Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

POHON DAN BUAH

Gimana kabarnya hari ini, sehat..pastinya baik luar biasa. Selamat beraktifitas untuk meraih sukses bersama Tuhan. 
Sebelumnya baca renungan hari ini

Lukas 6:43-45

“Sebab setiap pohon dikenal pada buahnya.”

(Luk. 6:44a)

Bagaimana orang yang tidak ahli di bidang tanaman dapat mengenali jenis pohon: Apakah pohon mangga, jambu, atau delima? Sebab, ada beberapa pohon yang mirip, baik daun maupun batangnya, yang mengakibatkan pohon tersebut sulit dikenali. Cara terbaik untuk mengenali pohon tersebut adalah melihat buah pohon tersebut.
Yesus sering menegur orang-orang Yahudi yang menunjukkan kesalehan dengan perilaku tertentu. Mungkin istilah yang tepat adalah pencitraan atau pura-pura saleh. Mudah bagi Kristus untuk mengenali orang-orang seperti itu. Semua terangbenderang bagi-Nya. Ia adalah Tuhan Yang Mahatahu. Namun,
bagi kebanyakan orang mengenali orang lain tidak mudah. Mereka justru dibuat kagum oleh orang-orang yang tampak saleh, meskipun pura-pura. Kristus membantu kita mengenali orang-orang demikian melalui perumpamaan pohon dan buah. Ia berkata, “Setiap pohon dikenal pada buahnya. Karena dari semak duri orang tidak memetik buah ara dan dari duri-duri orang tidak memetik buah anggur.” Buah ara dan anggur tidak mungkin dihasilkan dari semak duri. Pada akhirnya, semua akan terlihat dengan jelas, “Orang yang baik mengeluarkan barang yang baik dari perbendaharaan hatinya yang baik.”

Mari menyadari bahwa hidup kita bagaikan kitab terbuka, yang dapat dibaca oleh siapa pun. Apa yang benar-benar baik, seharusnya akan tampak secara natural, tidak perlu dibuat-buat. Lagi pula, waktu akan membuktikan semuanya. 

REFLEKSI:

Waktu akan membuktikan apakah pohon kehidupan kita menghasilkan buah; apakah buah yang baik atau buruk.
P
Jangan lengah, covid19 belum selesai, tetap pakai masker saat bepergian, tetap prokes, dan selalu menjaga kesehatan dengan maksimal, Serta tetap berserah amdalkan Tuhan
Share:

MEMAKSAKAN KEHENDAK

Gimana kabarnya hari ini, sehat..pastinya baik luar biasa. Selamat beraktifitas untuk meraih sukses bersama Tuhan. 
Sebelumnya baca renungan hari ini

Dan kamu, bapa-bapa, janganlah bangkitkan amarah di dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan.
(Ef. 6:4)

Seorang anak perempuan bernama Yuan Yuan (13 tahun) di Hangzhou, China, mengalami cedera persendian serius. Ia dipaksa ibunya untuk lompat tali sebanyak tiga ribu kali setiap hari agar menjadi lebih tinggi. Ibunya berharap setidaknya Yuan dapat bertambah tinggi dua sentimeter lagi. Yuan memiliki tinggi badan 158 cm dan berat badan 120 kg. Ibunya berharap Yuan akan terlihat lebih langsing dan menjadi cantik. Karena itu, ibunya berpikir bahwa Yuan harus latihan lompat tali. Namun, karena berat badan yang berlebihan, persendian Yuan pun mengalami cedera serius.
Jemaat yang di kasihi Tuhan, dengan berpegang pada firman Tuhan, kita dapat menghindar dari pemaksaan kehendak diri sendiri. Sebagai orangtua, kita tidak boleh memaksa anak kita sekehendak hati kita. Dengan tegas firman Tuhan memerintahkan kepada semua orang agar tidak menimbulkan kepahitan pada diri anak-anak. Setiap anak berhak mendapatkan kasih sayang yang tulus. Mereka juga tidak ingin diabaikan perasaan dan pendapatnya. Jika berbuat salah, anak juga mau ditegur dan dinasihati, tetapi dengan dasar cinta kasih. Teguran dan nasihat tidak boleh dilandaskan pada kebencian atau kemarahan belaka. Mari kita belajar untuk tidak memaksakan kehendak pada siapa pun.


