan pikirkan, sang pemazmur menentangnya dengan keras.

Tuhan bukanlah Allah yang haus dan lapar akan pujian, penyembahan, dan persembahan dari umat-Nya. Maka, adalah sebuah kebodohan jika umat-Nya berpikir seperti itu (Mazmur 50:8-9). Tuhan adalah Allah pemilik alam semesta; dunia serta segala isinya adalah kepunyaan-Nya. Jika Ia menginginkan sesuatu, Ia tidak perlu meminta manusia untuk mempersembahkannya kepada-Nya (Mazmur 50:10-12).

Tuhan memerintahkan umat untuk mempersembahkan kurban bakaran, tetapi semua itu bukanlah untuk memuaskan diri-Nya. Sejatinya, kurban bakaran merupakan tanda perjanjian yang membedakan umat-Nya dengan bangsa-bangsa lainnya. Pemberian kurban menandakan relasi yang dekat antara Tuhan dengan umat-Nya (Mazmur 50:5, 14-15).

Namun, Tuhan tak mau umat-Nya terus menjalankan ibadah tetapi hidup dalam kefasikan. Allah yang mengasihi juga adalah Allah yang mau beperkara dengan umat-Nya yang memilih jalan kefasikan (Mazmur 50:7, 16-22). Allah rindu supaya umat-Nya memuliakan Dia dengan kurban yang diberikan sebagai ucapan syukur, bukan sebagai sogokan. Kurban tidak dapat membeli keselamatan, tetapi bagi orang yang mau hidup benar, Tuhan akan membukakan jalan keselamatan kepadanya.

Janganlah berpikir bahwa kita bisa menyogok Tuhan. Sebaik dan sehebat apa pun, pelayanan kita tidak akan bisa membeli hati Tuhan. Itu karena sesungguhnya Ia sudah terlebih dahulu melayani dan mengurbankan diri-Nya bagi kita. Maka, sebagai umat yang dikasihi, mari kita belajar hidup sesuai dengan kerinduan-Nya, yakni dengan ucapan syukur yang tulus dan cara hidup yang benar.

Penyembahan yang sejati bukanlah soal memberi persembahan atau melayani dengan harapan mendapatkan imbalan, melainkan soal hati yang bersyukur dan hidup yang selaras dengan kehendak Tuhan. Tuhan mencari hati yang murni, bukan formalitas ritual semata. Melalui kehidupan yang berintegritas dan penuh kasih, kita memuliakan Tuhan dan menyatakan iman kita yang sejati.

Share:

Akhir yang Mana?

Pemazmur memberikan perspektif yang menenangkan ketika kita merasa iri atau kecewa melihat orang-orang yang hidup tidak benar justru menikmati kekayaan dan kenyamanan. Meskipun tampaknya mereka hidup tanpa masalah, pemazmur mengingatkan kita bahwa kekayaan dan kemuliaan duniawi tidak dapat membebaskan seseorang dari kenyataan yang tak terelakkan—kematian.

Meskipun kita yang berusaha hidup benar juga akan menghadapi kematian, pengharapan kita tidak berhenti di situ. Pemazmur menegaskan bahwa Allah akan membebaskan kita dari kematian, memberikan pengharapan yang melampaui kehidupan dunia ini. Pengharapan ini adalah kekuatan bagi kita untuk tetap hidup sesuai dengan kehendak Tuhan, meskipun jalan hidup kita penuh tantangan dan kesulitan.

Kita diajak untuk melihat kehidupan ini dari perspektif kekekalan, di mana kebahagiaan dan kemegahan duniawi hanyalah sementara. Pengharapan yang kita miliki bukanlah pada apa yang fana, tetapi pada kehidupan kekal yang dijanjikan Allah. Ini memberi kita alasan kuat untuk terus hidup benar, bahkan ketika godaan untuk menyerah dan iri kepada orang lain begitu kuat.

Sebagai orang percaya, kita harus tetap teguh dalam iman kita, mengingat bahwa pengharapan kita jauh melampaui apa yang dunia ini bisa tawarkan. Kita juga dipanggil untuk mengingatkan orang-orang di sekitar kita agar tidak tergoda oleh kemewahan duniawi yang sementara, melainkan untuk mengejar kekayaan rohani yang kekal. Pada akhirnya, yang menentukan akhir hidup kita adalah kepada siapa kita menaruh kepercayaan kita—apakah pada hal-hal duniawi yang sementara atau pada Allah yang memberikan hidup kekal.

Share:

Tak Hanya Perkasa

Mazmur 48 menegaskan bahwa Allah yang kita sembah adalah Allah yang perkasa, yang melindungi dan menyelamatkan umat-Nya. Namun, kuasa Allah tidak hanya ditunjukkan melalui kemenangan dalam peperangan atau perlindungan dari musuh, tetapi juga melalui kasih setia dan keadilan-Nya. Mazmur ini memperingatkan kita untuk berhati-hati agar tidak terjerumus dalam rasa superioritas yang bisa muncul ketika menyadari keperkasaan Allah.

Allah tidak hanya melindungi umat-Nya dari serangan bangsa-bangsa lain, tetapi juga menuntut agar umat-Nya hidup dalam kebenaran dan keadilan. Dia adalah Allah yang adil dan penuh kasih setia, yang tidak hanya membela umat-Nya dari ketidakadilan, tetapi juga menegur umat-Nya jika mereka sendiri bersikap tidak adil.

