Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

Seandainya Tuhan Tak Melakukannya

"Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu." (Daniel 3:17-18)

Sadrakh, Mesakh, dan Abednego yang setia kepada Tuhan tidak mau menyembah patung emas (dewa) yang dibuat oleh raja Nebukadnezar. Resiko tindakan itu adalah mereka akan jatuh ke dalam hukuman mati yaitu dibuang ke dalam perapian yang menyala-nyala.
Kesetiaan Sadrakh, Mesakh, dan Abednego kepada Tuhan adalah karena mereka percaya bahwa Allah sanggup melakukan segala hal termasuk menyelamatkan mereka dari nyala api yang dibuat untuk menghukum mereka atas titah raja Nebukadnezar.
Setiap orang percaya kepada Tuhan sebaiknya selalu percaya bahwa Allah mampu menolong umat-Nya dari berbagai macam nyala api kehidupan di dunia ini.
Hal lebih besar yang dimiliki oleh Sadrakh, Mesakh, dan Abednego adalah bahwa meskipun seandainya Allah tidak menolong mereka dari nyala api karena tidak menyembah patung yang dibuat oleh Nebukadnezar, mereka akan tetap menyembah Allah dan tidak akan menyembah sesuatu yang lain selain Allah.
Menyembah Allah adalah panggilan mulia untuk dilakukan sebab Allah menolong kita dari berbagai bentuk nyala api kehidupan. Wujud kesetiaan yang paling besar ialah bahwa jika seandainya Allah tidak menolong dalam nyala api yang dibuat oleh manusia, hal itu tidak akan membuat orang percaya berhenti menyembah Allah.
"Masuklah, marilah kita sujud menyembah, berlutut di hadapan TUHAN yang menjadikan kita." (Mazmur 95:6)
Mari  apapun yang terjadi tetap menyembah Allah. Amin
Share:

Melakukan Segala Sesuatu dengan Sungguh!

Baca: Ibrani 6:9-20

"Tetapi kami ingin, supaya kamu masing-masing menunjukkan kesungguhan yang sama untuk menjadikan pengharapanmu suatu milik yang pasti, sampai pada akhirnya," (Ibrani 6:11)
Keberhasilan seorang atlet mendapatkan gelar juara dalam sebuah pertandingan bukanlah sesuatu yang instan, tapi buah dari kesungguhannya dalam berlatih, taat kepada instruksi pelatih. Tanpa kesungguhan, mustahil mereka berhasil! Bukan hanya di bidang olahraga, tapi juga di segala bidang kehidupan ini termasuk dalam hal kerohanian. Jadi kesungguhan kita dalam mengerjakan segala sesuatu adalah faktor penting dalam menentukan keberhasilan. Sebagus apa pun suatu teori atau secemerlang apa pun ide seseorang jika tidak disertai oleh tindakan yang serius atau sungguh-sungguh akan menghasilkan yang biasa-biasa dan tidak maksimal. Bagaimana dengan kita? Tuhan berkata, "Aku mengasihi orang yang mengasihi aku, dan orang yang tekun mencari aku akan mendapatkan daku." (Amsal 8:17).
Bersungguh-sungguh artinya melakukan sesuatu dengan segenap hati, pikiran, tenaga dan kemampuan di dalam semangat dan rasa penuh tanggung jawab. Inilah yang dikehendaki Tuhan! Sudahkah kita bersungguh-sungguh dalam segala hal? Ataukah selama ini kita belum bersungguh-sungguh? Kita melakukan segala sesuatu dengan asal-asalan, setengah-setengah, sambil bersungut-sungut, mengomel, menggerutu, seperti bangsa Israel ketika berada di padang gurun? Ingat, mereka yang tidak bersungguh-sungguh akhirnya mati di padang gurun sebelum mencapai tanah perjanjian; mereka tidak menikmati janji Tuhan sepenuhnya. "Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah." (Kolose 3:23-24a).
Bila kita ingin menikmati dan mengalami berkat-berkat Tuhan kita pun harus bersungguh-sungguh dalam segala hal. Anugerah karunia, talenta dan potensi yang begitu besar dari Tuhan harus kita maksimalkan. Bagaimana hidup kita bisa berdampak dan menjadi berkat bagi dunia bila kita menghasilkan karya yang biasa-biasa saja?
Mulai hari ini sungguh-sungguhlah mengerjakan tugas yang Tuhan percayakan! Amin
Share:

Tuhan Sanggup Menyediakan

Baca: Matius 6:25-34
"Salomo dalam segala kemegahannyapun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu." (Matius 6:29)

Saat bangun dari tidur seringkali pikiran kita langsung dipenuhi kekuatiran dan kecemasan tentang apa yang hendak kita makan, minum dan pakai. Selama kita terus kuatir berarti kita belum percaya sepenuhnya kepada Tuhan. Belajarlah dari Ayub: "Karena yang kutakutkan, itulah yang menimpa aku, dan yang kucemaskan, itulah yang mendatangi aku. Aku tidak mendapat ketenangan dan ketenteraman; aku tidak mendapat istirahat, tetapi kegelisahanlah yang timbul." (Ayub 3:25-26). Berhentilah untuk kuatir dan cemas!

