Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

Kasih yang disiplin Keras (Though love)

Yunus 2:1-10

Hai anakku, janganlah engkau menolak didikan TUHAN, dan janganlah engkau bosan akan peringatan-Nya. Karena TUHAN memberi ajaran kepada yang dikasihi-Nya, seperti seorang ayah kepada anak yang disayangi.
- Amsal 3:11-12

Tough love merupakan sebuah istilah bahasa Inggris yang berarti memperlakukan orang lain dengan tegas dan disiplin untuk membantunya menjadi orang yang lebih baik di kemudian hari. Istilah ini menunjukkan sebuah tipe kasih yang keras, yang tampaknya tidak akan disenangi oleh kebanyakan orang. Gambaran kasih yang disenangi banyak orang adalah kasih yang lemah lembut dan menerima seseorang dengan segala kondisinya. Meskipun demikian, Tuhan terkadang menyatakan kasih yang keras ini terhadap umat-Nya yang sedang tersesat.
Pengalaman Yunus di perut ikan menunjukkan tough love dari Tuhan kepadanya. Yunus menolak panggilan Tuhan dengan terang-terangan meski ia tahu konsekuensi dari tindakannya. Tuhan pun tidak tinggal diam terhadap pilihan Yunus yang salah, Dia menggunakan berbagai cara untuk membawa Yunus kembali pada panggilan-Nya. Allah melemparkan angin ribut ke laut di mana kapal Yunus berada (Yun. 1:4), sampai akhirnya Yunus juga dilemparkan ke laut oleh para awak kapal (Yun. 1:15). Semua kondisi membuat Yunus merasa hidupnya sudah berakhir (ay. 4-5) tetapi Tuhan menyelamatkannya dengan ajaib (ay. 6; bdk. Yun. 1:17). Pengalaman Yunus membuat ia tersadar bahwa Tuhan adalah Juruselamat dan keselamatan hanya berasal daripada-Nya (ay. 9).
Tuhan juga dapat memberikan tough love kepada orang Kristen pada masa kini. Bentuk dari kasih Tuhan yang keras memang tidak akan sama seperti yang dialami oleh Yunus. Namun, Dia tetap dapat mengizinkan hal-hal kurang baik terjadi dalam hidup umat-Nya. Ketika Tuhan mengizinkan hal yang kurang baik terjadi dalam hidup bukan berarti Dia tidak atau kurang mengasihi umat-Nya. Mungkin saja ada sifat atau perilaku salah yang Tuhan ingin ubah dari dalam diri seseorang atau memang hal tersebut konsekuensi buruk dari kesalahan seseorang. Jika ada hal buruk terjadi dalam kehidupan, lebih baik kita mengevaluasi kehidupan, mungkin ada hal yang Tuhan ingin ubah. Tetaplah percaya bahwa Tuhan Yesus selalu memegang kendali. Bahkan, dalam kondisi paling buruk sekalipun, Yesus tetap mampu menggunakannya untuk mendatangkan kebaikan bagi orang yang mengasihi-Nya (Rm. 8:28).
Refleksi Diri:
Kapan Anda terakhir kali mengalami hal buruk dalam hidup? Apa yang Anda pelajari tentang kasih Tuhan dalam kondisi tersebut?
Apakah ada hal yang ingin Tuhan ubah dalam hidup Anda dari pengalaman buruk tersebut?
Share:

Kepastian Kebersamaan Sekarang Juga

1 Tesalonika 5:1-11

Karena Allah tidak menetapkan kita untuk ditimpa murka, tetapi untuk beroleh keselamatan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita, yang sudah mati untuk kita, supaya entah kita berjaga-jaga, entah kita tidur, kita hidup bersama-sama dengan Dia.
- 1 Tesalonika 5:9-10

Kita tahu kepastian keselamatan ada di dalam Tuhan Yesus, tetapi kepastian itu bukan hanya kepastian keselamatan nanti yang akan dirasakan, tetapi kepastian sekarang juga. Ayat 10 mengatakan, “supaya, entah kita berjaga-jaga, entah kita tidur, kita hidup bersama-sama dengan Dia.” Kata “berjaga-jaga” bisa disamakan dengan hidup, sedangkan kata “tidur” disamakan dengan kematian. Jadi, di dalam dua keadaan yang kita pasti jalani, waktu terjaga (hidup), waktu tidur (kematian), kita hidup bersama-sama dengan Tuhan. Kata “bersama-sama” bisa juga berarti di waktu yang sama, saat ini dan kapan pun, Tuhan selalu bersama-sama dengan kita.

