Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

Hadiah Yang Terbaik

Efesus 2:8-10

Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah,
- Efesus 2:8

Hari ulang tahun adalah hari yang paling  di  tunggu-tunggu. Sejak kecil, keluarga kita pasti  terbiasa merayakan hari ulang tahun setiap tahunnya. Dari pesta yang ramai dengan banyak orang, maupun pesta kecil yang hanya dihadiri keluarga inti saja. Dan di setiap pesta ulang tahun, pasti akan selalu ada hadiah yang diberikan. Inilah momen yang di tunggu-tunggu. Rasanya sangat senang ketika mendapat hadiah dari orang lain. Bagi saya saat itu, hadiah ulang tahun adalah hadiah terbaik. Hadiah yang sungguh dapat memberikan rasa sukacita yang luar biasa. Namun, ternyata saya salah. Bu
Hadiah yang terbaik bukanlah kado ulang tahun. Hadiah terbaik yang saya dapatkan adalah keselamatan dalam Yesus Kristus. Hal ini juga diungkapkan oleh Rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat Efesus. Ayat emas hari ini mengingatkan bahwa keselamatan yang kita peroleh adalah murni pemberian Allah. Paulus mengingatkan kepada jemaat Efesus bahwa tidak ada seorang pun yang berhasil memperoleh keselamatan karena pekerjaan ataupun usahanya. Peringatan ini seharusnya menjadi pengingat juga bagi setiap kita saat ini. Keselamatan yang kita peroleh bukanlah karena sering pelayanan, rajin beribadah, setia berdoa, rutin baca Alkitab, dan sebagainya. Bukan juga karena jabatan yang tinggi, harta kekayaan, ataupun kehebatan kita. Keselamatan hidup kekal bersama Allah Bapa kita dapatkan hanya oleh karena kasih karunia, anugerah Allah semata bagi setiap kita. Pengorbanan Yesus Kristus di atas kayu salib menjadi bukti nyata adanya keselamatan di dalam Allah. Ini adalah hadiah terbaik yang kita dapatkan dalam hidup. Karena itu, tidak ada seorang pun yang dapat menyombongkan diri atas keselamatan yang sudah ia peroleh.
Keselamatan kekal yang telah Allah berikan seharusnya membuat kita terus melakukan pekerjaan Allah dalam hidup setiap harinya. Marilah kita terus bertumbuh di dalam kasih karunia yang sudah Allah berikan kepada kita. Teruslah ingat bahwa hadiah terbesar dalam hidup kita adalah anugerah keselamatan untuk hidup kekal. Kiranya renungan ini dapat mendorong kita tetap bertumbuh dan berusaha untuk senantiasa hidup memuliakan nama Tuhan.
Refleksi Diri:
Apakah Anda sudah sungguh percaya bahwa keselamatan hanya ada di dalam Yesus Kristus? Jika ya, apakah Anda sudah berterima kasih kepada Tuhan?
Bagaimana sekarang Anda menghargai anugerah keselamatan dalam hidup Anda? Apa bukti konkretnya?
Share:

Perhentian Dari Tuhan

Keluaran 35:1-3
Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat
- Keluaran 20:8

