Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

Menjaga Kata

Yohanes 13:36-38 

Pernahkah Anda menghitung berapa jumlah kata yang Anda ucapkan setiap hari? Apakah setiap kata itu bermanfaat bagi kehidupan? Sejujurnya, banyak kata terucap dari mulut kita tanpa kita sadari dampaknya. Kata-kata begitu saja meluncur dari mulut tanpa kita kontrol. Cepat berkata-kata sudah menjadi kecenderungan manusia.

Demikianlah kita bisa bercermin dari pernyataan Simon Petrus kepada Yesus. Keinginan Petrus untuk mengikut Yesus terlihat begitu kuat. Semangat Petrus untuk melayani memang luar biasa, dan tentu saja itu baik.

Sebelum kata-kata Petrus terlontar, Yesus menyampaikan pernyataan bahwa Ia akan pergi, namun Ia tidak menyebutkan ke mana Ia akan pergi (33). Petrus yang kritis dan berani, bertanya ke mana Yesus akan pergi (35). Jawaban Yesus menegaskan bahwa tempat tujuan-Nya tidak perlu para murid ketahui, sebab para murid tidak mungkin mengikutinya sekarang. Ungkapan sekarang menunjuk soal waktu, bukan para murid sama sekali tidak boleh mengikut Yesus. Petrus tampaknya kurang sabar. Ia ingin mengikuti Yesus mulai dari sekarang. Petrus mengatakan akan mengikuti ke mana pun Yesus pergi, bahkan dengan mengorbankan nyawa (36-37).

Sebenarnya, Petrus tidak mendengarkan Yesus dengan sungguh-sungguh. Ia hanya mendengarkan keinginan dirinya sendiri. Itu sebabnya Yesus menegur dengan keras dengan mengatakan akan penyangkalan yang tidak lama lagi justru akan dilakukan Petrus. Bahkan, disebutkan bahwa hal itu akan terjadi sebelum ayam berkokok, yang menunjukkan bahwa peristiwa itu akan terjadi segera setelah pernyataan Petrus.

Pengalaman Petrus mengingatkan kita bahwa bersemangat mengikut Tuhan sangat penting dan baik. Tetapi, semangat itu tidak dilontarkan dalam kata-kata yang cepat kita ucapkan tanpa pemahaman lebih dalam. Kata-kata yang kita sampaikan sepatutnya seturut dengan tindakan kita. Tanpa kesesuaian dengan tindakan, perkataan justru kerap menghancurkan kita sendiri karena tidak dapat kita pertanggungjawabkan. Amin
Share:

Suka Memberi Akan Banyak Diberi

2 Korintus 9:6-15

"dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga." (2 Korintus 9:6)

Di tengah persaingan hidup yang kian berat semua orang dituntut untuk berjuang keras demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Sudah wajar jika tiap orang melakukan "tindakan ekonomi" dan "prinsip ekonomi" supaya tetap bertahan. "Tindakan ekonomi" adalah tindakan yang didorong oleh usaha memenuhi kebutuhan hidup dengan mempertimbangkan antara pengorbanan dan hasil, serta dapat melakukan pilihan yang tepat dalam memenuhi kebutuhan mana yang harus didahulukan dan yang sesuai dengan kemampuan. Sedangkan "prinsip ekonomi" dapat diartikan pengorbanan yang sekecil-kecilnya untuk mendapatkan hasil yang semaksimal mungkin.
Kondisi inilah yang mendorong orang menghemat begitu rupa sehingga akan berpikir seribu kali bila hendak memberi. Hidup hemat, irit dan tidak boros bukanlah tindakan yang salah atau melanggar Alkitab. Tapi jika kita berhemat begitu rupa hingga menjadi orang kikir, pelit dan selalu hitung-hitungan bila hendak memberi adalah masalah besar! Sebab prinsip ekonomi sorga justru mengajarkan hal yang berbeda: "Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima." (Kisah 20:35b).
Seorang pujangga Kanada, Henry Drummond berkata, "Tidak ada kebahagiaan dalam memiliki atau mendapatkan, kebahagiaan hanya ada dalam memberi." Alkitab menyatakan, "Ada yang menyebar harta, tetapi bertambah kaya, ada yang menghemat secara luar biasa, namun selalu berkekurangan. Siapa banyak memberi berkat, diberi kelimpahan, siapa memberi minum, ia sendiri akan diberi minum." (Amsal 11:24-25). Suka tidak suka kita harus mengikuti prinsip Alkitab. Ternyata untuk mengalami hidup berkelimpahan kita harus banyak memberi: "Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu." (Lukas 6:38).
Jika kita menginginkan hasil panen yang berlimpah-limpah, tidak ada jalan lain selain menabur. Petani yang memiliki lahan luas sekalipun jika hanya menanam satu pohon saja di lahannya, sampai kapan pun hanya akan memanen sebanyak buah yang ada di pohon itu saja, tidak lebih.
Ingin diberkati Tuhan melimpah? Kuncinya adalah banyak memberi.
Amin
Share:

Karena Kebaikan Tuhan Semata

Baca: 2 Samuel 22:31-51 
"Juga Kauberikan kepadaku perisai keselamatan-Mu, dan kebaikan-Mu telah membuat aku besar." (2 Samuel 22:36b)
Ketika memilih seorang pemimpin hal pertama yang biasa orang perhatikan adalah faktor penampilan luar atau serentetan prestasi yang telah diraih. Tak terkecuali nabi Samuel yang juga terkecoh dengan penampilan dan kelebihan-kelebihan yang terlihat mata jasmani, sehingga ketika dipanggil Tuhan untuk mengurapi orang yang dipersiapkan sebagai pengganti raja Saul ia hampir yakin bahwa anak tertua Isai lah yang sangat pantas untuk menggantikan: "Ketika mereka itu masuk dan Samuel melihat Eliab, lalu pikirnya: 'Sungguh, di hadapan TUHAN sekarang berdiri yang diurapi-Nya.' Tetapi berfirmanlah TUHAN kepada Samuel: 'Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati.'" (1 Samuel 16:6-7).
Berbeda sekali dengan manusia yang selalu memperhatikan bagian luarnya, Tuhan selalu melihat hati manusia! Itulah sebabnya Eliab, Abinadab, Syama dan saudara-saudaranya yang lain tak terpilih oleh Tuhan. Bertanyalah Samuel kepada Isai, "'Inikah anakmu semuanya?' Jawabnya: 'Masih tinggal yang bungsu, tetapi sedang menggembalakan kambing domba.'" (1 Samuel 16:11). Tersirat dalam benak Isai bahwa mustahil anak bungsunya (Daud) yang kerjanya hanya menggembalakan kambing domba akan dipilih menjadi raja, sementara kakak-kakaknya yang secara manusia memenuhi kriteria saja ditolak oleh Tuhan.
Itulah jalan pikiran manusia, tapi Tuhan berfirman pada Samuel, "Bangkitlah, urapilah dia, sebab inilah dia." (1 Samuel 16:12b). Justru Daud, orang yang kurang diperhitungkan, bahkan dipandang remeh oleh ayahnya sendiri, yang Tuhan pilih dan diurapi-Nya. Bukan karena keelokan parasnya seperti yang dikisahkan: "Ia kemerah-merahan, matanya indah dan parasnya elok." (1 Samuel 16:12a). Daud punya sesuatu yang tak dimiliki oleh saudara-saudaranya yaitu hati yang bergantung sepenuhnya kepada Tuhan dan selalu terbuka untuk diselidiki dan dikoreksi, sebagai tanda kerendahan hati. Karena itu Daud mengakui bahwa hanya karena kebaikan Tuhan saja jika dia menjadi besar dan bisa melangkah sampai sejauh itu!
"Ia tidak menahan kebaikan dari orang yang hidup tidak bercela." (Mazmur 84:12)
Mari jadikan hidup kita penuh rendah hati supaya kebaikan Tuhan memberikan kepada hidup kita apa yang kita inginkan dan butuhkan. Amin
Share:

Pelayanan dan Keteladanan Yesus

Yohanes 13:1-20 
Injil Yohanes ditulis dengan pengelompokan menjadi dua bagian. Pasal 1-12 berisi narasi-narasi pelayanan Yesus kepada publik yang jumlahnya makin hari makin bertambah. Kemudian, pasal 13-17 memuat pelayanan Yesus kepada murid-murid-Nya. Pengajaran Yesus yang khusus dicatat oleh Yohanes pada bagian ini tidak terdapat di dalam Injil Sinoptik-Matius, Markus, dan Lukas. Pengajaran ini disampaikan pada sore sampai malam hari sebelum Yesus ditangkap di taman Getsemani.