Tuhan memerintahkan kita untuk tidak kuatir dan cemas tentang kebutuhan hidup kita karena sesungguhnya Tuhan tahu persis apa yang kita butuhkan. Jika Tuhan begitu bermurah hati memelihara burung-burung di udara, "...yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung," (ayat 26), serta mendandani bunga bakung di ladang, "...yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal," (ayat 28), bukankah keberadaan kita ini lebih berharga di mata Tuhan? Tuhan sendiri menegaskan, "Oleh karena engkau berharga di mata-Ku dan mulia, dan Aku ini mengasihi engkau," (Yesaya 43:4).
Salomo saja dalam segala kemegahannya pun tidak berpakaian seindah dari salah satu bunga bakung. Padahal Salomo adalah seorang raja yang sangat kaya raya, "Raja Salomo melebihi semua raja di bumi dalam hal kekayaan dan hikmat." (1 Raja-Raja 10:23). Pernyataan "Ia akan terlebih lagi mendandani kamu," (ayat 30) merupakan janji Tuhan kepada anak-anak-Nya yang hidup di zaman yang penuh dengan problema ini. Tuhan akan bertanggung jawab penuh atas kehidupan orang-orang yang punya penyerahan diri penuh kepada-Nya.
Tuhan adalah penyedia bagi kita. Mengutamakan Tuhan berarti menjadi pelaku firman, memiliki kehidupan yang sesuai dengan standar Kerajaan Allah. Sebagai orang percaya, sesungguhnya kewargaan kita adalah dalam sorga (baca Filipi 3:20). Adalah wajar jika kita pun dituntut mengutamakan perkara-perkara yang di atas.
"Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia." (1 Korintus 2:9)
Sudahkah Tuhan menjadi utama dalam hidup anda? Amin
Share:

Yesus Utamakan Doa

Markus 1:35-39

"Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana." (Markus 1:35)

Berdoa adalah hal terpenting dalam kehidupan dan pelayanan Tuhan Yesus! Sebelum menyatakan diri-Nya dan menjalankan pekerjaan yang dipercayakan Bapa kepada-Nya, Tuhan Yesus terlebih dahulu mengasingkan diri di padang gurun untuk berdoa dan berpuasa selama 40 hari 40 malam lamanya. Karena kekuatan doa inilah Tuhan Yesus mampu mengalahkan segala tipu muslihat Iblis yang ditujukan kepada-Nya (baca Matius 4:1-11). Begitu juga selama pelayanan-Nya, Alkitab mencatat bahwa Tuhan Yesus seringkali pergi menyendiri untuk berdoa. Bahkan, hingga saat-saat terakhir hidup-Nya di kayu salib, Tuhan Yesus pun masih berdoa, bukti nyata bahwa Ia mengutamakan doa.

Pagi-pagi benar sebelum matahari terbit Yesus telah bangun dan berdoa kepada Bapa, dan seringkali juga sepanjang malam dalam kesunyian di atas gunung Ia berdoa sendirian: "Setelah Ia berpisah dari mereka, Ia pergi ke bukit untuk berdoa." (Markus 6:46). Lukas juga mencatat: "Pada waktu itu pergilah Yesus ke bukit untuk berdoa dan semalam-malaman Ia berdoa kepada Allah." (Lukas 6:12). Perhatikan ayat ini: "Dalam hidup-Nya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, dan karena kesalehan-Nya Ia telah didengarkan." (Ibrani 5:7). Karena memiliki kehidupan doa yang luar biasa Yesus tampil sebagai pribadi yang luar biasa pula dan penuh kuasa.

Membangun persekutuan dengan Bapa, melibatkan Bapa dalam setiap kehendak dan rencana-Nya adalah kunci keberhasilan pelayanan Yesus. Meski selalu menjadi incaran banyak orang yang memusuhi dan berusaha menjatuhkan-Nya, Ia mampu menguasai diri-Nya dan tetap tenang karena Ia selalu menempatkan doa sebagai hal yang utama. "Karena itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa." (1 Petrus 4:7b). Selama 3,5 tahun pelayanan-Nya di bumi Yesus bukan hanya mengajar murid-murid-Nya secara teori tetapi juga secara praktis tentang pentingnya berdoa!