         Ketika membicarakan hari perhentian untuk beribadah atau Sabat, kita bisa merenungkan beberapa pertanyaan ini: apakah makna hari Sabat? Apakah masih penting bagi Anda beribadah di hari Sabat? Apakah Anda beribadah ke gereja atau secara daring saat ini? Sayang sekali jika orang Kristen beribadah di hari Sabat hanya sesekali atau kalau sempat saja.
Keluaran 35 bukanlah yang pertama membahas tentang hari Sabat, sebelumnya Tuhan sudah beberapa kali menyampaikannya (Kel. 20:9-11; 23:12; 31:12-17; 34:21). Perintah Sabat kepada orang Israel bukan semata-mata karena mereka perlu beristirahat, tetapi dasarnya adalah tentang karya penyelamatan Allah atas umat-Nya. Sepuluh perintah Allah diberikan juga atas dasar penyelamatan dari Tuhan. Lebih jelas lagi bisa dilihat dalam Ulangan 5:15, “Sebab haruslah kauingat, bahwa engkaupun dahulu budak di tanah Mesir dan engkau dibawa keluar dari sana oleh TUHAN, Allahmu dengan tangan yang kuat dan lengan yang teracung; itulah sebabnya TUHAN, Allahmu, memerintahkan engkau merayakan hari Sabat.” Orang Israel harus mengkhususkan hari Sabat karena Allah sudah menyelamatkan mereka dan mereka senantiasa mengingat akan hal itu.
Enam hari cukup untuk melakukan segala pekerjaan dan kegiatan, satu hari untuk berhenti sangat masuk akal. Pengaturan ini ditetapkan supaya umat Israel bisa kembali fokus dalam hidupnya kepada Tuhan. Di sepanjang enam hari pasti banyak hal yang terjadi sehingga hari ketujuh adalah waktunya disetel kembali hidup dengan Tuhan. Tuhan bukan seperti mengadakan libur nasional, tetapi hari yang ditetapkan Tuhan adalah hari untuk beribadah kepada-Nya maka dikatakan sebagai hari perhentian penuh bagi Tuhan. Ini mengajarkan umat Israel untuk bergantung kepada Tuhan semata, bukan pada pekerjaannya.
Di Perjanjian Baru, kita melihat karya Kristus yang menyelamatkan manusia dari belenggu perbudakan dosa. Dia mati dan bangkit di hari ketiga. Hari kebangkitan-Nya adalah hari yang dipakai (hari pertama/hari Minggu, berbeda dengan di Perjanjian Lama hari Sabat/hari ketujuh/hari Sabtu) oleh jemaat mula-mula, dimana mereka bersekutu bersama- sama dan menyembah Tuhan (Kis. 20:7; 1Kor.16:2).
Setiap hari penting untuk dipersembahkan bagi Tuhan, tetapi kita juga harus mengkhususkan satu hari untuk beribadah bersama-sama saudara seiman, beribadah kepada Tuhan dan mengingat kembali karya keselamatan yang sudah dianugerahkan-Nya kepada kita.
Refleksi Diri:
Apa alasan utama Anda untuk beribadah di hari Minggu?
Bagaimana Anda membangun komitmen untuk rutin mengikuti ibadah setiap minggunya?
Share:

Ikatan Pernikahan

Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap? (2Korintus 6:14)
Sebagaimana terang berbeda dengan kegelapan demikianlah pengikut Kristus haruslah hidup berbeda dengan orang yang belum mengenal Kristus. Perbedaan tersebut antara lain di dalam hal iman, tata nilai dan perilaku kehidupan. Oleh sebab itu pengikut Kristus tidak boleh mengikatkan diri di dalam kesatuan dengan orang yang belum seiman, khususnya dalam ikatan relasi yang dapat melunturkan iman mereka. Salah satunya adalah ikatan perkawinan. Ikatan seperti itu bukan saja akan menghalangi berkat Allah atas hidup yang bersangkutan tetapi juga dapat menyeret mereka untuk berkompromi dengan tata nilai dan perilaku yang tidak kristiani. Kompromi seperti itu akan mengakibatkan mereka tidak lagi hidup berbeda dengan orang yang belum mengenal Kristus.

