Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

Mari kita belajar menggali Firman Tuhan dengan cara BGA


2 Korintus 8:1-15

"Untuk bisa menyumbang, saya harus mempunyai kelebihan dulu. Kalau tidak, apa yang akan saya sumbangkan?" Pemikiran seperti ini barangkali ada di benak banyak pengikut Kristus. Namun, apakah demikian syarat memberi? Untuk bisa memberi, orang tidak harus mempunyai kelebihan, sama sekali tidak harus menjadi kaya terlebih dahulu.

Alangkah bahagianya orang yang bisa memberi dengan sukacita di tengah kekurangannya sendiri. Nilai pemberiannya jauh lebih besar daripada orang yang memberi karena kelebihan. Apalagi, pemberiannya itu dilakukan untuk mendukung pekerjaan Tuhan di dunia. Itulah jemaat Makedonia. Kita perlu mencontoh perbuatan baik mereka dalam mendukung pelayanan Paulus.

Apa saja yang Anda baca?
1. Apa yang akan diberitahukan Paulus di sini? (1) kasih karunia yang dianugerahkan kepada jemaat.
2. Bagaimana kondisi jemaat Makedonia dan bagaimana isi hati mereka? (2) kaya dalam kemurahan.
3. Apa kesaksian Paulus tentang jemaat Makedonia? (3)2 Korintus 8:3 (TB)  Aku bersaksi, bahwa mereka telah memberikan menurut kemampuan mereka, bahkan melampaui kemampuan mereka.
4. Hal luar biasa apa yang dilakukan jemaat Makedonia? (4-5)
5. Apa instruksi Paulus kepada Titus? (6)
6. Apa saja pendapat Paulus tentang jemaat Makedonia dan apa saja pesannya kepada mereka? (7-15)

Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda?
1. Biasanya orang memberi karena mempunyai kelebihan. Lain halnya dengan jemaat Makedonia yang mendukung pelayanan Paulus dalam kekurangan dan penderitaan mereka, bahkan lebih dari itu. Apa yang bisa Anda pelajari dari jemaat ini dan dari pesan-pesan Paulus?

Apa respons Anda?
1. Apa yang akan Anda lakukan untuk mengaplikasikan teladan jemaat Makedonia?

Pokok Doa:
Kiranya Tuhan memampukan kita memberi dalam segala keberadaan kita, terutama untuk pekerjaan Tuhan.
Share:

Bersukacita Senantiasa

2 Korintus 7:2-16

Jika ada orang bertanya: "Dapatkah kita berbahagia dalam segala keadaan?", maka siapa pun yang ada dalam keadaan sukacita mungkin akan menjawab: "Bisa!" Canda tawa dan kegembiraan akan diperoleh dari situasi tersebut. Namun, bagaimana jika orang yang ditanya sedang berada dalam keadaan dukacita. Misalnya, kehilangan keluarga terdekat atau jatuh sakit. Tidak banyak orang yang mampu merasakan kebahagiaan dalam keadaan demikian. Sebab, situasi seperti itu identik dengan rasa sakit dan pengorbanan perasaan.

Paulus mengungkapkan, dalam segala penderitaan yang dialaminya, ia sangat terhibur dan berlimpah dengan sukacita (4-6). Secara logis, tidak ada kaitan antara penderitaan dengan penghiburan, apalagi sukacita. Paulus mendapati bahwa kunci sukacita itu bukan dari aspek lingkungan di sekitar dirinya, melainkan karena keeratan hubungannya dengan Tuhan. Fakta ini membuat dirinya mampu untuk senantiasa bersukacita.

Selain itu, Paulus juga bersukacita karena dukacita jemaat. Dukacita ini bukan keputusasaan yang menghasilkan kematian, melainkan wujud penyesalan atas dosa-dosa (9-11). Dukacita seperti ini akan menghasilkan pertobatan, yakni perubahan dari hati yang penuh dosa menjadi hati yang memuliakan Allah. Dukacita tipe ini membawa orang pada keselamatan, juga meneguhkan jemaat di dalam kebenaran Allah.

