Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

Batu Hidup

1 Petrus 2:4-6
Dan biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani, bagi suatu imamat kudus, untuk mempersembahkan persembahan rohani yang karena Yesus Kristus berkenan kepada Allah.
- 1 Petrus 2:5
Bait Allah di Yerusalem dibangun dengan materi yang sangat bagus. Batu, kayu dan permata yang dipakai adalah yang terbaik. Dindingnya bahkan dilapisi dengan emas. 

Akan tetapi, Rasul Petrus mengubah konsep bait Allah dari bangunan fisik ke bangunan rohani. Ia memaparkan keunggulan imamat baru di dalam Kristus. Pertama, yang dibangun adalah bait Allah rohani, bukan lagi fisik. Yang rohani lebih penting daripada yang lahiriah. 
Kedua, yang membangun rumah rohani tersebut adalah Kristus dan setiap orang percaya. 
Kristus dan orang percaya disebut sebagai batu hidup. Ketiga, setiap orang percaya dapat datang ke rumah rohani dan memberikan persembahan korban, tidak seperti pada zaman sebelumnya yang mana hanya imam yang dapat masuk ke bait Allah dan mempersembahkan korban. Yang dipersembahkan bukan lagi korban binatang, tetapi korban rohani yaitu kehidupan kita yang berkenan kepada Allah (Rm. 12:1), dukungan materi untuk perluasan Injil (Flp. 4:18), nyanyian pujian (Ibr. 13:15), dan bantuan kepada sesama yang membutuhkan (Ibr. 13:16).
 Penting bagi orang percaya untuk terlibat dalam pembangunan rumah rohani, yaitu gereja bukan sebagai gedung tetapi sebagai kumpulan umat percaya. Kita adalah batu-batu hidup yang dipakai T uhan untuk membangun gereja-Nya. Keindahan bait Allah yang baru ini bukanlah terletak pada emas atau batu yang mahal seperti pada bait Allah yang lama, tetapi pada keindahan iman dan kesucian hidup orang Kristen yang mencerminkan kemuliaan Allah. Dalam hal ini, setiap orang percaya seharusnya terlibat membangun bait Allah rohani. 
Patut disayangkan jika banyak orang Kristen berdiam diri. Menjadi orang Kristen bagi mereka hanya sekadar percaya T uhan Yesus dan mendapat jaminan keselamatan pribadi. 
Padahal, Tuhan menghendaki setiap orang Kristen mengambil bagian dalam membangun gereja Tuhan dengan hidup berkenan kepada-Nya dan melayani-Nya. 
 Saudaraku, jadilah batu-batu hidup yang menghidupi hidup orang-orang di sekitar Anda, khususnya kepada saudara-saudara seiman. Hidupkan gereja Anda dengan lebih lagi melalui keterlibatan Anda dalam pelayanan kasih kepada Kristus dan sesama.
Refleksi Diri:
• Apakah Anda setuju membangun bait Allah rohani lebih penting daripada bait Allah fisik? Mengapa? 
• Bagaimana cara Anda terlibat dalam membangun gereja-Nya?
Share:

Tuhan Yang Tetap

- Efesus 2:8-9

Hidup itu sulit atau tidak tetap di jalani, manusia  sangat menginginkan sesuatu atau tidak dapat diubah. Panggilan Tuhan dalam perikop bacaan hari ini menunjukkan pilihan-Nya yang begitu tetap terhadap Yunus untuk mengabarkan firman-Nya kepada orang Niniwe. Mengapa Tuhan begitu kekeuh? Apakah tidak ada hamba-Nya yang lain untuk memberitakan firman kepada orang Niniwe?

Panggilan Tuhan yang Tetap bagi Yunus menunjukkan pribadi-Nya yang penuh anugerah. Yunus menolak panggilan Tuhan karena orang Niniwe adalah musuh orang Israel dan juga memiliki moral yang bobrok. Pribadi Tuhan yang penuh anugerah merancang Yunus untuk mengalami anugerah-Nya saat diselamatkan dari laut. Selain itu, Tuhan juga punya rancangan lain untuk Yunus. Dia ingin agar Yunus juga belajar mengenai hati Tuhan yang juga memberikan anugerah bagi orang-orang non-Israel (Yun. 4:10-11).

