Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

Gema Suara Illahi

Renungan Malam 
Gimana kabarnya hari ini, sehat..pastinya baik luar biasa. Selamat beraktifitas untuk meraih sukses bersama Tuhan. 
Sebelumnya baca renungan hari ini

Amos 4:6 11

Suatu hardikan lebih masuk pada orang berpengertian daripada seratus pukulan pada orang bebal.
Amsal 17:10

Apa kalimat yang berulang ulang muncul di bagian yang kita baca? namun kamu tidak berbalik kepada Ku. Kalimat ini diulang sampai lima kali. Ibarat seorang ayah, Tuhan sudah berkali kali memukul dan menghajar orang Israel, entah dengan kelaparan, kekurangan air, gagal panen, sampar, dan bencana alam. Namun, tetap saja mereka tidak bertobat. Di bagian Alkitab yang lain, Tuhan mengatakan bahwa Dia sampai tidak tahu lagi dimana harus memukul umat Nya karena mereka sudah babak belur, tetapi mereka malah makin jahat (Yes. 1:5 6). Tidak heran mereka disebut bangsa yang tegar tengkuk.

Alkitab memiliki nama untuk orang orang seperti ini, yakni orang bebal. Ketika kita membaca Mazmur dan Amsal misalnya, kita mendapat impresi bahwa orang orang bebal adalah mereka yang tidak mengenal Tuhan, para musuh Israel. Ini tidak benar. Ketika Amsal membandingkan orang benar (atau orang bijak) dengan orang bebal, yang dibandingkan adalah sesama umat Tuhan yang sama sama telah tahu kebenaran. Tentu tidak apple to apple (sebanding) kalau Tuhan membandingkan orang orang yang sudah lama mengenalnya dan mereka yang tidak tahu apa pun tentang Nya.

Apakah pukulan Tuhan terlalu keras? Tidak! Ketika kita membandingkan bagian ini dengan kutukan di Imamat 26:14 39 dan Ulangan 28:15 46, kita akan menemukan bahwa peringatan ini sudah diberikan beratus ratus tahun yang lalu dan dituliskan dalam Taurat Musa yang sangat dijunjung tinggi orang orang Israel. Celakanya, sesudah itu pun, mereka masih saja tidak bertobat, bahkan sampai nanti di zaman Tuhan Yesus. Inilah mengapa kebebalan sangat dibenci Tuhan karena sejahat apa pun seseorang, hatinya bisa dilunakkan dan berbalik kepada Tuhan, kecuali jika memang ia bebal.

Saya pernah iseng menghitung berapa kali saya mendengar khotbah mingguan, ikut CG, KKR, retreat, dan lain sebagainya. Sudah ribuan kali. Mungkin Anda juga demikian. Masalahnya, ketika kita mendengar firman Tuhan, respons kita seringkali adalah, Ah, ini tidak relevan dengan hidupku, atau nah ini cocok untuk si X! atau pengkhotbah ini tidak tahu apa apa. Jangan jangan kita sendiri orang orang bebal tersebut.

Refleksi diri:

Apa yang terbesit di kepala Anda ketika mendengar sekali lagi mengenai firman Tuhan?

Apakah pesan Tuhan hanya masuk telinga kanan keluar telinga kiri? Apakah ada sikap kita yang seperti orang bebal?

Jangan lengah, covid19 belum selesai, tetap pakai masker saat bepergian, tetap prokes, dan selalu menjaga kesehatan dengan maksimal, Serta tetap berserah amdalkan Tuhan
Share:

Mungkin

Renungan Malam 
Gimana kabarnya hari ini, sehat..pastinya baik luar biasa. Selamat beraktifitas untuk meraih sukses bersama Tuhan. 
Sebelumnya baca renungan hari ini

Amos 5:1 17

Sebenarnya kamu harus berkata: Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu.
 Yakobus 4:15

Saya pernah mendengar seorang pengkhotbah mengatakan bahwa orang Kristen tidak boleh seperti agama saudara sepupu yang mengatakan, Insyaallah. Kenapa? Karena kita sebagai orang Kristen hidup oleh iman. Benarkah demikian?