Panggilan pertobatan adalah hal yang tiada henti-hentinya diberitakan dalam Alkitab. Pemberitaan itu juga menjadi tugas orang percaya! Orang yang sedang berjuang untuk bertobat akan memperoleh sukacita. Ketika ia tidak lagi berkompromi dengan dosa dan pertobatannya makin sempurna, maka sukacita akan memenuhi dirinya karena Allah berkenan kepadanya. Dukacita pun berubah menjadi sukacita yang melimpah karena orang-orang percaya bertumbuh bersama di dalam ketaatan dan kasih.

Arahkan mata, pikiran, dan hati kita hanya kepada Tuhan agar berhenti melakukan dosa. Kita bersukacita dalam merespons karya keselamatan Allah di dalam hidup ini. [KFT]

Doa. Tuhan trima kasih buat sukacita yang kau berikan buat hamba dan jemaatmu. Dengan sukacita ini kami sadar bahwa tidak ada dosa yang tidak terampunkan selain kami mendukakan Mu. Ami.
Share:

Hidup Kita Hanya untuk Tuhan

2 Korintus 5:11-21 

Pada zaman ini manusia semakin berfokus kepada dirinya sendiri. Tren seperti swafoto (selfie) membuat manusia semakin memuji diri sendiri dan puas terhadap keakuannya. Pujian lebih banyak diberikan kepada orang-orang yang cantik dan kaya, bukan orang-orang yang benar dan taat. Hal ini terjadi karena manusia terjebak dan terpenjara oleh berbagai hal duniawi.

Mari kita sadari bahwa hidup ini adalah anugerah Tuhan. Kita menjalaninya dengan kekuatan dan pengaturan dari Tuhan hingga kelak kita menghadap kepada-Nya. Hidup kita telah ditebus dengan bayaran yang sangat mahal, yang tidak terbeli secara materi karena dibayar dengan darah Kristus di kayu salib. Dengan demikian, sudah seharusnya kita tidak hidup untuk diri sendiri, melainkan juga untuk kemuliaan nama Tuhan (15).

Secara tidak sadar manusia hidup hanya untuk dirinya sendiri. Mereka berusaha mencukupi kebutuhan sendiri, dan sedapat mungkin hanya berelasi dengan orang lain untuk sesuatu yang menguntungkan. Demikian juga "orang baik". Perbuatan baik dilakukan karena memberi rasa nyaman untuk dirinya, bukan murni karena kasih. Pelayanan pun belum tentu murni karena cinta Tuhan. Bisa jadi, kita melayani untuk membanggakan diri sendiri.

Siapa pun yang ada dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru (17). Ia akan bermegah karena kemuliaan Allah, mampu menguasai diri, dan mengakui adanya kuasa dari kasih Kristus. Seperti inilah diri kita yang semestinya ketika kita percaya kepada Tuhan. Kita tidak ingin berdamai dengan keinginan daging yang memaksa kita melakukan berbagai hal yang tidak disukai Tuhan. Kita hanya mau berdamai dengan Allah, sehingga segenap pelayanan kita terima dari Kristus dan kita jalankan dengan penuh ketaatan.

Mari kita menghayati kasih Tuhan di dalam hidup kita dan menjalani hidup dengan senantiasa bertanya mengenai kehendak-Nya terhadap hidup kita. Kita layak bersyukur atas pengurbanan-Nya dan bersungguh-sungguh mempersembahkan hidup kita untuk melayani Tuhan. [KFT]

Doa. Tuhan jadikan hidup ini bukan untuk diriku sendiri melainkan kristus karena engkau menciptakanku baru. Amin
Share:

Sesungguhnya, aku ini terlalu hina

Sesungguhnya, aku ini terlalu hina. [Ayub 40:4]

Satu kata penghiburan, orang berdosa yang hilang, bagi-Mu! Engkau berpikir engkau tidak boleh datang kepada Tuhan karena engkau hina. Lihatlah, tiada orang suci yang hidup di dunia kecuali dia yang sudah dibuat untuk merasa bahwa ia hina. Jika Ayub, dan Yesaya, dan Paulus harus berkata “Aku hina,” oh, pendosa malang, malukah engkau untuk bergabung dengan pengakuan yang sama? Jika anugerah ilahi tidak mencabut semua dosa dari orang percaya, bagaimana engkau dapat berharap engkau bisa melakukannya sendiri? Dan jika Tuhan mengasihi umat-Nya ketika mereka masih hina, engkau kira kehinaan dirimu akan menghalangi cinta kasih Tuhan kepadamu? Percaya kepada Yesus, engkau yang terbuang dari masyarakat dunia! Yesus memanggil engkau, dan orang-orang seperti engkau.