DOA:

Ajarlah kami sebagai orangtua atau orang yang lebih dewasa untuk menunjukkan cinta kasih kepada anak-anak atau yang lebih muda dengan baik. Tolong kami, ya Tuhan. Amin.

Jangan lengah, covid19 belum selesai, tetap pakai masker saat bepergian, tetap prokes, dan selalu menjaga kesehatan dengan maksimal, Serta tetap berserah amdalkan Tuhan
Share:

Dosa dàri Neraka

Gimana kabarnya hari ini, sehat..pastinya baik luar biasa. Selamat beraktifitas untuk meraih sukses bersama Tuhan. 
Sebelumnya baca renungan hari ini

Obaja 1:1 6, 8 9

Kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejaTuhan.
Amsal 16:18

Lagi lagi… Baru saja beberapa waktu yang lalu kita menyudahi bacaan bacaan yang sarat pesan penghukuman Tuhan melalui renungan eksposisi kitab Amos, kini kita memulai kisah penghukuman yang lain. Bedanya, kali ini penghakiman tersebut bukan menimpa umat Tuhan melainkan Edom, bangsa yang berabad abad bermusuhan dengan Israel sejak zaman leluhur mereka, Esau, yang berseteru dengan Yakub.

Orang Edom sombong karena banyak hal. Pertama, mereka bermukim di tempat tinggi, yakni pegunungan Seir (ay. 3 4) dan mengandalkan keuntungan strategis lokasi mereka, khususnya dalam peperangan. Kedua, banyak orang bijak di Edom (ay. 8). Elifas, salah satu teman Ayub, adalah berasal dari Teman (Ayb. 2:11). Ketiga, mereka memiliki banyak pahlawan pahlawan perang (ay. 9). Tidak heran mereka congkak.

Kita tentu pernah mendengar bahwa kesombongan adalah dosa yang paling dibenci Tuhan. C.S. Lewis pernah berkata bahwa dosa dosa yang lain merupakan pekerjaan setan melalui natur binatang kita. Namun, kesombongan adalah dosa yang sama sekali bukan melalui natur binatang kita, melainkan langsung dari neraka. Inilah dosa pertama, yang mengakibatkan kejatuhan Iblis (yang biasa disebut Lucifer). Kesombongan adalah dosa yang sering dianggap remeh tetapi sesungguhnya sangat berbahaya.

Yang lebih celaka adalah kadang kala kita dapat memakai kesombongan untuk mengalahkan dosa dosa kecil. Sewaktu kita selesai merenungkan kitab Amos yang penuh dengar teguran, baiklah kita kemudian membuat rencana jangka panjang untuk menyelesaikan dosa tersebut. Kenapa? Yah, aku kan orang yang baik? Nanti, ketika kita berhasil, kita akan mengatakan, Tuh, kan? Sudah kubilang aku adalah orang yang baik. Iblis pun tertawa, kata C.S. Lewis.

Bagaimana cara menghindari jebakan Batman yang satu ini? Mungkin kutipan dari C.S. Lewis ini dapat membantu, Kerendahan hati bukanlah memikirkan kekurangan diri, tapi mengurangi memikirkan diri sendiri. Ketika Anda di dalam perjalanan menjadi pengikut Kristus, Tuhan dan sesama lah yang menjadi fokus Anda. Tidak heran hukum yang terutama (Mat. 22:34 40) menyebut dua aspek ini, tanpa embel embel tetapi kamu harus memulai dari mengasihi diri sendiri. Tidak. Kita sudah mengasihi diri sendiri karena diri sendirilah yang mula mula kita pikirkan.

Refleksi diri:

Bagaimana cara Anda lolos dari terjebak dosa kesombongan yang memikirkan diri sendiri?