Tuhan Yesus memberikan teladan hidup bagaimana Ia menempatkan doa sebagai hal utama dalam hidup-Nya, supaya kita pun mengikuti jejak-Nya.
Bagaimana dengan anda. Apakah ada waktu berdoa seperti Yesus mengutamakan doa? Amin
Share:

Mengerjakan Keselamatan

Bacaan: FILIPI 2:12-18

Saudara-saudaraku yang terkasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih lagi sekarang waktu aku tidak hadir. (Filipi 2:12)


Pembacaan dan pemahaman yang tidak cermat terhadap nas ini-dulu-membuat saya mengira bahwa keselamatan bergantung pada usaha saya sendiri. Setelah bertahun-tahun dalam pelayanan jemaat, saya juga menemukan banyak orang Kristen yang memiliki pemahaman demikian. Lalu, apa sebenarnya maksud Paulus?

Paulus menujukan surat ini kepada orang-orang yang sudah percaya dan telah menerima anugerah keselamatan dari Kristus. Namun itu tidak lantas membuat mereka tidak melakukan apa-apa ataupun bisa hidup sesuka hati. Mereka harus "mengerjakan keselamatan" (Yunani: katergazomai), yang bermakna "menyelesaikan atau mengerjakannya hingga akhir". Mereka diminta agar terus-menerus hidup selaras dengan ajaran keselamatan yang telah mereka terima. Mereka telah terbukti menaati Allah ketika Paulus ada di tengah mereka. Ia ingin agar mereka menaati Allah sampai akhir, selama hidup mereka, walau tanpa kehadiran Paulus.

Jadi, mengerjakan keselamatan berarti senantiasa hidup berpegang kepada firman Allah. Contohnya ialah dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah dalam melakukan segala sesuatu (ay. 14). Menjalani hidup yang benar menjadikan kita seperti bintang yang bercahaya sehingga menjadi tuntunan bagi orang-orang yang hidup dalam kegelapan (ay. 15). Ini berarti kita menghidupi status kita sebagai orang yang telah diselamatkan Kristus, menunjukkannya melalui hidup yang memuliakan Allah, juga menjadi berkat bagi sesama. Karenanya, marilah mengerjakan keselamatan kita setiap hari! Amin. 

MENJALANI HIDUP DENGAN BERPEGANG PADA FIRMAN TUHAN DAN MENAATINYA

MERUPAKAN TANDA BAHWA KITA SEDANG MENGERJAKAN KESELAMATAN KITA.

Share:

Bahaya Tidak Nyata

Bacaan: MATIUS 26:36-46

Setelah itu Ia kembali kepada murid-murid-Nya itu dan mendapati mereka sedang tidur. Lalu Ia berkata kepada Petrus, "Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku" (Matius 26:40)

Semasa kecil, anak-anak sulit diberi tahu tentang keadaan bahaya. Mereka bermain bebas, terkadang meniru adegan berbahaya di film laga atau kartun. Larangan, bahkan teriakan orang tua tidak mereka hiraukan. Sebab anak belum mampu memahami bahaya nyata sebagaimana orang dewasa. Di pihak lain, anak jauh lebih takut kepada bayangan atau suara aneh yang sebenarnya tidak berbahaya.

Yesus juga memiliki cara pandang yang berbeda dengan para murid-Nya tentang bahaya. Di sebuah peristiwa, Yesus bisa-bisanya tertidur lelap di perahu tatkala murid-murid-Nya panik menghadapi angin ribut yang menerjang mereka (Mat 8:24). Ketika dibangunkan, Yesus justru menegur murid-Nya dan mempertanyakan ketakutan mereka. Berbeda sekali ketika berada di taman Getsemani. Ketiga murid Yesus diminta-Nya untuk berjaga dan berdoa. Ironis, ketika Yesus bergumul berat, ketakutan, dan berdoa dengan sungguh-sungguh, ketiga murid-Nya justru tertidur. Rupanya apa yang dipandang bahaya oleh murid Yesus bukanlah bahaya sesungguhnya. Sebaliknya, para murid justru memandang ringan yang Tuhan pandang serius, yaitu kurangnya doa ketika berhadapan dengan pencobaan.

