Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

Kompas Hidup

Mazmur 119:17-32 

Perjalanan ke tempat yang belum pernah kita tuju dapat menjadi pengalaman yang sulit jika kita tidak menggunakan peta atau kompas dalam perjalanan. Kompas adalah alat penunjuk arah yang dapat menuntun perjalanan kita ke arah tujuan yang benar. Bahkan zaman janggih ini sudah ada yang namanya map bisa menentukan letak dimana anda berada dan alamat yang tepat walaupun belum pernah datang. 

Pemazmur menggambarkan kehidupannya seperti orang asing di dalam dunia ini, seperti seorang musafir (19). Sebagai orang asing di dunia ini, ia membutuhkan firman Tuhan sebagai kompas hidupnya. Itu karena firman berisi perintah, keajaiban, hukum, peringatan, nasihat, titah, dan perbuatan-perbuatan ajaib Tuhan. Semua itu akan memberinya kehidupan, menghapus cela dan penghinaan yang datang kepadanya, meneguhkannya, membawanya kepada jalan kebenaran, serta melapangkan hatinya-jika ia melakukan firman itu dalam hidupnya.
Meskipun harus menghadapi orang-orang yang kurang ajar, mereka yang mencela, bahkan kesepakatan jahat dari para pemuka sekalipun, pemazmur tidak takut asalkan dia hidup berpegang pada firman Tuhan yang mengajarnya jalan hidup yang benar. Oleh sebab itu, tidak mengherankan jika berkali-kali pemazmur menyatakan kerinduannya untuk dibimbing oleh firman Tuhan, dan kesadarannya bahwa tanpa firman Tuhan ia tidak dapat hidup.
Berkaca dari pengalaman pemazmur, sesungguhnya kita juga adalah musafir yang membutuhkan tuntunan dan arahan dalam menjalani kehidupan. Kita membutuhkan kompas agar kita tahu bagaimana kita harus hidup di dunia ini dan mencapai tujuan Allah dalam diri kita.
Alkitab adalah kompas hidup yang dapat menunjukkan kepada kita rute perjalanan terbaik dan benar, meskipun rute itu belum tentu aman dan nyaman. Hambatan akan selalu ada, namun dengan firman, kita dapat menghadapinya. Rindukanlah firman Tuhan seperti pemazmur, dan nantikanlah suara-Nya yang memberi perintah dan menuntun kita di sepanjang jalan kehidupan. Dengan menggenggam firman Tuhan sebagai kompas hidup kita, selamatlah kita sampai tujuan. Amin..
Share:

Mekanisme Pertahanan Diri

Keangkuhan merendahkan orang, tetapi orang yang rendah hati, menerima pujian. (Amsal 29:23)

Saya pernah membenci seorang saudara, karena dia menegur saya. Dia melihat ada perbuatan saya kepada ibu mertua yang menurutnya tidak baik. Saya membantah ucapannya. Saya sebutkan semua perbuatan baik yang pernah saya lakukan pada ibu mertua. Saya mengatakan dia tidak tahu apa-apa dunia orang menikah, karena dia lajang, jadi tidak mengerti seperti apa rasanya punya mertua. Belakangan saya sadar, saya sombong, membela diri dan membenarkan perilaku saya yang tidak benar.

Musuh terbesar kita adalah diri sendiri. Kita punya mekanisme pertahanan diri yang luar biasa. Hanya kita yang bisa merobohkannya, dengan mau rendah hati. Mekanisme pertahanan diri bisa membuat kita merasa lebih baik. Tapi, mekanisme ini membuat kita tetap pada sikap dan praktik yang dapat menimbulkan masalah bagi kita dan orang lain, sekarang dan kemudian hari. Kenapa Saul merasa sudah melakukan perintah Tuhan? Karena sombong. Hal ini dibuktikan dengan dia tidak merasa berdosa waktu Samuel bertanya (ay. 14). Saul mengajukan pembelaan diri untuk membenarkan tindakannya (ay. 15, 20, 21, 24 dan 25). Saul akhirnya memang mengaku dosa, tetapi itu demi mendapatkan kehormatan di depan para tua-tua bangsa dan di depan orang Israel (ay. 30).