Serangkaian perintah dan pengajaran yang disampaikan Yesus diawali dengan perbuatan nyata yang menunjukkan bahwa Ia mengasihi murid-murid-Nya, termasuk Yudas sekalipun, yang masih ada di tengah-tengah para murid. Yesus tahu bahwa saat-Nya untuk menyelesaikan misi penyelamatan manusia dari Allah akan segera tiba (1).

Yesus memperagakan pengajaran-Nya tentang kasih kepada murid-murid dengan bertindak layaknya seorang hamba yang membasuh kaki mereka satu per satu. Pembasuhan itu juga dimaknai sebagai pembersihan (4-5).

Seusai Yesus melakukan pembasuhan, Ia menegaskan agar murid-murid-Nya tidak meninggikan diri, tetapi mau merendahkan hati dan melayani sesama dengan tulus dan sungguh-sungguh, bahkan harus rela merendahkan diri untuk saling melayani satu sama lain.

Pelayanan dan keteladanan, itulah dua hal yang Yesus berikan kepada para murid, kepada orang banyak di masa itu, dan kepada kita hari ini. Ia melayani karena kasih dan dengan kasih. Ia memberikan teladan dalam hal saling mengasihi. Sebelum Yesus secara khusus meminta kepada para murid untuk melayani dan menjadi teladan bagi banyak orang, Yesus telah lebih dahulu melakukannya. Ia menunjukkan kasih-Nya dan memberikan kasih tanpa syarat dan tanpa batas. Ia melayani tanpa pandang bulu.

Nas ini mengingatkan kita untuk selalu meneladan Yesus yang adalah Tuhan kita dalam pelayanan dan kasih-Nya. Ia yang mulia dan tidak berdosa merendahkan diri-Nya untuk melayani dan membersihkan kita orang-orang berdosa. Amun
Share:

Hidup adalah Suatu Pilihan

Lukas 13:22-30
"Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu! Sebab Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat." (Lukas 13:24)
Masa Tua itu pasti hidup adalah pilihan. Bagi manusia. Jika Hidup ini adalah sebuah pilihan, kita harus memilih mana yang baik dan benar, mana yang berguna dan bermanfaat. Tidak ada istilah kompromi dalam menjalani hidup ini, sebab kita semua tahu bahwa tidak ada orang yang dapat berdiri di atas dua perahu dengan kedua kakinya sekaligus. Kita tidak bisa terus-menerus berada di persimpangan jalan, mau tidak mau kita harus membuat ketegasan dalam memilih! Keputusan yang kita ambil itulah yang akan menentukan apakah kita akan berhasil atau gagal dalam hidup ini.

Demikian dalam hidup kerohanian, kita juga dihadapkan pada pilihan hidup: taat atau tidak taat, berjalan menurut kehendak sendiri atau menurut kehendak Tuhan, berkat atau kutuk. Tuhan menegur jemaat di Laodikia oleh karena mereka "tidak dingin dan tidak panas" alias suam-suam kuku. "Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku." (Wahyu 3:16). Hidup di zaman ini seringkali kita diombang-ambingkan antara memilih kenikmatan dan kesenangan dunia yang sifatnya hanya sementara, ataukah tetap berjuang melawan keinginan daging, yang meski sakit tapi mendatangkan upah yaitu kehidupan kekal.

Pergumulan berat juga di alami oleh orang-orang yang hidup di zaman Perjanjian Lama, di mana Tuhan menghadapkan mereka pada pilihan hidup: "Ingatlah, aku menghadapkan kepadamu pada hari ini kehidupan dan keberuntungan, kematian dan kecelakaan, karena pada hari ini aku memerintahkan kepadamu untuk mengasihi TUHAN, Allahmu, dengan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya dan berpegang pada perintah, ketetapan dan peraturan-Nya, supaya engkau hidup dan bertambah banyak dan diberkati oleh TUHAN,..." (Ulangan 30:15-16).