Kita boleh merasa aman dan bangga karena Allah yang perkasa melindungi kita, tetapi kita juga harus ingat bahwa Dia mengharapkan kita untuk menjadi saluran kasih setia dan keadilan-Nya bagi orang-orang di sekitar kita. Allah ingin agar melalui kehidupan kita, orang lain dapat merasakan kasih setia dan keadilan-Nya yang nyata.

Dengan demikian, iman kita kepada Allah yang perkasa seharusnya tidak membuat kita merasa superior, tetapi justru mendorong kita untuk hidup dalam kerendahan hati, kasih, dan keadilan, mengikuti teladan Tuhan kita. Kita dipanggil untuk menghidupi karakter Allah yang penuh kasih setia dan adil, sehingga kehadiran-Nya dirasakan oleh semua orang yang kita temui.

Share:

Umat dari Yang Maha Tinggi

Sebagai orang Kristen, kita memang sering merasa bangga karena menyembah Allah yang berkuasa atas segala sesuatu, yang adalah Raja di atas segala raja. Namun, kebanggaan ini bisa berbahaya jika membuat kita merasa superior dan memandang rendah orang lain yang tidak seiman. Penting untuk diingat bahwa meskipun Tuhan adalah Allah yang Maha Tinggi, Dia juga adalah Allah yang kudus dan adil.

Tuhan memilih Israel bukan karena mereka besar atau kuat, tetapi justru karena mereka kecil dan lemah (Ulangan 7:7-9). Pilihan ini didasari oleh belas kasihan Tuhan kepada Israel yang menderita di bawah penindasan di Mesir. Allah tidak berpihak pada ketidakadilan, bahkan jika itu dilakukan oleh umat-Nya sendiri. Dia adalah Allah yang adil, yang merendahkan bangsa-bangsa yang melakukan kejahatan dan ketidakadilan.

Sebagai umat-Nya, kita dipanggil untuk hidup dalam kekudusan dan keadilan. Jika kita mengaku sebagai umat Tuhan tetapi memperlakukan orang lain dengan tidak adil, kita tidak layak merayakan kemenangan Tuhan atas kefasikan. Allah yang adil mungkin tidak akan membela kita jika kita sendiri tidak hidup dalam keadilan.

Oleh karena itu, kita harus mengingat bahwa sebagai umat Tuhan, kita adalah penerima belas kasihan yang besar. Kebanggaan kita seharusnya bukan pada status kita, tetapi pada belas kasihan yang telah kita terima. Kita dipanggil untuk setia mendengarkan dan mempraktikkan firman Tuhan, hidup dalam kekudusan, dan siap untuk disempurnakan oleh-Nya. Dengan demikian, kita bisa benar-benar merayakan kemenangan Tuhan dengan hati yang murni dan sikap yang benar.

Share:

Di Mana Kita Dapat Berlindung?

Dalam hidup, tekanan dan tantangan sering kali datang dari berbagai arah—entah dari dunia luar yang penuh ketidakpastian, hubungan dengan orang-orang di sekitar kita, atau bahkan dari dalam diri kita sendiri, seperti ketakutan dan trauma. Di tengah semua ini, kita butuh tempat berlindung yang aman.

Pemazmur menggambarkan Allah sebagai tempat perlindungan yang kokoh dan tidak tergoyahkan (Mazmur 46:2). Ketika dia menghadapi ancaman nyata seperti pengepungan dan peperangan, dia juga telah merasakan kelepasan yang nyata dari Allah. Ini bukan sekadar konsep, tetapi pengalaman hidup yang dialaminya secara langsung.

Pemazmur menggunakan gambaran alam yang dahsyat—gempa bumi, letusan gunung api, dan badai di lautan—untuk menunjukkan bahwa bahkan kekuatan alam yang paling menakutkan pun tidak sebanding dengan keperkasaan Allah (Mazmur 46:3-4). Dia juga memandang ke masa depan dengan keyakinan bahwa Allah, pahlawan yang perkasa, akan menghentikan semua peperangan dan membawa kedamaian yang sempurna (Mazmur 46:9-10). Keyakinan ini memberikan rasa aman dan ketenangan, bahkan di tengah badai kehidupan.

Pengalaman pemazmur mengajarkan kita untuk tidak hanya melihat kepada masalah atau tekanan yang ada, tetapi juga kepada Allah yang lebih besar daripada segala sesuatu yang kita hadapi. Saat kita mengingat bagaimana Allah telah menolong kita di masa lalu, kita dapat menemukan ketenangan dan pengharapan untuk masa depan. Bahkan ketika tekanan semakin berat, kita dapat yakin bahwa Allah yang sama yang telah menyertai kita, akan terus melakukannya.

Dalam saat-saat paling gelap, penting untuk menjaga perspektif kita dan mengingat keperkasaan dan penyertaan Allah. Dengan begitu, kita tidak hanya dapat mengatasi ketakutan kita, tetapi juga membantu orang lain menemukan tempat berlindung yang sama di dalam Tuhan.