Mari kita miliki sikap rendah hati, sehingga kita bisa menyadari dan mengakui dosa kita. Kalau ada orang menunjukkan dosa atau kesalahan kita, mari belajar untuk memikirkan kata-katanya dan mengoreksi diri. Kita selamanya tidak berubah, kalau tidak mau rendah hati dan mengoreksi diri. Amin

KERENDAHAN HATI MEMAMPUKAN KITA MENERIMA TEGURAN, 
SADAR DIRI, MENGAKU DOSA, DAN BERUBAH
Share:

BERJUMPA DENGAN TUHAN

Yohanes 20:19-31

Tomas menjawab Dia: “Ya Tuhanku dan Allahku!” (Yoh. 20:28)
Mari bayangkan diri kita sebagai murid Tuhan Yesus yang disanggah oleh Tomas. Bagaimana perasaan kita? Ketika kesaksian kita tentang pengalaman berjumpa dengan Tuhan Yesus diragukan, pasti ada rasa kesal yang membuncah dalam dada kita. Masalahnya, kita bisa saja dianggap bohong! “Mana mungkin orang yang sudah mati bangkit lagi?” Padahal, kita jelas-jelas melihat sendiri Yesus hadir di tengah-tengah murid yang sedang berkumpul dalam ruangan dengan pintu yang terkunci. Suasana yang sangat menegangkan!
Tomas tidak percaya, bukan sekadar karena meragukan cerita teman-temannya yang lain. Bagi Tomas, penting untuk mengalami sendiri perjumpaan dengan Tuhan Yesus. Baginya, penting untuk merasakan jarinya menyentuh luka di tangan dan lambung Tuhan Yesus. Tomas menghargai pengalaman. Imannya dibangun dari pengalaman demi pengalaman. Maka, terjadilah seperti yang diimaninya. Tuhan Yesus menjumpainya. Ia berkenan untuk disentuh oleh Tomas. Pengakuan iman yang pertama pun bergaung, “Ya Tuhanku dan Allahku!” Pengalaman menyentuh Tuhan Yesus mengokohkan iman percayanya. Tomas perlu sebuah pengalaman untuk mengokohkan imannya.
Cara Tomas beriman berbeda dengan murid-murid yang lain. Namun, Tuhan tidak pernah menyalahkannya. Itu berarti cara orang untuk mengimani dan mengalami Tuhan tidak sama. Oleh sebab itu, jangan menghakimi orang lain yang memiliki cara yang berbeda saat merasakan kehadiran Tuhan. Hanya dengan demikian, komunitas kita sungguh-sungguh menjadi wadah yang nyaman untuk berjumpa dengan Tuhan karena tidak ada penghakiman di dalamnya.

1. Apa yang membuat Tomas mengucapkan pengakuan imannya?
2. Saat kapan kita merasakan Tuhan menjumpai dan menyapa kita?

Pokok Doa: Gereja menjadi wadah yang nyaman untuk berjumpa Tuhan.
Share:

Takut akan Tuhan: Kunci Mengalami Kebaikan!

Mazmur 31

"Alangkah limpahnya kebaikan-Mu yang telah Kausimpan bagi orang yang takut akan Engkau, yang telah Kaulakukan bagi orang yang berlindung pada-Mu, di hadapan manusia!" (Mazmur 31:20)

Takut akan Tuhan adalah unsur penting dalam kehidupan orang percaya. Takut yang bagaimana? Ada banyak di antara kita yang takut akan banyak hal, seperti takut akan hantu, takut akan ketinggian, takut akan keramaian dan sebagainya. Takut akan Tuhan bukanlah seperti itu. Pengertian takut akan Tuhan menjadi jelas jika kita mengerti siapa dan seperti apa Tuhan itu.
Secara alkitabiah takut akan Tuhan berbicara tentang kekuatan, kebesaran, otoritas dan kekudusan Tuhan. Takut akan Tuhan di sini adalah wujud rasa takut dalam arti positif. Artinya kita menghormati Dia karena kebesaran-Nya, kekudusan-Nya, keadilan-Nya dan juga kebenaran-Nya. Tanpa rasa takut akan Tuhan orang Kristen cenderung berpikir, berkata, dan berbuat sesuka hatinya sendiri. Rasa takut akan Tuhan yang seperti ini juga tidak didasari oleh karena takut mengalami hukuman atau takut masuk neraka, karena jika ini yang terjadi maka rasa takut semacam ini tidak didasarkan pada kasih kepada Tuhan.
Takut akan Tuhan adalah ketetapan hati dan pikiran orang percaya yang tidak mau mengecewakan Tuhan melalui pikiran, ucapan dan tindakannya sebagai ekspresi kasih kepada-Nya. Jadi orang yang takut akan Tuhan akan berusaha untuk hidup seturut firman-Nya, menjauhkan diri dari segala bentuk kejahatan (dosa) dengan kerelaan hatinya sendiri, bukan karena terpaksa atau karena dorongan dari orang lain. Dalam Pengkhotbah 12:13 dikatakan: "Akhir kata dari segala yang didengar ialah: takutlah akan Allah dan berpeganglah pada perintah-perintah-Nya, karena ini adalah kewajiban setiap orang."
Apa yang kita dapatkan dan rasakan saat kita Takut akan Tuhan. 
Ada berkat-berkat yang disediakan Tuhan bagi orang-orang yang takut akan Dia.
Ada 4 berkat Tuhan yang kita dapatkan. Pertama, kita akan hidup dalam kebahagiaan dan ketenteraman (baca Mazmur 128:1; Amsal 14:26). 
Kedua, kita tidak akan kekurangan sesuatu pun yang baik dari Tuhan. "Alangkah limpahnya kebaikan-Mu yang telah Kausimpan bagi orang yang takut akan Engkau," (ayat 20a). 
Ketiga, kita akan diperhatikan oleh Tuhan (baca Mazmur 33:18). 
Dan keempat, doa kita akan didengar dan dijawab Tuhan. "Ia melakukan kehendak orang-orang yang takut akan Dia, mendengarkan teriak mereka minta tolong dan menyelamatkan mereka." (Mazmur 145:19).
Hikmat yang perlu kita renungkan 
Orang yang takut akan Tuhan pasti akan mengalami semua kebaikan Tuhan! Amin
Share:

Waktu yang Jahat

"Sebab itu orang yang berakal budi akan berdiam diri pada waktu itu, karena waktu itu adalah waktu yang jahat." (Amos 5:13)

Cara hidup yang jahat dapat.dijumpai di mana saja dan kapan saja dan oleh siapa saja sebab kejahatan adalah kecenderungan hati manusia bahkan sejak ia masih kecil (Kejadian 6:5; 8:21).

Cara hidup yang baik dapat.dijumpai di mana saja dan kapan saja dan oleh siapa saja sebab manusia itu diciptakan dalam keadaan sungguh amat baik (Kejadian 1:31) dan tahu apa yang baik untuk dilakukan .
Sejahat-jahatnya seseorang pasti ada baiknya sama seperti sebaik-baiknya seseorang pasti akan ada jahatnya. Kita hidup di dunia yang bercampur antara kejahatan dan kebaikan bahkan dalam pikiran filsafat disebutkan bahwa mereka saling melengkapi membentuk sejarah hidup manusia.
Manusia perlu menyadari bahwa dibutuhkan upaya untuk mengupayakan kebaikan itu menang atas kejahatan sebab dibutuhkan waktu, perhatian, dan tenaga untuk terwujudnya kebaikan sedangkan kejahatan bisa terjadi setiap saat tanpa harus dipikirkan terlebih dahulu. Kalau kebaikan menang maka kejahatan tak berkutik sebab kalau semua orang adalah orang baik siapakah yang akan berbuat jahat?

Waktu tidak pernah berbuat jahat sebab ia hanya memberi "waktunya" untuk orang melakukan kegiatannya. Kalau manusia tidak menggunakan waktunya untuk berbuat kebaikan, maka ia membuat waktu dikenal sebagai yang jahat. Kasihilah waktu dengan selalu berbuat kebaikan setiap waktu sehingga ia tidak salah dikenali sebagai yang jahat.
"Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan!" (Roma 12:21)
Mari gunakan waktu kita sehikmat mungkin supaya kita bisa selalu melakukan yang terbaik. Dan selalu menjadi orang baik! Supaya yang jahat hilang dari kehidupan kita. Amin
Share:

Kebangkitan Kristus: Esensi Iman Kristen

1 Korintus 15:1-11

"bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci;" (1 Korintus 15:4)

Kekristenan sejati mengajarkan bahwa Kristus benar-benar mati secara fisik di kayu salib untuk membayar penghukuman atas dosa. Artinya Kristus benar-benar mencurahkan darah-Nya secara nyata untuk menyucikan dosa-dosa. Jadi kematian Kristus adalah kenyataan, bukan dongeng atau legenda! Akan tetapi kematian Kristus di kayu salib tidak akan menghasilkan apa pun, tidak akan berdampak apa-apa, jika Ia sendiri tidak bangkit.

Kebangkitan-Nya di hari ke-3 adalah bukti bahwa Ia telah mengalahkan kuasa dosa, Iblis dan juga maut. "...maka akan genaplah firman Tuhan yang tertulis: 'Maut telah ditelan dalam kemenangan. Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?' Sengat maut ialah dosa dan kuasa dosa ialah hukum Taurat. Tetapi syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita." (1 Korintus 15:54-57). Iman Kristen adalah iman yang berdiri atas kebangkitan Kristus! Inilah yang membedakan kekristenan dengan kepercayaan atau agama apa pun yang ada di dunia ini.