    “Bukan orang benar, bukan orang benar;
    Pendosa, Tuhan datang untuk memanggil.” [1]

Sekarang pun berkatalah, “Engkau telah mati untuk orang-orang berdosa; aku orang berdosa, Tuhan Yesus, curahkan darah-Mu padaku;” jika engkau mengakui dosamu maka engkau akan menemukan pengampunan. Jika, sekarang, dengan segenap hatimu, engkau akan berkata, “Aku hina, basuhlah aku,” maka engkau akan disucikan sekarang. Jika Roh Kudus akan memungkinkan engkau dari hatimu berteriak,

    “Inilah seadanya aku, tanpa satu permohonan
    Hanya darah-Mu tercurah bagiku,
    Dan bahwa Engkau menawarkan aku datang kepadamu,
    O Anak Domba Allah, aku datang!" [2]

engkau akan bangun dari membaca renungan pagi hari ini dengan semua dosa-dosamu telah diampuni; dan meskipun engkau bangun pada pagi hari ini dengan segala dosa manusia yang pernah dilakukan di kepalamu, engkau akan beristirahat pada malam hari ini diterima dalam Kekasih; meski pernah terhina oleh kain dosa, engkau akan dihiasi dengan jubah kebenaran, dan tampak putih seperti malaikat-malaikat. Karena “sekarang,” perhatikan, “Sekarang adalah waktu penerimaan.” Jika engkau “percaya pada-Nya yang membenarkan orang yang tidak bertuhan, engkau diselamatkan.” Oh! Kiranya Roh Kudus memberi engkau iman yang menyelamatkan di dalam Dia yang menerima orang terhina.
Share:

Allah yang Tidak Pernah Meninggalkan Kita


Karena Allah telah berfirman: “Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.” — Ibrani 13:5

Mengetahui firman Tuhan yang menjanjikan penyertaan-Nya adalah satu hal. Memercayainya, mendengarkannya sebagai firman yang hidup untuk diri kita sendiri, setiap saat dalam keseharian kita, dan merasakannya sebagai “kekuatan yang paling mengagumkan milik kita”, dan yang membuat kita bernyanyi ..., adalah hal lain. Bagaimana hal itu dapat terjadi, itulah yang ingin disampaikan dalam renungan kita hari ini.

Ke manakah kecondongan pikiran saya? Apakah berpaling pada firman Allah atau pada ketakutan saya sendiri? Apakah saya sekadar mengulangi ap…
[06:38, 6/6/2020] Pak Yanes Gkkk Tepas: Gema suara Illahi
 6 Juni 2020

Sesungguhnya, aku ini terlalu hina. [Ayub 40:4]

Satu kata penghiburan, orang berdosa yang hilang, bagi-Mu! Engkau berpikir engkau tidak boleh datang kepada Tuhan karena engkau hina. Lihatlah, tiada orang suci yang hidup di dunia kecuali dia yang sudah dibuat untuk merasa bahwa ia hina. Jika Ayub, dan Yesaya, dan Paulus harus berkata “Aku hina,” oh, pendosa malang, malukah engkau untuk bergabung dengan pengakuan yang sama? Jika anugerah ilahi tidak mencabut semua dosa dari orang percaya, bagaimana engkau dapat berharap engkau bisa melakukannya sendiri? Dan jika Tuhan mengasihi umat-Nya ketika mereka masih hina, engkau kira kehinaan dirimu akan menghalangi cinta kasih Tuhan kepadamu? Percaya kepada Yesus, engkau yang terbuang dari masyarakat dunia! Yesus memanggil engkau, dan orang-orang seperti engkau.