Sesudah menyampaikan pesan penghakiman Tuhan, Amos melakukan apa yang dilakukan pengkhotbah KKR pada umumnya: altar call. Memang tidak seperti altar call pada umumnya, tetapi suatu panggilan untuk orang orang Israel bertobat. Namun perhatikan apa yang ia katakan, khususnya di ayat 15. Apakah Amos berkata, Bencilah yang jahat dan cintailah yang baik; dan tegakkanlah keadilan di pintu gerbang; pasti Tuhan akan melepaskan
kita dari hal hal buruk yang kita alami dan melimpahi kita dengan kekayaan, kesembuhan, dan lain sebagainya.? Apakah ini yang ia sampaikan? Tidak, Amos mengatakan mungkin.

Apakah ini berarti Amos kurang iman karena memakai kata mungkin? Tidak! Jika kita melihat sepanjang Perjanjian Lama, tokoh tokoh yang beriman kepada Tuhan pun menggunakan kata mungkin. Ketika Kaleb berencana untuk menduduki tanah yang didiami orang orang asing (Yos. 14:12), ketika Yonatan akan berperang mati matian melawan pasukan Filistin yang jauh lebih besar (1Sam. 14:6), ketika Daud dihina hina oleh Simei saat ia melarikan diri (2Sam. 16:12), dan ketika Yerusalem akan diserang oleh Asyur dan Hizkia memohon pertolongan Tuhan (2Raj. 19:4). Mengapa mereka tidak mengatakan pasti? Jawabannya adalah karena kerendahan hati. Tokoh tokoh ini tidak menjadi sombong mentang mentang anak Tuhan, lantas mengatakan bahwa Tuhan pasti akan menghendaki dan memberikan yang mereka inginkan. Mereka sadar bahwa mereka hanyalah hamba Tuhan yang dipakai menjadi kepanjangan tangan Tuhan untuk menyatakan kehendak Allah
atas manusia dan dunia.

Tentu, dalam hal keselamatan, jaminan hidup kekal dan pengampunan adalah suatu kepastian. Namun, apakah Tuhan akan meluputkan kita dari konsekuensi dosa dosa kita selama di dunia? Apakah Tuhan akan memberkati usaha kita? Apakah Tuhan akan meluruskan rencana kita? Bukan kewajiban Tuhan untuk memberikan kepada kita apa yang kita mau. Melainkan jika Tuhan menghendakinya, kata Yakobus.

Refleksi diri:

Bagaimana kehidupan doa kita? Apakah kita cenderung menuntut Tuhan melakukan yang kita inginkan?

Bagaimana Anda akan membangun sikap hidup jika Tuhan menghendaki?


Jangan lengah, covid19 belum selesai, tetap pakai masker saat bepergian, tetap prokes, dan selalu menjaga kesehatan dengan maksimal, Serta tetap berserah amdalkan Tuhan
Share:

MENJADI MEMPELAI ALLAH

Yeremia 2:1-3, 14-22

Aku teringat kepada kasihmu pada masa mudamu, kepada cintamu pada waktu engkau menjadi pengantin ....” (Yer. 2:2)
Pada tahun 1981 Ted Huston dari University of Texas melakukan penelitian mengenai pernikahan. Ia menemukan bahwa usaha yang dibangun dalam dua tahun pertama pernikahan akan menentukan lama pernikahan pasangan tersebut. Ia mengamati 156 pasangan. Ia menemukan bahwa setelah 13 tahun menikah, 68 pasangan menikah dengan bahagia, 32 pasangan menikah dengan tidak bahagia, 56 pasangan telah bercerai. Semua penemuan ini menunjukkan bahwa pernikahan yang bahagia adalah pernikahan yang diperjuangkan sejak tahun pertama. Hal ini terjadi karena banyak tantangan yang harus dihadapi dalam pernikahan.
Yeremia 2 juga berbicara mengenai pernikahan. Sekalipun demikian, pernikahan yang dimaksud adalah pernikahan Allah dengan umat-Nya. Gambaran umat Allah sebagai mempelai perempuan dari Allah adalah salah satu gambaran umat di Alkitab. Sayangnya, gambaran Israel sebagai mempelai perempuan di Yeremia adalah mempelai yang tidak setia. Israel menyerahkan dirinya pada godaan di sekitarnya. Mereka gagal untuk setia kepada Allah. Mereka menyerahkan diri pada ketidaksetiaan. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan bersama dengan Allah juga dipenuhi tantangan. Ada perjuangan yang harus dilakukan umat Allah untuk dapat membangun cinta kasih kepada Allah.
Pembaca yang dimuliakan Tuhan, , membangun cinta kasih kepada Allah adalah hal yang sangat penting. Kita perlu untuk terus mengupayakan hubungan yang baik dengan Allah. Ada banyak tantangan dalam hubungan dengan Allah. Mari kita berupaya menjadi mempelai Allah yang mengasihi dan setia kepada-Nya.
1. Apa yang menyebabkan Allah begitu kecewa dengan Israel sebagai pengantin-Nya?
2. Apakah yang dapat kita usahakan untuk menjaga hubungan kita dengan Allah?
Pokok Doa: Upaya membangun hubungan pribadi dengan Allah.


Jangan lengah, covid19 belum selesai, tetap pakai masker saat bepergian, tetap prokes, dan selalu menjaga kesehatan dengan maksimal, Serta tetap berserah amdalkan Tuhan

Share:

RASI BINTANG ALLAH

Gimana kabarnya hari ini, sehat..pastinya baik luar biasa. Selamat beraktifitas untuk meraih sukses bersama Tuhan. 
Sebelumnya baca renungan hari ini

Ibrani 13:7-21

Ingatlah akan pemimpinpemimpin kamu, yang telah menyampaikan firman Allah kepadamu. (Ibr. 13:7)

Jauh sebelum perkembangan teknologi seperti saat ini, rasi bintang pernah menjadi alat manusia untuk melakukan navigasi. Rasi bintang adalah sekelompok bintang yang terlihat di langit malam dan tampak saling terhubung membentuk formasi tertentu. Rasi dapat dijadikan sebagai petunjuk arah karena bintang bergerak secara teratur dan dapat diprediksi. Formasi bintang-bintang itu digunakan manusia sebagai petunjuk arah saat malam hari, khususnya ketika berlayar. Setidaknya ada 4 rasi bintang yang digunakan sebagai petunjuk arah, yaitu biduk (arah utara), layang-layang (arah selatan), kalajengking (arah tenggara atau timur), dan orion (arah barat).

Jika rasi bintang di masa lalu menjadi petunjuk arah, maka umat Tuhan di masa lalu juga diberikan petunjuk oleh Tuhan untuk menolong mereka mengikuti Kristus. Petunjuk tersebut, menurut Ibrani 13, adalah para pemimpin. Ibrani 13 memuat nasihat agar umat dapat mengikuti panduan pemimpin. Bagi penulis Ibrani, pemimpin diberikan Allah kepada umat untuk menolong umat mengikuti ajaran Kristus. Hal ini juga tidak lepas dari ragam pengajaran di sekitar umat yang berpotensi untuk menyesatkan umat. Karena itu, mengikuti pemimpin yang dipilih Allah adalah salah satu cara umat untuk dapat tetap berjalan di jalan Tuhan.

Pembaca yang terkasih, di dalam kehidupan kita, Allah memberikan pemimpin yang menolong kita agar dapat tetap berjalan di jalan-Nya. Pemimpin tersebut bisa jadi adalah orang tua, pendeta, pembina di gereja, dan sebagainya. Marilah kita membangun hubungan yang baik dengan para pemimpin tersebut.

