Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

Karena Kebaikan Tuhan Semata

Baca: 2 Samuel 22:31-51 
"Juga Kauberikan kepadaku perisai keselamatan-Mu, dan kebaikan-Mu telah membuat aku besar." (2 Samuel 22:36b)
Ketika memilih seorang pemimpin hal pertama yang biasa orang perhatikan adalah faktor penampilan luar atau serentetan prestasi yang telah diraih. Tak terkecuali nabi Samuel yang juga terkecoh dengan penampilan dan kelebihan-kelebihan yang terlihat mata jasmani, sehingga ketika dipanggil Tuhan untuk mengurapi orang yang dipersiapkan sebagai pengganti raja Saul ia hampir yakin bahwa anak tertua Isai lah yang sangat pantas untuk menggantikan: "Ketika mereka itu masuk dan Samuel melihat Eliab, lalu pikirnya: 'Sungguh, di hadapan TUHAN sekarang berdiri yang diurapi-Nya.' Tetapi berfirmanlah TUHAN kepada Samuel: 'Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati.'" (1 Samuel 16:6-7).
Berbeda sekali dengan manusia yang selalu memperhatikan bagian luarnya, Tuhan selalu melihat hati manusia! Itulah sebabnya Eliab, Abinadab, Syama dan saudara-saudaranya yang lain tak terpilih oleh Tuhan. Bertanyalah Samuel kepada Isai, "'Inikah anakmu semuanya?' Jawabnya: 'Masih tinggal yang bungsu, tetapi sedang menggembalakan kambing domba.'" (1 Samuel 16:11). Tersirat dalam benak Isai bahwa mustahil anak bungsunya (Daud) yang kerjanya hanya menggembalakan kambing domba akan dipilih menjadi raja, sementara kakak-kakaknya yang secara manusia memenuhi kriteria saja ditolak oleh Tuhan.
Itulah jalan pikiran manusia, tapi Tuhan berfirman pada Samuel, "Bangkitlah, urapilah dia, sebab inilah dia." (1 Samuel 16:12b). Justru Daud, orang yang kurang diperhitungkan, bahkan dipandang remeh oleh ayahnya sendiri, yang Tuhan pilih dan diurapi-Nya. Bukan karena keelokan parasnya seperti yang dikisahkan: "Ia kemerah-merahan, matanya indah dan parasnya elok." (1 Samuel 16:12a). Daud punya sesuatu yang tak dimiliki oleh saudara-saudaranya yaitu hati yang bergantung sepenuhnya kepada Tuhan dan selalu terbuka untuk diselidiki dan dikoreksi, sebagai tanda kerendahan hati. Karena itu Daud mengakui bahwa hanya karena kebaikan Tuhan saja jika dia menjadi besar dan bisa melangkah sampai sejauh itu!
"Ia tidak menahan kebaikan dari orang yang hidup tidak bercela." (Mazmur 84:12)
Mari jadikan hidup kita penuh rendah hati supaya kebaikan Tuhan memberikan kepada hidup kita apa yang kita inginkan dan butuhkan. Amin
Share:

Pelayanan dan Keteladanan Yesus

Yohanes 13:1-20 
Injil Yohanes ditulis dengan pengelompokan menjadi dua bagian. Pasal 1-12 berisi narasi-narasi pelayanan Yesus kepada publik yang jumlahnya makin hari makin bertambah. Kemudian, pasal 13-17 memuat pelayanan Yesus kepada murid-murid-Nya. Pengajaran Yesus yang khusus dicatat oleh Yohanes pada bagian ini tidak terdapat di dalam Injil Sinoptik-Matius, Markus, dan Lukas. Pengajaran ini disampaikan pada sore sampai malam hari sebelum Yesus ditangkap di taman Getsemani.

Serangkaian perintah dan pengajaran yang disampaikan Yesus diawali dengan perbuatan nyata yang menunjukkan bahwa Ia mengasihi murid-murid-Nya, termasuk Yudas sekalipun, yang masih ada di tengah-tengah para murid. Yesus tahu bahwa saat-Nya untuk menyelesaikan misi penyelamatan manusia dari Allah akan segera tiba (1).