Share:

Komitmen Pemimpin

Mazmur ini menyoroti pentingnya komitmen seorang pemimpin, khususnya seorang raja, dalam menjalankan tugasnya dengan kebenaran, perikemanusiaan, dan keadilan. Dalam konteks acara pernikahan, sering kali kita mendengar karakter mempelai pria dan wanita diperkenalkan oleh orang-orang terdekat mereka. Demikian pula dalam Mazmur ini, pemazmur memperkenalkan sang raja sebagai mempelai pria yang diundang untuk memimpin dengan bijaksana dan adil, serta mengajak sang mempelai wanita untuk tunduk kepada suaminya yang akan menjadi raja.

Karakter dan Komitmen Raja: Pemazmur menggambarkan tidak hanya penampilan fisik dan gaya bicara sang raja, tetapi juga komitmennya dalam menegakkan kebenaran dan keadilan (Mazmur 45:3-6). Pemazmur menyadari bahwa raja diangkat bukan hanya untuk berkuasa, tetapi untuk mencintai keadilan dan kebenaran, serta untuk memimpin dengan hati yang peduli pada kesejahteraan umat (Mazmur 45:7-8). Pemimpin dalam Alkitab, termasuk raja-raja Israel, diharapkan untuk tidak hanya menjadi penguasa, tetapi juga hamba Allah yang menjalankan pemerintahan dengan adil dan benar, sebagaimana diatur dalam Ulangan 16:18-20.

Peran Permaisuri: Pemazmur juga memberikan arahan kepada permaisuri raja, mengajak dia untuk "melupakan bangsamu dan seisi rumah ayahmu" (Mazmur 45:11). Ini bukan sekadar anjuran untuk meninggalkan latar belakangnya, tetapi panggilan untuk mengutamakan kepentingan kerajaan dan umat Allah di atas kepentingan pribadi atau keluarga. Sebagai permaisuri, ia harus bersama-sama dengan raja berkomitmen untuk melayani Allah dan mengedepankan kebenaran serta keadilan dalam pemerintahan.

Kebenaran dan Keadilan dalam Alkitab: Kebenaran dan keadilan dalam Alkitab bukan hanya konsep teoretis tetapi diwujudkan dalam tindakan nyata, seperti menjauhi penyembahan berhala, tidak menindas orang lain, dan tidak mengambil keuntungan dari kesulitan sesama (Yehezkiel 18:5-9). Seorang pemimpin yang adil akan menghindari kecurangan dan setia menjalankan hukum dengan benar. Tindakan yang benar dan adil dari seorang pemimpin tidak hanya bermanfaat bagi dirinya sendiri, tetapi juga bagi kesejahteraan orang banyak.

Pentingnya Kepemimpinan yang Adil: Sejarah Israel menunjukkan bahwa pemimpin yang baik harus mampu menjaga komitmennya terhadap Allah dan kebenaran, serta tidak terpengaruh oleh godaan atau kepentingan pribadi. Beberapa raja seperti Salomo, Ahab, atau Yoram terjatuh dalam dosa dan kezaliman karena terpengaruh oleh istri-istri mereka yang menjauhkan mereka dari Allah.

Doa untuk Pemimpin: Bacaan ini mengundang kita untuk mendoakan para pemimpin kita, termasuk presiden, agar mereka mampu memimpin dengan adil dan benar. Marilah kita berdoa agar mereka tidak tergoda oleh kepentingan sepihak, tetapi tetap berkomitmen untuk menyejahterakan rakyat dan menjunjung tinggi kebenaran serta keadilan. Kepemimpinan yang benar adalah refleksi dari kehendak Allah, dan kita semua bertanggung jawab untuk mendukung dan mendoakan para pemimpin kita agar mereka dapat menjalankan tugas mereka sebagai wakil Allah di bumi ini.

Share:

Ditinggalkan Allah?

Ditinggalkan oleh Allah adalah salah satu situasi paling menakutkan dan sulit dibayangkan. Bagi umat Allah, perasaan ini merupakan ujian iman yang mendalam, seperti yang diekspresikan dalam Mazmur ini.

Keadaan Umat Allah: Umat Allah merasa tak berdaya menghadapi musuh-musuh mereka, sehingga mereka diejek, disindir, dicela, dan dinista (Mazmur 44:10-17). Mereka merasa bahwa Allah telah melupakan mereka, tidak lagi menjaga dan melindungi mereka (Mazmur 44:23-25). Keadaan ini sangat berbeda dari masa-masa ketika Allah berada di pihak mereka, membawa kemenangan dan kemuliaan bagi umat-Nya (Mazmur 44:1-9). Dalam masa kejayaan itu, dengan tangan Allah dan dalam nama-Nya, umat bersukacita dan memuji dengan gembira.

Namun, kini mereka merasa ditinggalkan, terpuruk dalam kekalahan dan penindasan. Tetapi yang menarik, di tengah penderitaan ini, pemazmur tetap berharap dan memohon kepada Allah. Ia berkata, "Bersiaplah menolong kami, bebaskanlah kami karena kasih setia-Mu!" (Mazmur 44:27). Permohonan ini didasarkan pada kasih setia Allah, yang menjadi fondasi iman mereka.

Kasih Setia Allah: Kasih setia adalah istilah yang menggambarkan kesetiaan Allah dalam menggenapi janji-Nya. Allah telah mengikatkan diri-Nya dalam perjanjian bahwa Ia akan menjadi Allah bagi umat-Nya, dan mereka akan menjadi umat-Nya. Meskipun manusia sering kali ingkar janji, Allah tidak pernah mengingkari perjanjian-Nya. Ia setia, bukan hanya untuk menghukum dosa, tetapi juga untuk menyelamatkan umat-Nya.