Karya Kristus menghubungkan kembali relasi kita dengan Tuhan yang tadinya terpisah tanpa bisa diseberangi, sekarang tersambung dan tidak ada yang bisa memisahkan. Seringkali muncul pemikiran keliru, bahwa kita akan bersama-sama dengan Allah waktu di surga saja. Namun, Rasul Paulus mengingatkan bahwa di kehidupan sekarang ini pun kita ada bersama- sama dengan Allah. Hidup memang kadang terasa sulit, menakutkan karena tidak tentu, bisa juga menyakitkan, tetapi di dalam semua itu, di waktu ini, sekarang juga, kita hidup bersama-sama dengan Dia. Ini kepastian yang tidak tergantikan, yang sangat menghibur. Satu bagian firman Tuhan yang menguatkan, “Apabila engkau menyeberang melalui air, Aku akan menyertai engkau, atau melalui sungai-sungai, engkau tidak akan dihanyutkan; apabila engkau berjalan melalui api, engkau tidak akan dihanguskan, dan nyala api tidak akan membakar engkau. Sebab Akulah TUHAN, Allahmu, Yang Mahakudus, Allah Israel, Juruselamatmu.” (Yes. 43:2-3).

Janji Tuhan bagi setiap orang percaya adalah Dia akan selalu berjalan bersama dengan kita. Banyak orang di masa yang tidak pasti ini merasa dirinya berjalan sendirian, tidak ada yang memedulikannya. Kiranya mereka dapat mendengar bahwa ada kepastian kebersamaan dengan Tuhan bagi yang percaya kepada-Nya, kebersamaan sekarang juga. Perjalanan hidup yang penuh ketidakpastian pasti bisa dijalani dengan pasti karena ada Tuhan yang selalu menemani perjalanan tersebut.

Refleksi Diri:

Mengapa orang Kristen memiliki kepastian kebersamaan di dalam Tuhan Yesus?
Bagaimana kebenaran Tuhan Yesus selalu bersama-sama dapat menguatkan dan menghiburkan Anda?
Share:

Kepastian Keselamatan

1 Tesalonika 5:1-11

Karena Allah tidak menetapkan kita untuk ditimpa murka, tetapi untuk beroleh keselamatan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita,
- 1 Tesalonika 5:9