Yesus memperagakan pengajaran-Nya tentang kasih kepada murid-murid dengan bertindak layaknya seorang hamba yang membasuh kaki mereka satu per satu. Pembasuhan itu juga dimaknai sebagai pembersihan (4-5).

Seusai Yesus melakukan pembasuhan, Ia menegaskan agar murid-murid-Nya tidak meninggikan diri, tetapi mau merendahkan hati dan melayani sesama dengan tulus dan sungguh-sungguh, bahkan harus rela merendahkan diri untuk saling melayani satu sama lain.

Pelayanan dan keteladanan, itulah dua hal yang Yesus berikan kepada para murid, kepada orang banyak di masa itu, dan kepada kita hari ini. Ia melayani karena kasih dan dengan kasih. Ia memberikan teladan dalam hal saling mengasihi. Sebelum Yesus secara khusus meminta kepada para murid untuk melayani dan menjadi teladan bagi banyak orang, Yesus telah lebih dahulu melakukannya. Ia menunjukkan kasih-Nya dan memberikan kasih tanpa syarat dan tanpa batas. Ia melayani tanpa pandang bulu.

Nas ini mengingatkan kita untuk selalu meneladan Yesus yang adalah Tuhan kita dalam pelayanan dan kasih-Nya. Ia yang mulia dan tidak berdosa merendahkan diri-Nya untuk melayani dan membersihkan kita orang-orang berdosa. Amun
Share:

Hidup adalah Suatu Pilihan

Lukas 13:22-30
"Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu! Sebab Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat." (Lukas 13:24)
Masa Tua itu pasti hidup adalah pilihan. Bagi manusia. Jika Hidup ini adalah sebuah pilihan, kita harus memilih mana yang baik dan benar, mana yang berguna dan bermanfaat. Tidak ada istilah kompromi dalam menjalani hidup ini, sebab kita semua tahu bahwa tidak ada orang yang dapat berdiri di atas dua perahu dengan kedua kakinya sekaligus. Kita tidak bisa terus-menerus berada di persimpangan jalan, mau tidak mau kita harus membuat ketegasan dalam memilih! Keputusan yang kita ambil itulah yang akan menentukan apakah kita akan berhasil atau gagal dalam hidup ini.

Demikian dalam hidup kerohanian, kita juga dihadapkan pada pilihan hidup: taat atau tidak taat, berjalan menurut kehendak sendiri atau menurut kehendak Tuhan, berkat atau kutuk. Tuhan menegur jemaat di Laodikia oleh karena mereka "tidak dingin dan tidak panas" alias suam-suam kuku. "Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku." (Wahyu 3:16). Hidup di zaman ini seringkali kita diombang-ambingkan antara memilih kenikmatan dan kesenangan dunia yang sifatnya hanya sementara, ataukah tetap berjuang melawan keinginan daging, yang meski sakit tapi mendatangkan upah yaitu kehidupan kekal.

Pergumulan berat juga di alami oleh orang-orang yang hidup di zaman Perjanjian Lama, di mana Tuhan menghadapkan mereka pada pilihan hidup: "Ingatlah, aku menghadapkan kepadamu pada hari ini kehidupan dan keberuntungan, kematian dan kecelakaan, karena pada hari ini aku memerintahkan kepadamu untuk mengasihi TUHAN, Allahmu, dengan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya dan berpegang pada perintah, ketetapan dan peraturan-Nya, supaya engkau hidup dan bertambah banyak dan diberkati oleh TUHAN,..." (Ulangan 30:15-16).

Jangan pernah terbuai dengan apa yang tampak indah menurut mata jasmaniah, tetapi pastikan bahwa yang kita pilih adalah pilihan yang benar dan sesuai kehendak Tuhan, "Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya; karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya." (Matius 7:13-14).
Pilihan hidup harus tegas! Jangan sekali-kali melakukan tindakan berkompromi! Amin
Share:

Menghormati Kristus Sang Raja

Yohanes 12:12-19 

Pernahkah kita menyambut datangnya seorang pembesar? Bagaimana seharusnya penyambutan yang kita lakukan? Apakah bentuk penyambutan itu telah menunjukkan sikap hormat kita kepadanya?