    “Bukan orang benar, bukan orang benar;
    Pendosa, Tuhan datang untuk memanggil.” [1]

Sekarang pun berkatalah, “Engkau telah mati untuk orang-orang berdosa; aku orang berdosa, Tuhan Yesus, curahkan darah-Mu padaku;” jika engkau mengakui dosamu maka engkau akan menemukan pengampunan. Jika, sekarang, dengan segenap hatimu, engkau akan berkata, “Aku hina, basuhlah aku,” maka engkau akan disucikan sekarang. Jika Roh Kudus akan memungkinkan engkau dari hatimu berteriak,

    “Inilah seadanya aku, tanpa satu permohonan
    Hanya darah-Mu tercurah bagiku,
    Dan bahwa Engkau menawarkan aku datang kepadamu,
    O Anak Domba Allah, aku datang!" [2]

engkau akan bangun dari membaca renungan pagi hari ini dengan semua dosa-dosamu telah diampuni; dan meskipun engkau bangun pada pagi hari ini dengan segala dosa manusia yang pernah dilakukan di kepalamu, engkau akan beristirahat pada malam hari ini diterima dalam Kekasih; meski pernah terhina oleh kain dosa, engkau akan dihiasi dengan jubah kebenaran, dan tampak putih seperti malaikat-malaikat. Karena “sekarang,” perhatikan, “Sekarang adalah waktu penerimaan.” Jika engkau “percaya pada-Nya yang membenarkan orang yang tidak bertuhan, engkau diselamatkan.” Oh! Kiranya Roh Kudus memberi engkau iman yang menyelamatkan di dalam Dia yang menerima orang terhina.
Share:

Rahasia Tuhan


“TUHAN bergaul karib dengan orang yang takut akan Dia” (NKJV menerjemahkannya: Rahasia Tuhan diberitahukan-Nya kepada mereka yang takut akan Dia). — Mazmur 25:14

Salah satu tanda pertumbuhan rohani adalah hubungan yang akrab dengan Tuhan, dan kerinduan yang kuat untuk mencari dan melakukan kehendak-Nya. Dalam hal ini, jika kita hendak memilih hal yang tidak dikehendaki-Nya, Dia akan memberi kita keragu-raguan atau pengendalian diri yang tidak dapat kita diamkan begitu saja. Bagaimana bila ada keragu-raguan akan suatu hal?

Rahasia Tuhan

Apakah tanda seorang sahabat? Apakah dia memberi tahu Anda dukacitanya yang tersembunyi? Tidak. Dia memberi tahu Anda rahasia sukacitanya. Banyak orang mau mengungkapkan dukacitanya yang tersembunyi kepada Anda, tetapi bukti dari keakraban ialah bila mereka membagi rahasia sukacita mereka dengan Anda.

Pernahkah kita mempersilakan Allah memberi tahu kita sukacita-Nya? Ataukah kita terus-menerus memberitahukan rahasia kita kepada Allah, tanpa memberi waktu kepada-Nya untuk berbicara kepada kita?

Pada awal kehidupan kekristenan kita, kita banyak permohonan kepada Allah, tetapi kemudian kita mendapati bahwa Allah menginginkan kita menjalin hubungan akrab dengan Dia – agar kita mengenal dan berhubungan dengan kehendak-Nya.

Apakah kita sedemikian erat dipersatukan dengan gagasan doa Yesus Kristus -- “Jadilah kehendak-Mu” (Matius 6:10) -- sehingga kita menangkap rahasia Allah? Apa yang membuat Allah sangat berharga bagi kita bukanlah berkat-berkat-Nya yang besar, melainkan hal-hal kecil yang kita alami, yang menunjukkan keakraban-Nya yang ajaib dengan kita -- Dia mengetahui setiap rincian dari kehidupan kita masing-masing.

“Kepadanya Tuhan menunjukkan jalan yang harus dipilihnya” (Mazmur 25:12). Pertama-tama, kita ingin menyadari bahwa kita dituntun oleh Allah. Kemudian saat kita bertumbuh secara rohani, kita hidup sedemikian dekat dengan kesadaran akan Allah sehingga kita bahkan tidak perlu menanyakan tentang kehendak-Nya, karena pikiran untuk memilih jalan lain tidak pernah terlintas pada diri kita.

Jika kita diselamatkan dan dikuduskan, Allah menuntun kita melalui pilihan-pilihan kita sehari-hari. Dan jika kita hendak memilih hal yang tidak dikehendaki-Nya, maka Dia akan memberi kita keragu-raguan atau pengendalian diri, yang harus kita hiraukan.

