Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

Tempat dalam Kerajaan Surga

"Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga." (Matius 5:19)

Pokok perhatian dalam bacaan ini adalah hukum Taurat, tentang menghilangkan atau melakukan dan mengajarkannya.
Menghilangkan salah satu perintah, bahkan yang paling kecil sekalipun, dan mengajarkan hal itu kepada orang lain bisa terjadi secara alami dan tidak dalam pengajaran formal.
Seorang pria menegur istrinya yang akan mencuci pada hari Minggu sebab baginya hari Minggu seharusnya dihargai sama seperti hari Sabat, berhenti melakukan pekerjaan berat untuk kemuliaan Tuhan yang mengasihi semua orang.
Seorang yang dikenal sebagai pelayan masyarakat mengajarkan bahwa hari Minggu adalah hari yang sama saja dengan hari yang lain, boleh bekerja pada hari Minggu. Orang libur pada tanggal merah sebab biasanya tanggal merah itu adalah "hari besar"; hari Minggu adalah hari besar - hari libur, hari Tuhan. Hari dimana Allah memberkati umatnya dan hari berkat. 
Menghilangkan perintah yang terkecil dalam hukum Taurat membuat kedudukannya rendah dalam Kerajaan Sorga. Jika warga Kerajaan Sorga adalah orang-orang yang mulia di hadapan Tuhan, maka orang yang rendah kedudukannya bisa berarti tidak layak. Jangan pernah menghilangkan hari berkat Tuhan. Tuhan jangan di jadikan ban serep. Kalau dapat uang ke gereja klu tidak dapat uang lupa ke gereja/ atau kalau iota ada maka rajin ibadah tapi kalau gak ada malas bergereja.  Surga bukan di berikan kepada orang yang malas melainkan kepada orang yang selalu rajin mencari Tuhan. 
Mari jadikan hidup kita selalu dalam rencana Tuhan. Supaya surga benar terjadi padaku. Bertobatlah.! Amin
"Berbahagialah orang-orang yang hidupnya tidak bercela, yang hidup menurut Taurat TUHAN." (Mazmur 119
Share:

Menanti-nantikan Tuhan

"tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah." (Yesaya 40:31)
Bagi kebanyakan orang, pekerjaan menanti atau menunggu adalah suatu hal yang membosankan. Lima menit menunggu rasanya seperti dua jam. Biasanya orang yang sedang menunggu seseorang, matanya bolak-balik melihat jam tangan atau jam di ponselnya. Seringkali menanti atau menunggu bisa membuat seseorang marah dan kesal bahkan kecewa, karena yang ditunggu tidak kunjung datang atau tiba, bahkan beritanya pun tidak ada. Beritanya baru diterima pada keesokan harinya bahkan bisa beberapa hari kemudian. Ada juga sih orang yang memang diberi kapasitas kesabaran di atas rata-rata, sehingga mereka bisa lebih sabar untuk menunggu.
"Menanti-nantikan" dalam bacaan nas di sini berbeda dengan menanti atau menunggu. Menanti-nantikan adalah sesuatu yang dikerjakan dengan ketekunan dan kesabaran serta tidak mudah putus asa. Ketekunan dan kesabaran dalam pengharapan, pengharapan akan sesuatu yang pasti.
Ayat nas mengatakan: "tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah." Saat kita bertekun dalam doa menanti-nantikan jawaban doa, dalam menanti-nantikan pertolongan Tuhan, maka Tuhan akan memberikan kita kekuatan baru untuk tidak menyerah walaupun doa kita belum terjawab atau sepertinya pertolongan Tuhan belum terlihat.
Tanpa kita sadari dalam menanti-nantikan, Tuhan semakin menguatkan kita dalam menghadapi masalah, pergumulan, tantangan dan hambatan. Kita tidak menjadi lesu, tidak menjadi lelah dan menyerah bahkan putus asa. Kita bisa tetap merasakan sukacita dan damai sejahtera, bahkan kita mampu untuk bersyukur. Pengharapan kita juga terus diperbaharui, karena kita tahu benar dan yakin bahwa pertolongan-Nya tidak pernah terlambat, bahwa Dia adalah Tuhan yang setia pada janji-Nya. 
Terus dan tetaplah menanti-nantikan Tuhan, karena ada kekuatan, pengharapan, semangat dan gairah baru di dalamnya. "...berbahagialah semua orang yang menanti-nantikan Dia!" (Yesaya 30:18). Amin. 
Share:

Hati yang Tulus Ikhlas

"Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni." (Ibrani 10:22)
Menyembah adalah sikap hidup yang seutuhnya. Hidup seutuhnya ditentukan oleh adanya hati yang tulus ikhlas. Tanpa hati yang tulus ikhlas tidak mungkin orang dapat menyembah Tuhan sebab menyembah adalah panggilan untuk datang dengan kerendahan hati. Tidak ada ketulusan dalam hidup orang yang dikuasai oleh kesombongan sama seperti tidak ada keikhlasan dalam hati orang yang selalu mengharapkan pamrih.
Menghadap Tuhan dengan hati tulus ikhlas artinya menyembah Tuhan dalam kerendahan hati dan penuh dengan penyerahan diri tanpa dibayangi oleh maksud tersembunyi. Datang menghadap Tuhan adalah untuk bersyukur dan berserah diri kepada Allah yang telah dan akan selalu mengasihi umat-Nya.
Berawal dari hati yang tulus ikhlas ketika datang menghadap Tuhan, maka akan semakin terbangun iman untuk percaya akan pemeliharaan Tuhan yang tiada putusnya sehingga ibadah (terutama persembahan) tidak salah dipahami sebagai "uang sogok" agar Tuhan menjadi murah hati untuk memberinya berkat yang melimpah. Iman yang teguh adalah kesadaran bahwa setiap orang selalu diberkati secara melimpah dalam kasih Tuhan.
Hati yang tulus ikhlas yang menumbuhkan iman yang teguh diperoleh ketika orang membiarkan dirinya dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuhnya dibasuh dengan air yang murni. Hati kita bukanlah milik kita tetapi biarkan dikuasai oleh Allah sehingga ia dibersihkan dari kejahatan dan jangan tubuh kita dinodai oleh berbagai noda kehidupan.
Hati yang tulus ikhlas adalah hati nurani yang bersih. Yang tanpa cacat kudus suci dan tidak terkontaminasi dengan ragi atau bumbu. Hati yang tulus iklas berjalan apa adanya tidak anek aneh. 
Sudahkah hati yang tulus ada dalam hidupmu.? Berikan hatimu tuk di baharui? Amin
"Sesungguhnya Allah itu baik bagi mereka yang tulus hatinya, bagi mereka yang bersih hatinya." (Mazmur 73:1)
Share:

Kompas Hidup

Mazmur 119:17-32 

Perjalanan ke tempat yang belum pernah kita tuju dapat menjadi pengalaman yang sulit jika kita tidak menggunakan peta atau kompas dalam perjalanan. Kompas adalah alat penunjuk arah yang dapat menuntun perjalanan kita ke arah tujuan yang benar. Bahkan zaman janggih ini sudah ada yang namanya map bisa menentukan letak dimana anda berada dan alamat yang tepat walaupun belum pernah datang. 

Pemazmur menggambarkan kehidupannya seperti orang asing di dalam dunia ini, seperti seorang musafir (19). Sebagai orang asing di dunia ini, ia membutuhkan firman Tuhan sebagai kompas hidupnya. Itu karena firman berisi perintah, keajaiban, hukum, peringatan, nasihat, titah, dan perbuatan-perbuatan ajaib Tuhan. Semua itu akan memberinya kehidupan, menghapus cela dan penghinaan yang datang kepadanya, meneguhkannya, membawanya kepada jalan kebenaran, serta melapangkan hatinya-jika ia melakukan firman itu dalam hidupnya.
Meskipun harus menghadapi orang-orang yang kurang ajar, mereka yang mencela, bahkan kesepakatan jahat dari para pemuka sekalipun, pemazmur tidak takut asalkan dia hidup berpegang pada firman Tuhan yang mengajarnya jalan hidup yang benar. Oleh sebab itu, tidak mengherankan jika berkali-kali pemazmur menyatakan kerinduannya untuk dibimbing oleh firman Tuhan, dan kesadarannya bahwa tanpa firman Tuhan ia tidak dapat hidup.
Berkaca dari pengalaman pemazmur, sesungguhnya kita juga adalah musafir yang membutuhkan tuntunan dan arahan dalam menjalani kehidupan. Kita membutuhkan kompas agar kita tahu bagaimana kita harus hidup di dunia ini dan mencapai tujuan Allah dalam diri kita.
Alkitab adalah kompas hidup yang dapat menunjukkan kepada kita rute perjalanan terbaik dan benar, meskipun rute itu belum tentu aman dan nyaman. Hambatan akan selalu ada, namun dengan firman, kita dapat menghadapinya. Rindukanlah firman Tuhan seperti pemazmur, dan nantikanlah suara-Nya yang memberi perintah dan menuntun kita di sepanjang jalan kehidupan. Dengan menggenggam firman Tuhan sebagai kompas hidup kita, selamatlah kita sampai tujuan. Amin..
Share:

Mekanisme Pertahanan Diri

Keangkuhan merendahkan orang, tetapi orang yang rendah hati, menerima pujian. (Amsal 29:23)

Saya pernah membenci seorang saudara, karena dia menegur saya. Dia melihat ada perbuatan saya kepada ibu mertua yang menurutnya tidak baik. Saya membantah ucapannya. Saya sebutkan semua perbuatan baik yang pernah saya lakukan pada ibu mertua. Saya mengatakan dia tidak tahu apa-apa dunia orang menikah, karena dia lajang, jadi tidak mengerti seperti apa rasanya punya mertua. Belakangan saya sadar, saya sombong, membela diri dan membenarkan perilaku saya yang tidak benar.

Musuh terbesar kita adalah diri sendiri. Kita punya mekanisme pertahanan diri yang luar biasa. Hanya kita yang bisa merobohkannya, dengan mau rendah hati. Mekanisme pertahanan diri bisa membuat kita merasa lebih baik. Tapi, mekanisme ini membuat kita tetap pada sikap dan praktik yang dapat menimbulkan masalah bagi kita dan orang lain, sekarang dan kemudian hari. Kenapa Saul merasa sudah melakukan perintah Tuhan? Karena sombong. Hal ini dibuktikan dengan dia tidak merasa berdosa waktu Samuel bertanya (ay. 14). Saul mengajukan pembelaan diri untuk membenarkan tindakannya (ay. 15, 20, 21, 24 dan 25). Saul akhirnya memang mengaku dosa, tetapi itu demi mendapatkan kehormatan di depan para tua-tua bangsa dan di depan orang Israel (ay. 30).

Mari kita miliki sikap rendah hati, sehingga kita bisa menyadari dan mengakui dosa kita. Kalau ada orang menunjukkan dosa atau kesalahan kita, mari belajar untuk memikirkan kata-katanya dan mengoreksi diri. Kita selamanya tidak berubah, kalau tidak mau rendah hati dan mengoreksi diri. Amin

KERENDAHAN HATI MEMAMPUKAN KITA MENERIMA TEGURAN, 
SADAR DIRI, MENGAKU DOSA, DAN BERUBAH
Share:

BERJUMPA DENGAN TUHAN

Yohanes 20:19-31

Tomas menjawab Dia: “Ya Tuhanku dan Allahku!” (Yoh. 20:28)
Mari bayangkan diri kita sebagai murid Tuhan Yesus yang disanggah oleh Tomas. Bagaimana perasaan kita? Ketika kesaksian kita tentang pengalaman berjumpa dengan Tuhan Yesus diragukan, pasti ada rasa kesal yang membuncah dalam dada kita. Masalahnya, kita bisa saja dianggap bohong! “Mana mungkin orang yang sudah mati bangkit lagi?” Padahal, kita jelas-jelas melihat sendiri Yesus hadir di tengah-tengah murid yang sedang berkumpul dalam ruangan dengan pintu yang terkunci. Suasana yang sangat menegangkan!
Tomas tidak percaya, bukan sekadar karena meragukan cerita teman-temannya yang lain. Bagi Tomas, penting untuk mengalami sendiri perjumpaan dengan Tuhan Yesus. Baginya, penting untuk merasakan jarinya menyentuh luka di tangan dan lambung Tuhan Yesus. Tomas menghargai pengalaman. Imannya dibangun dari pengalaman demi pengalaman. Maka, terjadilah seperti yang diimaninya. Tuhan Yesus menjumpainya. Ia berkenan untuk disentuh oleh Tomas. Pengakuan iman yang pertama pun bergaung, “Ya Tuhanku dan Allahku!” Pengalaman menyentuh Tuhan Yesus mengokohkan iman percayanya. Tomas perlu sebuah pengalaman untuk mengokohkan imannya.
Cara Tomas beriman berbeda dengan murid-murid yang lain. Namun, Tuhan tidak pernah menyalahkannya. Itu berarti cara orang untuk mengimani dan mengalami Tuhan tidak sama. Oleh sebab itu, jangan menghakimi orang lain yang memiliki cara yang berbeda saat merasakan kehadiran Tuhan. Hanya dengan demikian, komunitas kita sungguh-sungguh menjadi wadah yang nyaman untuk berjumpa dengan Tuhan karena tidak ada penghakiman di dalamnya.

