Bila Tuhan Menuntun
Prioritaskan Tuhan!
Kembalikan Fokus Kita!
Berdoalah setiap waktu
Sandaran Hati
Ibadah di Hadapan Allah
Sandaran Hati
Baca: Mazmur 84
"Berbahagialah manusia yang kekuatannya di dalam Engkau,"
(Mazmur 84:6)
Manusia hidup tak pernah luput dari masalah. Tetapi pemazmur menyatakan berbahagia manusia yang saat dalam masalah menyandarkan kekuatannya hanya kepada Tuhan. Jadi bukan seberapa besar masalah yang kita alami, namun bagaimana tanggapan dan reaksi kita di kala sedang dalam masalah itu. Dalam keadaan terjepit apakah kita mengandalkan kepandaian dan kekuatan sendiri? Ataukah kita mencari sesama lalu bersandar kepadanya?
Adalah bijak bila dalam kesesakan kita bertindak seperti pemazmur berdoa: "Perlihatkanlah kepada kami kasih setia-Mu, ya TUHAN, dan berikanlah kepada kami keselamatan dari pada-Mu!" (Mazmur 85:8). Pada saat-saat yang gawat, kritis, detik-detik saat kita akan tenggelam dan binasa dalam bencana kesulitan apa pun kita harus berseru dan lari kepada Tuhan, mohon keselamatan dari-Nya. Jangan sekali-kali menaruh pengharapan pada manusia karena pertolongan mereka sangat terbatas. Kita akan kecewa karena mereka tak dapat menolong kita. Bahkan sebaliknya ada kemungkinan mereka akan mencela dan mencemooh kita dengan ejekan atau macam-macam perkataan negatif.
Kita harus belajar seperti Daud. Dalam keadaan apa pun ia senantiasa mempersembahkan korban syukur dan bersekutu dengan Tuhan. Daud berkata, "Betapa disenangi tempat kediaman-Mu, ya TUHAN semesta alam! Jiwaku hancur karena merindukan pelataran-pelataran TUHAN; hatiku dan dagingku bersorak-sorai kepada Allah yang hidup." (ayat 2-3). Itulah kunci kemenangan hidup Daud!
Mengapa banyak orang Kristen hidup sebagai pecundang? Karena mereka tidak karib dengan Tuhan. Mereka mendekat kepada-Nya saat perlu saja. Akibatnya saat dalam pergumulan berat langsung stres, mengomel dan mengasihani diri sendiri. Berbeda dengan orang yang senantiasa karib dengan Tuhan, "...yang terus-menerus memuji-muji Engkau. Mereka berjalan makin lama makin kuat," (ayat 5b,8a).
Seberapa besar kerinduan kita mencari Tuhan dan seberapa besar bersandar pada-Nya menentukan besarnya kekuatan kita! Amin
Kembalikan Fokus Kita!
Matius 14:13-36
Banyak orang rela menempuh perjalanan darat demi bertemu dengan Tuhan Yesus. Alkitab mencatat bahwa mereka tiba lebih awal daripada Yesus dan murid-murid-Nya. Mereka berjalan dengan membawa berbagai harapan terhadap Yesus. Demikian pula yang terjadi di Genesaret.
Yesus tergerak hati-Nya oleh perjuangan dan harapan orang banyak, sehingga Dia kemudian menyembuhkan mereka yang sakit. Kekhawatiran pun muncul di tengah para murid. Hari yang mulai gelap dan tempat yang terpencil membuat para murid berpikir untuk menyuruh orang banyak itu pergi ke desa-desa terdekat. Bukannya menyuruh orang banyak itu pergi, Yesus justru menyuruh murid-murid-Nya untuk memberi mereka makan.
Yesus bukannya tidak mengetahui apa yang menjadi kekhawatiran para murid. Sesungguhnya, Yesus sedang mengembalikan fokus mereka kepada hal yang paling utama. Yesus menyadarkan para murid, dari yang semula khawatir menjadi lebih berfokus kepada kehendak Allah. Dengan demikian, mereka bisa lebih mengenal Yesus--Sang Anak Allah--dengan benar.
Ajaran Yesus kepada para murid juga berlaku untuk kita. Apa yang kita lakukan saat sedang khawatir? Apakah kita mencari kehendak Allah atau kita mengandalkan diri sendiri?
Kenyataannya, kita sering kali lebih mengandalkan dan memercayai apa yang dilihat oleh mata kita yang terbatas. Setelah indera penglihatan kita terpuaskan, baru kemudian kita datang kepada Tuhan. Jadi, sebenarnya kita datang bukan untuk mencari kehendak-Nya tetapi justru menyuruh Allah untuk melakukan sesuatu bagi kita. Dari hal yang tidak tepat inilah kita perlu bertobat.
Firman Tuhan kali ini mengingatkan kita bahwa kehendak Allah harus menjadi hal yang utama. Pada saat kekhawatiran mulai datang mengganggu kita, marilah kita kembali berfokus kepada kehendak Allah. Kita tidak lagi menyerah pada tuntutan-tuntutan yang memuaskan indera kita. Percayalah bahwa di balik setiap peristiwa ada kehendak Allah yang ingin dinyatakan di dalam perjalanan hidup kita. Amin
Apa respons Anda?
