Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

Hidup Berkenan kepada Allah

Gimana kabarnya hari ini, sehat..pastinya baik luar biasa. Selamat beraktifitas untuk meraih sukses bersama Tuhan. 
Sebelumnya baca renungan hari ini
 


Akhirnya saudara saudara, kami minta dan nasihatkan kamu dalam Tuhan Yesus: Kamu telah mendengar dari kami bagaimana kamu harus hidup supaya berkenan kepada Allah.
 1 Tesalonika 4:1a

Apakah orang yang rajin beribadah, berdoa, dan membaca Alkitab sudah pasti hidupnya berkenan kepada Allah? Belum tentu! Orang orang Farisi dan para ahli Taurat juga tak kalah rajin beribadah dan membaca kitab suci tetapi hidup mereka justru jauh dari berkenan kepada Tuhan (Mat. 13). Hidup yang berkenan kepada Allah itu menyangkut kedekatan relasi dengan Allah dan sesama manusia. Pertanyaannya: bagaimana hidup yang berkenan kepada Allah?

Pertama, hidup berkenan kepada Allah ditandai dengan hidup dalam kekudusan dan kebenaran (ay. 3 8). Para pengikut Kristus sering disebut sebagai orang orang kudus. Sebutan ini menunjuk kepada status orang percaya yang telah dikuduskan melalui karya Kristus. Namun, status orang orang kudus harus direalisasikan melalui proses pengudusan perilaku oleh Roh Kudus dan ketaatan kita. Salah satu aspek pengudusan adalah menjauhi percabulan atau perkara perkara yang melanggar kesusilaan. Hubungan seks hanya boleh dilakukan dalam ikatan pernikahan yang sah antara seorang pria dengan seorang wanita. Selain itu, hubungan seks harus dilandasi oleh kasih dan penghargaan, bukan oleh keegoisan dan pemuasan nafsu semata, seperti yang dilakukan oleh orang orang non Yahudi yang menyembah berhala pada waktu masa itu, yang sering kali disertai praktik seks bebas. Paulus mengingatkan orang percaya supaya tidak boleh meniru gaya hidup mereka yang tidak mengenal Allah.

Kedua, hidup berkenan kepada Allah itu ditandai dengan hidup di dalam kasih (ay. 9 12). Kecenderungan orang yang mengutamakan kepentingan diri sendiri akan menyingkirkan kasih terhadap sesama, padahal saling mengasihi adalah ciri khas hidup orang Kristen. Ungkapan kasih bisa disampaikan tidak hanya melalui perhatian dan pemberian, tetapi juga dengan menjalani hidup yang bertanggung jawab dan tidak menjadi beban bagi orang lain. Salah satu contohnya, bila kita sehat tetapi tidak mau bekerja maka kita menjadi beban bagi orang yang membantu dan menyayangi kita.

Mari saudaraku, usahakan hidup Anda berkenan di mata Allah. Teladani bagaimana Yesus mempraktikkan kekudusan selama masa hidup Nya dan juga bagaimana Dia mengasihi sesama melalui pelayanan yang dilakukan Nya. Kiranya Tuhan Yesus memberkati usaha Anda.

Refleksi diri:

Apakah Anda sudah berusaha hidup lebih baik dalam hal kekudusan dan mengasihi orang lain?

Apa yang ingin Anda lakukan untuk membuktikan status Anda sebagai murid Kristus yang hidup kudus dan penuh kasih?


Jangan lengah, covid19 belum selesai, tetap pakai masker saat bepergian, tetap prokes, dan selalu menjaga kesehatan dengan maksimal, Serta tetap berserah amdalkan Tuhan
Share:

HATI YANG TAAT

Gimana kabarnya hari ini, sehat..pastinya baik luar biasa. Selamat beraktifitas untuk meraih sukses bersama Tuhan. 
Sebelumnya baca renungan hari ini