Kesetiaan Allah ini tidak bergantung pada kesetiaan manusia. Bahkan dalam Perjanjian Baru, kita diingatkan bahwa tidak ada yang dapat memisahkan kita dari kasih Yesus Kristus. Penindasan, kesengsaraan, penganiayaan, kelaparan, ketelanjangan, bahaya, dan pedang adalah hal-hal yang mengerikan, tetapi semua itu tidak dapat menghalangi Allah dari menjadikan kita lebih dari pemenang (Roma 8:35-37). Ini bukan karena kekuatan atau usaha kita, melainkan karena kasih Allah yang setia.

Aplikasi dalam Hidup Kita: Dalam hidup ini, suka duka datang silih berganti. Tidak ada yang bisa memastikan bahwa hidup akan selalu berjalan dengan baik. Namun, satu hal yang pasti adalah Allah selalu ada bersama kita dalam setiap musim kehidupan. Kita mungkin merasa ditinggalkan atau terpuruk, tetapi kita harus ingat bahwa Allah tidak pernah benar-benar meninggalkan kita. Dalam momen-momen terburuk sekalipun, kita bisa memegang teguh janji-Nya. Ingatlah, Allah telah memberikan Anak-Nya yang tunggal bagi kita, sebagai bukti kasih-Nya yang tidak terbatas.

Jangan pernah merasa bahwa Allah telah meninggalkan Anda. Ketika kita merasa terpuruk dan ditinggalkan, mari kita ingat kasih setia Allah yang tidak pernah gagal. Dengan iman, kita bisa berpegang pada janji-Nya dan yakin bahwa Dia akan membawa kita melalui setiap tantangan hidup. Kita tidak pernah benar-benar sendiri, karena Allah yang penuh kasih setia selalu bersama kita.

Share:

Allah yang Menyembuhkan

Mazmur ini memberikan gambaran tentang penderitaan mendalam yang dialami oleh pemazmur. Di tengah-tengah penyakit yang dideritanya, ia juga harus menghadapi serangan dari para lawan, baik dari musuh-musuh yang membencinya maupun dari sahabat-sahabat karibnya yang justru mengkhianatinya.

Lawan Pertama: Musuh-musuh yang membenci pemazmur bukan hanya berharap akan kematiannya, tetapi mereka juga menyebarkan kebohongan dan fitnah. Mereka datang bukan untuk memberikan dukungan atau penghiburan, tetapi untuk menyebarkan desas-desus bahwa pemazmur tidak akan pernah sembuh, dan penyakitnya akan membawa kematian (Mazmur 41:6-9). Mereka berkata, "Takkan bangun lagi," menekankan keyakinan mereka bahwa pemazmur telah jatuh dalam penghukuman ilahi yang tak terelakkan.

Lawan Kedua: Sahabat karib yang seharusnya menjadi sumber damai sejahtera justru berkhianat. Dalam konteks Yahudi, makan bersama adalah tanda persekutuan dan kedekatan yang mendalam. Sahabat karib ini, yang seharusnya menjadi orang yang paling memahami dan mendukung pemazmur, malah meninggalkannya di saat-saat terberat, menambah luka batin yang sudah dirasakan (Mazmur 41:10).

Pemazmur menghubungkan penderitaannya dengan dosa terhadap Allah (Mazmur 41:5). Hal ini membuat lawan-lawannya menuduh bahwa penyakit yang dideritanya adalah hukuman langsung dari Tuhan. Namun, pemazmur tidak menyerah pada tuduhan ini. Sebaliknya, ia memohon belas kasihan Tuhan untuk menyembuhkan dirinya dan membuktikan kebenaran dan ketulusannya di hadapan para lawannya (Mazmur 41:11-13).

Pemazmur sadar bahwa kesembuhan dan pemulihan sejati hanya bisa datang dari Allah. "TUHAN, kasihanilah aku" adalah seruan seseorang yang mengakui ketidakberdayaannya dan sepenuhnya bergantung pada belas kasihan dan kemurahan Tuhan.

Mazmur ini menjadi undangan bagi siapa pun yang mengalami sakit, baik secara fisik maupun batin, untuk datang kepada Tuhan yang menyembuhkan. Jika penyakit itu disebabkan oleh dosa, pemazmur mengajarkan kita untuk memohon pengampunan dan kesembuhan. Namun, jika penyakit bukan karena dosa (seperti yang terlihat dalam Yohanes 9:3), kita diajak untuk bersiap agar pekerjaan-pekerjaan Allah dapat dinyatakan dalam kehidupan kita.

Refleksi: Ketika kita mengalami penderitaan atau penyakit, baik fisik maupun emosional, apakah kita langsung beralih kepada Tuhan dalam doa dan permohonan? Atau, apakah kita mencoba menghadapinya dengan kekuatan sendiri? Mazmur ini mengingatkan kita bahwa sumber sejati dari kesembuhan dan pemulihan adalah Tuhan sendiri. Mari kita datang kepada-Nya dengan kerendahan hati, memohon belas kasihan-Nya, dan percaya bahwa Dia akan bekerja untuk kebaikan kita.