Jangan cepat-cepat dilewat ketika membaca judul di atas. Mungkin Anda sudah sering mendengar tentang kepastian keselamatan, tetapi ada alasan penting bahwa hal ini akan tetap relevan sepanjang zaman dan dalam berbagai situasi hidup. Ketidakpastian adalah momok menakutkan di beberapa momen pada masa pandemi. Saat Covid varian Delta sedang puncak-puncaknya, kita sering dikejutkan dengan kematian beberapa orang yang cukup dekat. Selain itu, pandemi memunculkan ketidakpastian di dalam pekerjaan, kesehatan, studi, dll. Ketidakpastian hidup memuncak. Ketidakpastian bisa menakutkan, tetapi ada kepastian yang perlu dipahami kembali oleh anak-anak Tuhan. Di dalam situasi-situasi tersebut kita perlu mengingat kepastian bagi anak-anak Tuhan dan memberitakannya kepada mereka yang belum mengetahuinya.
Dikatakan, “Karena Allah tidak menetapkan kita untuk ditimpa murka, tetapi untuk beroleh keselamatan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita.” Hidup orang percaya bukanlah acak tanpa pegangan dan berujung pada kesengsaraan. Frasa “Allah menetapkan kita” artinya kita ini ada dalam rancangan Tuhan. Rancangan seperti apa? Jelas sekali dikatakan rancangan keselamatan, bukan untuk ditimpa murka Allah. Keselamatan itu bukan kita yang pegang, bukan kita yang bisa pertahankan, tetapi Tuhan yang menetapkan dan menjaminnya. Tidak dikatakan, “Mungkin Anda akan selamat, mungkin Anda tidak akan mendapat murka.” Allah menetapkan Anda untuk mendapatkan keselamatan, tidak ada yang bisa mengubah itu.
Yohanes menjelaskan mengenai keselamatan melalui penglihatannya (Why. 21:1-5). Langit dan bumi yang baru, Tuhan menghapus segala air mata, tidak ada perkabungan dan dukacita. Hidup yang baru adalah hidup yang benar-benar hidup. Orang-orang percaya di gereja mula-mula, yang hidupnya dalam penganiayaan karena imannya, rumahnya dijarah, dihadapkan dengan binatang buas, dijadikan lilin hidup yang dibakar di jalan-jalan, mereka bisa bernyanyi memuji Tuhan di surga karena pengharapan kepastian keselamatan di dalam Kristus itu hidup dan nyata.
Timothy Keller mengatakan, “Tidak ada yang lebih praktis bagi orang yang mengalami penderitaan daripada memiliki harapan.” Ketidakpastian pasti ada, tetapi hidup dalam kepastian keselamatan di dalam Kristus akan selalu membesarkan hati dan menghiburkan. Orang yang sudah memiliki kepastian keselamatan akan selalu punya pengharapan, sekalipun menghadapi kesulitan besar. Situasi memang tidak pasti, tetapi jangan takut ada kepastian di dalam Tuhan Yesus.
Refleksi Diri:
Bagaimana seseorang dapat meyakini akan kepastian keselamatannya?
Apakah Anda, yang sudah menerima keselamatan, mau membagikan kepastian keselamatan ini kepada orang lain?
Share:

Cara Mendapat Kekuatan Maksimal Dari Roti Hidup Yang Kekal

“Kata Yesus kepada mereka: “Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi.” Yohanes 6:35a