Yohanes 10:11-21

“Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya ....” (Yoh. 10:11)
Ada sebuah pernyataan demikian, “Tidak ada rasa sakit yang bisa dibandingkan dengan rasa sakit karena dikhianati oleh orang yang spesial di hati kita.” Sesakit itulah dikhianati. Seolah-olah semua waktu yang dihabiskan bersama dan pengorbanan yang kita lakukan tidak ada artinya lagi. Padahal, sangat manusiawi jika seseorang mengharapkan yang terbaik dari orang yang dikasihinya.
Yesus adalah gembala kita. Sebagai gembala, Ia tidak hanya memberikan yang terbaik dari diri-nya. Ia bahkan memberikan nyawa-Nya untuk kita. Ia juga menjaga dan menyertai kita senantiasa. Yesus sangat mengenal kita. Dalam segala keterbatasan yang ada, Ia bahkan tetap merengkuh dan menuntun kita. Pengorbanan yang Yesus lakukan sebagai gembala kita bukanlah hal yang bisa dihitung dengan materi. Ia menaruh hati-Nya dalam semua hal yang Ia lakukan untuk kita. Bayangkan bagaimana rasa sakit-Nya ketika kita, domba-domba kesayangan-Nya, mengkhianati-Nya, atau dengan sengaja mengingkari apa yang menjadi panggilan dan tanggung jawab kita, atau menjual iman kita demi untuk kesenangan dan keamanan semata, atau lebih memilih yang lain dibanding memilih Tuhan. Seolah-olah yang Ia lakukan selama ini tidak ada artinya. Rasanya pasti sakit sekali.
Saudaraku yang terkasih, , sebagai gembala, Yesus hanya meminta kita untuk melakukan hal sederhana, yaitu memiliki hati bagai seekor domba: taat, mau mendengarkan suara-Nya, mengikuti tuntunan-Nya, dan dalam segala keterbatasan selalu memilih untuk bergantung penuh kepada-Nya. Jangan pernah mengkhianati Tuhan kita. Responslah kasih-Nya dengan mengasihi-Nya secara sadar.
1. Apa yang Yesus lakukan sebagai seorang gembala?
2. Apa yang Anda lakukan untuk merespons kasih-Nya?


Jangan lengah, covid19 belum selesai, tetap pakai masker saat bepergian, tetap prokes, dan selalu menjaga kesehatan dengan maksimal, Serta tetap berserah amdalkan Tuhan
Share:

Semua àda Waktunya

Gimana kabarnya hari ini, sehat..pastinya baik luar biasa. Selamat beraktifitas untuk meraih sukses bersama Tuhan. 
Sebelumnya baca renungan hari ini

Amos 8:11 14
Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apa pun di bawah langit ada waktunya.
Pengkhotbah 3:1

Sepenggal lagu.. Waktu Tuhan pàsti yang terbaik.. Walau kadang tak mudah di mengerti... 

Lagu ini mengingatkan akan apa yang ada di dunia ini dan apa yang kita lakukan semua sudah ada yang mengaturnya, sudah ada sang sutradara terhebat dan terlaris sepanjang masa, Dia adalah Tuhan sendiri. 
Bagian yang kita baca hari ini merupakan lanjutan dari bagian sebelumnya. Konsekuensi logis dari tidak adanya istirahat, termasuk tidak adanya waktu untuk beribadah adalah orang orang yang bahkan tidak tahu siapa Allah mereka. Dibaca di dalam konteksnya, ayat 11 bukanlah janji anugerah, melainkan janji penghakiman. Saat itu orang orang Israel akan mencari Allah mereka, tetapi mereka tidak menemukan Nya. Akibatnya, mereka lari kepada dewa dewa sesembahan bangsa bangsa lain (ay. 14). Akhir dari semuanya ini adalah mereka akan rebah lesu.

Sekali lagi, tidak ada yang baru di bawah matahari (Pkh. 1:9). Hal ini pun terjadi di masa kini. Ketika orang orang tidak memiliki waktu untuk beristirahat dan beribadah, mulailah mereka lari ke hal hal yang lain, meski tidak selalu dalam bentuk dewa dewa. Ada orang yang makin menenggelamkan diri ke dalam pekerjaannya. Dalam hal ini, mereka lari kepada uang. Ada pula yang melarikan diri ke tempat tempat hiburan, misalnya ke bar maupun diskotik sesudah bekerja. Ada pula yang lari ke meja judi. Hal hal ini makin lama akan makin menjauhkan seseorang dari ibadah. Bahkan hal hal yang sebenarnya baik seperti fitness center maupun lari pagi pun bisa menjadi hal menjauhkan kita dari ibadah. Pagi hari berolahraga ketika seharusnya ke gereja. Oke, sore hari ke gereja. Masalahnya ketika sore tiba, ada saja alasan untuk tidak beribadah karena lelah atau mengurusi anak, dan sebagainya. Jangankan olahraga. Maaf saja, pelayanan di gereja pun kadang bisa menjauhkan kita dari Tuhan.