Nas ini merupakan penggenapan dari nubuat tentang Yesus sebagai Raja (13, 15). Orang-orang yang hadir dalam perayaan Paskah sangat gembira ketika mendengar bahwa Yesus sedang dalam perjalanan menuju ke Yerusalem (12). Figur yang selama ini hanya mereka dengar akan hadir di tengah-tengah mereka; karena itu, secara spontan mereka menyongsong Yesus (18). Ini dampak kebangkitan Lazarus yang menjadi peristiwa fenomenal.
Daun-daun palem yang mereka bawa adalah bentuk penghormatan istimewa yang biasa dilakukan untuk menyambut para pahlawan yang pulang dari medan pertempuran dengan membawa kemenangan. Para murid baru memahami peristiwa itu setelah kebangkitan Yesus (16). Teriakan "Hosana" bermakna "berilah kiranya keselamatan"; di dalam Kitab Mazmur ucapan ini merupakan pengharapan akan pertolongan dan keselamatan dari Allah. Seruan ini merupakan bentuk pengakuan bahwa Yesus adalah Sang Mesias.
Kita bersyukur karena karya Kristus telah digenapi dan kita dapat melihat semua karya itu. Ia adalah Raja dan segala kuasa ada di dalam tangan-Nya. Sebagai warga kerajaan Allah, marilah kita hidup taat kepada Raja kita. Menghormati Raja adalah kewajiban dan tanggung jawab kita sebagai warga-Nya. Nilai-nilai ketaatan dan penghormatan kita semestinya menyatu dan tercermin di dalam diri kita, bukan hanya ketika kita beribadah, melainkan dalam seluruh kehidupan kita.
Jika kita menghormati Dia sebagai Raja kita, tentunya kita tidak mau mempermalukan nama-Nya dengan menentang perintah-Nya. Kejujuran dalam bekerja, ketulusan untuk memberi, kesetiaan kepada Allah dalam menjalani pergumulan, juga kasih dan sikap peduli kepada orang lain adalah sebagian kecil dari nilai-nilai yang harus dicerminkan sebagai warga kerajaan-Nya. Hosana! Amin
Share:

Pengakuan Terbesar

"Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang gagal." (Ayub 42:2)

Pengakuan Ayub tentang Allah setelah ia mendengar hal-hal besar, di luar kemampuan manusia yang telah dikerjakan Allah (Ayub 38-41).
Dimulai dari pengetahuan. Tanpa pengetahuan tidak ada pengakuan tentang kuasa Allah yang merupakan iman dari orang yang telah mengalami pergumulan kehidupan tentang kuasa Allah.
Hal pertama tentang Allah yang harus diakui ialah bahwa Ia bisa melakukan segala sesuatu, termasuk yang tidak masuk akal. Iman yang hanya sampai pada hal-hal masuk akal atau hanya terbatas pada hal-hal yang menakutkan belum memberi arti apa pun pada hidup.
Hal kedua tentang pengakuan akan Allah ialah bahwa rencana-Nya selalu berhasil. Rencana Allah sering tidak mudah untuk dipahami. Oleh karena itu, hidup ini bukanlah untuk terus bertanya tentang apa yang akan terjadi melainkan berserah kepada Allah walau apa pun yang terjadi sebab rencana Allah pastilah yang terbaik dan akan terlaksana.
Jika kesanggupan untuk melakukan segala sesuatu ada pada Allah dan bahwa rencana-Nya selalu berhasil, maka pada pihak manusia yang dibutuhkan hanyalah kerendahan hati di hadapan Yang Mahakuasa itu. 
"Satu kali Allah berfirman, dua hal yang aku dengar: bahwa kuasa dari Allah asalnya, dan dari pada-Mu juga kasih setia, ya Tuhan; sebab Engkau membalas setiap orang menurut perbuatannya." (Mazmur 62:12-13)
amin
Share:

Hak Istimewa

"Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya;" (Yohanes 1:12)

Ada perbedaan antara anak dan hamba atau pekerja. Salah satunya adalah kebebasan. Anak bebas menemui ayahnya -- yang juga adalah seorang atasan atau pimpinan -- kapan saja tanpa dibatasi oleh waktu atau protokol yang berlaku. Sedangkan seorang hamba atau pekerja harus ada mengikuti protokol yang berlaku dan tidak bisa kapan saja menemui atasannya. Anak memiliki hak istimewa lebih daripada seorang hamba atau pekerja.