Mungkin kita sedang bergumul dengan yang kita anggap sebagai ancaman nyata. Tentu tidak salah bahwa kita memohon kecukupan keuangan dan kesehatan. Namun benarkah kekurangan itu adalah ancaman sesungguhnya? Bahaya nyata adalah ketika kita mulai kendur berdoa. Siapa tahu tekanan pencobaan segera melanda, lalu kita terjatuh dalam dosa akibat kurang waspada. Amin. 

BERJAGA-JAGA DAN BERDOA ADALAH CARA KITA MENGHADAPI BAHAYA
YANG TIDAK NYATA AGAR TIDAK TERJATUH DALAM PENCOBAAN.
Share:

Libatkan Tuhan di Setiap Pekerjaan

Keluaran 31:1-11

"Lihat, telah Kutunjuk Bezaleel bin Uri bin Hur, dari suku Yehuda, dan telah Kupenuhi dia dengan Roh Allah, dengan keahlian dan pengertian dan pengetahuan, dalam segala macam pekerjaan," (Keluaran 31:2-3)

Tuhan menghendaki anak-anak-Nya memiliki kualitas hidup yang berbeda dengan dunia! Karena itu firman-Nya mengajar kita untuk melakukan setiap pekerjaan dengan kualitas yang terbaik, bukan secara asal-asalan, sehingga mencapai hasil yang maksimal. Alkitab mengajar kita untuk melakukan setiap pekerjaan dengan kualitas yang terbaik. Jadi, "Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus adalah tuan dan kamu hamba-Nya." (Kolose 3:23-24). Kita diperintahkan untuk bekerja dengan sebaik mungkin tanpa memandang jenis pekerjaannya. Ini firman Tuhan, bukan perkataan manusia!

Ada dua orang yang dipilih Tuhan untuk terlibat dalam proses pembangunan Kemah Suci dan segala kelengkapannya, yaitu Bezaleel dan Aholiab. Bezaleel orang yang ahli dalam hal benda-benda berharga dan perhiasan-perhiasan, termasuk ukiran-ukiran. Aholiab adalah seorang yang ahli dalam hal pembuatan perkakas-perkakas, pakaian dan juga kelengkapan para imam dan orang Lewi. Tuhan berkenan memenuhi mereka dengan Roh-Nya. Pengertian "dipenuhi dengan Roh Tuhan" artinya: diperlengkapi dan diberi kemampuan rohani untuk pelayanan khusus bagi Tuhan: "...untuk membuat berbagai rancangan supaya dikerjakan dari emas, perak dan tembaga;" (ayat 4) dan "...untuk mengasah batu permata supaya ditatah; untuk mengukir kayu dan untuk bekerja dalam segala macam pekerjaan." (ayat 5).

Untuk dapat melakukan pekerjaan dengan kualitas yang terbaik kita harus selalu melibatkan Tuhan dan meminta tuntunan-Nya. Dalam praktek hidup sehari-hari kita sering merasa diri mampu, hebat, pintar dan berpengalaman, sehingga kita merasa tak membutuhkan campur tangan Tuhan. Namun, begitu kita menuai kegagalan atau hasil yang diraih tak seperti yang diharapkan, kita langsung marah dan menyalahkan Tuhan.

"Bukan dengan keperkasaan dan bukan dengan kekuatan, melainkan dengan roh-Ku, firman TUHAN semesta alam." (Zakharia 4:6a)
Sudahkah kita melibatkan Tuhan dalam segala karyamu hari ini. Dia tidak pernah terlambat untuk menolongmu. Terimalah Dia dalam hatimu. Amin.
Share:

Tak Pernah Ditinggalkan

Baca: Mazmur 37:27-29

"...Ia tidak meninggalkan orang-orang yang dikasihi-Nya." (Mazmur 37:28a)

Ada saat di mana kita pernah menghadapi situasi-situasi sulit yang dapat menyebabkan kita merasa sendiri, sepi, ditinggalkan, dan tak dipedulikan: ada orang tua yang mulai terserang rasa sepi tatkala anak-anaknya sudah berumah tangga dan tidak lagi tinggal bersamanya; ada anak-anak yang harus menjalani hari-harinya dengan luka hati yang terus membekas karena ditelantarkan oleh orang tuanya; ada pula istri yang harus menanggung hidup yang teramat berat yang membuatnya menangis sepanjang malam, karena telah ditinggalkan atau dikhianati oleh suami tercinta yang pergi dengan wanita lain.