Hal itulah yang menjadi salah satu alasan dari peringatan rasul Paulus agar jemaat tidak menjadi pasangan yang tidak seimbang dengan orang yang tak percaya, seperti yang ditulis di dalam 2Korintus 6. Bukan berarti mereka tidak boleh bergaul dengan orang yang belum seiman, sebab bila demikian maka pengikut Kristus tidak akan dapat menjadi saksi dan mempengaruhi lingkungan sekitar mereka. Namun apabila mereka bukan sekadar bergaul, tetapi menjalin relasi yang mengikat secara rohani seperti suatu perkawinan, maka ikatan seperti itulah yang dilarang oleh firman Tuhan.
Pertanyaan untuk Direnungkan
Sudahkah Anda hidup berbeda dengan orang yang belum beriman kepada Kristus? Bila sudah, apakah perbedaannya?
Aplikasi
Bapa surgawi, aku mengucap syukur karena oleh anugerah-Mu Engkau telah memanggil aku keluar dari kegelapan dosa dan hidup di dalam terang kebenaran-Mu. Di dalam rencana-Mu yang besar Engkau telah memanggil diriku untuk menjadi terang bagi lingkungan di sekitarku. Oleh karena itu tolonglah aku agar dapat hidup berbeda dengan kegelapan yang ada di sekitarku, sebab hanya dengan demikian barulah aku dapat hidup menjadi saksi-Mu. Tolonglah aku untuk dapat menjaga pergaulanku sebagai pergaulan yang sehat dan tidak membiarkan diriku menjadi pasangan yang tidak seimbang dengan orang yang tak percaya.
Pagi ini kembali aku datang menghadap takhta anugerah-Mu dan menyerahkan hidupku ke dalam tangan-Mu. Aku memohon Engkau berkenan menyertai dan menuntun diriku di sepanjang hari ini. Penyertaan-Mu memberikan damai sejahtera di dalam jiwaku, sebab hanya dekat Engkau saja aku tenang. Tuntunan-Mu memungkinkan diriku untuk berjalan sesuai dengan kehendak-Mu. Tuhan, jangan biarkan aku terjerumus ke dalam pencobaan dan tolonglah aku agar hidupku dapat menjadi berkat bagi lingkunganku. Tolonglah aku di dalam semua hal yang kukerjakan pada hari ini dan jadikan semua itu berhasil serta memuliakan nama-Mu. Di dalam nama Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamatku, aku berdoa. Amin.
Share:

Berani Menyatakan Tuhan Yang Adil

Yunus 3:1-10

Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu, sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain.
- Kolose 3:16
Dewasa ini ada sebuah gerakan pengajaran dalam kekristenan yang begitu menekankan berita anugerah tanpa menghiraukan pertobatan dan pengakuan dosa. Pengajaran itu disebut dengan istilah hyper-grace. Pengajaran ini begitu berbahaya karena mengajarkan pandangan yang timpang mengenai Allah yang kasih dan juga adil. Kasih Allah tidak dapat dipisahkan dengan keadilan-Nya, demikian juga sebaliknya.

Kisah Yunus memberitakan pesan Allah kepada penduduk Niniwe tentang keadilan Allah yang tak terlepas dari kasih-Nya. Yunus dipanggil oleh Allah untuk menyampaikan pesan dari-Nya yang merupakan berita tentang penghakiman bagi penduduk Niniwe (ay. 2, 4). Tidak ada pesan, baik secara eksplisit atau implisit, agar orang Niniwe bertobat dari dosanya. Namun, secara ajaib pesan singkat dari Allah menyebabkan gelombang pertobatan dari rakyat hingga raja di kota Niniwe. Yunus sebenarnya sudah menyadari bahwa Allah mengutusnya ke Niniwe karena karakter-Nya yang pengasih, penyayang (4:2-3). Kisah ini menunjukkan kasih Allah tidak membungkam keadilan-Nya, sebaliknya karena kasih maka Dia menyatakan keadilan-Nya bagi manusia yang berdosa. Kasih Allah yang sudah dinyatakan dengan luar biasa melalui karya Yesus di kayu salib juga menyatakan keadilan-Nya. Yesus rela naik ke atas salib karena keadilan Allah harus dipuaskan, manusia berdosa harus dihukum, dan Yesus menjadi pengganti yang sempurna bagi kita. Jika kita telah menerima anugerah tersebut maka hendaknya kita melihat kasih dan juga keadilan Allah. Janganlah kita menghidupi anugerah tersebut tanpa pertobatan yang sungguh dan komitmen untuk meninggalkan jalan hidup yang lama.
Kasih Allah dalam Tuhan Yesus Kristus juga harus dinyatakan dalam kehidupan sehari-hari orang Kristen. Orang Kristen sebagai penerima kasih karunia Allah juga dipanggil untuk menyatakan kasih Allah kepada orang lain. Kasih Allah bukan hanya dinyatakan dengan penerimaan terhadap orang-orang berdosa yang lain, tetapi juga dengan teguran dalam kasih. Jika kita melihat sesama orang Kristen masih berkubang dalam dosa maka tugas kitalah untuk mengasihi dengan menegur, serta membimbing mereka kembali kepada Tuhan Yesus.
Refleksi Diri:
Apakah masih ada dosa-dosa lama yang Anda lakukan kembali? Apa komitmen yang ingin Anda ambil untuk meninggalkan dosa-dosa tersebut?
Siapa sesama yang Anda lihat harus ditegur dengan kasih? Bagaimana Anda akan membimbing mereka kembali kepada Yesus?
Share:

Kesempatan Sangat Terbatas

Pengkhotbah 12:1-7
Ingatlah akan Penciptamu pada masa mudamu, sebelum tiba hari-hari yang malang dan mendekat tahun-tahun yang kaukatakan: “Tak ada kesenangan bagiku di dalamnya!”,
- Pengkhotbah 12:1

Bronnie Ware, seorang perawat Australia yang pekerjaannya mengurus pasien-pasien yang menderita penyakit terminal menanyakan kepada mereka hal-hal apa yang paling disesali selama hidup. Ia mendapatkan lima jawaban yang paling sering muncul: (1) Andaikata saya berani menjalani hidup sesuai dengan keinginan saya, bukan sesuai dengan apa kata orang. (2) Andaikata saya tidak bekerja terlalu keras. (3) Andaikata saya berani menyatakan perasaan saya. (4) Andaikata saya lebih menghabiskan waktu bersama sahabat- sahabat saya. (5) Andaikata saya memilih jalan bahagia saya sendiri.

Kitab Pengkhotbah membawa kesan pesimisme tentang kehidupan. Seolah-olah hidup dan jerih lelah manusia itu sia-sia. Namun, ia tidak menganjurkan manusia untuk berdiam diri dan meratapi nasib. Dalam Pengkhotbah 11:9, ia justru menganjurkan manusia untuk bersukaria. Pada pasal 12, pengkhotbah menasihati orang muda untuk mengingat Tuhan pada masa muda mereka. Meskipun ditujukan kepada orang muda, nasihat ini sebenarnya ditujukan kepada semua orang. Nasihat ini segera disusul dengan peringatan tentang datangnya masa kemalangan atau lebih tepat hilangnya kesempatan untuk melakukan apa yang baik dan benar (ay. 2-6). Banyak penafsir mengatakan bahwa yang dimaksud dalam ayat 2-6 adalah kemunduran fisik manusia pada usia lanjut. Misalnya, maksud kalimat “yang melihat dari jendela semuanya menjadi kabur” merujuk pada mata rabun. Sedangkan “suara menjadi seperti kicauan burung” merujuk pada pendengaran yang mulai tuli.
Fokus nasihat ini memang pada orang muda yang cenderung menganggap waktu masih banyak dan kesempatan tidak terbatas. Namun, orang yang lebih tua pun kadangkala beranggapan semikian. Ada orang yang berucap, “Selagi masih bernapas berarti masih ada kesempatan.” Saya pikir itu tidak sepenuhnya benar. Seseorang bisa saja masih hidup, tetapi jika ia mengalami kemunduran fisik/mental karena penyakit atau usia lanjut maka kesempatan itu bisa saja tidak ada lagi. Yang tersisa hanya penyesalan seperti hasil penelitian yang dilakukan Bronnie Ware. Izinkan saya menerjemahkan Pengkhotbah 12:1 demikian, “Ingatlah akan Penciptamu selama masih ada kesempatan…” Hidup ini adalah kesempatan dan kesempatan itu sangat terbatas.
Refleksi Diri:
Bagaimana Anda memaknai kesempatan dalam kalimat: selagi masih bernapas, berarti masih ada kesempatan? Kesempatan untuk melakukan apa?
Apa satu hal yang dapat Anda perbuat hari ini supaya hari ini berarti?
Share:

Universitas Padang Belantara

Keluaran 15:22-27
Di sanalah diberikan TUHAN ketetapan-ketetapan dan peraturan-peraturan kepada mereka dan di sanalah TUHAN mencoba mereka,
- Keluaran 15:25b
Seorang pengkhotbah memberi judul khotbah untuk Keluaran 15:22-27, The Wilderness University (Universitas Padang Belantara). Tuhan sudah menyelamatkan orang Israel dari Mesir, tetapi Dia mau membentuk mereka. Orang Israel perlu banyak belajar mengikut Tuhan, sekolah mereka adalah di padang belantara, melalui serangkaian pengalaman rohani dan pengajaran dari Tuhan. Pada ayat 25 dikatakan, “Tuhan mencoba (menguji) mereka”, sebuah ujian pertama buat orang Israel setelah keluar dari Mesir. Mereka memerlukan air, tetapi yang ditemui malah air pahit. Respons mereka langsung bersungut-sungut. Tentu saja respons yang salah, mereka harus belajar.