1. Apa yang membuat Tomas mengucapkan pengakuan imannya?
2. Saat kapan kita merasakan Tuhan menjumpai dan menyapa kita?

Pokok Doa: Gereja menjadi wadah yang nyaman untuk berjumpa Tuhan.
Share:

Takut akan Tuhan: Kunci Mengalami Kebaikan!

Mazmur 31

"Alangkah limpahnya kebaikan-Mu yang telah Kausimpan bagi orang yang takut akan Engkau, yang telah Kaulakukan bagi orang yang berlindung pada-Mu, di hadapan manusia!" (Mazmur 31:20)

Takut akan Tuhan adalah unsur penting dalam kehidupan orang percaya. Takut yang bagaimana? Ada banyak di antara kita yang takut akan banyak hal, seperti takut akan hantu, takut akan ketinggian, takut akan keramaian dan sebagainya. Takut akan Tuhan bukanlah seperti itu. Pengertian takut akan Tuhan menjadi jelas jika kita mengerti siapa dan seperti apa Tuhan itu.
Secara alkitabiah takut akan Tuhan berbicara tentang kekuatan, kebesaran, otoritas dan kekudusan Tuhan. Takut akan Tuhan di sini adalah wujud rasa takut dalam arti positif. Artinya kita menghormati Dia karena kebesaran-Nya, kekudusan-Nya, keadilan-Nya dan juga kebenaran-Nya. Tanpa rasa takut akan Tuhan orang Kristen cenderung berpikir, berkata, dan berbuat sesuka hatinya sendiri. Rasa takut akan Tuhan yang seperti ini juga tidak didasari oleh karena takut mengalami hukuman atau takut masuk neraka, karena jika ini yang terjadi maka rasa takut semacam ini tidak didasarkan pada kasih kepada Tuhan.
Takut akan Tuhan adalah ketetapan hati dan pikiran orang percaya yang tidak mau mengecewakan Tuhan melalui pikiran, ucapan dan tindakannya sebagai ekspresi kasih kepada-Nya. Jadi orang yang takut akan Tuhan akan berusaha untuk hidup seturut firman-Nya, menjauhkan diri dari segala bentuk kejahatan (dosa) dengan kerelaan hatinya sendiri, bukan karena terpaksa atau karena dorongan dari orang lain. Dalam Pengkhotbah 12:13 dikatakan: "Akhir kata dari segala yang didengar ialah: takutlah akan Allah dan berpeganglah pada perintah-perintah-Nya, karena ini adalah kewajiban setiap orang."
Apa yang kita dapatkan dan rasakan saat kita Takut akan Tuhan. 
Ada berkat-berkat yang disediakan Tuhan bagi orang-orang yang takut akan Dia.
Ada 4 berkat Tuhan yang kita dapatkan. Pertama, kita akan hidup dalam kebahagiaan dan ketenteraman (baca Mazmur 128:1; Amsal 14:26). 
Kedua, kita tidak akan kekurangan sesuatu pun yang baik dari Tuhan. "Alangkah limpahnya kebaikan-Mu yang telah Kausimpan bagi orang yang takut akan Engkau," (ayat 20a). 
Ketiga, kita akan diperhatikan oleh Tuhan (baca Mazmur 33:18). 
Dan keempat, doa kita akan didengar dan dijawab Tuhan. "Ia melakukan kehendak orang-orang yang takut akan Dia, mendengarkan teriak mereka minta tolong dan menyelamatkan mereka." (Mazmur 145:19).
Hikmat yang perlu kita renungkan 
Orang yang takut akan Tuhan pasti akan mengalami semua kebaikan Tuhan! Amin
Share:

Waktu yang Jahat

"Sebab itu orang yang berakal budi akan berdiam diri pada waktu itu, karena waktu itu adalah waktu yang jahat." (Amos 5:13)

Cara hidup yang jahat dapat.dijumpai di mana saja dan kapan saja dan oleh siapa saja sebab kejahatan adalah kecenderungan hati manusia bahkan sejak ia masih kecil (Kejadian 6:5; 8:21).