Tuhan juga menunjukkan pribadi-Nya yang penuh anugerah bagi hamba-hamba-Nya melalui berbagai situasi dalam kehidupan. Tuhan berkali-kali meneguhkan panggilan-Nya bagi Musa untuk membawa Israel keluar dari Mesir, meski Musa berulang kali menolaknya (Kel. 3:1-4:17). Musa merasa diri tidak mampu memimpin Israel, tetapi Tuhan Tetap memanggilnya untuk menunjukkan bahwa Dia adalah Tuhan yang Mahakuasa yang memampukan Musa. Demikian juga ketika Tuhan memberikan Simson kesempatan kedua untuk memenuhi panggilan-Nya sebagai hakim Israel (Hak. 13). Sepanjang hidupnya Simson menyia-nyiakan panggilan Tuhan, tetapi menjelang ajalnya Simson diberikan kesempatan untuk membalaskan orang Filistin (Hak. 16:28-30). Tuhan Tetap  terhadap panggilan dan anugerah-Nya.

Tuhan juga rindu menunjukkan pribadi-Nya yang penuh anugerah kepada setiap kita anak-anak-Nya. Anugerah Tuhan yang terutama sudah diwujudkan melalui pengorbanan Yesus Kristus di kayu salib bagi kita yang berdosa. Setiap orang yang percaya kepada Yesus dipanggil Tuhan untuk menerima anugerah. Tuhan Yesus pun sekarang memanggil kita, terlepas seberapa parah dosa kita, untuk menghidupi anugerah-Nya. Sama seperti Tuhan yang tetap, apa pun panggilan-Nya terhadap diri kita, hendaklah kita tetap  melakukannya sambil memberitakan kasih anugerah-Nya kepada orang yang lain.

Refleksi Diri:

Apakah Anda pernah menolak panggilan Tuhan untuk melakukan sesuatu? Apa akibatnya?

Apakah selama ini Anda sudah memberitakan anugerah dalam Tuhan Yesus kepada orang lain?

Share:

Kemenangan atas keputusasaan

3 Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, 4 bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci; 5 bahwa Ia telah menampakkan diri kepada Kefas dan kemudian kepada kedua belas murid-Nya. 6 Sesudah itu Ia menampakkan diri kepada lebih dari lima ratus saudara sekaligus; kebanyakan dari mereka masih hidup sampai sekarang, tetapi beberapa di antaranya telah meninggal. 7 Selanjutnya Ia menampakkan diri kepada Yakobus, kemudian kepada semua rasul. (1Korintus 15:3-7)
Pengantar untuk Renungan
Sebagaimana kemenangan Yesus atas kematian bukanlah suatu fiksi, demikian juga kemenangan orang percaya atas keputusasaan merupakan suatu kepastian. Memang para ilmuwan telah berhasil mengatasi sebagian besar dari penyakit, sehingga sedikit banyak mereka telah berhasil memperpanjang kehidupan. Namun walaupun demikian mereka tetap tidak mampu untuk menaklukkan kematian. Kematian merupakan suatu pengalaman yang tidak terhindarkan. Realitas ini mengakibatkan di bawah ambang sadarnya manusia menyadari akan ketidakberdayaan dirinya. Ketidakberdayaan di hadapan kematian yang mengakibatkan banyak orang hidup di dalam keputusasaan.
Namun tidak demikian halnya dengan kebangkitan Kristus. Sebagaimana yang ia paparkan di dalam 1Korintus 15 rasul Paulus menjelaskan bahwa kebangkitan Kristus dari kematian merupakan suatu fakta yang dapat dibuktikan. Adanya para saksi mata yang saat itu dapat diuji membuktikan bahwa kebangkitan Yesus bukanlah suatu fiksi. Realitas dari kemenangan-Nya atas kematian ini memungkinkan orang yang percaya kepada-Nya untuk juga hidup di dalam kemenangan atas keputusasaan. Kuasa kebangkitan-Nya menjamin bahwa tidak ada penghalang bagi masa depan yang tidak dapat Ia taklukkan. Dengan kata lain, di dalam Yesus kita dapat hidup di dalam kehidupan yang penuh dengan pengharapan.
Pertanyaan untuk Direnungkan
Bagaimana perasaan Anda seandainya hari ini Anda diperhadapkan kepada kematian? Mengapa demikian
Menanggapi Bacaan Alkitab
Tuhan, aku bersyukur karena melalui kebangkitan-Mu dari kematian Engkau telah melahirkan diriku ke dalam hidup yang penuh dengan pengharapan. Melalui kebangkitan-Mu Engkau membuktikan bahwa pada-Mulah segala kuasa baik yang di sorga maupun di bumi. Sehingga dengan demikian aku memiliki jaminan untuk hari depanku. Engkau menaklukkan semua yang menjadi penghalang bagi masa depanku. Di dalam Engkau aku dapat mengharapkan hari esok yang indah sebagaimana yang Engkau janjikan bagi diriku.
Doa
Tuhan, Engkau berjanji bahwa Engkau akan menyertai aku sampai kepada akhir zaman. Oleh sebab itu aku memohon sertailah diriku di sepanjang minggu ini agar hidupku dapat menjadi saksi bagi orang-orang di sekitarku, khususnya mereka yang masih belum percaya kepada-Mu. Tolonglah diriku agar melalui perbuatan dan tutur kataku aku dapat menjadi jembatan bagi Injil-Mu dikenal oleh orang-orang yang ada di sekitarku. Di dalam penyertaan-Mu itu aku juga meyakini bahwa apapun yang kukerjakan pada hari ini akan berhasil dan menyenangkan hati-Mu. Di dalam nama Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamatku, aku berdoa. Amin.