Jangan pernah terbuai dengan apa yang tampak indah menurut mata jasmaniah, tetapi pastikan bahwa yang kita pilih adalah pilihan yang benar dan sesuai kehendak Tuhan, "Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya; karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya." (Matius 7:13-14).
Pilihan hidup harus tegas! Jangan sekali-kali melakukan tindakan berkompromi! Amin
Share:

Menghormati Kristus Sang Raja

Yohanes 12:12-19 

Pernahkah kita menyambut datangnya seorang pembesar? Bagaimana seharusnya penyambutan yang kita lakukan? Apakah bentuk penyambutan itu telah menunjukkan sikap hormat kita kepadanya?

Nas ini merupakan penggenapan dari nubuat tentang Yesus sebagai Raja (13, 15). Orang-orang yang hadir dalam perayaan Paskah sangat gembira ketika mendengar bahwa Yesus sedang dalam perjalanan menuju ke Yerusalem (12). Figur yang selama ini hanya mereka dengar akan hadir di tengah-tengah mereka; karena itu, secara spontan mereka menyongsong Yesus (18). Ini dampak kebangkitan Lazarus yang menjadi peristiwa fenomenal.
Daun-daun palem yang mereka bawa adalah bentuk penghormatan istimewa yang biasa dilakukan untuk menyambut para pahlawan yang pulang dari medan pertempuran dengan membawa kemenangan. Para murid baru memahami peristiwa itu setelah kebangkitan Yesus (16). Teriakan "Hosana" bermakna "berilah kiranya keselamatan"; di dalam Kitab Mazmur ucapan ini merupakan pengharapan akan pertolongan dan keselamatan dari Allah. Seruan ini merupakan bentuk pengakuan bahwa Yesus adalah Sang Mesias.
Kita bersyukur karena karya Kristus telah digenapi dan kita dapat melihat semua karya itu. Ia adalah Raja dan segala kuasa ada di dalam tangan-Nya. Sebagai warga kerajaan Allah, marilah kita hidup taat kepada Raja kita. Menghormati Raja adalah kewajiban dan tanggung jawab kita sebagai warga-Nya. Nilai-nilai ketaatan dan penghormatan kita semestinya menyatu dan tercermin di dalam diri kita, bukan hanya ketika kita beribadah, melainkan dalam seluruh kehidupan kita.
Jika kita menghormati Dia sebagai Raja kita, tentunya kita tidak mau mempermalukan nama-Nya dengan menentang perintah-Nya. Kejujuran dalam bekerja, ketulusan untuk memberi, kesetiaan kepada Allah dalam menjalani pergumulan, juga kasih dan sikap peduli kepada orang lain adalah sebagian kecil dari nilai-nilai yang harus dicerminkan sebagai warga kerajaan-Nya. Hosana! Amin
Share:

Pengakuan Terbesar

"Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang gagal." (Ayub 42:2)

Pengakuan Ayub tentang Allah setelah ia mendengar hal-hal besar, di luar kemampuan manusia yang telah dikerjakan Allah (Ayub 38-41).
Dimulai dari pengetahuan. Tanpa pengetahuan tidak ada pengakuan tentang kuasa Allah yang merupakan iman dari orang yang telah mengalami pergumulan kehidupan tentang kuasa Allah.
Hal pertama tentang Allah yang harus diakui ialah bahwa Ia bisa melakukan segala sesuatu, termasuk yang tidak masuk akal. Iman yang hanya sampai pada hal-hal masuk akal atau hanya terbatas pada hal-hal yang menakutkan belum memberi arti apa pun pada hidup.
Hal kedua tentang pengakuan akan Allah ialah bahwa rencana-Nya selalu berhasil. Rencana Allah sering tidak mudah untuk dipahami. Oleh karena itu, hidup ini bukanlah untuk terus bertanya tentang apa yang akan terjadi melainkan berserah kepada Allah walau apa pun yang terjadi sebab rencana Allah pastilah yang terbaik dan akan terlaksana.
Jika kesanggupan untuk melakukan segala sesuatu ada pada Allah dan bahwa rencana-Nya selalu berhasil, maka pada pihak manusia yang dibutuhkan hanyalah kerendahan hati di hadapan Yang Mahakuasa itu. 
"Satu kali Allah berfirman, dua hal yang aku dengar: bahwa kuasa dari Allah asalnya, dan dari pada-Mu juga kasih setia, ya Tuhan; sebab Engkau membalas setiap orang menurut perbuatannya." (Mazmur 62:12-13)
amin
Share:

Hak Istimewa

"Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya;" (Yohanes 1:12)

Ada perbedaan antara anak dan hamba atau pekerja. Salah satunya adalah kebebasan. Anak bebas menemui ayahnya -- yang juga adalah seorang atasan atau pimpinan -- kapan saja tanpa dibatasi oleh waktu atau protokol yang berlaku. Sedangkan seorang hamba atau pekerja harus ada mengikuti protokol yang berlaku dan tidak bisa kapan saja menemui atasannya. Anak memiliki hak istimewa lebih daripada seorang hamba atau pekerja.

Demikianlah dengan kita, pada waktu kita masih berdoa, status kita adalah hamba, hamba dosa. Saat kita bertobat dan membuka hati menerima dan percaya bahwa Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, maka status kita diubahkan-Nya dari hamba menjadi anak. Pada saat itu juga kita diberi kuasa menjadi anak-anak-Nya yang adalah hak istimewa. Kita diberikan hak istimewa untuk datang kepada Bapa kapan saja dan tidak dibatasi oleh protokol apa pun serta "...dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia," (Ibrani 4:16). Hak istimewa yang lain sebagai anak-Nya, kita dilayakkan untuk memanggil-Nya Bapa. "Dan karena kamu adalah anak, maka Allah telah menyuruh Roh Anak-Nya ke dalam hati kita, yang berseru: 'ya Abba, ya Bapa!'" (Galatia 4:6). 
Bersyukurlah dan berbahagialah kalau kita dianugerahkan hak istimewa sebagai anak-anak-Nya, bukan karena kita layak, tetapi karena kemurahan hati-Nya, kemurahan hati Bapa. Buatlah hati Bapa bangga dengan kehidupan kita sebagai anak-anak-Nya. Amin.
Share:

Dunia Tak Memberikan Ketenteraman

Mazmur 4:1-9

"Dengan tenteram aku mau membaringkan diri, lalu segera tidur, sebab hanya Engkaulah, ya TUHAN, yang membiarkan aku diam dengan aman." (Mazmur 4:9)

Secara umum kata "tenteram" memiliki arti: aman, damai, tidak ada kekacauan, atau tenang. Ketenteraman sesungguhnya bukanlah suatu keadaan, melainkan suasana hati yang timbul sebagai dampak dari reaksi seseorang dalam menyikapi setiap keadaan atau situasi yang sedang terjadi.

Karena itu rasul Paulus menasihati kita untuk selalu mengisi perbendaharaan hati dan pikiran dengan "...semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji," (Filipi 4:8). Selama kita mampu bersikap dan berpikir secara positif, sedahsyat apa pun badai dan gelombang menerjang hidup ini takkan mampu merampas rasa tenteram di dalam hati kita.

Di tengah dunia yang penuh goncangan dan tak menenteramkan ini biarlah mata kita tetap terarah kepada Tuhan! Ingatlah bahwa jika kita berseru kepada Tuhan Ia bukan hanya mendengar, tetapi juga akan menolong dan memberikan kelegaan. Sebagai orang percaya kita ini adalah umat pilihan Tuhan dan dikasihi-Nya. "Ketahuilah, bahwa TUHAN telah memilih bagi-Nya seorang yang dikasihi-Nya; TUHAN mendengarkan, apabila aku berseru kepada-Nya." (ayat 4).
Adakah yang sanggup memisahkan orang-orang pilihan-Nya dari kasih Kristus? Oleh karena itu di segala situasi kita harus senantiasa mempersembahkan persembahan yang benar di hadapan Tuhan. Persembahan yang dimaksud bukan hanya berbicara tentang uang atau materi, tetapi juga mempersembahkan seluruh keberadaan hidup kita (baca Roma 12:1).
"Dalam takut akan TUHAN ada ketenteraman yang besar, bahkan ada perlindungan bagi anak-anak-Nya." (Amsal 14:26)
Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.