Tubuh manusia selalu membutuhkan makanan setiap hari. Berbagai macam makanan yang dikonsumsi agar semua kebutuhan protein, gizi, vitamin, karbohidrat dan zat lainnya dapat tercukupi. Semua makanan yang dikonsumsi akan diolah/dicerna untuk menjadi energi bagi manusia. Energi itulah yang akan memberi kekuatan bagi kita untuk dapat bergerak, beraktifitas, berpikir dan melakukan berbagai macam hal dalam kegiatan sehari-hari. Berbagai macam tugas dan pekerjaan akan dapat diselesaikan jika ada energi yang cukup untuk beraktivitas. Semua target dan tujuan dapat lebih mudah tercapai dengan baik jika tubuh manusia dalam keadaan yang fit dan sempurna.
Secara rohani, keadaannya akan sama persis dengan keadaan fisik kita. Tubuh rohani kita juga sangat membutuhkan makanan rohani yang tepat sehingga semua aspek rohani yang dibutuhkan dapat masuk dan dicerna dengan baik.
Inilah roti yang turun dari sorga: Barangsiapa makan dari padanya, ia tidak akan mati. Yohanes 6:50
Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia.”  Yohanes 6:51
Tuhan Yesus berbicara mengenai roti hidup yang jika kita konsumsi akan membuat kita tidak lapar lagi. Roti hidup ini berbicara mengenai Tuhan Yesus sendiri dimana Ia telah menjadi Firman yang hidup.
“Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.” Yohanes 1:14
Dengan kata lain, Yesus memberitahukan kepada kita bahwa jika kita senantiasa membaca, merenungkan dan melakukan FirmanNya, maka kita akan senantiasa menjadi hidup dan tidak akan kelaparan. Tubuh kita akan menjadi kuat dan tidak lemas. Semua Firman yang kita konsumsi akan diolah oleh tubuh rohani kita, diubah menjadi energi rohani yang akan memampukan kita melakukan aktivitas dengan maksimal.
Hidup dalam Firman Tuhan akan memberi pertumbuhan rohani yang sehat dan memampukan kita untuk berjalan dengan iman. Kita akan berani bertindak secara iman dan melakukan hal-hal supranatural, yaitu hal-hal di luar akal dan pikiran kita. Keadaan tubuh rohani yang kuat, sehat dan segar akan memampukan kita untuk berpikir secara jernih dan mengerti apa yang menjadi kehendak Tuhan dalam hidup kita.
Sebuah mobil dapat beroperasi dengan leluasa jika bahan bakarnya tersedia cukup banyak. Semakin penuh tangki bahan bakarnya, akan semakin jauh pula daya jelajahnya. Bahkan pengemudinya-pun dapat berkendara cukup agresif dengan tersedianya bahan bakar yang cukup banyak.
Namun jika bahan bakarnya tinggal sedikit, maka kebanyakan pengemudi akan mencoba berkendara secara ekonomis. Fitur seperti AC akan dikecilkan atau bahkan tidak digunakan agar bahan bakarnya tidak cepat habis. Daya jelajahnya-pun akan jauh berkurang dengan kondisi bahan bakar yang menipis. Akan timbul kekuatiran apa yang terjadi jika bahan bakar habis dan tidak menemukan pompa bensin (gas station).
Kondisi rohani kita akan melemah jika kita kurang membaca Firman Tuhan. Kondisi iman kita juga akan jauh melemah jika kita tidak membaca Firman Tuhan lagi. Banyak “fasilitas” dari Tuhan yang akan jauh berkurang dengan melemahnya iman kita dan hidup kita menjauh dari Firman Tuhan. Daya jelajah iman kita juga akan berkurang banyak tanpa adanya asupan Firman Tuhan.
Kita harus merasa kuatir jika kita sudah lama tidak mengisi ulang tubuh rohani kita. Jika bahan bakar rohani kita sudah lama habis, maka tubuh rohani kita tidak akan dapat bergerak lagi. Iman kita akan menjadi mati, sehingga semua keputusan dan tindakan yang kita ambil, tanpa kita sadari tidak akan melibatkan Tuhan di dalamnya.
Bacalah Firman Tuhan setiap hari. Renungkan dan lakukan FirmanNya setiap saat. Isi ulang bahan bakar roh rohani kita secara rutin, maka kita akan dapat melakukan banyak hal dalam kehidupan kita.

Keadaan rohani yang sehat dan kuat akan menopang kehidupan kita secara fisik. Aktivitas-aktivitas fisik kita akan sangat terbantu oleh iman yang bertumbuh kuat dengan hidup dalam Firman Tuhan setiap hari.

Raih tujuan hidup kita dengan mengisi ulang bahan bakar rohani kita setiap hari. Baca, renungkan dan hidup di dalam FirmanNya setiap hari. Bersama Yesus kita lakukan perkara besar. Haleluya!

“Tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah. ” Yesaya 40:31
Share:

MENGASIHI DI SAAT KRISIS

Yohanes 13:1-17, 31b-35
“Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu ….”
(Yoh. 13:14).
Perayaan hari Kamis Putih adalah awal dari Triduum, yaitu Trihari Paskah yang meliputi: Kamis Putih, Jumat Agung, Sabtu Sunyi, Paskah. Dengan demikian, liturgi Kamis Putih merupakan penutup masa Prapaskah. Dalam liturgi Kamis Putih, gereja merayakan Perjamuan Malam Terakhir yang dilakukan Yesus bersama para murid-Nya dengan terlebih dahulu membasuh kaki para murid-Nya.
Mengetahui saat ajal akan tiba tidaklah mudah. Tak seorang pun siap menghadapi kematiannya. Makna Yesus “tahu” dalam konteks ini adalah Ia mengetahui dengan persis bahwa saat kematian-Nya sudah mendekat. Yohanes 13:1 menyatakan, “Yesus telah tahu, bahwa saat-Nya sudah tiba untuk beralih dari dunia ini kepada Bapa.” Kata “tahu” (eidos) berarti: mengerti, melihat, menyadari. Semua arti tersebut dipakai untuk menunjuk kesadaran Yesus yang tahu dengan persis bahwa kematian-Nya akan segera terjadi.
Pergumulan batin Yesus, selaku manusia yang mengetahui dengan persis akan kematian-Nya, tidak menghalangi-Nya untuk melakukan sesuatu yang terbaik. Yesus memilih untuk membasuh kaki para murid-Nya. Yohanes 13:15 menyatakan bahwa apa yang dilakukan oleh Yesus adalah memberi teladan kepada murid-murid-Nya. Keteladanan yang dimaksud adalah para murid dipanggil untuk saling merendahkan diri, saling peduli dan mengasihi walau mereka berada di tengah-tengah bahaya atau kematian.
DOA:
Tuhan Yesus mampukanlah kami bersiap seperti Engkau yang mampu
mengasihi walau kami sedang menghadapi beban yang berat. Amin.