Cara hidup yang baik dapat.dijumpai di mana saja dan kapan saja dan oleh siapa saja sebab manusia itu diciptakan dalam keadaan sungguh amat baik (Kejadian 1:31) dan tahu apa yang baik untuk dilakukan .
Sejahat-jahatnya seseorang pasti ada baiknya sama seperti sebaik-baiknya seseorang pasti akan ada jahatnya. Kita hidup di dunia yang bercampur antara kejahatan dan kebaikan bahkan dalam pikiran filsafat disebutkan bahwa mereka saling melengkapi membentuk sejarah hidup manusia.
Manusia perlu menyadari bahwa dibutuhkan upaya untuk mengupayakan kebaikan itu menang atas kejahatan sebab dibutuhkan waktu, perhatian, dan tenaga untuk terwujudnya kebaikan sedangkan kejahatan bisa terjadi setiap saat tanpa harus dipikirkan terlebih dahulu. Kalau kebaikan menang maka kejahatan tak berkutik sebab kalau semua orang adalah orang baik siapakah yang akan berbuat jahat?

Waktu tidak pernah berbuat jahat sebab ia hanya memberi "waktunya" untuk orang melakukan kegiatannya. Kalau manusia tidak menggunakan waktunya untuk berbuat kebaikan, maka ia membuat waktu dikenal sebagai yang jahat. Kasihilah waktu dengan selalu berbuat kebaikan setiap waktu sehingga ia tidak salah dikenali sebagai yang jahat.
"Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan!" (Roma 12:21)
Mari gunakan waktu kita sehikmat mungkin supaya kita bisa selalu melakukan yang terbaik. Dan selalu menjadi orang baik! Supaya yang jahat hilang dari kehidupan kita. Amin
Share:

Kebangkitan Kristus: Esensi Iman Kristen

1 Korintus 15:1-11

"bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci;" (1 Korintus 15:4)

Kekristenan sejati mengajarkan bahwa Kristus benar-benar mati secara fisik di kayu salib untuk membayar penghukuman atas dosa. Artinya Kristus benar-benar mencurahkan darah-Nya secara nyata untuk menyucikan dosa-dosa. Jadi kematian Kristus adalah kenyataan, bukan dongeng atau legenda! Akan tetapi kematian Kristus di kayu salib tidak akan menghasilkan apa pun, tidak akan berdampak apa-apa, jika Ia sendiri tidak bangkit.

Kebangkitan-Nya di hari ke-3 adalah bukti bahwa Ia telah mengalahkan kuasa dosa, Iblis dan juga maut. "...maka akan genaplah firman Tuhan yang tertulis: 'Maut telah ditelan dalam kemenangan. Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?' Sengat maut ialah dosa dan kuasa dosa ialah hukum Taurat. Tetapi syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita." (1 Korintus 15:54-57). Iman Kristen adalah iman yang berdiri atas kebangkitan Kristus! Inilah yang membedakan kekristenan dengan kepercayaan atau agama apa pun yang ada di dunia ini.

Rasul Paulus berkata, "Tetapi andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu." (1 Korintus 15:14). Andaikata Kristus tidak bangkit dari kematian maka kita tetap hidup dalam dosa, "Demikianlah binasa juga orang-orang yang mati dalam Kristus." (1 Korintus 15:18). Tetapi yang benar adalah bahwa "...Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal. Sebab sama seperti maut datang karena satu orang manusia, demikian juga kebangkitan orang mati datang karena satu orang manusia." (1 Korintus 15:20-21).

Kuasa kebangkitan Kristus inilah yang memberikan kekuatan dan keberanian dalam diri Yohanes dan juga Petrus untuk bersaksi di hadapan Mahkamah Agama bahwa keselamatan tidak ada di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia (baca Kisah 4:11-12). Dan karena Kristus telah bangkit kita orang percaya memiliki jaminan keselamatan dan pengharapan masa depan yang baik dari Tuhan.

Kebangkitan-Nya adalah bukti bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat! Amin
Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.