1. Siapakah yang diberikan Allah untuk menolong umat mengikuti ajaran Kristus?
2. Siapa sajakah pemimpin di dalam hidup kita yang Tuhan berikan untuk menolong kita berjalan mengikuti ajaran Kristus?

Pokok Doa: Pemimpin yang Tuhan tempatkan untuk menolong kita.
Share:

Mengampuni dan melupakan

Gimana kabarnya hari ini, sehat..pastinya baik luar biasa. Selamat beraktifitas untuk meraih sukses bersama Tuhan. 
Sebelumnya baca renungan hari ini

Gema Suara Illahi
Amos 2:6 8

Demikianlah setiap orang di antara kita akan memberi pertanggungan jawab tentang dirinya sendiri kepada Allah.
Roma 14:12

Mengampuni dan melupakan, itulah yang Engkau lakukan, supaya ku kan mengampuni dan melupakan. Itulah refrain dari lagu Jonathan Prawira berjudul, Mengampuni dan Melupakan. Kita tahu bahwa Tuhan mengampuni kita. Namun, benarkah Tuhan juga melupakan dosa dosa kita?

Di perikop perikop sebelum yang sudah dibaca, kita melihat bahwa Tuhan membuat daftar kejahatan bangsa bangsa yang akan Dia hukum, bahkan bangsa yang adalah umat Nya sendiri, yakni Yehuda dan Israel. Kalau memang Tuhan melupakan, kenapa Dia tidak membuang daftar dosa mereka ke laut saja, kemudian menarik kembali keputusan Nya untuk menghukum mereka? Kenyataannya, Tuhan mengingat kejahatan kejahatan mereka, kemudian menghukum mereka dengan setimpal. Fakta bahwa Yehuda dan Israel adalah umat Tuhan tidak membuat Tuhan serta merta melupakan kejahatan mereka seolah olah Dia mengalami amnesia.

Tapi, mungkin kita bertanya, bukankah Yeremia 31:34 mengatakan bahwa Tuhan tidak lagi mengingat dosa kita? Memang benar ada ayat seperti ini. Tetapi Surat Ibrani menjelaskan makna ‘tidak lagi mengingat dosa’, bukan seolah olah Tuhan kehilangan ingatan mengenai apa yang kita lakukan. Ibrani 8:7 13 dan 10:11 18 menjelaskan bahwa maksud dari Tuhan tidak lagi mengingat dosa kita adalah Dia akan mengikat lagi perjanjian dengan umat Nya yang telah ingkar. Apakah ini karena Tuhan lupa ingatan? Jelas tidak! Ini terjadi semata mata karena kasih setia Tuhan! Kalau kita mengatakan bahwa Tuhan seperti hilang ingatan akan dosa kita, apa artinya Tuhan adalah Tuhan yang setia? Justru karena Tuhan ingat kita pernah ingkar janji dan berdosa, tetapi toh Dia tetap setia kepada janji Nya, kita dapat memuji kasih setia Nya kepada kita.

Apakah ini berarti kita bebas berbuat dosa? Bukankah Tuhan tetap setia? Tentu saja tidak! Ini seharusnya membuat kita hidup makin tahu diri. Ingat, meski Tuhan Yesus tidak akan melupakan janji Nya, Dia pun tidak akan melupakan kesalahan kita. Segala sesuatu harus kita pertanggungjawabkan kepada Nya saat nanti kita meninggalkan dunia ini.

Refleksi diri:

Bagaimana cara Anda selama ini memandang pengampunan dari Tuhan?