1. Bagaimana cara Anda mengelola amarah ketika menghadapi tekanan?
Pokok Doa:
Permohonan kepada Tuhan untuk mampu bertindak benar dalam kondisi dan situasi apa pun.
Setia Itu Indah
"Tetapi kata Rut: 'Janganlah desak aku meninggalkan engkau dan pulang dengan tidak mengikuti engkau; sebab ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bermalam: bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku;'" (Rut 1:16)
Ada orang berkata setia itu menyakitkan tetapi akhir dari kesetiaan itu pasti akan indah. Dan di sini kita melihat bukti kesetiaan yang berujung pada keindahan.
Kisah Rut adalah kisah yang sangat mengharukan di mana dalam kisah ini menceritakan keluarga Naomi yang karena terjadi kelaparan di Israel mereka pergi ke tana Moab untuk bertahan hidup. Waktu peristiwa itu dikatakan dalam kitab Hakim-hakim 21:25 "Pada zaman itu tidak ada raja di antara orang Israel; setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri." Jadi mereka berkeinginan sendiri untuk pergi ke bangsa Moab, yang sebenarnya orang Israel tidak boleh kawin-mawin dengan bangsa lain. Mereka adalah "...Elimelekh, nama isterinya Naomi dan nama kedua anaknya Mahlon dan Kilyon, semuanya orang-orang Efrata dari Betlehem-Yehuda; dan setelah sampai ke daerah Moab, diamlah mereka di sana." (Rut 1:2).
Namun apa yang dialami oleh keluarga ini atau Naomi dalam peristiwa ini? Suaminya dan kedua anaknya meninggal, yang tertinggal hanya kedua menantunya perempuan bernama Orpa dan Rut Setelah peristiwa itu Naomi mendengar Tuhan memberkati Israel sehingga timbullah keinginan Naomi untuk kembali ke Israel dengan meninggalkan daerah Moab. Naomi mendesak Orpa dan Rut untuk tidak ikut. Orpa pun bersedia untuk tidak mengikuti ibu mertuanya, namun berbeda dengan Rut dengan perkataan yang luar biasa yang dia ucapkan (ayat nas). Perkataan ini menunjukan kesetiaan, janji yang kokoh, serta komitmen yang kuat.
Rut adalah wanita dari bangsa Moab. Kalau kita mempelajari asal-usul bangsa Moab, bangsa ini adalah dari hasil hubungan Lot dengan anaknya. Alkitab mencatat: "Lalu mengandunglah kedua anak Lot itu dari ayah mereka. Yang lebih tua melahirkan seorang anak laki-laki, dan menamainya Moab; dialah bapa orang Moab yang sekarang." (Kejadian 19:36-37). Luar biasa! Alkitab kita adalah firman Allah yang tidak menyembunyikan perbuatan dosa, semua dibukakan kepada kita untuk menjadi pelajaran bagi kita dan melihat kasih Allah yang dinyatakan bagi kita umat-Nya.
Ada hal penting yang menjadi pelajaran bagi kita dari kisah ini. Belajar dari komitmen seorang wanita bernama Rut yang setia mengikuti mertuanya, meninggalkan keluarganya, meninggalkan bangsanya, bahkan meninggalkan keyakinannya dari penyembahan berhala dan beriman kepada Allah Israel. Apakah kita seperti Rut yang mau meninggalkan segalah kebanggaan kita demi pelayanan? Kalau dipikir buat apa Rut mengikuti Naomi yang tidak punya apa-apa lagi. Pasti Rut sudah berpikir dia akan menderita nanti. Pasti juga kita akan berpikir panjang jikalau kita menjadi Rut. Buat apa lagi mengikuti Naomi, di tanah Moab sudah nyaman. Atau jika kita punya anak seperti Rut pasti kita akan melarang mengikuti Naomi, bukan?
Rut melihat masa depannya karena percaya kepada Allah Israel yang diyakini keluarga Naomi. Rut menunjukan kesetiaannya kepada kita untuk tetap setia tanpa memandang kekayaan, jabatan, atau kedudukan. Jangan nanti suami banyak uang baru setia. Rut adalah keturunan bangsa kafir, tetapi Allah memakai keturunan ini melahirkan Sang Mesias, Juruselamat kita, Yesus Kristus. Rut menikah dengan Boas ketika ia tiba di Israel. "Salmon memperanakkan Boas, Boas memperanakkan Obed, Obed memperanakkan Isai dan Isai memperanakkan Daud." (Rut 4:21-22). Wah luar biasa bagaimana Allah menunjukkan kasih-Nya memakai bangsa kafir sekalipun melahirkan Juruselamat.
Di sinilah kita mempelajari kesetiaan Allah dan belajar dari kisah Rut yang setia mengikuti Naomi sebagai menantunya sampai Rut menjadi berkat. Walaupun banyak tantangan dan persoalan yang dialaminya seperti ia yang harus bekerja memungut jelai di ladangnya Boas, tetapi ia tetap setia karena Rut percaya kepada Allah. Kesetiaan Allah dibuktikan