 Ketika mengambil keputusan apa pun, siapakah yang terlebih dahulu menjadi objekpertimbangan Anda? Yesus? Sesama? Atau diri sendiri?

Jangan lengah, covid19 belum selesai, tetap pakai masker saat bepergian, tetap prokes, dan selalu menjaga kesehatan dengan maksimal, Serta tetap berserah amdalkan Tuhan
Share:

Hidup Berkenan kepada Allah

Gimana kabarnya hari ini, sehat..pastinya baik luar biasa. Selamat beraktifitas untuk meraih sukses bersama Tuhan. 
Sebelumnya baca renungan hari ini

1 Tesalonika 4:1 12

Akhirnya saudara saudara, kami minta dan nasihatkan kamu dalam Tuhan Yesus: Kamu telah mendengar dari kami bagaimana kamu harus hidup supaya berkenan kepada Allah.
 1 Tesalonika 4:1a

Apakah orang yang rajin beribadah, berdoa, dan membaca Alkitab sudah pasti hidupnya berkenan kepada Allah? Belum tentu! Orang orang Farisi dan para ahli Taurat juga tak kalah rajin beribadah dan membaca kitab suci tetapi hidup mereka justru jauh dari berkenan kepada Tuhan (Mat. 13). Hidup yang berkenan kepada Allah itu menyangkut kedekatan relasi dengan Allah dan sesama manusia. Pertanyaannya: bagaimana hidup yang berkenan kepada Allah?

Pertama, hidup berkenan kepada Allah ditandai dengan hidup dalam kekudusan dan kebenaran (ay. 3 8). Para pengikut Kristus sering disebut sebagai orang orang kudus. Sebutan ini menunjuk kepada status orang percaya yang telah dikuduskan melalui karya Kristus. Namun, status orang orang kudus harus direalisasikan melalui proses pengudusan perilaku oleh Roh Kudus dan ketaatan kita. Salah satu aspek pengudusan adalah menjauhi percabulan atau perkara perkara yang melanggar kesusilaan. Hubungan seks hanya boleh dilakukan dalam ikatan pernikahan yang sah antara seorang pria dengan seorang wanita. Selain itu, hubungan seks harus dilandasi oleh kasih dan penghargaan, bukan oleh keegoisan dan pemuasan nafsu semata, seperti yang dilakukan oleh orang orang non Yahudi yang menyembah berhala pada waktu masa itu, yang sering kali disertai praktik seks bebas. Paulus mengingatkan orang percaya supaya tidak boleh meniru gaya hidup mereka yang tidak mengenal Allah.

Kedua, hidup berkenan kepada Allah itu ditandai dengan hidup di dalam kasih (ay. 9 12). Kecenderungan orang yang mengutamakan kepentingan diri sendiri akan menyingkirkan kasih terhadap sesama, padahal saling mengasihi adalah ciri khas hidup orang Kristen. Ungkapan kasih bisa disampaikan tidak hanya melalui perhatian dan pemberian, tetapi juga dengan menjalani hidup yang bertanggung jawab dan tidak menjadi beban bagi orang lain. Salah satu contohnya, bila kita sehat tetapi tidak mau bekerja maka kita menjadi beban bagi orang yang membantu dan menyayangi kita.

Mari saudaraku, usahakan hidup Anda berkenan di mata Allah. Teladani bagaimana Yesus mempraktikkan kekudusan selama masa hidup Nya dan juga bagaimana Dia mengasihi sesama melalui pelayanan yang dilakukan Nya. Kiranya Tuhan Yesus memberkati usaha Anda.

Refleksi diri:

Apakah Anda sudah berusaha hidup lebih baik dalam hal kekudusan dan mengasihi orang lain?

Apa yang ingin Anda lakukan untuk membuktikan status Anda sebagai murid Kristus yang hidup kudus dan penuh kasih?

Bagaimana Anda mengevaluasi ketaatan Anda dalam mengikut Tuhan Yesus?