Bila ada keragu-raguan, segeralah berhenti. Jangan sekali-kali mencoba mencari alasan dan mengatakan “Saya ragu, mengapa saya tidak boleh melakukan yang ini”. Allah memberi petunjuk kepada kita dalam apa yang kita pilih, yaitu dengan menuntun akal sehat kita. Dan bila kita menyerah pada ajaran dan tuntunan-Nya, maka kita takkan lagi merintangi Roh-Nya dengan terus-menerus bertanya, Sekarang, ya Tuhan, apakah kehendak-Mu?”
Share:

Bersyukur atas Pengalaman Buruk


2 Korintus 1:1-11

Friedrich W. Nietzsche, seorang filsuf Jerman, pernah mengatakan kalimat yang kira-kira artinya: "Apa yang tidak dapat membunuhmu, membuatmu kuat." Sama halnya dalam berolahraga. Ketika seseorang mengangkat beban berat yang membuat otot-ototnya menegang, maka tubuhnya akan membentuk jaringan yang lebih kuat agar bisa menahan beban yang ada.
Setelah mengucapkan salam pada awal suratnya, Rasul Paulus menyatakan rasa syukurnya. Uniknya, rasa syukur ini bukan atas kondisi baik yang dialami oleh penerima surat, melainkan atas pengalaman buruk yang telah dialaminya sendiri. Ayat 9-11 memberikan gambaran pengalaman buruk yang disebut Paulus sebagai penderitaan besar yang dapat berujung kepada maut. Pengalaman itu mengajarnya agar tidak mengandalkan kekuatan sendiri, melainkan kekuatan Tuhan.

Setelah melewati peristiwa buruk tersebut, malahan Paulus seolah-olah mendapatkan kekuatan baru, yaitu ia bisa menghibur orang lain (3-4).

Pengalaman buruk sangat mungkin dialami oleh setiap orang. Bahkan orang yang saleh sekalipun bisa saja mendapatkan pengalaman buruk. Namun, kemalangan bisa juga dikarenakan beriman kepada Kristus. Belajar dari pengalaman Paulus, setiap orang percaya dapat melewati peristiwa buruk apa pun kalau ia berjalan bersama Tuhan. Bahkan, kita dapat melampauinya, menjadi lebih kuat, dan mampu memberikan penghiburan kepada sesama.

Jika kita setia kepada Allah, pengalaman buruk tidak akan membunuh kita. Karena, Allah dapat memakainya untuk pertumbuhan kita. Di tengah situasi sulit, Allah memproses kita menjadi pribadi yang tahan uji. Di situlah ada kesempatan bagi kita untuk membuktikan bahwa iman yang kita pegang adalah iman yang sejati di dalam Kristus. Dengan demikian, ungkapan rasa syukur akan keluar dari hati dan mulut kita kepada Allah tanpa henti.

Kita perlu bersyukur atas segala peristiwa yang terjadi, baik maupun buruk, karena akan memperkuat iman kita di dalam Tuhan. Bersyukurlah atas kasih penyertaan Tuhan. [KRS]

DOA. aku bersyukur kepadaMu Ya Tuhan atas kasihmu dan berikan kepada kami hati yang bersyukur selalu dalam kondisi apapun. Dalam nama Yesus. Amin
Share:

Pentingnya Fokus


Bilangan 28:16-29:40

Memfokuskan diri untuk beribadah kepada Allah tentu bukan hal yang mudah. Fokus ini dijabarkan dalam nas hari ini, khususnya mengenai berbagai aturan ibadah pada hari-hari suci. Setidaknya dicatat lima hari suci, yaitu Paskah, Pentakosta, Tahun Baru, Hari Penebus Dosa, dan Pesta Pondok Daun.

Hal yang menarik dari kelima hari suci tersebut adalah perintah agar umat tidak bekerja atau melakukan pekerjaan berat. Pada pesta Paskah, hari pertama dan ketujuh minggu itu adalah hari suci bagi umat dan mereka tidak diperkenankan bekerja (28:18, 25). Pada hari Pentakosta (hari hulu hasil), selain mempersembahkan hasil panen gandum pertama, umat juga tidak boleh bekerja (28:26).

Pada Tahun Baru, hari pertama merupakan hari peniupan serunai sehingga umat tidak boleh bekerja (29:1). Pada hari Penebus Dosa, umat diperintahkan untuk merendahkan diri dengan berpuasa. Untuk itu, umat juga tidak diperbolehkan bekerja (29:7). Pada Pesta Pondok Daun, umat harus mengadakan perayaan bagi Tuhan selama 7 hari, sehingga pada hari pertama dan kedelapan umat tidak boleh bekerja (29:12, 35).