Poin saya bukanlah untuk menggurui Anda tentang apa yang harus Anda lakukan. Mengutip perkataan Bapak Gereja Agustinus, total abstinence is easier than perfect moderation (pantangan total lebih mudah daripada keseimbangan sempurna), keseimbangan dalam hidup adalah hal yang penting. Ada waktu untuk bekerja, ada waktu untuk rekreasi. Ada waktu untuk berolahraga, ada waktu untuk beristirahat. Ada waktu untuk keluarga, ada waktu untuk me time. Ada waktu untuk berada di tempat lain, dan ada waktu untuk berada di rumah Tuhan.

Refleksi diri:

Bagaimanakah jadwal sehari hari Anda? Apakah ada keseimbangan atau berat sebelah?

Apa komitmen Anda dalam hal mengatur waktu yang seimbang antara bekerja/belajar dengan beribadah dan beristirahat?

Jangan lengah, covid19 belum selesai, tetap pakai masker saat bepergian, tetap prokes, dan selalu menjaga kesehatan dengan maksimal, Serta tetap berserah amdalkan Tuhan
Share:

HATI YANG TAAT

Yohanes 10:11-21

“Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya ....” (Yoh. 10:11)

Ada sebuah pernyataan demikian, “Tidak ada rasa sakit yang bisa dibandingkan dengan rasa sakit karena dikhianati oleh orang yang spesial di hati kita.” Sesakit itulah dikhianati. Seolah-olah semua waktu yang dihabiskan bersama dan pengorbanan yang kita lakukan tidak ada artinya lagi. Padahal, sangat manusiawi jika seseorang mengharapkan yang terbaik dari orang yang dikasihinya.

Yesus adalah gembala kita. Sebagai gembala, Ia tidak hanya memberikan yang terbaik dari diri-nya. Ia bahkan memberikan nyawa-Nya untuk kita. Ia juga menjaga dan menyertai kita senantiasa. Yesus sangat mengenal kita. Dalam segala keterbatasan yang ada, Ia bahkan tetap merengkuh dan menuntun kita. Pengorbanan yang Yesus lakukan sebagai gembala kita bukanlah hal yang bisa dihitung dengan materi. Ia menaruh hati-Nya dalam semua hal yang Ia lakukan untuk kita. Bayangkan bagaimana rasa sakit-Nya ketika kita, domba-domba kesayangan-Nya, mengkhianati-Nya, atau dengan sengaja mengingkari apa yang menjadi panggilan dan tanggung jawab kita, atau menjual iman kita demi untuk kesenangan dan keamanan semata, atau lebih memilih yang lain dibanding memilih Tuhan. Seolah-olah yang Ia lakukan selama ini tidak ada artinya. Rasanya pasti sakit sekali.
Saudaraku yang terkasih sebagai gembala, Yesus hanya meminta kita untuk melakukan hal sederhana, yaitu memiliki hati bagai seekor domba: taat, mau mendengarkan suara-Nya, mengikuti tuntunan-Nya, dan dalam segala keterbatasan selalu memilih untuk bergantung penuh kepada-Nya. Jangan pernah mengkhianati Tuhan kita. Responslah kasih-Nya dengan mengasihi-Nya secara sadar.
1. Apa yang Yesus lakukan sebagai seorang gembala?
2. Apa yang Anda lakukan untuk merespons kasih-Nya?