Jangan lengah, covid19 belum selesai, tetap pakai masker saat bepergian, tetap prokes, dan selalu menjaga kesehatan dengan maksimal, Serta tetap berserah amdalkan Tuhan
Share:

Bukti Anugerah Keselamatan

Gimana kabarnya hari ini, sehat..pastinya baik luar biasa. Selamat beraktifitas untuk meraih sukses bersama Tuhan. 
Sebelumnya baca renungan hari ini

Amos 9:7 10

Bukan setiap orang yang berseru kepada Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa Ku yang di sorga.
Matius 7:21

Coba kita lihat orang orang di sekeliling kita. Sebagian, bahkan mungkin mayoritas, bukanlah orang percaya. Namun, mereka toh sama suksesnya, sama sehatnya, sama menderitanya. Intinya, sama saja.

Orang orang Israel pun diajak untuk memandang bangsa bangsa di sekeliling mereka. Bukan hanya mereka saja yang Tuhan bebaskan dari Mesir. Musuh musuh Israel seperti Filistin dan Aram pun Tuhan lepaskan dari Kaftor dan Kir (ay. 7). Lebih lebih lagi, kini mereka sama bobroknya dengan bangsa bangsa yang dimusnahkan Tuhan. Tuhan pun mengatakan akan memusnahkan mereka. Namun, ada satu hal yang membedakan orang Israel dari bangsa bangsa lain. Ada secercah harapan yang Tuhan nyatakan, yakni bahwa Dia tidak akan memunahkan mereka sama sekali (ay. 8). Ada sebagian kecil kaum yang tetap setia dan taat. Merekalah yang akan selamat.

Orang Kristen tidak terlalu berbeda dengan orang dunia dalam banyak aspek. Bahkan, apakah bisa dikatakan bahwa orang Kristen lebih baik secara moral daripada mereka yang bukan? Secara teori, seharusnya demikian. Namun kita melihat banyak juga orang orang Kristen yang sama bobroknya dengan orang orang yang tidak percaya. Orang orang Kristen yang seperti ini, yang KTP nya lebih Kristen daripada dirinya sendiri, adalah sama seperti mayoritas orang Israel yang tidak taat. Bahkan orang yang rajin ke gereja setiap minggu pun bisa saja jatuh ke dalam golongan ini. Yang membedakan orang Kristen sejati dari mereka yang tidak adalah ketaatan mereka. Ketaatan mau mengikut Kristus dengan sungguh dan melakukan kehendak Bapa di Sorga.

Tapi, kita bertanya, bukankah kita dipilih bukan karena perbuatan baik, melainkan semata mata karena anugerah? Benar. Tetapi apa bukti bahwa kita menerima anugerah keselamatan? Tidak lain dan tidak bukan adalah ketaatan! Jika kita berkubang di dalam dosa, jika kita asyik sendiri di dalam ketidaktaatan kita, benarkah kita sungguh sungguh diselamatkan?

Renungan hari ini tidak sedang mengajak Anda untuk meragukan keselamatan Anda. Renungan ini hanya ingin bertanya: sudahkah Anda mengerjakan keselamatan itu dalam hidup sehari hari?

Refleksi diri:

Sudah berapa lama Anda menjadi orang percaya? Bagaimana Anda mempertanggungjawabkan anugerah keselamatan Anda dalam keseharian?

Bagaimana Anda mengevaluasi ketaatan Anda dalam mengikut Tuhan Yesus?

Jangan lengah, covid19 belum selesai, tetap pakai masker saat bepergian, tetap prokes, dan selalu menjaga kesehatan dengan maksimal, Serta tetap berserah amdalkan Tuhan
Share:

Hidup Berkenan kepada Allah

Gimana kabarnya hari ini, sehat..pastinya baik luar biasa. Selamat beraktifitas untuk meraih sukses bersama Tuhan. 
Sebelumnya baca renungan hari ini
 


Akhirnya saudara saudara, kami minta dan nasihatkan kamu dalam Tuhan Yesus: Kamu telah mendengar dari kami bagaimana kamu harus hidup supaya berkenan kepada Allah.
 1 Tesalonika 4:1a