Apakah kasih setia Tuhan menyebabkan Anda menjadi kurang bertanggung jawab dengan hidup yang Tuhan percayakan?
Share:

Tidak Tahu Diri

Amos 2:9 -10

Hanya takutlah akan TUHAN dan setialah beribadah kepada Nya dengan segenap hatimu, sebab ketahuilah, betapa besarnya hal hal yang dilakukan Nya di antara kamu.
1 Samuel 12:24

Adalah baik jika sesekali kita meluangkan waktu untuk mendalami Alkitab. Cobalah menghitung berapa kali kata takut muncul dengan merujuk kepada Tuhan sebagai objek. Setidaknya tiga ratus kali. Takut akan Tuhan adalah salah satu perintah yang paling sering diulang.

Ah, Anda mengelak, itu kan Tuhan versi Perjanjian Lama yang berbeda dengan Tuhan versi Perjanjian Baru yang penuh anugerah. Bukankah 1 Yohanes 4:18 mengatakan bahwa kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan? Bagian yang kita baca hari ini menjawab kontradiksi tersebut. Ayat ayat sebelumnya membeberkan kejahatan umat Israel. Kejahatan ini kemudian dikontraskan dengan kasih Tuhan di ayat yang Anda baru saja baca. Poinnya jelas, Tuhan sedang menegur, Kamu ini tidak tahu diri sama sekali! Padahal Aku sudah melakukan sedemikian banyaknya untukmu!

Dengan kata lain, secara sederhana, Takut akan Tuhan berarti tahu diri. Orang yang takut akan Tuhan tahu posisinya sebagai orang yang telah menerima anugerah Tuhan dan berkat berkat Nya setiap hari, lantas hidup dalam ketaatan akan perintah Nya. Apakah ia hidup di bawah ancaman setiap saat karena Tuhan sedang menanti untuk menghukumnya? Tidak! Orang yang takut akan Tuhan justru memiliki kenangan manis bersama Nya. Mereka memiliki cerita tentang kedekatannya dengan Tuhan, cerita yang membuat mereka sanggup menjalani hidup ini dengan penuh percaya dan taat kepada Nya. Orang orang Israel, sebaliknya, sudah melupakan segala kebaikan Tuhan sehingga Dia perlu mengingatkan mereka kembali akan apa yang telah dikerjakan Nya. Untuk apa? Untuk menunjukkan betapa tidak tahu dirinya orang orang Israel!

Saya percaya bahwa setiap kita memiliki cerita dengan Tuhan Yesus. Bukan hanya orang sebesar Billy Graham saja yang bisa menulis autobiografinya bersama Tuhan. Kisah Anda pun mungkin sama atau bahkan lebih menarik. Sayangnya, kisah itu tidak kita tuliskan, lebih lebih kita saksikan kepada orang orang di sekeliling kita. Milikilah sikap takut akan Tuhan setiap saat supaya sikap hidup kita menjadi satu kesaksian yang memuliakan Tuhan di dalam setiap aspek kehidupan.

Refleksi diri:

Apakah kenangan paling indah yang Anda miliki dengan Tuhan Yesus?

Bagaimana Anda akan menyaksikan kenangan tersebut kepada orang lain?
Share:

Terusno AE

Gimana kabarnya hari ini, sehat..pastinya baik luar biasa. Selamat beraktifitas untuk meraih sukses bersama Tuhan. 
Sebelumnya baca renungan hari ini

Gema Suara Illahi
Amos 4:4 5

Tetapi jawab Samuel: Apakah TUHAN itu berkenan kepada korban bakaran dan korban sembelihan sama seperti kepada mendengarkan suara TUHAN? Sesungguhnya, mendengarkan lebih baik dari pada korban sembelihan, memperhatikan lebih baik dari pada lemak domba domba jantan.
1 Samuel 15:22