 
Share:

Mengasihi Walau Terluka

Matius 5:43 48
Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian?
Matius 5:46
Satu kali saya bertanya kepada seorang bapak, Kalau Bapak asalnya dari mana? Keluarga Bapak di mana? Lalu bapak ini menjawab, Apa yang Bapak maksud dengan keluarga? Kadang keluarga kita juga tidak seperti keluarga. Dari jawaban bapak ini tersirat adanya permasalahan dengan keluarganya. Banyak cerita sedih di dalam keluarga: suami istri yang pernah berjanji akan saling mencintai dalam keadaan apa pun menjadi saling menyakiti, orangtua yang sudah belasan tahun tidak berbicara dengan anaknya, anak yang membenci orangtuanya, belum lagi kakak beradik saling beradu di pengadilan karena masalah warisan. Sedih sekali melihat keluarga yang seharusnya menjadi tempat di mana kasih bersemi, sekarang gersang akan kasih.
Perhatikan ayat emas di atas. Pemungut cukai sangat dipandang buruk pada saat itu, seorang penjilat, pengkhianat bangsa, orang egois yang rakus harta. Dikatakan pemungut cukai bisa mengasihi kalau orang lain mengasihi dia. Kalau ada orang yang menguntungkan dia, dia pun akan mengasihi orang itu. Nah, orang orang yang dicap jahat dan seperti tidak punya perasaan pun bisa mengasihi. Namun, cara murid Kristus berbeda. Kita bukan berprinsip:
lu baik, gua baik; kalau lu jahat, gua bisa lebih jahat. Tuhan Yesus menegaskan, Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. (ay. 44). Inilah prinsip orang percaya, sekalipun orang lain jahat terhadap kita, kita tetap harus mengasihi dan berdoa bagi mereka. Apa bisa? Apa mungkin? Apa masuk akal?
Lihatlah Tuhan Yesus. Dia mati di kayu salib saat kita berdosa, masih jadi seteru, musuh Nya. Tuhan punya segala kemampuan untuk menghukum kita yang seharusnya dihukum, tetapi Kristus memberikan diri Nya, mengasihi kita bukan hanya sampai terluka, bahkan sampai mati untuk menanggung seluruh hukuman dosa supaya kita tidak dihukum. Ini fondasi bagi kita untuk bisa mengasihi orang yang jahat kepada kita karena ketika kita jahat pun kita sudah dikasihi Nya.
Mungkin Anda ditempatkan di dalam keluarga yang menyusahkan, menyebalkan, dan menyakitkan. Kasihilah mereka di dalam kasih Kristus. Sekalipun berkali kali mereka sudah menyakiti, mintalah pertolongan Roh Kudus untuk mengasihi mereka. Biarlah keluarga Anda menyaksikan kasih Kristus melalui Anda.