Apakah orang yang rajin beribadah, berdoa, dan membaca Alkitab sudah pasti hidupnya berkenan kepada Allah? Belum tentu! Orang orang Farisi dan para ahli Taurat juga tak kalah rajin beribadah dan membaca kitab suci tetapi hidup mereka justru jauh dari berkenan kepada Tuhan (Mat. 13). Hidup yang berkenan kepada Allah itu menyangkut kedekatan relasi dengan Allah dan sesama manusia. Pertanyaannya: bagaimana hidup yang berkenan kepada Allah?

Pertama, hidup berkenan kepada Allah ditandai dengan hidup dalam kekudusan dan kebenaran (ay. 3 8). Para pengikut Kristus sering disebut sebagai orang orang kudus. Sebutan ini menunjuk kepada status orang percaya yang telah dikuduskan melalui karya Kristus. Namun, status orang orang kudus harus direalisasikan melalui proses pengudusan perilaku oleh Roh Kudus dan ketaatan kita. Salah satu aspek pengudusan adalah menjauhi percabulan atau perkara perkara yang melanggar kesusilaan. Hubungan seks hanya boleh dilakukan dalam ikatan pernikahan yang sah antara seorang pria dengan seorang wanita. Selain itu, hubungan seks harus dilandasi oleh kasih dan penghargaan, bukan oleh keegoisan dan pemuasan nafsu semata, seperti yang dilakukan oleh orang orang non Yahudi yang menyembah berhala pada waktu masa itu, yang sering kali disertai praktik seks bebas. Paulus mengingatkan orang percaya supaya tidak boleh meniru gaya hidup mereka yang tidak mengenal Allah.

Kedua, hidup berkenan kepada Allah itu ditandai dengan hidup di dalam kasih (ay. 9 12). Kecenderungan orang yang mengutamakan kepentingan diri sendiri akan menyingkirkan kasih terhadap sesama, padahal saling mengasihi adalah ciri khas hidup orang Kristen. Ungkapan kasih bisa disampaikan tidak hanya melalui perhatian dan pemberian, tetapi juga dengan menjalani hidup yang bertanggung jawab dan tidak menjadi beban bagi orang lain. Salah satu contohnya, bila kita sehat tetapi tidak mau bekerja maka kita menjadi beban bagi orang yang membantu dan menyayangi kita.

Mari saudaraku, usahakan hidup Anda berkenan di mata Allah. Teladani bagaimana Yesus mempraktikkan kekudusan selama masa hidup Nya dan juga bagaimana Dia mengasihi sesama melalui pelayanan yang dilakukan Nya. Kiranya Tuhan Yesus memberkati usaha Anda.

Refleksi diri:

Apakah Anda sudah berusaha hidup lebih baik dalam hal kekudusan dan mengasihi orang lain?

Apa yang ingin Anda lakukan untuk membuktikan status Anda sebagai murid Kristus yang hidup kudus dan penuh kasih?


Jangan lengah, covid19 belum selesai, tetap pakai masker saat bepergian, tetap prokes, dan selalu menjaga kesehatan dengan maksimal, Serta tetap berserah amdalkan Tuhan
Share:

HATI YANG TAAT

Gimana kabarnya hari ini, sehat..pastinya baik luar biasa. Selamat beraktifitas untuk meraih sukses bersama Tuhan. 
Sebelumnya baca renungan hari ini