 

 
Share:

Kok, Jangan Saleh?

Pengkhotbah 7:15-18
Janganlah terlalu saleh, janganlah perilakumu terlalu berhikmat; mengapa engkau akan membinasakan dirimu sendiri?
- Pengkhotbah 7:16
Sering orang mengatakan, bahkan terjadi di kalangan orang Kristen, “Jadi orang Kristen jangan fanatiklah. Biasa saja.” Perkataan itu “diperteguh” oleh Pengkhotbah 7:16. Ayat ini seringkali disalahmengerti, seolah-olah Allah menghendaki kita menurunkan tingkat kerohanian atau kesalehan kita. Sebenarnya, apa maksud ayat itu?
Kita harus membedakan istilah “terlalu” dengan “sungguh-sungguh”. Istilah “sungguh-sungguh” bermakna positif. Seorang yang sungguh-sungguh mengejar kesalehan bermotivasi tulus, yaitu untuk semakin mengenal dan mengasihi Allah dan sesama manusia. Tuhan menginginkan kita untuk menjadi orang Kristen yang sungguh-sungguh saleh. Sedangkan istilah “terlalu” bermakna berlebih-lebihan, konotasinya negatif. Inilah yang dilarang dalam ayat ini, yaitu mengejar kesalehan yang didasari upaya sendiri untuk menampilkan kesalehan lahiriah dan formal.
Dalam Alkitab, kita menemukan orang Farisi yang sangat menekankan kesalehan lahiriah untuk mendapatkan pujian. Mereka sangat teliti dan serius menjalankan setiap aturan Taurat semata-mata demi mendapat pujian. Sedangkan hidup dan perilaku mereka tidak berubah. Tuhan Yesus mengecam kemunafikan yang demikian (Mat. 23:23). Mereka taat aturan agama formal tetapi mengabaikan hakekat dari firman Tuhan, yaitu keadilan, belas kasihan, dan kesetiaan.

Jadi, pengkhotbah mengkritik orang yang mengejar kesalehan formal dan lahiriah belaka. Sebaliknya, kesalehan sejati adalah kesalehan dari hati. “Tetapi sekarang juga,” demikianlah firman TUHAN, “berbaliklah kepada-Ku dengan segenap hatimu, dengan berpuasa, dengan menangis dan dengan mengaduh.” Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu, berbaliklah kepada TUHAN (Yoel 2:12-13a). Yang dikehendaki Tuhan adalah pertobatan yang bermula dari hati. Jika hati seseorang berubah maka perilaku atau tampilan lahiriah pun akan berubah. Inilah inti pembaruan yang Tuhan Yesus ajarkan kepada murid-murid-Nya. Pembaruan hati.