Refleksi Diri:
Apa yang seringkali membuat Anda sulit mengasihi seseorang?
Bagaimana Anda mau belajar untuk mengasihi mereka yang sudah menyakiti Anda?
Share:

Penyakit dan hukuman

Mazmur 38
Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!
Mazmur 139:23 24
Tidak semua penyakit diakibatkan dosa. Benar! Akan tetapi, tidak berarti dosa dan penyakit sama sekali tidak berkaitan. Kenyataannya, ada penyakit yang disebabkan oleh dosa. Harus diakui penentuan apakah penyakit itu karena dosa atau tidak bersifat subjektif, yaitu oleh si penderita itu sendiri, bukan oleh orang lain. Kesadaran ini muncul dari refleksi dan kepekaan diri, bukan karena dihakimi oleh orang lain. Dalam Mazmur 38, pemazmur menyadari bahwa dosalah yang membuatnya menderita. Oleh karena itu, pengakuan dosa yang dilakukannya adalah tindakan yang tepat. Ia rendah hati dan membuka diri di hadapan Tuhan. Ia tidak membela diri atau merasa diri benar.

Saat menderita sakit adalah waktu yang tepat untuk berdiam diri dan memeriksa diri seperti menginjak rem ketika kehidupan kita sedang melaju kencang. Bagaimana kehidupan saya selama ini di hadapan Allah? Apakah yang saya perbuat atau jalani sudah benar? Penderitaan bisa menjadi pengeras suara (megafon) Allah bagi dunia yang tuli, kata C.S. Lewis. Maksudnya, seringkali kita begitu asyik dengan jalan kehidupan yang kita pikir normal, wajar, dan benar, serta tidak mendengar suara Allah yang berbicara kepada kita. Dalam keasyikan tersebut, suara Allah seperti berbisik bisik dan tenggelam oleh suara kebisingan keseharian kita. Tiba tiba datanglah penyakit. Itu seperti megafon yang bersuara keras menyadarkan kita bahwa Allah sedang berbicara. Pasti ada pesan dari Allah kepada kita melalui sakit penyakit tersebut. Kadangkala Allah mengoreksi kita agar kembali ke tujuan yang benar karena selama ini kita sudah melenceng. Adakalanya juga Dia mengarahkan kita ke tujuan baru. Selama ini jalan hidup kita sudah benar, tetapi Tuhan menghendaki kita mengambil jalan baru yang lebih baik dalam pandangan Nya.

Jika hari ini Anda sedang menderita sakit, jangan tenggelam dalam susah ataupun sedih hati. Jumpailah Allah di dalam penderitaan Anda. Ambil waktu sejenak untuk menyendiri, undur sejenak dari kegiatan keseharian. Selami isi hati Nya, temukan kehendak Nya.

Refleksi Diri:
Apa yang Anda lakukan ketika sedang menderita? Apakah Anda mengambil waktu untuk refleksi atau bercermin diri?
Apa manfaat yang Anda rasakan dari refleksi atau bercermin diri?
Share:

Penyakit dan Hukuman

Jawab Yesus: Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena pekerjaan 
pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia.
 Yohanes 9:3