Doa: Tuhan, kami datang kepada-Mu dengan segala kelemahan dan penderitaan kami. Engkaulah Allah yang menyembuhkan, dan hanya kepada-Mu kami bergantung. Kasihanilah kami, Tuhan, sembuhkanlah penyakit kami, pulihkanlah jiwa kami, dan biarlah pekerjaan-Mu dinyatakan dalam hidup kami. Dalam nama Yesus, kami berdoa. Amin.

Share:

Menolak atau Menerima Penderitaan?

Pergumulan dan penderitaan sering kali menjadi ujian besar bagi orang Kristen, bukan hanya karena beratnya beban itu sendiri, tetapi lebih pada bagaimana kita bersikap terhadapnya. Banyak orang yang terjebak dalam sikap mengasihani diri, meratap, atau terus-menerus membandingkan keadaan mereka dengan orang lain. Sikap seperti ini tidak hanya memperparah penderitaan, tetapi juga menjauhkan kita dari tujuan yang lebih besar di balik pengalaman tersebut.

Dalam Mazmur 39, kita melihat bagaimana Daud, di tengah penderitaannya, memilih untuk datang kepada Tuhan. Meskipun pada awalnya ia berusaha untuk tetap tenang dan tidak berbicara sembarangan (Mazmur 39:2), akhirnya Daud tidak tahan dan membuka keluhannya kepada Tuhan (Mazmur 39:3-5). Melalui proses ini, Daud mendapat pencerahan tentang kehidupan manusia yang fana dan betapa pentingnya berfokus pada Tuhan di tengah segala sesuatu yang tampak sia-sia.

1. Menyadari Kesia-siaan Hidup Tanpa Tuhan: Daud memahami bahwa tanpa Tuhan, kehidupan manusia hanyalah kesia-siaan (Mazmur 39:6-7, 12). Segala hal yang sering kali dianggap penting oleh dunia—seperti kekayaan, ketenaran, atau kekuasaan—tidak berarti apa-apa di hadapan Tuhan. Pengertian ini mengarahkan Daud untuk tidak mencari penghiburan semata-mata dalam kelepasan dari penderitaan, melainkan untuk mencari Tuhan sendiri.

2. Fokus pada Tuhan, Bukan Diri Sendiri: Salah satu bahaya terbesar dalam menghadapi penderitaan adalah terjebak dalam sikap yang salah, di mana fokus kita menjadi diri sendiri dan keinginan untuk segera lepas dari penderitaan. Mazmur 39 mengajarkan kita untuk tetap memusatkan perhatian pada Tuhan, meskipun dalam penderitaan yang paling berat sekalipun. Ini mengingatkan kita bahwa keutamaan hidup bukanlah tentang bagaimana kita menghindari penderitaan, tetapi bagaimana kita tetap setia dan bertumbuh dalam pengenalan akan Tuhan melalui penderitaan tersebut.

3. Penyerahan Diri kepada Tuhan: Mazmur ini juga mengajak kita untuk berserah kepada Tuhan dalam segala keadaan. Kita tidak selalu bisa memahami sepenuhnya mengapa kita harus mengalami penderitaan, tetapi kita dapat mempercayai Tuhan yang berdaulat atas segala sesuatu. Seperti Daud yang datang kepada Tuhan dengan segala keluhannya, kita pun diajak untuk membawa setiap pergumulan kita kepada-Nya dengan sikap yang rendah hati dan berserah penuh.

4. Pengalaman Pribadi dengan Tuhan: Pada akhirnya, penderitaan bisa menjadi sarana bagi kita untuk mengalami Tuhan secara lebih pribadi. Seperti yang dialami oleh Ayub, penderitaan bisa membawa kita kepada pengenalan yang lebih mendalam akan Tuhan. Ayub, setelah melalui penderitaan yang luar biasa, berkata, "Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau" (Ayub 42:5-6). Penderitaan telah membuka mata rohani Ayub untuk melihat dan mengenal Tuhan secara langsung dan mendalam.

Saat kita dihadapkan dengan penderitaan, kita memiliki pilihan: menolaknya dengan sikap yang salah, atau menerimanya sebagai bagian dari rencana Tuhan untuk membawa kita lebih dekat kepada-Nya. Fokus kita bukan pada seberapa cepat kita dapat lepas dari penderitaan, tetapi seberapa dalam kita dapat mengenal Tuhan melalui penderitaan itu. Dengan demikian, kita dapat belajar untuk hidup tidak hanya untuk mencari kenyamanan duniawi, tetapi untuk bertumbuh dalam iman dan pengenalan akan Tuhan, yang pada akhirnya memberikan kita pengertian dan kekuatan sejati.

Share:

Sikap terhadap Dosa

Di era digital yang semakin maju, dosa sering kali dianggap sebagai masalah yang tidak serius. Media sosial dan kemudahan teknologi memberikan akses cepat ke berbagai kesenangan duniawi, sehingga banyak orang tergoda untuk mengabaikan pentingnya menjaga integritas rohani. Beberapa gereja bahkan telah menghapus pengakuan dosa dari liturgi mereka, seolah-olah dosa hanyalah masalah kecil yang dapat diabaikan. Namun, bagaimana seharusnya sikap kita sebagai orang percaya terhadap dosa?