Apa mata kuliah yang dipelajari? Mengingat untuk percaya. Belajar tidak melupakan karya penyelamatan Tuhan. Tenggang waktu dari karya spektakuler penyelamatan Tuhan melewati laut yang terbelah, sampai ujian pengalaman ini hanya tiga hari saja. Masih hangat-hangatnya mereka mengalami karya keselamatan dari Tuhan, setelah 400 tahun turun temurun menjadi budak, mereka mengalami kebebasan. Jika orang Israel mengingat karya
keselamatan Tuhan, bagaimana kasih-Nya, mereka akan berespons terhadap masalah dengan tidak bersungut-sungut.

Saat bersungut-sungut, orang Israel sedang menaruh curiga, tidak percaya kepada Tuhan. Orang Israel tampaknya tidak mengenal dengan baik siapa Tuhan yang menyelamatkan mereka. Sepuluh tulah telah mereka saksikan, laut terbelah sudah dilihat, bahkan sampai mereka berjalan di tengah-tengahnya. Tuhan juga memelihara janji-Nya kepada Abraham dan orang-orang Israel pada saat itu. Tuhan berdaulat dalam hidup umat-Nya, Dia selalu punya rencana yang terbaik.

Perjalanan hidup kita di dunia ibarat universitas padang belantara yang selalu menemui ujian demi ujian. Pengenalan kita akan Tuhan tidak pernah berhenti seumur hidup. Pengenalan akan Tuhan yang benar akan membawa kita selalu percaya bahwa Dia satu-satunya tempat yang tepat bagi kita menaruh harapan dan bersandar kepada-Nya. Saat hidup begitu berat, pandanglah salib Kristus. Karya Yesus di kayu salib menjamin bahwa dalam kesulitan apa pun yang kita hadapi, Dia sudah menyelamatkan dan akan tetap menyertai. Baca kembali ayat 26, tetaplah setia, selalu ingat akan karya-karya-Nya dalam hidup kita, serta ingat selalu apakah tindakan kita sesuai dengan firman-Nya dan berkenan kepada-Nya.
Refleksi Diri:
Mengapa ketika menghadapi ujian hidup yang berat Anda perlu mengingat akan karya- karya Tuhan Yesus di dalam hidup Anda?
Apa pengalaman rohani yang Anda dapatkan setelah melewati ujian hidup yang berat?
Share:

Ibu, Ingat Tuhanlah Kekuatanmu

Hakim-hakim 4:1-10
Pada waktu itu Debora, seorang nabiah, isteri Lapidot, memerintah sebagai hakim atas orang Israel. 
- Hakim-hakim 4:4
Kemunculan tokoh-tokoh wanita di dalam sejarah dunia maupun sejarah bangsa kita jarang terjadi, tetapi biasanya begitu inspiratif. Begitu pula dengan kemunculan tokoh wanita di masa Perjanjian Lama, bisa dihitung dengan jari. Salah satunya adalah kemunculan seorang wanita yang dipakai Tuhan, yaitu Debora, seorang nabiah dan istri dari Lapidot. Debora hadir saat orang Israel sedang dalam kondisi krisis. Singkat cerita, Israel dibebaskan pada masa itu karena Allah memakai dua orang wanita, Debora dan Yael.