Jangan lengah, covid19 belum selesai, tetap pakai masker saat bepergian, tetap prokes, dan selalu menjaga kesehatan dengan maksimal, Serta tetap berserah amdalkan Tuhan
Share:

Investasi tanpa Resiko

Gimana kabarnya hari ini, sehat..pastinya baik luar biasa. Selamat beraktifitas untuk meraih sukses bersama Tuhan. 
Sebelumnya baca renungan hari ini

Amos 7:1 9; 8:1 3

Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa orang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya!
 Yakobus 5:16

Di bagian ini kita membaca bagaimana Tuhan memberikan kepada Amos empat penglihatan yang berisi pesan penghakiman. Pada penglihatan pertama dan kedua, Tuhan berencana menghukum Israel dengan belalang dan api. Namun, Amos bersyafaat agar Tuhan mengasihani Israel. Tuhan pun memberikan penglihatan ketiga. Banyak ahli memperdebatkan makna bahasa Ibrani anak, yang di dalam LAI diterjemahkan sebagai tali sipat (ay. 7 8) dan tegak lurus (ay. 7), lebih tepat diterjemahkan sebagai aluminium, dimana dinding aluminium yang ada di sisi Tuhan sekaligus yang akan Dia taruh di tengah tengah umat Israel menggambarkan Kerajaan Asyur. Kerajaan Asyur merupakan kerajaan yang diandalkan Israel menggantikan Tuhan, dan Asyur juga yang akan Tuhan pakai untuk memusnahkan Israel. Sampai di sini, Amos tidak bersyafaat lagi. Penglihatan keempat menggambarkan keadaan Israel yang seperti buah masak yang siap dimakan.

Jika doa syafaat diibaratkan sebagai sebuah investasi maka syafaat adalah investasi yang paling minim risiko! Return nya bisa dalam beragam bentuk. Salah satunya mungkin return dalam bentuk doa syafaat orang lain untuk Anda. Bisa juga dalam bentuk ketika orang yang kita doakan mendapat pertolongan Tuhan, dipulihkan keadaannya atau setidaknya mendapat damai sejahtera. Kebalikannya berlaku juga. Jika saat ini Anda merasakan pertolongan Tuhan terlepas dari suatu masalah, maupun dapat menjalani hari dengan sukacita, mungkin itu pun karena doa syafaat orang lain untuk Anda. Saya jadi ingat cerita rakyat dari Kalimantan Barat. Seorang saudagar kaya bernama Saudagar Borong sangat suka menolong kaum fakir miskin. Mereka pun setia mendoakannya. Konon, ketika Saudagar Borong ditanya rahasianya berbisnis, ia menjawab bahwa doa fakir miskin itulah rahasia kesuksesannya.

Tentu saja poin dari renungan ini bukanlah bahwa doa menjamin kesuksesan. Poinnya adalah bersyafaat bukanlah tanggung jawab hamba Tuhan semata, melainkan semua orang percaya. Setiap orang yang sudah percaya Tuhan Yesus, dengan pertolongan Roh Kudus punya kuasa melalui doanya asal memang doa itu seturut kehendak Allah dan sesuai dengan kebenaran firman Tuhan. Yuk, rajin bersyafaat!

Refleksi diri:

Berapa kali Anda bersyafaat dalam seminggu? Siapa orang orang terdekat yang ingin Anda bawa dalam doa?

Apa pengalaman return yang pernah Anda dapatkan melalui syafaat yang Anda panjatkan?


Jangan lengah, covid19 belum selesai, tetap pakai masker saat bepergian, tetap prokes, dan selalu menjaga kesehatan dengan maksimal, Serta tetap berserah amdalkan Tuhan
Share:

Perjumpaan Dengan Tuhan

Gimana kabarnya hari ini, sehat..pastinya baik luar biasa. Selamat beraktifitas untuk meraih sukses bersama Tuhan. 
Sebelumnya baca renungan hari ini

Amos 4:12 13

TUHAN, siapakah yang boleh menumpang dalam kemah Mu? Siapa yang boleh diam di gunung Mu yang kudus? Yaitu dia yang berlaku tidak tercela, yang melakukan apa yang adil dan yang mengatakan kebenaran dengan segenap hatinya,
Mazmur 15:1 2

Apa yang ada di bayangan Anda ketika mendengar kata  berjumpa dengan Tuhan? Mungkin altar call di sebuah KKR sehabis khotbah yang bisa membuat Anda menangis? Atau praise and worship dengan lagu lagu yang menggugah perasaan? Atau mendengar seminar teologi yang membuka pikiran Anda? Atau mendapat penglihatan dari Tuhan? Ketika mengalami mukjizat? Saat menjalani sakramen Perjamuan Kudus atau Baptisan?