Yohanes 10:11-21

“Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya ....” (Yoh. 10:11)
Ada sebuah pernyataan demikian, “Tidak ada rasa sakit yang bisa dibandingkan dengan rasa sakit karena dikhianati oleh orang yang spesial di hati kita.” Sesakit itulah dikhianati. Seolah-olah semua waktu yang dihabiskan bersama dan pengorbanan yang kita lakukan tidak ada artinya lagi. Padahal, sangat manusiawi jika seseorang mengharapkan yang terbaik dari orang yang dikasihinya.
Yesus adalah gembala kita. Sebagai gembala, Ia tidak hanya memberikan yang terbaik dari diri-nya. Ia bahkan memberikan nyawa-Nya untuk kita. Ia juga menjaga dan menyertai kita senantiasa. Yesus sangat mengenal kita. Dalam segala keterbatasan yang ada, Ia bahkan tetap merengkuh dan menuntun kita. Pengorbanan yang Yesus lakukan sebagai gembala kita bukanlah hal yang bisa dihitung dengan materi. Ia menaruh hati-Nya dalam semua hal yang Ia lakukan untuk kita. Bayangkan bagaimana rasa sakit-Nya ketika kita, domba-domba kesayangan-Nya, mengkhianati-Nya, atau dengan sengaja mengingkari apa yang menjadi panggilan dan tanggung jawab kita, atau menjual iman kita demi untuk kesenangan dan keamanan semata, atau lebih memilih yang lain dibanding memilih Tuhan. Seolah-olah yang Ia lakukan selama ini tidak ada artinya. Rasanya pasti sakit sekali.
Saudaraku yang terkasih, , sebagai gembala, Yesus hanya meminta kita untuk melakukan hal sederhana, yaitu memiliki hati bagai seekor domba: taat, mau mendengarkan suara-Nya, mengikuti tuntunan-Nya, dan dalam segala keterbatasan selalu memilih untuk bergantung penuh kepada-Nya. Jangan pernah mengkhianati Tuhan kita. Responslah kasih-Nya dengan mengasihi-Nya secara sadar.
1. Apa yang Yesus lakukan sebagai seorang gembala?
2. Apa yang Anda lakukan untuk merespons kasih-Nya?


Jangan lengah, covid19 belum selesai, tetap pakai masker saat bepergian, tetap prokes, dan selalu menjaga kesehatan dengan maksimal, Serta tetap berserah amdalkan Tuhan
Share:

Semua àda Waktunya

Gimana kabarnya hari ini, sehat..pastinya baik luar biasa. Selamat beraktifitas untuk meraih sukses bersama Tuhan. 
Sebelumnya baca renungan hari ini

Amos 8:11 14
Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apa pun di bawah langit ada waktunya.
Pengkhotbah 3:1

Sepenggal lagu.. Waktu Tuhan pàsti yang terbaik.. Walau kadang tak mudah di mengerti... 

Lagu ini mengingatkan akan apa yang ada di dunia ini dan apa yang kita lakukan semua sudah ada yang mengaturnya, sudah ada sang sutradara terhebat dan terlaris sepanjang masa, Dia adalah Tuhan sendiri. 
Bagian yang kita baca hari ini merupakan lanjutan dari bagian sebelumnya. Konsekuensi logis dari tidak adanya istirahat, termasuk tidak adanya waktu untuk beribadah adalah orang orang yang bahkan tidak tahu siapa Allah mereka. Dibaca di dalam konteksnya, ayat 11 bukanlah janji anugerah, melainkan janji penghakiman. Saat itu orang orang Israel akan mencari Allah mereka, tetapi mereka tidak menemukan Nya. Akibatnya, mereka lari kepada dewa dewa sesembahan bangsa bangsa lain (ay. 14). Akhir dari semuanya ini adalah mereka akan rebah lesu.

Sekali lagi, tidak ada yang baru di bawah matahari (Pkh. 1:9). Hal ini pun terjadi di masa kini. Ketika orang orang tidak memiliki waktu untuk beristirahat dan beribadah, mulailah mereka lari ke hal hal yang lain, meski tidak selalu dalam bentuk dewa dewa. Ada orang yang makin menenggelamkan diri ke dalam pekerjaannya. Dalam hal ini, mereka lari kepada uang. Ada pula yang melarikan diri ke tempat tempat hiburan, misalnya ke bar maupun diskotik sesudah bekerja. Ada pula yang lari ke meja judi. Hal hal ini makin lama akan makin menjauhkan seseorang dari ibadah. Bahkan hal hal yang sebenarnya baik seperti fitness center maupun lari pagi pun bisa menjadi hal menjauhkan kita dari ibadah. Pagi hari berolahraga ketika seharusnya ke gereja. Oke, sore hari ke gereja. Masalahnya ketika sore tiba, ada saja alasan untuk tidak beribadah karena lelah atau mengurusi anak, dan sebagainya. Jangankan olahraga. Maaf saja, pelayanan di gereja pun kadang bisa menjauhkan kita dari Tuhan.