Semua ini menunjukkan pentingnya tidak bekerja pada setiap hari suci. Pertemuan antara Tuhan dan umat Israel adalah pertemuan yang kudus. Karena itu, tidak ada satu pun hal yang boleh mengganggunya, termasuk pekerjaan sehari-hari mereka. Betapa pentingnya bagi umat Tuhan dapat memfokuskan seluruh pikiran dan waktu mereka hanya untuk Allah.

Di tengah kesibukan, marilah kita bertekad menjaga fokus hidup, terutama ketika tiba hari yang kita khususkan untuk Tuhan. Terkadang kita terlalu sibuk dengan pekerjaan dan pendidikan sehingga tidak sungguh-sungguh berfokus dalam beribadah. Mari kita mulai sungguh-sungguh memberikan yang terbaik ketika beribadah kepada Tuhan, tidak hanya dalam hal materi, tetapi juga dalam hal waktu dan pikiran.

Berikanlah yang terbaik kepada Tuhan agar kita dapat berfokus beribadah kepada-Nya. Perjumpaan kita dengan Tuhan adalah di dalam pertemuan ibadah yang kudus. Hormatilah Tuhan dengan hidup kita. [HOS]

Doa: Trimakasih Ya Tuhan atas kasih dan kemurahanmu berikan kami waktu untuk selalu berfokus  dalam menjalankan  ibadah dengan baik. Amin
Share:

Keadilan bagi Semua



Bilangan 27:1-11

Keadilan harus diperjuangkan. Hal ini terlihat dalam nas hari ini yang menceritakan tentang masalah hukum yang belum ada penyelesaiannya dalam peraturan yang ada. Kasusnya adalah lima anak perempuan Zelafehad dari suku Manasye yang kehidupannya terancam karena ayah mereka tidak memiliki penerus (3-4).

Dalam keadaan biasa, tanah keluarga jatuh ke tangan anak laki-laki karena hanya kaum laki-laki yang mempunyai hak untuk mewarisi nama keluarga dan tanah. Tanpa anak laki-laki, nama keluarga mereka akan hilang dari bangsa Israel dan tidak ada tanah yang diwariskan. Tanpa hak waris, mereka tidak bisa ikut mewarisi perjanjian Allah bagi Israel.

Hal inilah yang membuat kasus anak perempuan ini mendesak sekali untuk direspons. Mereka memohon keadilan Tuhan. Mereka tidak ingin menghilang dari umat Tuhan. Hal yang menarik adalah Tuhan memenuhi permintaan mereka sehingga Ia memunculkan peraturan baru (7-11). Kaum perempuan pun dapat mengeklaim hak dan nama keluarganya supaya tidak terhapuskan dari masyarakat.

Kondisi ini menunjukkan keadilan Allah. Bagi Allah, laki-laki dan perempuan memiliki hak yang sama. Kasus ini membantu kita untuk berlaku adil kepada siapa pun. Laki-laki atau perempuan memiliki hak yang sama dalam masyarakat. Di dalam berkat perjanjian Tuhan, tidak ada seorang pun yang ditinggalkan. Seperti kelima perempuan ini, kita pun perlu memperjuangkan keadilan, baik untuk diri sendiri maupun mereka yang berhak mendapatkan bagiannya.

Mari kita bersyukur karena Allah kita bukanlah Allah yang membeda-bedakan manusia. Laki-laki maupun perempuan mendapat bagian dalam berkat pemeliharaan Allah. Sebagai umat Tuhan, sudah sepatutnya kita memperjuangkan hak orang-orang di sekitar kita.

Marilah kita wujudkan rasa syukur dengan memperlakukan orang-orang di sekitar kita dengan kasih dan keadilan. Sebagai orang yang telah dimerdekakan oleh Allah, kita sebaiknya tidak mengumbar tindakan yang membuat orang lain menjadi tertindas. [HOS]

Doa. Tuhan terima kasih ajari kami senantiasa mensyukuri apa yang ada di sekitar ku dengan selalu hidup dengan kasih dan keadilan Mu. Amin
Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.