Kualitas seorang Kristen tampak dalam kecondongan hatinya. Jika hatinya selalu condong pada hal-hal yang sesuai firman Tuhan maka kita bisa menganggapnya sebagai orang Kristen yang saleh. Jika hatinya tegar dan kuat dalam menghadapi penderitaan maka ia seorang saleh. Jika hatinya beriman dan mengandalkan Tuhan di dalam menghadapi tantangan maka ia seorang saleh. Kesalehan sejati dimulai dari hati.
Refleksi Diri:
Mana yang Anda anggap lebih utama? Perubahan hati atau perubahan tingkah laku?
Mengapa penting seorang Kristen mengalami perubahan hati lebih dahulu sebelum mengubah tingkah laku?
Share:

Religiusitas Tanpa Spiritualitas

Matius 23:1-36

Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga.

- Matius 5:20

Bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang sangat religius. Terbukti dari banyaknya tempat ibadah yang tersebar di seluruh penjuru negeri. Akan tetapi, mengapa masih banyak kasus kejahatan, misalnya korupsi, pembunuhan, pencurian, pelecehan seksual, dan lain sebagainya bermunculan di negeri ini? Apakah bangsa ini kurang taat beribadah? Tidak! Ini terjadi karena seringkali masyarakat hanya fokus pada aspek religius saja, tanpa diperkaya dengan pemahaman spiritual yang kuat (religiusitas tanpa spiritualitas).
 Menurut kamus, religiusitas adalah kepercayaan kepada Tuhan atau kekuatan adikodrati di atas manusia. Sedangkan spiritual berhubungan dengan kejiwaan (rohani, batin). Jadi, religiusitas merupakan aktivitas doktrinal untuk memperkenalkan setiap individu pada ajaran dan ritual keagamaan, sedangkan spiritualitas berkaitan dengan pengenalan akan Tuhan dan eksistensi diri sebagai bagian dari pengamalan iman.
 Para ahli Taurat dan orang-orang Farisi juga sangat religius. Mereka sangat taat kepada hukum Taurat, berpuasa, tekun berdoa, beribadah, memberi persembahan, dan merayakan hari-hari penting keagamaan Yahudi. Mengapa Tuhan Yesus justru mengecam mereka sebagai orang-orang yang munafik? Karena mereka mengajarkan kebenaran hukum Taurat, tetapi tidak melakukan ajarannya (ay. 3-4). Selain itu, mereka melakukan aktivitas keagamaan dengan motivasi yang salah, yaitu supaya dilihat dan dipuji orang (ay. 5-7). Itu sebabnya Tuhan Yesus mengatakan kepada para murid-Nya, “Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga” (Mat. 5:20). Artinya, beragama secara benar tidak cukup hanya rajin berdoa, beribadah, dan melaksanakan ritual keagamaan secara lahiriah saja. Yesus mengatakan bahwa kebenaran yang dikehendaki Allah adalah hati dan roh kita harus selaras dengan kehendak Allah dalam iman dan kasih, bukan sekadar tindakan lahiriah saja (Mrk. 7:6).
 Menghayati agama secara benar mencakup aspek vertikal, yaitu hubungan yang harmonis dengan Tuhan, maupun aspek horizontal, yakni hubungan yang harmonis dengan sesama. Mari bangun kehidupan beribadah dan persembahan Anda kepada Tuhan dengan berelasi yang baik dengan sesama secara beiringan. Keduanya tidak bisa dipisahkan di dalam kehidupan seorang anak Tuhan.
Refleksi Diri:
Apakah selama ini Anda lebih mendahulukan religiusitas dibandingkan spiritualitas?Bagaimana hubungan Anda dengan Tuhan?
Apa yang Anda lakukan agar spiritualitas Anda terbukti nyata dalam tindakan kepada sesama?
Share:

Siap Pergi Untuk Tuhan

Yesaya 6:1-13

Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata: “Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?” Maka sahutku: “Ini aku, utuslah aku!”
- Yesaya 6:8
             Seorang pendeta ingin mengutus jemaatnya pergi melakukan penginjilan ke suatu daerah. Pendeta tersebut memilih dua orang untuk diutus. Keduanya lalu dipanggil ke ruangan pendeta. Sang pendeta dengan bersemangat menyampaikan bahwa mereka adalah orang pilihan yang diutus untuk mengabarkan Injil. Seorang di antara mereka hanya tertunduk diam dan tidak memberikan respons apa pun. Tiba-tiba orang yang satu lagi dengan begitu sigap berkata kepada sang pendeta, “Ini aku, tapi utuslah dia!”
Dari cerita lucu ini mungkin kita berpikir, masa mereka tidak mau melakukan pekerjaan Allah? Masa mereka menolak pengutusan dari pendeta? Kelihatannya sangat miris, tetapi inilah yang sering kali terjadi di tengah kehidupan kita. Berapa kali kita mendengar bahwa kita harus memberitakan Injil kepada mereka yang belum percaya Tuhan? Sesungguhnya ini sebuah bukti bahwa kita telah berkali-kali diutus oleh para pendeta atau hamba Tuhan untuk pergi melakukan penginjilan, tetapi apakah kita sungguh ingin melakukannya dan siap pergi memberitakan Injil?
Sewaktu bangsa Israel hidup menyimpang dari Allah, Nabi Yesaya mendapatkan penglihatan dari Allah. Di tengah penglihatannya, Allah berbicara kepada Yesaya, “Siapa yang akan Kuutus?” Menariknya, Yesaya dengan sigap menjawab Tuhan, “Ini aku, utuslah aku!” Yesaya tidak ragu untuk menerima panggilan Tuhan, bahkan tidak perlu diulang hingga berkali-kali. Ia yakin pada panggilan Tuhan dan melakukan sesuai dengan yang Allah perintahkan. Yesaya sangat siap pergi untuk pekerjaan Tuhan. Walaupun ia tahu kondisi sulit yang terjadi di tengah bangsa Israel, tetapi tidak membuatnya gentar menjawab panggilan Allah. Yesaya tahu bahwa jika Allah telah memanggilnya maka Dia juga akan menolongnya.
Bukan hanya Yesaya yang mendapat panggilan dan pengutusan. Tuhan juga memanggil dan ingin mengutus setiap kita yang membaca renungan ini. Mungkin setiap kita akan mendapatkan panggilan yang berbeda-beda. Namun yang pasti, Tuhan Yesus rindu mengutus kita untuk mengabarkan Injil kepada orang-orang yang belum mendengar kabar keselamatan-Nya. Yuk kita bersiap pergi diutus oleh Tuhan. Siap sedialah memberitakan Injil keselamatan. Jangan takut karena Allah pasti akan menolong kita.
Refleksi Diri:
Apakah panggilan Allah dalam hidup Anda terlihat dengan jelas? Jika belum, doakan agar Tuhan semakin memperjelas panggilan hidup Anda.
Apakah Anda siap diutus mewujudkan panggilan Tuhan yang sudah jelas? Bagaimana Anda akan menunaikan panggilan tersebut?
Share:

Siapa Yang Anda Andalkan dalam Hidup Ini?

“Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN!” Yeremia 17:7

Jika Anda menginginkan berkat Tuhan dicurahkan dalam hubungan Anda dengan orang yang Anda kasihi, diberkati dalam pekerjaan dan karir, dalam study, dalam keuangan dan kesehatan, maka Anda harus dengan rendah hati mengadalkan Tuhan dalam setiap aspek kehidupan Anda dan tidak bersandar pada kemampuan diri sendiri 
Tetapi, bagaimana cara kita melakukannya? Bagaimana caranya kita tahu bahwa kita sudah benar-benar mengandalkan Tuhan dalam hidup kita?
Berikut 5 cara untuk mengandalkan Tuhan sekaligus merupakan cara praktis dalam menilai diri kita sendiri tentang mengandalkan Tuhan pada masing-masing aspek tersebut:
Pertama:mengandalkan Hikmat Tuhan
Apakah kita secara terus menerus berbicara tentang Tuhan dan membaca Alkitab setiap hari? Jika tidak, ini artinya kita lebih mengandalkan kepintaran kita sendiri dibanding hikmat Tuhan. Kita harus mengutamakan Dia dalam setiap keputusan yang kita ambil.