Poin saya bukanlah untuk menggurui Anda tentang apa yang harus Anda lakukan. Mengutip perkataan Bapak Gereja Agustinus, total abstinence is easier than perfect moderation (pantangan total lebih mudah daripada keseimbangan sempurna), keseimbangan dalam hidup adalah hal yang penting. Ada waktu untuk bekerja, ada waktu untuk rekreasi. Ada waktu untuk berolahraga, ada waktu untuk beristirahat. Ada waktu untuk keluarga, ada waktu untuk me time. Ada waktu untuk berada di tempat lain, dan ada waktu untuk berada di rumah Tuhan.

Refleksi diri:

Bagaimanakah jadwal sehari hari Anda? Apakah ada keseimbangan atau berat sebelah?

Apa komitmen Anda dalam hal mengatur waktu yang seimbang antara bekerja/belajar dengan beribadah dan beristirahat?

Jangan lengah, covid19 belum selesai, tetap pakai masker saat bepergian, tetap prokes, dan selalu menjaga kesehatan dengan maksimal, Serta tetap berserah amdalkan Tuhan
Share:

HATI YANG TAAT

Yohanes 10:11-21

“Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya ....” (Yoh. 10:11)

Ada sebuah pernyataan demikian, “Tidak ada rasa sakit yang bisa dibandingkan dengan rasa sakit karena dikhianati oleh orang yang spesial di hati kita.” Sesakit itulah dikhianati. Seolah-olah semua waktu yang dihabiskan bersama dan pengorbanan yang kita lakukan tidak ada artinya lagi. Padahal, sangat manusiawi jika seseorang mengharapkan yang terbaik dari orang yang dikasihinya.

Yesus adalah gembala kita. Sebagai gembala, Ia tidak hanya memberikan yang terbaik dari diri-nya. Ia bahkan memberikan nyawa-Nya untuk kita. Ia juga menjaga dan menyertai kita senantiasa. Yesus sangat mengenal kita. Dalam segala keterbatasan yang ada, Ia bahkan tetap merengkuh dan menuntun kita. Pengorbanan yang Yesus lakukan sebagai gembala kita bukanlah hal yang bisa dihitung dengan materi. Ia menaruh hati-Nya dalam semua hal yang Ia lakukan untuk kita. Bayangkan bagaimana rasa sakit-Nya ketika kita, domba-domba kesayangan-Nya, mengkhianati-Nya, atau dengan sengaja mengingkari apa yang menjadi panggilan dan tanggung jawab kita, atau menjual iman kita demi untuk kesenangan dan keamanan semata, atau lebih memilih yang lain dibanding memilih Tuhan. Seolah-olah yang Ia lakukan selama ini tidak ada artinya. Rasanya pasti sakit sekali.
Saudaraku yang terkasih sebagai gembala, Yesus hanya meminta kita untuk melakukan hal sederhana, yaitu memiliki hati bagai seekor domba: taat, mau mendengarkan suara-Nya, mengikuti tuntunan-Nya, dan dalam segala keterbatasan selalu memilih untuk bergantung penuh kepada-Nya. Jangan pernah mengkhianati Tuhan kita. Responslah kasih-Nya dengan mengasihi-Nya secara sadar.
1. Apa yang Yesus lakukan sebagai seorang gembala?
2. Apa yang Anda lakukan untuk merespons kasih-Nya?






Jangan lengah, covid19 belum selesai, tetap pakai masker saat bepergian, tetap prokes, dan selalu menjaga kesehatan dengan maksimal, Serta tetap berserah amdalkan Tuhan
Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.