Tidak ada seorang pun yang ingin sakit. Namun, realitanya sakit adalah bagian dari kehidupan manusia. Penyakit bukan hanya mengakibatkan penderitaan fisik tetapi juga rohani dan mental. Pertanyaan yang sering ditanyakan oleh orang sakit biasanya: apakah dosa saya sehingga menderita seperti ini? Sebagai hamba Tuhan, saya sering sekali menerima pertanyaan itu dari jemaat, di antaranya ada yang sudah lama menjadi orang Kristen. Ketika divonis penyakit kanker pada tahun 2016, saya tidak menanyakan pertanyaan itu, karena saya tahu pertanyaan itu tidak bermanfaat bahkan hanya akan menambah kesusahan hati saya.
Dalam Mazmur 38, kita membaca bahwa pemazmur juga mengaitkan sakit penyakitnya dengan dosa dan penghukuman Allah. Dengan lantang ia mengatakan bahwa penyakitnya disebabkan oleh dosanya (ay. 4 6). Karena dosanya, hukuman Allah menimpanya. Apakah jalan pikiran pemazmur benar? Bagaimana kita memahami hubungan antara penyakit dengan dosa dan hukuman Allah?
Kita harus mengakui bahwa kejatuhan manusia ke dalam dosa telah mengakibatkan penderitaan, termasuk sakit penyakit. Jadi, sakit penyakit datang ke dalam dunia karena dosa Adam dan Hawa. Andaikata Adam dan Hawa tidak berdosa, maka kita akan sehat sehat selalu. Akan tetapi, kita tidak bisa menarik kesimpulan bahwa setiap kali seseorang menderita sakit, itu pasti dipicu oleh dosa yang dilakukannya. Ada dosa maka muncul penyakit. Ini keliru!
Tidak semua penyakit diakibatkan dosa spesifik. Tuhan Yesus mengoreksi kesalahan ini dalam Yohanes 9:3 ketika murid murid Nya mengaitkan dosa dengan kebutaan sejak lahir. Perkataan Tuhan Yesus, … tetapi karena pekerjaan pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia menunggangbalikkan ajaran yang salah di atas. Ini pula yang saya yakini ketika menderita sakit kanker, bahwa Allah bekerja melalui penderitaan saya. Saya tidak dicampakkan tetapi justru dijadikan saluran berkat di dalam penderitaan.
Saudaraku, jika Anda saat ini mungkin sedang bergumul dengan sakit penyakit yang diderita, yakinlah bahwa terkadang itu dialami semata mata untuk menyatakan kemuliaan Allah melalui diri Anda. Tuhan berhak untuk memakai Anda sebagai alat menyatakan kemuliaan Nya dengan cara apa pun yang Dia kehendaki, salah satunya barangkali melalui sakit Anda. Mari melihat pekerjaan Allah dinyatakan melalui penderitaan Anda.
Refleksi Diri:
Apakah Anda pernah mengaitkan penderitaan yang Anda alami dengan dosa yang Anda perbuat? Mengapa?
Bagaimana cara Anda memaknai penderitaan yang dialami sebagai cara Allah bekerja dalam hidup Anda?
Share:

VISI DAN PREDIKSI

Markus 10:32-34
“… dan Ia akan diolok-olokkan, diludahi, disesah dan dibunuh, dan sesudah tiga hari Ia akan bangkit.”
(Mrk. 10:34)
Manusia mewujudkan impian atau cita-citanya melalui visi. Pemimpin akan sukses apabila ia memiliki visi yang jelas. Dengan visi yang jelas, ia akan mampu memprediksi berbagai kemungkinan yang akan dihadapi dalam mewujudkan visinya. Berdasarkan prediksi tersebut ia mengantisipasi segala kemungkinan hambatan atau kegagalan. Sebuah visi yang kuat senantiasa dilandasi oleh analisa yang kritis dan kemampuan memprediksi.
Visi Kristus adalah menghadirkan anugerah keselamatan sehingga terjadi pendamaian antara manusia dengan Allah. Namun, Yesus justru memprediksi bahwa Ia akan diolokolok, diludahi, disesah dan dibunuh. Bukankah prediksi yang janggal? Visi Yesus yang utama didasarkan pada prediksi akan kematian-Nya. Sekilas tampak kontradiktif. Namun, sesungguhnya visi Yesus sangat efektif. Sebab, visi itu didasarkan pada kematian-Nya sebagai media penebusan dosa. Lebih daripada itu, Ia akan bangkit setelah wafat. Prediksi Yesus juga mempersiapkan hati para murid agar mereka tidak terlalu terguncang.
Prediksi Yesus akan kematian-Nya menunjukkan betapa Ia begitu total menghayati visi-Nya sebagai Anak Allah. Ia menempatkan diri-Nya sebagai pribadi yang rela berkorban dan taat sampai wafat. Visi hidup kita juga akan efektif apabila tidak sekadar memprediksi hambatan dan kegagalan, tetapi utamanya persembahan diri yang total. Visi besar senantiasa dihayati dengan kesediaan berkorban dan setia sampai pada akhirnya.

Refleksi 
1.Apakah visimu sudah sesuai dengan prediksi? 
2.Adakah langkah konkrit dalam memprediksi visi anda saat ini? 
DOA:
Kristus, Sang Firman Hidup, berilah kepada setiap kami visi Ilahi sehingga kami
mampu berperan untuk mewujudkan kehendak-Mu. Amin.

 
Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.