Bagian yang kita baca menceritakan perjumpaan dengan Tuhan yang mungkin tidak pernah kita pikirkan. Di bagian bagian sebelumnya, Tuhan telah memberitahukan penghakiman apa yang akan menimpa umat Nya karena dosa dosa mereka. Kini, di ayat 12, Tuhan mengatakan kepada mereka untuk mempersiapkan diri berjumpa dengan Nya. Untuk apa? Perjumpaan seperti apakah itu? Tentunya bukan perjumpaan seperti yang kita bayangkan, melainkan perjumpaan dengan Tuhan yang akan menghukum.

Namun, di balik perjumpaan yang mengerikan ini, kita dapat melihat belas kasihan Tuhan. Dia bersedia berjumpa dengan umat Nya meski mereka telah berdosa terhadap Nya. Tuhan bisa saja mengirim malaikat untuk berjumpa dengan mereka. Tetapi tidak. Dia sendiri yang datang. Ini wajar. Jika Anda memiliki anak yang nakal dan perlu dihukum, tentu Anda akan menghukumnya sendiri, tidak menyuruh orang lain untuk melakukannya. Mungkin bahkan Anda akan marah jika orang lain menghukumnya.

Tidak selalu perjumpaan dengan Tuhan ditandai dengan perasaan tenang atau kebahagiaan seperti yang kita bayangkan. Kadangkala, perjumpaan dengan Tuhan yang menghajar kita akan memperdalam pengenalan kita akan Tuhan, sekaligus memperbaiki hidup kita. Perjumpaan itu bisa terjadi ketika Anda yang selama ini terlalu sibuk dan mengabaikan anak, tahu tahu ia menjadi remaja dengan pergaulan yang tidak baik. Jika Anda seorang istri yang tidak memedulikan suami, tahu tahu Anda melihat ia dekat dengan
wanita lain.

Masalahnya, maukah kita berjumpa dengan Tuhan dalam kondisi seperti ini? Ataukah kita hanya mau berjumpa dengan Tuhan seperti yang kita bayangkan?

Refleksi diri:

Pernahkah Anda berjumpa dengan Tuhan yang menghajar Anda? Apa yang Anda rasakan?

Bagaimana sekarang Anda ingin mengisi hidup setelah mengalami perjumpaan yang menghajar Anda?




Jangan lengah, covid19 belum selesai, tetap pakai masker saat bepergian, tetap prokes, dan selalu menjaga kesehatan dengan maksimal, Serta tetap berserah amdalkan Tuhan
Share:

SIAP MENGHADAPI PERTENTANGAN

Renungan Malam 
Gimana kabarnya hari ini, sehat..pastinya baik luar biasa. Selamat beraktifitas untuk meraih sukses bersama Tuhan. 
Sebelumnya baca renungan hari ini

Matius 10:34-42
Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang.” (Mat. 10:34)l

Di dunia ini jarang sekali kita menjumpai orang yang kesenangannya adalah berkonflik,  berkelahi, bermusuhan, atau mencari masalah. Mengapa? Sebab, itu adalah pilihan hidup yang sangat melelahkan untuk dijalani. Tidak sedikit orang yang sebisa mungkin, bahkan dengan sengaja, menghindari hal-hal tersebut karena ingin merasakan kedamaian dan ketenangan dalam hidupnya.
Di saat semua orang rindu merasakan kedamaian, penulis Injil Matius justru menyatakan dengan tegas bahwa dalam mengikut Tuhan akan ada masa penuh pertentangan dan konflik yang berat. Ketika teks Alkitab hari ini menyatakan bahwa kedatangan Yesus membawa pedang, ini tidak berarti Yesus suka membuat keributan. Bukan pula berarti Injil keselamatan itu bermasalah. Ini justru bentuk penegasan yang mendorong kita untuk mempersiapkan diri pada konsekuensi yang akan kita hadapi sebagai orang Kristen. Kita bisa saja dibenci dan dijauhi oleh orang-orang terdekat kita, termasuk keluarga, karena keyakinan iman kita. Mungkin saja akan ada banyak kesempatan dalam pekerjaan kita yang harus kita tolak karena hal itu bertentangan dengan iman kita. Namun, di atas semua itu, Yesus menjanjikan penyertaan-Nya bahwa mengikut Tuhan tidak akan pernah menjadi pilihan yang salah, betapapun beratnya. Sebab, kita memercayakan hidup kita langsung kepada Allah, Sang Pemilik Kehidupan.
Pembaca yang terkasih, persiapkanlah diri kita dengan baik. Dengan demikian, mengikut Tuhan akan dapat menjadi proses yang tidak hanya membentuk, tetapi juga mendewasakan kita. Tetaplah bergantung kepada Tuhan dalam segala keadaan.