Kedua: Mengandalkan Kekuatan & Kuasa Tuhan
Apakah kita berjalan dalam kekuatan dan kuasaNya setiap hari? Apakah orang lain melihat kuasa dan kekuatan Tuhan terpancar dari hidup kita?
Ketiga ; Mengandalkan Waktu Tuhan
Seberapa sabar atau tidak sabar diri kita dalam menanti sesuatu? Apakah kita cenderung melakukan segala sesuatunya sesuai dengan kemauan dan kehendak kita; ataukah kita dengan sabar menanti sesuai dengan waktuNya Tuhan?
Ke empat; mengadalkan Penyertaan Tuhan
Ketika seseorang di sosial media mengatakan hal yang jahat tentang kita, apakah kita langsung membalasnya? Ketika seseorang mengatakan hal-hal yang tidak benar mengenai diri kita, apakah kita berbalik dan membalas apa yang ia lakukan?
Ke lima; Mengandalkan Perlindungan Tuhan
Di manakah sumber rasa aman kita? Apakah kita selalu merasa kuatir dan takut karena selalu merasa kurang dan tidak pernah cukup? Atau, kita mengandalkan Tuhan dalam memenuhi seluruh kebutuhan kita, baik kebutuhan fisik, emosi dan rohani kita?
Bagaimana keadaan bapak ibu saudara pada tiap-tiap aspek tersebut? Dalam bidang mana BPK ibu saudara merasakan tekanan terberat sehingga membuat ...idak dapat mengandalkan Tuhan? Mari kita ambil waktu untuk mengakui kekurangan dan kelemahan kita di hadapan Tuhan. Minta agar Tuhan membantu bapak ibu saudara sehingga saudara dapat percaya dan berserah sepenuhnya kepadaNya dalam setiap aspek kehidupan Anda sambil terus belajar untuk mengandalkan hikmat, kuasa dan kekuatan, waktu, penyertaan serta perlindunganNya dalam hidup Anda.
“Berbahagialah orang yang mempunyai Allah Yakub sebagai penolong, yang harapannya pada TUHAN, Allahnya” Mazmur 146:5
Share:

Persiapan Ibadah

Pengkhotbah 4:17-5:1-2
Jagalah langkahmu, kalau engkau berjalan ke rumah Allah! Menghampiri untuk mendengar adalah lebih baik dari pada mempersembahkan korban yang dilakukan oleh orang-orang bodoh, karena mereka tidak tahu, bahwa mereka berbuat jahat.
- Pengkhotbah 4:17

Ibadah adalah sebuah pertemuan dengan Allah. Bayangkan jika kita dijadwalkan bertemu dengan presiden di kediamannya, tentunya kita akan serius mempersiapkan diri. Begitu juga ketika akan bertemu Allah di bait-Nya, kita tentu perlu lebih lagi mempersiapkan diri.
Di dalam ayat emas di atas, Pengkhotbah memperingatkan pendengarnya untuk menjaga langkah mereka ketika berjalan ke rumah Allah. Di dalam literatur hikmat, hidup seseorang sering diilustrasikan sebagai sebuah jalan dan langkah orang tersebut melambangkan tingkah lakunya. Langkah seseorang bisa menyesatkan (Ams. 5:5) atau membawa kepada kebenaran (Ayb. 23:11). Jadi, manusia perlu menjaga langkah mereka untuk tetap hidup dalam kebenaran Allah.
Pengkhotbah hendak memperingatkan pendengarnya bahwa orang yang sedang berjalan ke bait Allah jangan serta-merta merasa diri telah melakukan hal yang benar. Bisa saja ketika seseorang sedang melangkah ke bait Allah, ia malah sedang melakukan kejahatan di mata Allah. Pengkhotbah merujuk kepada mereka yang datang ke bait Allah dengan tidak berfokus kepada Allah, melakukannya hanya karena tradisi, tekanan dari orang lain atau kebiasaan. Ini terjadi karena mereka tidak mempersiapkan diri dengan benar sebelum datang bertemu Allah. Mereka tidak mempersiapkan hati terlebih dahulu. Pikiran mereka masih berfokus kepada diri mereka, bukan kepada Allah. Ketika datang beribadah, mereka memiliki motivasi dan maksud yang salah. Ibadah dilihat sebagai suatu pertunjukan yang dilihat orang atau alat untuk memenuhi kepuasan pribadi. Celakanya, orang-orang tersebut bahkan tidak menyadari bahwa mereka sedang melakukan dosa (ay. 17b).
Bagaimana dengan kita saat hendak datang beribadah ke gereja? Apakah kita sudah mempersiapkan hati sebelum datang beribadah, memfokuskan diri hanya untuk menyembah dan memuji Tuhan, serta mendengarkan firman yang Tuhan mau sampaikan kepada kita? Mungkinkah kita termasuk ke dalam orang-orang yang berbuat jahat (dosa) seperti yang dimaksudkan oleh Sang Pengkhotbah? Saya berharap kita tidak termasuk ke golongan orang-orang tersebut. Mari datang beribadah dengan penuh persiapan.
Refleksi Diri:
Apakah Anda yakin bahwa Anda telah datang beribadah dengan motivasi dan tujuan yang benar di hadapan Allah?
Bagaimana Anda dapat mempersiapkan hati Anda untuk fokus kepada Allah di dalam ibadah?
Share:

Tanda Yunus

Matius 12:38-41; Yunus 2:1-10.

Tetapi aku, dengan ucapan syukur akan kupersembahkan korban kepada-Mu; apa yang kunazarkan akan kubayar. Keselamatan adalah dari TUHAN.

-Yunus 2:9
Pembahasan tentang kisah Nabi Yunus tidak mungkin terlepas dari apa yang dikatakan oleh
 Tuhan Yesus kepada ahli Taurat dan orang Farisi di Matius 12. Yesus mengatakan bahwa para ahli Taurat dan orang Farisi akan diberikan tanda Yunus untuk membuktikan bahwa Yesus itu Kristus, Sang Mesias. Apa maksud Yesus dengan mengatakan tanda Yunus?
Pada saat itu, T uhan Yesus tidak memberikan tanda apa pun karena sebelum mereka meminta, Dia sudah menunjukkan berbagai tanda dan mukjizat yang membuktikan Diri-Nya adalah Mesias. Permintaan tanda dari ahli Taurat dan orang Farisi hanyalah sebuah usaha untuk mencobai Yesus, bukan untuk percaya kepada-Nya. Yesus memberikan tanda yang sudah ada sejak Perjanjian Lama, yaitu tanda Yunus yang ditelan perut ikan selama tiga hari dan kemudian memberitakan kabar yang membawa keselamatan bagi orang Niniwe. 
Yesus menjanjikan sebuah tanda bahwa Mesias juga akan bangkit setelah tiga hari di dalam kubur yang membuktikan bahwa Diri-Nya adalah Mesias dari Allah dan barangsiapa percaya kepada-Nya akan selamat.
Kisah Yunus di dalam perut ikan menyatakan dengan jelas bahwa keselamatan hanya dari Tuhan. Yunus memberontak terhadap panggilan Tuhan dan berencana lari dari hadapan-Nya, tetapi Allah mencegat kapal yang ditumpanginya dengan angin besar. Yunus pun harus dilempar ke laut agar angin besar itu tenang. Ia mengalami pengalaman hampir mati di dalam laut hingga Tuhan menyelamatkan melalui ikan besar yang menelannya. Yunus akhirnya menyadari bahwa keselamatan dari Tuhan begitu absolut setelah tiga hari berada di perut ikan (ay. 6-9). Dan kesudahannya, Yunus menjadi alat Tuhan membawa keselamatan bagi orang Niniwe (Yun. 3:5).
Keselamatan bagi manusia yang berdosa juga tersedia di dalam Tuhan Yesus Kristus. 
Dosa merupakan pemberontakan kepada Tuhan. Upah dosa ialah maut, tetapi kasih karunia Allah ialah hidup kekal di dalam Kristus Yesus, Tuhan kita (Rm. 6:23). Janganlah keraskan hati seperti ahli Taurat dan orang Farisi. Percayalah kepada Tuhan Yesus dan undang Dia masuk ke dalam hati sebagai Juruselamat Anda. Dan janganlah lupa jika Anda sudah percaya, beritakanlah kepada orang-orang di sekitar Anda yang belum percaya.

Refleksi Diri:

Apakah ada pikiran-pikiran yang membuat Anda kurang percaya terhadap T uhan Yesus yang menyelamatkan Anda dari maut?
Setelah Anda percaya dan menerima Yesus, siapa orang yang Anda rindu untuk beritakan kabar baik tentang keselamatan di dalam T uhan Yesus?
Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.