Rasul Paulus berkata, "Tetapi andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu." (1 Korintus 15:14). Andaikata Kristus tidak bangkit dari kematian maka kita tetap hidup dalam dosa, "Demikianlah binasa juga orang-orang yang mati dalam Kristus." (1 Korintus 15:18). Tetapi yang benar adalah bahwa "...Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal. Sebab sama seperti maut datang karena satu orang manusia, demikian juga kebangkitan orang mati datang karena satu orang manusia." (1 Korintus 15:20-21).

Kuasa kebangkitan Kristus inilah yang memberikan kekuatan dan keberanian dalam diri Yohanes dan juga Petrus untuk bersaksi di hadapan Mahkamah Agama bahwa keselamatan tidak ada di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia (baca Kisah 4:11-12). Dan karena Kristus telah bangkit kita orang percaya memiliki jaminan keselamatan dan pengharapan masa depan yang baik dari Tuhan.

Kebangkitan-Nya adalah bukti bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat! Amin
Share:

Jangan Sia-siakan Kasih Karunia Tuhan!

1 Tawarikh 17:16-27

"Siapakah aku ini, ya TUHAN Allah, dan siapakah keluargaku, sehingga Engkau membawa aku sampai sedemikian ini?" (1 Tawarikh 17:16)

Siapa yang tidak kenal dengan Daud, tokoh terkenal di dalam Alkitab? Daud adalah anak bungsu Isai; masa mudanya banyak dihabiskan di padang untuk menggembalakan domba. Daud benar-benar berasal dari orang biasa, bukan dari keluarga elit. Tetapi kita tahu bahwa Tuhan mengangkat hidup Daud. Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan! Ia meninggikan Daud menjadi raja atas Israel. Sungguh benar bahwa "...bukan dari timur atau dari barat dan bukan dari padang gurun datangnya peninggian itu, tetapi Allah adalah Hakim: direndahkan-Nya yang satu dan ditinggikan-Nya yang lain." (Mazmur 75:7-8).

Betapa hebatnya kasih karunia Tuhan yang dianugerahkan kepada Daud. Oleh sebab itu Daud tidak pernah berhenti untuk mengucap syukur. Ia tidak pernah melupakan kebaikan Tuhan. "Aku hendak mengingat perbuatan-perbuatan TUHAN, ya, aku hendak mengingat keajaiban-keajaiban-Mu dari zaman purbakala." (Mazmur 77:12).

Sudahkah kita mengingat selalu akan kebaikan Tuhan dalam hidup kita? Siapakah kita ini dulu? Kita dahulu adalah debu yang tiada berarti; kita adalah orang-orang berdosa yang patut dimurkai. Tetapi Tuhan Yesus rela mengorbankan nyawa-Nya bagi kita supaya kita diselamatkan, "dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus." (Roma 3:24). Kini kita bukan lagi menjadi hamba dosa melainkan menjadi hamba kebenaran. Bahkan oleh karena Kristus kita diangkat sebagai anak-anak Allah. Tapi sayang, masih banyak orang Kristen yang menyia-nyiakan kasih karunia Tuhan ini. Apa buktinya kalau kita menyia-nyiakan kasih karunia Tuhan? Kita masih hidup dalam dosa dan belum sepenuhnya meninggalkan kehidupan lama kita. Padahal di dalam Kristus kita adalah ciptaan baru.

Bagi orang Kristen yang masih saja hidup dalam dosa, Alkitab menyatakan dengan keras: "Bagi mereka cocok apa yang dikatakan peribahasa yang benar ini: 'Anjing kembali lagi ke muntahnya, dan babi yang mandi kembali lagi ke kubangannya.'" (2 Petrus 2:22). Di hari Minggu bak malaikat yang alimnya tak tertandingi, tetapi hari-hari lainnya kita ditemukan sedang berendam dalam kubangan yang kotor (hidup dalam dosa).amin

Kita lupa bahwa Tuhan telah mengangkat kita dan menyelamatkan kita dari lumpur dosa!
Share:

Kematian Kristus: Kita Diselamatkan dari Dosa!