1. Apa makna Yesus datang untuk membawa pedang?
2. Bagaimana kita mempersiapkan diri kita dalam mengikut Tuhan?
Pokok Doa: Mohon tuntunan Tuhan agar bisa berproses dengan baik.




Jangan lengah, covid19 belum selesai, tetap pakai masker saat bepergian, tetap prokes, dan selalu menjaga kesehatan dengan maksimal, Serta tetap berserah amdalkan Tuhan
Share:

Gema Suara Illahi

Renungan Malam 
Gimana kabarnya hari ini, sehat..pastinya baik luar biasa. Selamat beraktifitas untuk meraih sukses bersama Tuhan. 
Sebelumnya baca renungan hari ini

Amos 4:6 11

Suatu hardikan lebih masuk pada orang berpengertian daripada seratus pukulan pada orang bebal.
Amsal 17:10

Apa kalimat yang berulang ulang muncul di bagian yang kita baca? namun kamu tidak berbalik kepada Ku. Kalimat ini diulang sampai lima kali. Ibarat seorang ayah, Tuhan sudah berkali kali memukul dan menghajar orang Israel, entah dengan kelaparan, kekurangan air, gagal panen, sampar, dan bencana alam. Namun, tetap saja mereka tidak bertobat. Di bagian Alkitab yang lain, Tuhan mengatakan bahwa Dia sampai tidak tahu lagi dimana harus memukul umat Nya karena mereka sudah babak belur, tetapi mereka malah makin jahat (Yes. 1:5 6). Tidak heran mereka disebut bangsa yang tegar tengkuk.

Alkitab memiliki nama untuk orang orang seperti ini, yakni orang bebal. Ketika kita membaca Mazmur dan Amsal misalnya, kita mendapat impresi bahwa orang orang bebal adalah mereka yang tidak mengenal Tuhan, para musuh Israel. Ini tidak benar. Ketika Amsal membandingkan orang benar (atau orang bijak) dengan orang bebal, yang dibandingkan adalah sesama umat Tuhan yang sama sama telah tahu kebenaran. Tentu tidak apple to apple (sebanding) kalau Tuhan membandingkan orang orang yang sudah lama mengenalnya dan mereka yang tidak tahu apa pun tentang Nya.

Apakah pukulan Tuhan terlalu keras? Tidak! Ketika kita membandingkan bagian ini dengan kutukan di Imamat 26:14 39 dan Ulangan 28:15 46, kita akan menemukan bahwa peringatan ini sudah diberikan beratus ratus tahun yang lalu dan dituliskan dalam Taurat Musa yang sangat dijunjung tinggi orang orang Israel. Celakanya, sesudah itu pun, mereka masih saja tidak bertobat, bahkan sampai nanti di zaman Tuhan Yesus. Inilah mengapa kebebalan sangat dibenci Tuhan karena sejahat apa pun seseorang, hatinya bisa dilunakkan dan berbalik kepada Tuhan, kecuali jika memang ia bebal.

Saya pernah iseng menghitung berapa kali saya mendengar khotbah mingguan, ikut CG, KKR, retreat, dan lain sebagainya. Sudah ribuan kali. Mungkin Anda juga demikian. Masalahnya, ketika kita mendengar firman Tuhan, respons kita seringkali adalah, Ah, ini tidak relevan dengan hidupku, atau nah ini cocok untuk si X! atau pengkhotbah ini tidak tahu apa apa. Jangan jangan kita sendiri orang orang bebal tersebut.