Demikianlah dengan kita, pada waktu kita masih berdoa, status kita adalah hamba, hamba dosa. Saat kita bertobat dan membuka hati menerima dan percaya bahwa Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, maka status kita diubahkan-Nya dari hamba menjadi anak. Pada saat itu juga kita diberi kuasa menjadi anak-anak-Nya yang adalah hak istimewa. Kita diberikan hak istimewa untuk datang kepada Bapa kapan saja dan tidak dibatasi oleh protokol apa pun serta "...dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia," (Ibrani 4:16). Hak istimewa yang lain sebagai anak-Nya, kita dilayakkan untuk memanggil-Nya Bapa. "Dan karena kamu adalah anak, maka Allah telah menyuruh Roh Anak-Nya ke dalam hati kita, yang berseru: 'ya Abba, ya Bapa!'" (Galatia 4:6). 
Bersyukurlah dan berbahagialah kalau kita dianugerahkan hak istimewa sebagai anak-anak-Nya, bukan karena kita layak, tetapi karena kemurahan hati-Nya, kemurahan hati Bapa. Buatlah hati Bapa bangga dengan kehidupan kita sebagai anak-anak-Nya. Amin.
Share:

Dunia Tak Memberikan Ketenteraman

Mazmur 4:1-9

"Dengan tenteram aku mau membaringkan diri, lalu segera tidur, sebab hanya Engkaulah, ya TUHAN, yang membiarkan aku diam dengan aman." (Mazmur 4:9)

Secara umum kata "tenteram" memiliki arti: aman, damai, tidak ada kekacauan, atau tenang. Ketenteraman sesungguhnya bukanlah suatu keadaan, melainkan suasana hati yang timbul sebagai dampak dari reaksi seseorang dalam menyikapi setiap keadaan atau situasi yang sedang terjadi.

Karena itu rasul Paulus menasihati kita untuk selalu mengisi perbendaharaan hati dan pikiran dengan "...semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji," (Filipi 4:8). Selama kita mampu bersikap dan berpikir secara positif, sedahsyat apa pun badai dan gelombang menerjang hidup ini takkan mampu merampas rasa tenteram di dalam hati kita.

Di tengah dunia yang penuh goncangan dan tak menenteramkan ini biarlah mata kita tetap terarah kepada Tuhan! Ingatlah bahwa jika kita berseru kepada Tuhan Ia bukan hanya mendengar, tetapi juga akan menolong dan memberikan kelegaan. Sebagai orang percaya kita ini adalah umat pilihan Tuhan dan dikasihi-Nya. "Ketahuilah, bahwa TUHAN telah memilih bagi-Nya seorang yang dikasihi-Nya; TUHAN mendengarkan, apabila aku berseru kepada-Nya." (ayat 4).
Adakah yang sanggup memisahkan orang-orang pilihan-Nya dari kasih Kristus? Oleh karena itu di segala situasi kita harus senantiasa mempersembahkan persembahan yang benar di hadapan Tuhan. Persembahan yang dimaksud bukan hanya berbicara tentang uang atau materi, tetapi juga mempersembahkan seluruh keberadaan hidup kita (baca Roma 12:1).
"Dalam takut akan TUHAN ada ketenteraman yang besar, bahkan ada perlindungan bagi anak-anak-Nya." (Amsal 14:26)
Share:

Kristus Sumber Kehidupan

Yohanes 11:1-44 

Apakah percaya adalah perkara instan, semudah membalikkan telapak tangan? Atau sebuah proses pergulatan hati dan pikiran yang untuk meneguhkannya dibutuhkan perjuangan terus-menerus?

Setelah mencelikkan mata orang buta, Yesus ditolak bahkan akan ditangkap sehingga terlihat Ia menarik diri dari publik (10:39-42). Namun, pasal 11 ini memperlihatkan Yesus yang mendemonstrasikan mukjizat yang lebih spektakuler dan menggemparkan, yaitu membangkitkan Lazarus. Kristus melakukan mukjizat ini dengan beberapa tujuan bagi banyak orang. Bagi para murid, Yesus bermaksud agar mereka belajar percaya (15); bagi Maria dan Marta, agar mereka mengakui bahwa Ia adalah Mesias Anak Allah (27, 40); bagi khalayak ramai yang mengelilingi-Nya, supaya mereka percaya bahwa Kristus adalah utusan Allah (42), dan sekaligus membungkam beberapa orang Yahudi yang mempertanyakan kuasa-Nya (37).