Di Surabaya (dan mungkin daerah daerah berbahasa Jawa lain), kata terusno ae dalam bahasa Indonesia artinya teruskan saja, bisa jadi senjata ampuh untuk menyuruh orang menghentikan tindakannya. Anak bandel satu kali? Nak, jangan dilakukan lagi ya Bandel dua kali? Nak, jangan diulangi ya. Ketiga kali? TERUSNO AE! Si anak berhenti justru ketika disuruh meneruskan kenakalannya. Minimal inilah yang terjadi pada saya. Bagian perikop yang kita baca mungkin agak membingungkan. Kenapa Tuhan menyuruh orang orang Israel berbuat jahat sekaligus memberikan korban? Karena Tuhan sedang mengatakan kepada mereka, TERUSNO AE! Orang orang Israel berbuat jahat, tetapi pada saat yang sama tidak merasa bersalah. Kan aku sudah mempersembahkan korban? Diharapkan dengan ini mereka akan sadar (sedikit bocoran, besok kita akan membaca bahwa mereka tetap saja bebal).

Ayat emas di atas juga menguatkan kita bahwa Tuhan lebih berkenan atas keinginan hati kita untuk mendengar dan mengikuti kehendak Nya dibanding segala aktivitas pelayanan kita di gereja atau pun semua persembahan yang kita berikan. Tuhan ingin hati kita sepenuhnya tertuju kepada Nya bukannya kesibukan kita yang mengalihkan hati kita daripada Nya. Ingat cerita Maria dan Marta (bdk. Luk. 10:38 42).

Menjadi orang yang beragama, rajin ke gereja, ikut pelayanan, apalagi menjadi seorang hamba Tuhan adalah hal yang baik. Namun ingat, hal hal ini bisa mengaburkan fokus kita dari menjadi pengikut Kristus yang berjuang untuk makin serupa dengan Nya, pada kesibukan dan ritual ritual belaka. Inilah yang terjadi pada orang Israel. Bukannya sibuk membenahi diri, mereka malah suka menyibukkan diri dengan hal hal yang kesannya agamawi. Pertumbuhan rohani bukan hanya sekedar yang bersifat ritual (seperti yang Anda lakukan saat ini), melainkan menjadi pribadi yang serupa Kristus. Mungkin kemarin Anda lembur seharian dan kurang tidur. Apakah Anda bangun hari ini dengan masih mengingat bahwa Anda adalah terang dunia atau membiarkan diri Anda dipengaruhi emosi seharian? Jangan sampai setiap hari Anda bersaat teduh tetapi ternyata Tuhan sesungguhnya sedang berteriak, TERUSNO AE!

Refleksi diri:

Adakah dosa, kelemahan emosi dan kepribadian, atau kebiasaan buruk dan tidak produktif yang tidak Anda sadari terlalaikan akibat aktivitas aktivitas rohani?

Apa komitmen Anda untuk memperbaiki dan menyelesaikan hal hal tersebut?
Share:

MENJADI MEMPELAI ALLAH

Yeremia 2:1-3, 14-22

Aku teringat kepada kasihmu pada masa mudamu, kepada cintamu pada waktu engkau menjadi pengantin ....” (Yer. 2:2)

Pada tahun 1981 Ted Huston dari University of Texas melakukan penelitian mengenai pernikahan. Ia menemukan bahwa usaha yang dibangun dalam dua tahun pertama pernikahan akan menentukan lama pernikahan pasangan tersebut. Ia mengamati 156 pasangan. Ia menemukan bahwa setelah 13 tahun menikah, 68 pasangan menikah dengan bahagia, 32 pasangan menikah dengan tidak bahagia, 56 pasangan telah bercerai. Semua penemuan ini menunjukkan bahwa pernikahan yang bahagia adalah pernikahan yang diperjuangkan sejak tahun pertama. Hal ini terjadi karena banyak tantangan yang harus dihadapi dalam pernikahan.