Refleksi diri:

Apa yang terbesit di kepala Anda ketika mendengar sekali lagi mengenai firman Tuhan?

Apakah pesan Tuhan hanya masuk telinga kanan keluar telinga kiri? Apakah ada sikap kita yang seperti orang bebal?

Jangan lengah, covid19 belum selesai, tetap pakai masker saat bepergian, tetap prokes, dan selalu menjaga kesehatan dengan maksimal, Serta tetap berserah amdalkan Tuhan
Share:

Mungkin

Renungan Malam 
Gimana kabarnya hari ini, sehat..pastinya baik luar biasa. Selamat beraktifitas untuk meraih sukses bersama Tuhan. 
Sebelumnya baca renungan hari ini

Amos 5:1 17

Sebenarnya kamu harus berkata: Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu.
 Yakobus 4:15

Saya pernah mendengar seorang pengkhotbah mengatakan bahwa orang Kristen tidak boleh seperti agama saudara sepupu yang mengatakan, Insyaallah. Kenapa? Karena kita sebagai orang Kristen hidup oleh iman. Benarkah demikian?

Sesudah menyampaikan pesan penghakiman Tuhan, Amos melakukan apa yang dilakukan pengkhotbah KKR pada umumnya: altar call. Memang tidak seperti altar call pada umumnya, tetapi suatu panggilan untuk orang orang Israel bertobat. Namun perhatikan apa yang ia katakan, khususnya di ayat 15. Apakah Amos berkata, Bencilah yang jahat dan cintailah yang baik; dan tegakkanlah keadilan di pintu gerbang; pasti Tuhan akan melepaskan
kita dari hal hal buruk yang kita alami dan melimpahi kita dengan kekayaan, kesembuhan, dan lain sebagainya.? Apakah ini yang ia sampaikan? Tidak, Amos mengatakan mungkin.

Apakah ini berarti Amos kurang iman karena memakai kata mungkin? Tidak! Jika kita melihat sepanjang Perjanjian Lama, tokoh tokoh yang beriman kepada Tuhan pun menggunakan kata mungkin. Ketika Kaleb berencana untuk menduduki tanah yang didiami orang orang asing (Yos. 14:12), ketika Yonatan akan berperang mati matian melawan pasukan Filistin yang jauh lebih besar (1Sam. 14:6), ketika Daud dihina hina oleh Simei saat ia melarikan diri (2Sam. 16:12), dan ketika Yerusalem akan diserang oleh Asyur dan Hizkia memohon pertolongan Tuhan (2Raj. 19:4). Mengapa mereka tidak mengatakan pasti? Jawabannya adalah karena kerendahan hati. Tokoh tokoh ini tidak menjadi sombong mentang mentang anak Tuhan, lantas mengatakan bahwa Tuhan pasti akan menghendaki dan memberikan yang mereka inginkan. Mereka sadar bahwa mereka hanyalah hamba Tuhan yang dipakai menjadi kepanjangan tangan Tuhan untuk menyatakan kehendak Allah
atas manusia dan dunia.

Tentu, dalam hal keselamatan, jaminan hidup kekal dan pengampunan adalah suatu kepastian. Namun, apakah Tuhan akan meluputkan kita dari konsekuensi dosa dosa kita selama di dunia? Apakah Tuhan akan memberkati usaha kita? Apakah Tuhan akan meluruskan rencana kita? Bukan kewajiban Tuhan untuk memberikan kepada kita apa yang kita mau. Melainkan jika Tuhan menghendakinya, kata Yakobus.

Refleksi diri:

Bagaimana kehidupan doa kita? Apakah kita cenderung menuntut Tuhan melakukan yang kita inginkan?

Bagaimana Anda akan membangun sikap hidup jika Tuhan menghendaki?


Jangan lengah, covid19 belum selesai, tetap pakai masker saat bepergian, tetap prokes, dan selalu menjaga kesehatan dengan maksimal, Serta tetap berserah amdalkan Tuhan
Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.