Baca: Yohanes 19:16-27

"Dan di situ Ia disalibkan mereka dan bersama-sama dengan Dia disalibkan juga dua orang lain, sebelah-menyebelah, Yesus di tengah-tengah." (Yohanes 19:18)

Jumat Agung adalah hari Jumat sebelum Minggu Paskah, hari peringatan penyaliban Yesus Kristus dan wafat-Nya di Golgota. Sudah menjadi hal yang umum bila acara yang berhubungan dengan kematian bukanlah sesuatu yang menyenangkan, sebab di mana ada kematian di situ juga ada air mata. Peristiwa kematian selalu diiringi dengan kesedihan dan kepedihan yang sangat mendalam. Namun bagi orang percaya, kematian Yesus Kristus justru adalah peristiwa yang besar dan harus disyukuri, karena di dalam kematian Yesus Kristus ada pengampunan dosa, kita dibebaskan dari kutuk, ada masa depan dan memiliki pengharapan. Tertulis: "Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang." (Amsal 23:18).

Kematian Yesus Kristus yang berarti sorga bukan hanya angan-angan, tetapi menjadi bagian yang pasi bagi anak-anak Tuhan. Kematian Yesus Krisus berarti pula jaminan bagi kita untuk mengalami berkat yang berkelimpahan. Hal ini dinyatakan dalam Efesus 1:3: "Terpujiah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga." Di atas Golgota sepertinya Yesus Kristus mengalami kegagalan dan kehancuran. Mungkin pada saat itu Iblis tertawa, tetapi justru di situlah kedaulatan Allah dinyatakan dan kemenangan diraih! Memang, bagi dunia salib adalah kebodohan (baca 1 Korintus 1:18), tapi bagi kita salib adalah bukti kasih Allah yang menyelamatkan karena melalui kematian Yesus Kristus kita diselamatkan. Maut tidak berkuasa lagi! Jadi kekristenan tidak dapat dipisahkan dari "salib".

Hanya melalui iman percaya kita kepada Yesus Kristus, tanpa dikarenakan apa yang telah kita lakukan, keselamatan itu kita terima dengan cuma-cuma seperti tertulis: "Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus." (Roma 3:23-24). Sebagai orang-orang berdosa kita tidak sanggup membebaskan diri dari kutuk dosa, dan hanya melalui penumpahan darah Kristus di atas kayu salib inilah dosa-dosa kita ditebus.

Tanpa kematian Yesus Kristus tidak ada jalan keselamatan bagi umat manusia di muka bumi ini!. Sudahkan kita menerima Yesus yang mati untuk dosa kita? Amin.
Share:

Pengumuman yang Menyelamatkan

Yohanes 19:16-27 

Setiap hari kita mendengar bermacam-macam pengumuman dari berbagai sumber. Ada orang yang berprofesi memberi pengumuman setiap hari. Namun, apakah pengumuman itu penting dan berimplikasi pada keselamatan?

Dalam Injil Yohanes, proses penyaliban Yesus ditulis secara singkat saja. Yohanes lebih berfokus menceritakan beberapa pengumuman di sekitar penyaliban itu. Pertama, Pilatus memasang sebuah pengumuman dalam tiga bahasa di atas kayu salib (19-22). Kedua, para prajurit membagi-bagi pakaian Yesus, yang tanpa mereka sadari, hal itu mengumumkan penggenapan Mazmur 22:19 (23-24). Ketiga, Tuhan sendiri mengeluarkan sebuah pengumuman terkait ibu jasmani-Nya, Maria (25-27).

Ada banyak motivasi di balik sebuah pengumuman. Pilatus menaruh pengumuman "Yesus, Raja orang Yahudi" untuk melukai perasaan imam-imam kepala dan masyarakat Yahudi. Mereka telah memaksanya menjatuhkan hukuman mati yang tidak diinginkannya atas Yesus. Para prajurit membagi-bagi pakaian Yesus karena menginginkan kain gratis. Mereka merampas hak milik orang lain.

Namun, Tuhan Yesus mengeluarkan pengumuman untuk menyelamatkan Maria, ibu-Nya. Dengan berkata: "Inilah ibumu!", Ia memercayakan pemeliharaan dan perlindungan atas Maria kepada murid-Nya setelah kematian-Nya.

Perkataan kita, baik berupa pengumuman, nasihat, pidato, pesan, atau kesaksian, maupun berupa ucapan, tulisan, atau rekaman audio, dapat kita pakai untuk menyelamatkan orang lain. Pengumuman yang kita sampaikan bisa mencegah orang dari mengalami celaka atau bencana. Pesan yang kita ketik bisa menjadi penghiburan bagi yang berduka. Kesaksian kita dapat membebaskan seseorang dari fitnahan atau tuduhan palsu.

Jika selama ini perkataan yang kita sampaikan lebih banyak memuaskan ego pribadi, patutlah kita meminta ampun kepada Allah. Dengan pertolongan Roh-Nya, kita akan dimampukan memakai perkataan kita untuk melindungi dan menyelamatkan orang lain. Amin
Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.