1. Dosa adalah Pelanggaran yang Serius: Mazmur yang ditulis oleh Daud dalam pengakuan dosanya menunjukkan betapa seriusnya dampak dosa. Daud mengakui bahwa dosa mendatangkan murka dan kemarahan Tuhan, yang menekan jiwanya dengan berat (Mazmur 38:2-4). Dosa bukan hanya pelanggaran hukum moral, tetapi juga sebuah tindakan yang menghancurkan hubungan kita dengan Tuhan. Dosa menimbulkan konsekuensi yang buruk, baik secara fisik, emosional, maupun spiritual (Mazmur 38:5-9). Ketika kita berdosa, kita tidak hanya merusak diri sendiri, tetapi juga relasi dengan orang lain dan Tuhan.

2. Dosa Merusak Kehidupan Secara Keseluruhan: Daud menggambarkan bagaimana dosa telah merusak seluruh aspek kehidupannya—kesehatan, persahabatan, dan kedamaiannya hilang. Dosa bahkan membuatnya menjadi bahan cemoohan bagi musuh-musuhnya (Mazmur 38:12-13, 17). Ini menunjukkan bahwa dosa bukanlah masalah sepele yang bisa kita abaikan. Dosa memiliki dampak yang luas dan dalam, merusak semua yang baik dalam hidup kita. Oleh karena itu, kita harus menyadari bahwa dosa bukan hanya masalah spiritual, tetapi juga mempengaruhi kesejahteraan kita secara keseluruhan.

3. Dosa Hanya Dapat Diselesaikan oleh Tuhan: Daud menyadari bahwa satu-satunya cara untuk menangani dosa adalah dengan datang kepada Tuhan. Ia mengakui dosanya dengan jujur dan mencari pengampunan dari Tuhan, bukan dari sumber-sumber lain (Mazmur 38:16). Penyelesaian dosa tidak dapat ditemukan dalam terapi psikologis, pengobatan medis, motivasi diri, atau pengalihan perhatian kepada hal-hal duniawi. Dosa hanya dapat diselesaikan melalui pertobatan yang tulus dan pengampunan dari Tuhan. Daud datang kepada Tuhan dengan hati yang hancur, penuh ketakutan akan konsekuensi dosa, dan memohon belas kasih Tuhan untuk mengampuni dan menyertai dia (Mazmur 38:11, 14-15, 22-23).

4. Mengambil Sikap yang Benar terhadap Dosa: Sebagai orang percaya, kita harus memiliki sikap yang serius terhadap dosa. Kita tidak boleh menyederhanakan dosa atau mengabaikannya. Sebaliknya, kita harus mengakuinya di hadapan Tuhan dan mencari pengampunan-Nya dengan hati yang tulus. Dosa adalah pelanggaran yang menghancurkan, dan hanya melalui pengampunan Tuhan kita dapat dipulihkan.

Dalam dunia yang semakin memudahkan kita untuk mengabaikan dosa, kita dipanggil untuk tetap sadar akan bahayanya dan bersikap serius terhadapnya. Seperti Daud, kita harus datang kepada Tuhan dengan pengakuan yang tulus, menyadari bahwa hanya Dia yang dapat membersihkan kita dari dosa. Jangan meremehkan dosa, tetapi datanglah kepada Tuhan dengan hati yang penuh penyesalan, berharap kepada-Nya untuk pengampunan dan pemulihan.

Share:

Sikap terhadap Kejahatan Orang Fasik

Ketika kita menyaksikan ketidakadilan di dunia, di mana orang jahat tampaknya berhasil dan yang bersalah sering kali dibebaskan, hati kita mungkin dipenuhi dengan rasa kecewa atau bahkan marah. Namun, Mazmur mengingatkan kita bahwa Tuhan adalah hakim yang adil, yang akan mengadili setiap tindakan manusia, baik itu dari orang fasik maupun orang benar.

Mazmur ini menunjukkan bahwa meskipun orang fasik mungkin tampak bangga dengan perbuatan jahatnya, mereka tidak akan lolos dari pengadilan Tuhan. Dalam pengadilan-Nya, Tuhan tidak akan membiarkan kejahatan tak terhukum. Dia mengetahui akhir dari setiap orang fasik dan sudah menyiapkan hukuman yang sesuai untuk mereka (Mazmur 37:12-15).

Tindakan Tuhan bukanlah tindakan yang sewenang-wenang, tetapi penuh dengan keadilan. Tuhan akan menghukum orang fasik karena kecurangan dan kejahatan mereka, sementara orang benar akan dibenarkan dan dilindungi oleh belas kasih-Nya (Mazmur 37:20-26). Dalam segala tindakan-Nya, Tuhan menunjukkan bahwa Dia adalah standar tertinggi dari kebenaran dan keadilan, bukan berdasarkan apa yang kita anggap benar atau salah.

Meski keadilan manusia sering kali tidak memadai dan banyak orang jahat tampaknya lolos dari hukuman, sebagai orang percaya, bagian kita adalah terus hidup dalam kebenaran yang ditetapkan oleh Tuhan. Hidup dalam kebenaran bukanlah hal yang sia-sia. Sebagaimana Tuhan akan mengakhiri kejahatan orang fasik, demikian juga Dia akan memberkati dan menopang orang yang hidup benar di hadapan-Nya.