Contoh di atas menunjukkan bahwa rasa sepi atau merasa sendiri dapat melanda semua orang, tanpa terkecuali, dan tanpa mengenal usia dan status, terlebih-lebih ketika dihadapkan pada masalah berat dan tiada seorang pun dapat menolong. Dalam situasi seperti itu sikap mengasihani diri sendiri muncul dan kita pun mulai berpikir Tuhan telah meninggalkan kita dan tidak lagi peduli dengan keadaan kita.

Bagaimana cara mengatasi masalah tersebut sehingga kita tidak lagi merasa sepi, sendiri dan ditinggalkan? Pertama, mendekatlah kepada Tuhan. Bangunlah keintiman dengan Tuhan secara personal melalui saat teduh setiap hari. Saat kita tinggal dekat dengan Tuhan melalui doa, kita akan merasakan ketenangan. Daud menyatakan "Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatanku." (Mazmur 62:2). Karena itu "Carilah TUHAN selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepada-Nya selama Ia dekat!" (Yesaya 55:6) dan nyatakanlah semua masalahmu, pergumulanmu, bebanmu dan keluh kesahmu kepada-Nya.
Kedua, pegang janji firman Tuhan. Adalah salah besar jika kita berpikir bahwa Tuhan meninggalkan kita dan tidak memedulikan kita. Justru kita yang seringkali meninggalkan Tuhan dan tidak lagi melibatkan Dia dalam hidup ini. Keberadaan orang percaya adalah berharga di mata Tuhan: "...engkau berharga di mata-Ku dan mulia, dan Aku ini mengasihi engkau," (Yesaya 43:4), karena itu "...TUHAN tidak akan membuang umat-Nya, dan milik-Nya sendiri tidak akan ditinggalkan-Nya;" (Mazmur 94:14).
"TUHAN itu dekat kepada orang-orang yang patah hati, dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya." (Mazmur 34:19)
Gimana rasanya di tinggalkan Tuhan. Tentu mati dan binasa. Tidak ada artinya dalam hidup ini. Mari jangan sampai ditinggalkan. Amin
Share:

Tidak Sia-sia Mengikut Kristus (1)

Baca: Markus 10:28-31

"...dan pada zaman yang akan datang ia akan menerima hidup yang kekal." (Markus 10:30)

Di setiap masa selalu banyak orang Kristen kehilangan semangat dalam pengiringannya kepada Tuhan. Mereka tidak lagi antusias terhadap perkara-perkara rohani. Apa penyebabnya? Mereka berpikir bahwa dengan menjadi pengikut Kristus akan terbebas dari masalah, kesulitan atau penderitaan. Kenyataannya? Masalah demi masalah, ujian demi ujian harus mereka alami, sementara kehidupan orang-orang di luar Tuhan sepertinya enak dan lancar-lancar saja. Kita benar-benar dibuat iri dan cemburu bila memperhatikan mereka. Hal ini juga dialami oleh pemazmur. "...aku cemburu kepada pembual-pembual, kalau aku melihat kemujuran orang-orang fasik." (Mazmur 73:3). Mungkin kita bertanya dalam hati apa upah kita mengikut Kristus seperti yang Petrus sampaikan kepada Yesus. Lalu, sia-siakah kita mengikut Tuhan?

Rasul Paulus memberi nasihat, "...saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia." (1 Korintus 15:58). Yesus menegaskan pula bahwa ada upah yang Dia sediakan bagi orang-orang yang setia mengiring Tuhan, "orang itu sekarang pada masa ini juga akan menerima kembali seratus kali lipat: rumah, saudara laki-laki, saudara perempuan, ibu, anak dan ladang, sekalipun disertai berbagai penganiayaan, dan pada zaman yang akan datang ia akan menerima hidup yang kekal." (ayat 30). Bila kita menyadari ada upah yang disediakan Tuhan bagi setiap orang yang percaya, maka tidak seharusnya kita menjadi lemah, kecut dan tawar hati. Justru kita harus makin sungguh-sungguh dan giat melayani pekerjaan Tuhan.

Musa rela meninggalkan istana Firaun dan segala kemegahannya demi memenuhi panggilan Tuhan, meski harus menderita sengsara bersama umat Israel di padang gurun. Bagi Musa, beroleh kepercayaan untuk memimpin umat Israel dan melayani Tuhan itu "...sebagai kekayaan yang lebih besar dari pada semua harta Mesir, sebab pandangannya ia arahkan kepada upah." (Ibrani 11:26).

Selagi waktu dan kesempatan masih ada, jangan pernah sia-siakan. Mari kita maksimalkan setiap potensi atau talenta yang sudah diberikan Tuhan bagi kita. Kiranya Tuhan memberikan kita untuk tidak menyiakannya. Amin
Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.