Dalam semua tujuan tersebut, hal mendasar yang ingin diberitahukan-Nya adalah bahwa Dialah sumber kebangkitan dan hidup. Yesus menyatakan kuasa kehidupan yang hanya dapat dilakukan Allah. Melalui peristiwa ini Yesus memproklamasikan bahwa Dia adalah sumber kehidupan, dan Dia adalah Allah.

Bagaimana Allah mendidik kita untuk belajar percaya bahwa Dia adalah sumber kehidupan? Apakah kita sendiri telah melihat dan meyakini hal itu? Jika Kristus adalah sumber kehidupan kita, marilah kita hidup bagi Dia. Jalanilah proses kehidupan dengan tetap memandang kepada percikan kekuatan yang dianugerahkan-Nya dan bersumber pada-Nya. Jika Dia adalah sumber kehidupan kita saat ini dan yang akan datang, marilah kita pancarkan kasih-Nya dan kita beritakan nama-Nya melalui seluruh hidup kita, termasuk perilaku keseharian kita di tempat kerja, di tengah keluarga, dan di masyarakat. Hal ini supaya pada akhirnya banyak orang juga masuk ke dalam proses untuk belajar percaya, dengan memercayakan hidupnya kepada Yesus Kristus, Sang Sumber kehidupan bagi semua manusia.amin
Share:

Perkataan yang Menjadi Berkat

Ulangan 32:1-4
"Pasanglah telingamu, hai langit, aku mau berbicara, dan baiklah bumi mendengarkan ucapan mulutku." (Ulangan 32:1)

Alkitab menyatakan bahwa apa yang keluar dari mulut adalah luapan dari dalam hati (baca Matius 12:34). Jika hati dipenuhi oleh hal-hal negatif, yang keluar dari mulut pun perkataan yang negatif, demikian pula sebaliknya. Karena itu rasul Paulus menasihati, "Tetapi hindarilah omongan yang kosong dan yang tak suci yang hanya menambah kefasikan." (2 Timotius 2:16).

Mengapa kita harus menghindari omongan kosong dan tak suci? Karena hanya akan menambah kefasikan, sia-sia dan tak bermanfaat. Dalam hidup sehari-hari perkataan-perkataan manis yang terlontar dari mulut seseorang biasanya hanya bualan semata, bukan keluar secara tulus dari dalam hati. Semakin banyak kita mengumbar ucapan atau memerkatakan hal-hal yang sia-sia semakin banyak pula kesalahan yang terjadi, sebab "Di dalam banyak bicara pasti ada pelanggaran, tetapi siapa yang menahan bibirnya, berakal budi." (Amsal 10:19).


Maka berhati-hatilah dan berpikirlah 1000 kali jika hendak berbicara, sebab setiap kata sia-sia yang kita ucapkan harus kita pertanggungjawabkan di hadapan Tuhan pada saatnya. "Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman. Karena menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan, dan menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum." (Matius 12:36-37). Orang Kristen yang sudah mengerti kebenaran firman ini akan mampu mengontrol setiap ucapannya. Rasul Petrus menulis, "Jika ada orang yang berbicara, baiklah ia berbicara sebagai orang yang menyampaikan firman Allah;" (1 Petrus 4:11).
Hendaklah kita belajar dari Musa, yang berusaha sedemikian rupa menjaga setiap ucapan atau perkataannya, sehingga yang keluar dari mulutnya adalah perkataan yang menyenangkan, membangun, menguatkan dan menyejukkan, sebab yang diperkatakannya adalah firman Tuhan. Roh Tuhan yang bekerja di dalam diri Musa memberikan ilham dan hikmat kepadanya untuk mengucapkan perkataan-perkataan yang senantiasa menjadi berkat bagi orang lain yang mendengarnya.
"Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar, sehingga kamu tahu, bagaimana kamu harus memberi jawab kepada setiap orang." (Kolose 4:6)
Sudahkah perkataan kita, menjadi berkat. Amin
Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.