Tugas kita bukanlah membalas kejahatan atau merasa iri hati terhadap keberhasilan orang fasik, melainkan mempercayakan keadilan kepada Tuhan dan hidup sesuai dengan standar kebenaran-Nya. Dengan demikian, kita akan mengalami berkat dan perlindungan Tuhan dalam kehidupan kita, sementara kejahatan orang fasik akan diakhiri oleh tangan-Nya yang adil.

Share:

Curahkan Saja kepada Tuhan

 Mazmur 13:1 6

Berapa lama lagi, TUHAN, Kaulupakan aku terus menerus? Berapa lama lagi Kausembunyikan wajah Mu terhadap aku?
 Mazmur 13:2

Rasa kuatir yang kita rasakan, membuat capek seseorang. dan berkata, capek Sampai kapan? Itulah seruan seruan jujur dari mereka yang mengikut Tuhan. Tidak mudah. Berdarah darah. Melelahkan. Hampir menyerah. Dan banyak di antara kita akhirnya berbincang lama. Dan tidak bisa menjawab semua pertanyaan mereka. Namun, firman Tuhan mengingatkan kepada peristiwa Daud juga pernah alami hal yang sama: Berapa lama lagi, Tuhan…? Itu ungkapan jujur dari Daud, seorang yang dekat dengan Tuhan. Daud mengasihi Tuhan tetapi ia mengalami juga apa itu putus asa dan bagaimana rasanya hidup dalam tekanan. Sampai ia bertanya, Berapa lama lagi? Sampai kapan, aku terlupakan begini? Kapan Engkau menjawab, Tuhan?

Ikut Tuhan tidak seperti masuk jalan tol yang kencang melaju tanpa hambatan. Ikut Tuhan kadang seperti naik odong odong, cuma gitu gitu aja dan di situ situ aja, harus bayar lagi. Ikut Tuhan kadang seperti naik roller coaster, rasanya jantung mau copot. Ikut Tuhan kadang seperti naik sepeda butuh keseimbangan dan stamina. Jangan menyerah! Kita tidak sendirian, Daud sudah mengalaminya dan ia tahu apa artinya tak berdaya.

Namun Daud tak menyerah, ia tak berhenti di tengah jalan. Daud tetap ingat Tuhan. Mazmur 16:11 jadi bukti keyakinannya kepada Tuhan saat berkata, Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan, di hadapan Mu ada sukacita berlimpah limpah, di tangan kanan Mu ada nikmat senantiasa. Daud percaya meskipun jalan ikut Tuhan penuh tantangan, Dia akan menyatakan jalan Nya yang berujung pada sukacita sehingga ia bisa menikmati hidup. Semua ini mungkin karena kasih setia dan kebaikan Tuhan selalu ada bagi dirinya (ay. 6).

Praktikkan itu dulu ya, man teman. Curahkan saja seluruh keresahan, kegelisahan, kegalauan, kepedihan, kesusahan, dan kesedihan yang ada di hati kita kepada Tuhan Yesus. Mari kita menutup hari ini dengan menyampaikan unek unek Anda kepada Tuhan. Berdoa, menyisihkan waktu berdua saja dengan Yesus dalam pujian dan pembacaan firman. Sampaikan apa yang menjadi kekhawatiran Anda. Lepaskan kesusahan hati Anda. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.

Selamat menutup hari dengan mengobrol dan mencurahkan seluruh perasaan Anda kepada Nya. Yesus selalu siap mendengar dan menolong Anda.

Refleksi diri:

Kapan terakhir kali Anda mengajukan pertanyaan yang sama seperti Daud, Berapa lama lagi, Tuhan? Apa yang Anda lakukan?

Apakah saat itu Anda sudah curhat kepada Yesus? Bagaimana jika satu saat Anda menghadapi situasi yang sama?



Jangan lupa tetap prokes, pakai masker, cuci tangan, jauhi kerumunan, dan terlebih jika belum vaksin segera vaksin. Supaya dapat menolong orang lain dan diri terhindar dari covid 19.

Share:

KUASA PUJI-PUJIAN

Gema suara Illahi. 
 Gimana kabarnya Bpk ibu sdr yang terkasih dalam Tuhan. Saya harap tetap sehat, dan doa saya selalu dalam penyertaan dan perlindungan Allah. 


Mazmur 29
... kepada TUHAN sajalah kemuliaan dan kekuatan!” (Mzm. 29:1)