Yeremia 2 juga berbicara mengenai pernikahan. Sekalipun demikian, pernikahan yang dimaksud adalah pernikahan Allah dengan umat-Nya. Gambaran umat Allah sebagai mempelai perempuan dari Allah adalah salah satu gambaran umat di Alkitab. Sayangnya, gambaran Israel sebagai mempelai perempuan di Yeremia adalah mempelai yang tidak setia. Israel menyerahkan dirinya pada godaan di sekitarnya. Mereka gagal untuk setia kepada Allah. Mereka menyerahkan diri pada ketidaksetiaan. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan bersama dengan Allah juga dipenuhi tantangan. Ada perjuangan yang harus dilakukan umat Allah untuk dapat membangun cinta kasih kepada Allah.

Pembaca yang terkasih dan dikasihi Tuhàn membangun cinta kasih kepada Allah adalah hal yang sangat penting. Kita perlu untuk terus mengupayakan hubungan yang baik dengan Allah. Ada banyak tantangan dalam hubungan dengan Allah. Mari kita berupaya menjadi mempelai Allah yang mengasihi dan setia kepada-Nya.
1. Apa yang menyebabkan Allah begitu kecewa dengan Israel sebagai pengantin-Nya?
2. Apakah yang dapat kita usahakan untuk menjaga hubungan kita dengan Allah?
Pokok Doa: Upaya membangun hubungan pribadi dengan Allah.

Share:

Berkat terselubung

Gema Suara Illahi
Kejadian 50: 15 26

Memang kamu telah mereka rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar.
Kejadian 50:20

Ini salah satu lagu yang sangat saya sukai, baik musik maupun syairnya. Judulnya Blessings, dinyanyikan oleh Laura Story. Laura Story menikah dengan Martin. Dua tahun setelah pernikahan mereka, Martin terkena tumor otak. Dalam penderitaan itu, Laura belajar bahwa sekalipun dalam penderitaan, Allah tetap menyatakan kemurahan Nya, kemurahan yang terselubung oleh penderitaan. Dalam suatu wawancara, Laura mengatakan bahwa ketika menulis lagu tersebut, ia menghadapi dua pilihan: menghakimi Allah karena keadaan yang tidak bisa ia mengerti atau tetap percaya kepada Nya meskipun Allah tidak selalu mengabulkan doanya.

Yusuf mengalami kehidupan yang naik turun. Dari anak kesayangan yang dimanja ayahnya kemudian menyandang status budak, narapidana, sampai kemudian menjadi perdana menteri. Setelah ayahnya, Yakub, meninggal dunia, saudara saudaranya yang pernah berlaku buruk kepadanya berpikir ia akan membalas dendam. Akan tetapi Yusuf tidak pernah melihat kepahitan di balik pengalaman masa lalunya. Sebaliknya, yang dilihat Yusuf adalah berkat Allah, berkat terselubung.

Tidak mudah untuk tetap beriman pada Allah di masa masa yang sulit. Kalau Allah menyatakan secara jelas kepada kita bahwa nanti semua pasti akan menjadi indah atau baik, kita akan bersemangat menjalaninya. Kenyataannya, ketika dalam penjara Yusuf tidak pernah diberitahu bahwa ia nanti akan menjadi seorang perdana menteri. Oleh sebab itu, kita butuh kekuatan Allah di dalam beriman kepada Nya. Beriman bahwa Allah menyediakan berkat berkat bagi orang yang bertahan dalam iman.

Kalimat terakhir dari syair lagu Blessings adalah intisari lagu ini. What if trials of this life. The rain, the storms, the hardest nights are your mercies in disguise (Bagaimana jika pencobaan dalam hidup ini. Hujan, badai dan malam malam yang paling berat adalah berkat yang terselubung). Mari kita mohon Tuhan Yesus menambahkan anugerah dalam hidup kita agar kita tetap percaya kepada Nya meskipun berada dalam masa masa sulit.

Refleksi diri:

Adakah pengalaman pengalaman di masa sulit yang sepertinya Tuhan tidak menyatakan rencana indah di baliknya? Apa yang Anda pelajari dari kejadian tersebut?

Apa berkat terselubung yang Tuhan sediakan melalui pengalaman tersebut?

Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.