Debora memiliki kepercayaan penuh pada janji Tuhan. Saat Tuhan menyatakan firman-Nya bahwa Dia akan menyerahkan dan mengalahkan orang-orang yang menjajah mereka, Debora menyampaikannya kepada Barak. Kemungkinan Barak adalah pemimpin pasukan atau seorang ahli berperang. Namun, jawaban Barak ngambang, “Kalau kamu maju, aku maju. Kalau kamu gak maju, aku juga gak maju.” Barak bukan memercayai perkataan Tuhan, melainkan malah bergantung kepada Debora, dengan kata lain ia meragukan keberhasilan firman Tuhan. Namun, Debora tidak berkata, “Ohh, gitu yah. Kalau gitu saya juga pikir-pikir dulu.” Debora dengan segera menjawab Barak, “Baik aku ikut.” Debora seorang wanita terjun ke medan perang karena percaya pada janji Tuhan.
Perhatikan detail cerita ini mengenai kegiatan sehari-harinya Debora di ayat 5. Debora sehari-harinya bukan belajar strategi perang, bukan juga latihan bela diri, rutinitasnya adalah menangani permasalahan-permasalahan hidup orang Israel. Namun, ia tidak bimbang dan ragu. Bahkan di medan pertempuran, Debora mengingatkan kembali Barak akan janji Tuhan yang akan menyerahkan musuh-musuh Israel (ay. 14). Jadi, Debora seorang yang mendengar suara Tuhan, percaya firman Tuhan, dan memuliakan Tuhan untuk semuanya.
Di pagi ini, firman Tuhan mengingatkan kembali para ibu untuk berpegang teguh pada firman-Nya dalam menjalani hidup. Untuk para istri/ibu, mungkin banyak hal yang saat ini membuat Anda gentar dan takut menghadapi semuanya, tetapi percayalah pada kekuatan Tuhan. Peganglah janji-janji dalam firman-Nya. Tuhan pasti tidak akan salah menuntun dan memampukan Anda. Kita telah diselamatkan oleh Tuhan Yesus bukan karena kita hebat, melainkan karena kekuatan Kristus. Kehadiran Anda sebagai seorang istri/ibu di dalam keluarga sudah Tuhan rancangkan. Bersandarlah kepada-Nya.
Refleksi Diri:
Apa hal yang hari ini membuat Anda takut dan gentar karena merasa tidak mampu menghadapinya?
Mengapa percaya pada firman-Nya akan membuat Anda mampu menghadapinya?
Share:

Batu Hidup

1 Petrus 2:4-6
Dan biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani, bagi suatu imamat kudus, untuk mempersembahkan persembahan rohani yang karena Yesus Kristus berkenan kepada Allah.
- 1 Petrus 2:5
Bait Allah di Yerusalem dibangun dengan materi yang sangat bagus. Batu, kayu dan permata yang dipakai adalah yang terbaik. Dindingnya bahkan dilapisi dengan emas. 

Akan tetapi, Rasul Petrus mengubah konsep bait Allah dari bangunan fisik ke bangunan rohani. Ia memaparkan keunggulan imamat baru di dalam Kristus. Pertama, yang dibangun adalah bait Allah rohani, bukan lagi fisik. Yang rohani lebih penting daripada yang lahiriah. 
Kedua, yang membangun rumah rohani tersebut adalah Kristus dan setiap orang percaya. 
Kristus dan orang percaya disebut sebagai batu hidup. Ketiga, setiap orang percaya dapat datang ke rumah rohani dan memberikan persembahan korban, tidak seperti pada zaman sebelumnya yang mana hanya imam yang dapat masuk ke bait Allah dan mempersembahkan korban. Yang dipersembahkan bukan lagi korban binatang, tetapi korban rohani yaitu kehidupan kita yang berkenan kepada Allah (Rm. 12:1), dukungan materi untuk perluasan Injil (Flp. 4:18), nyanyian pujian (Ibr. 13:15), dan bantuan kepada sesama yang membutuhkan (Ibr. 13:16).
 Penting bagi orang percaya untuk terlibat dalam pembangunan rumah rohani, yaitu gereja bukan sebagai gedung tetapi sebagai kumpulan umat percaya. Kita adalah batu-batu hidup yang dipakai T uhan untuk membangun gereja-Nya. Keindahan bait Allah yang baru ini bukanlah terletak pada emas atau batu yang mahal seperti pada bait Allah yang lama, tetapi pada keindahan iman dan kesucian hidup orang Kristen yang mencerminkan kemuliaan Allah. Dalam hal ini, setiap orang percaya seharusnya terlibat membangun bait Allah rohani. 
Patut disayangkan jika banyak orang Kristen berdiam diri. Menjadi orang Kristen bagi mereka hanya sekadar percaya T uhan Yesus dan mendapat jaminan keselamatan pribadi. 
Padahal, Tuhan menghendaki setiap orang Kristen mengambil bagian dalam membangun gereja Tuhan dengan hidup berkenan kepada-Nya dan melayani-Nya. 
 Saudaraku, jadilah batu-batu hidup yang menghidupi hidup orang-orang di sekitar Anda, khususnya kepada saudara-saudara seiman. Hidupkan gereja Anda dengan lebih lagi melalui keterlibatan Anda dalam pelayanan kasih kepada Kristus dan sesama.
Refleksi Diri:
• Apakah Anda setuju membangun bait Allah rohani lebih penting daripada bait Allah fisik? Mengapa? 
• Bagaimana cara Anda terlibat dalam membangun gereja-Nya?
Share:

Tuhan Yang Tetap

- Efesus 2:8-9

Hidup itu sulit atau tidak tetap di jalani, manusia  sangat menginginkan sesuatu atau tidak dapat diubah. Panggilan Tuhan dalam perikop bacaan hari ini menunjukkan pilihan-Nya yang begitu tetap terhadap Yunus untuk mengabarkan firman-Nya kepada orang Niniwe. Mengapa Tuhan begitu kekeuh? Apakah tidak ada hamba-Nya yang lain untuk memberitakan firman kepada orang Niniwe?

Panggilan Tuhan yang Tetap bagi Yunus menunjukkan pribadi-Nya yang penuh anugerah. Yunus menolak panggilan Tuhan karena orang Niniwe adalah musuh orang Israel dan juga memiliki moral yang bobrok. Pribadi Tuhan yang penuh anugerah merancang Yunus untuk mengalami anugerah-Nya saat diselamatkan dari laut. Selain itu, Tuhan juga punya rancangan lain untuk Yunus. Dia ingin agar Yunus juga belajar mengenai hati Tuhan yang juga memberikan anugerah bagi orang-orang non-Israel (Yun. 4:10-11).

Tuhan juga menunjukkan pribadi-Nya yang penuh anugerah bagi hamba-hamba-Nya melalui berbagai situasi dalam kehidupan. Tuhan berkali-kali meneguhkan panggilan-Nya bagi Musa untuk membawa Israel keluar dari Mesir, meski Musa berulang kali menolaknya (Kel. 3:1-4:17). Musa merasa diri tidak mampu memimpin Israel, tetapi Tuhan Tetap memanggilnya untuk menunjukkan bahwa Dia adalah Tuhan yang Mahakuasa yang memampukan Musa. Demikian juga ketika Tuhan memberikan Simson kesempatan kedua untuk memenuhi panggilan-Nya sebagai hakim Israel (Hak. 13). Sepanjang hidupnya Simson menyia-nyiakan panggilan Tuhan, tetapi menjelang ajalnya Simson diberikan kesempatan untuk membalaskan orang Filistin (Hak. 16:28-30). Tuhan Tetap  terhadap panggilan dan anugerah-Nya.

Tuhan juga rindu menunjukkan pribadi-Nya yang penuh anugerah kepada setiap kita anak-anak-Nya. Anugerah Tuhan yang terutama sudah diwujudkan melalui pengorbanan Yesus Kristus di kayu salib bagi kita yang berdosa. Setiap orang yang percaya kepada Yesus dipanggil Tuhan untuk menerima anugerah. Tuhan Yesus pun sekarang memanggil kita, terlepas seberapa parah dosa kita, untuk menghidupi anugerah-Nya. Sama seperti Tuhan yang tetap, apa pun panggilan-Nya terhadap diri kita, hendaklah kita tetap  melakukannya sambil memberitakan kasih anugerah-Nya kepada orang yang lain.

Refleksi Diri:

Apakah Anda pernah menolak panggilan Tuhan untuk melakukan sesuatu? Apa akibatnya?

Apakah selama ini Anda sudah memberitakan anugerah dalam Tuhan Yesus kepada orang lain?

Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.