Tim sepak bola Norwegia gagal mengikuti Piala Dunia 2022. Hal ini dikarenakan mereka terlalu mengandalkan Erling Haaland. Penyerang muda Norwegia ini menjadi penyerang andalan yang mampu mencetak gol bagi tim. Namun, dalam 4 pertandingan kualifikasi, Erling Haaland mengalami cedera dan tidak bisa memperkuat tim Norwegia. Hasilnya, dalam 4 pertandingan, tim Norwegia tidak bisa meraih poin maksimal. Sekali kemenangan, dua kali imbang, dan sekali kekalahan membuat tim Norwegia hanya bisa menjadi penonton di ajang Piala Dunia 2022.
Mengandalkan manusia ada batasnya. Dalam teks Alkitab hari ini, Daud tidak mengandalkan manusia. Ia tidak mengandalkan Yonatan, sahabatnya, karena Yonatan terlebih dahulu tewas. Ia tidak bisa mengandalkan anak-anaknya karena tidak semua anak-Nya baik. Ia tidak bisa mengandalkan kekuatan dirinya karena kadang ia tak mampu. Bagi Daud, Mazmur 29 menjadi pengingat dan pengakuan kala menghadapi permasalahan-permasalahan hidup. Kepada Tuhan sajalah kemuliaan dan kekuatan. Tuhanlah yang memberi kekuatan kepada Daud kala menghadapi Goliat. Tuhanlah yang memberi kekuatan kepada Daud kala berada dalam pelarian. Tuhanlah yang memberi kekuatan kepada Daud kala menghadapi pemberontakan anak-anaknya. Hasilnya, Daud bisa bertahan dalam tiap pergumulan dan menyelesaikan hidupnya dengan baik.
Saudara saudariku yang terkasih, mengandalkan manusia dan diri sendiri ada batasnya. Karena itu, andalkanlah Tuhan dalam menghadapi pergumulan. Dengan demikian, kita pun tidak menyerah menghadapi pergumulan dan terus berjalan dalam firman-Nya.
1. Pengalaman penyertaan Tuhan apakah yang pernah kita alami?
2. Mengapa terkadang kita tergoda untuk tidak mengandalkan Tuhan dalam menghadapi masalah?
Pokok Doa: Ingat untuk mengandalkan Tuhan dalam menghadapi pergumulan.

Jangan lupa tetap prokes, pakai masker, cuci tangan, jauhi kerumunan, dan terlebih jika belum vaksin segera vaksin. Supaya dapat menolong orang lain dan diri terhindar dari covid 19.
Share:

Perasaan campur Aduk

Gema Suara illahi
29 Januari 2022

Selamat pagi bpk ibu jemaat. Gimana kabarnya , sehat selalu dan tetap dalam lindungan Tuhan. Selamat beraktifitas.dan menikmati Tuhan di hari  ini. 

Mazmur 25

TUHAN itu baik dan benar; sebab itu Ia menunjukkan jalan kepada orang yang sesat.
Mazmur 25:8

Anda mungkin pernah atau sedang berada di dalam situasi permasalahan yang menumpuk. Perasaan Anda pun mungkin bercampur aduk ketika berhadapan dengan masalah. Tentu situasi ini tidaklah mudah dan membuat gelisah hati. Sampai sampai Anda kalut berkata, Saya nggak tahu harus ngapain sekarang. Saya benar benar bingung, semuanya campur aduk. Daud juga mengalami perasaan campur aduk di dalam Mazmur 25. Ia merasakan takut, bingung harus melangkah ke mana, lalu ditimpa perasaan bersalah, dan ia seperti kehilangan arah. Kita tidak bisa memastikan pergumulan apa yang sedang dihadapi oleh Daud, tetapi pergumulannya bukan main main.

Apa yang kita bisa pelajari dari pergumulan Daud? Pertama, jangan berhenti datang kepada Tuhan, seperti yang dilakukan Daud walaupun banyak hal ia tidak mengerti. Meskipun Daud harus menunggu jawaban Tuhan, tetapi ia tetap datang kepada Tuhan. Pada ayat 1 7 Daud datang berdoa dan memohon kepada Tuhan, lalu ayat 11 ia berdoa lagi, sampai ayat 16 22 ia tetap datang memohon kepada Tuhan. Saat datang menghampiri Tuhan, kita bukannya kehilangan kekuatan melainkan justru mendapatkan kekuatan. Kalau kita kecewa lalu meninggalkan Tuhan, justru kita akan kehilangan arah dan semakin dicengkeram ketakutan.

Kedua, ikuti langkah Tuhan. Daud tidak tahu arah, ia bingung harus melangkah ke mana. Di dalam keraguannya, Daud percaya pada jalan Tuhan, TUHAN itu baik dan benar; sebab itu Ia menunjukkan jalan kepada orang yang sesat. (ay. 8). Tuhan kemudian menunjukkan jalan Nya, Daud mengikuti Nya. Kemudian ia berkata, Mataku tetap terarah kepada TUHAN, (ay. 15). Banyak dari kita sedang bingung dengan situasi hari ini, tidak tahu harus melangkah ke mana. Jalani apa yang benar di hadapan Tuhan, bukan kita yang sedang menentukan jalan, tetapi jalan kita justru sedang dituntun Tuhan.

Ingat, Tuhan Yesus adalah jalan kita satu satunya. Tanpa Yesus hidup kita tidak ada artinya, tetapi di dalam Dia kita dituntun oleh Nya berjalan sampai garis akhir. Jika hari ini perasaan kita sedang campur aduk, datanglah kepada Tuhan Yesus dan percayalah kita berjalan bersama Dia.

Refleksi diri:

Apa alasan Anda harus tetap datang kepada Tuhan ketika perasaan Anda bercampur aduk menghadapi masalah?

Mengapa kita sering menjadi bingung sendiri saat menghadapi masalah? Apakah Anda sudah mengikuti tuntunan Yesus?

Jangan kendor dan longgar tetap 6 M 
masker. Mencuci tangan. Menjaga jarak. menja uhi kerumunan mobilitas, makan bersama. laksanakan. Demi menghindari dan menyelamatkan keluarga dan saudara kita...amin
Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.