Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

Muliakan Tuhan Dengan Hartamu

1 Timotius 6:17-19

Muliakanlah TUHAN dengan hartamu, ...
- Amsal 3:9a

Efesus merupakan kota perdagangan yang kaya dan bernilai budaya tinggi di provinsi Romawi, Asia Kecil. Efesus dikenal makmur dan memiliki kekayaan yang melimpah. Letaknya yang strategis menjadikan Efesus cocok sebagai kota perniagaan. Melihat latar belakang kota Efesus maka besar kemungkinan jemaat yang ada disana merupakan orang-orang kaya (berkecukupan). Dalam bagian ini, Paulus mengingatkan Timotius untuk memperingatkan jemaat Efesus mengenai hal kekayaan.
Beberapa jemaat Efesus memfokuskan hidupnya pada cinta akan uang. Mereka telah menyimpang dari iman dan menyiksa diri (1Tim. 6:10). Oleh karena itu, Paulus melalui Timotius mendorong jemaat untuk memiliki kehidupan yang tidak tinggi hati, tidak menganggap diri lebih unggul atau menjadi angkuh karena kekayaan. Hidup yang tidak bergantung pada kekayaan, melainkan hidup yang sepenuhnya bergantung kepada Allah, Sang pemilik kehidupan dan pemberi berkat.
Paulus juga mengingatkan jemaat Efesus agar lebih bijaksana dalam menggunakan kekayaan, serta mendorong mereka untuk memiliki tangan yang terbuka, membagikan apa yang dimilikinya kepada orang lain. Kekayaan bukan untuk dinikmati demi kepuasan diri sendiri, melainkan untuk menyediakan apa yang menjadi kebutuhan orang lain.
Memberi, berbagi, dan berbuat baik harus menjadi gaya hidup murid Kristus, serta dilakukan bukan dengan maksud tertentu ataupun motivasi yang keliru. Kenapa kita senantiasa harus memberi dan berbagi kepada sesama? Karena Allah dalam kekayaan-Nya memberikan kepada kita segala sesuatu untuk dinikmati (ay. 17b). Rasul Yakobus di dalam Yakobus 1:17 berkata, “Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang;” Allah Bapa telah memberikan begitu banyak berkat bagi kita dan sudah seharusnya berkat itu juga turut dibagikan kepada sesama.
Marilah kita muliakan Tuhan dengan apa yang sudah Dia percayakan kepada kita. Apa yang ada di dunia bersifat sementara. Mengejar dan menggenggam terlalu erat harta duniawi hanyalah kesia-siaan. Kejar dan genggamlah harta sorgawi sebagai tujuan hidup yang bernilai kekal. Pergunakan setiap harta yang sudah Tuhan percayakan dengan bijaksana dan pakai untuk kemuliaan nama-Nya. Sesungguhnya hidup yang sejati adalah ketika kita tidak menggenggam begitu erat apa yang kita miliki, tetapi mempunyai kerelaan hati untuk berbagi kepada sesama dengan ketulusan hati.
Refleksi Diri:
Bagaimana sikap dan cara Anda menggunakan harta yang Tuhan percayakan selama ini?
Apa tindakan nyata dalam hal memberi dan berbagi yang ingin Anda lakukan dalam waktu dekat?
Share:

Lembut Tapi Kuat

Kisah Para Rasul 8:26-40
Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi.
- Matius 5:5

Ketika Anda membayangkan seseorang yang lemah lembut, siapa yang ada dalam benak Anda? Bagaimana Anda membayangkan karakter orang tersebut? Kebanyakan orang sering mengasosiasikan orang yang lemah lembut dengan orang yang lemah. Apakah asumsi ini benar? Seorang hamba Tuhan bernama Todd Wilson menuliskan demikian, “Kelemahlembutan adalah ekspresi kekuatan, kualitas karakter yang berakar pada kepercayaan diri yang dalam, serta pengendalian diri. Kelemahlembutan menghasilkan ketenangan pikiran, kemantapan jiwa, keheningan hati, meski di tengah kritik atau perlakuan buruk dari orang lain. Kelemahlembutan bukanlah tanda-tanda orang lemah, melainkan mereka yang kuat, sebuah ciri yang jarang kita lihat di dalam dunia yang kompetitif, pendendam, dan kasar ini.” Kelemahlembutan adalah salah satu karakter dari buah roh dan berkaitan erat dengan pengendalian diri.
Salah satu pribadi yang sempurna meneladankan kelemahlembutan adalah Tuhan Yesus sendiri. Di dalam perikop bacaan hari ini, kita menemukan bahwa sida-sida dari Etiopia sedang membaca bagian dari Kitab Yesaya yang berisi tentang nubuatan tentang Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia (ay. 32-33), sebuah nubuatan tentang penderitaan dan kematian Yesus Kristus (ay. 34-35). Di tengah perlawanan dan permusuhan yang ditunjukkan kepada-Nya, Yesus tidak membuka mulut-Nya. Yesus tidak melawan, Dia bahkan mendoakan mereka yang menimpakan siksaan kepada-Nya. Ini bukanlah tanda kelemahan, tetapi sebuah ekspresi iman yang kuat. Di dalam tinggal tenang, Yesus menyerahkan diri-Nya sepenuhnya di dalam kedaulatan Allah Bapa. Yesus percaya sepenuhnya bahwa Allah akan menghakimi dengan adil (1Ptr. 2:23) dan kelemahlembutan yang ditunjukkan oleh-Nya pada akhirnya membawa keselamatan bagi manusia (Rm. 2:4). Nubuatan tentang kelemahlembutan Yesus ini akhirnya membuat sida-sida mengenal pribadi Kristus dan membawanya pada pertobatan.
Kelemahlembutan berarti menghadapi perlawanan dan penolakan dengan kesabaran serta pengampunan, dan bukan dengan balas dendam. Kelemahlembutan juga bisa diekspresikan dengan merespons tuduhan dengan sikap diam yang tenang, bukan dengan protes keras. Di dalam diam tenang, kita berdoa bagi mereka yang yang telah memojokkan kita, sama seperti Yesus berdoa kepada Bapa bagi mereka yang menganiaya-Nya (Luk. 23:34). Marilah kita menyadari bahwa kelemahlembutan yang kita tunjukkan kepada sesama bisa dipakai oleh Allah untuk menunjukkan siapa Kristus.
Refleksi Diri:
Bagaimana Anda meyakini bahwa kelemahlembutan berasal dari iman yang kuat?
Bagaimana Anda merespons orang-orang yang melawan, menolak, atau memojokkan Anda? Apakah Anda bersedia bersikap lemah lembut dan mendoakan mereka?
Share:

Berkenan Di Hati Tuhan

1 Samuel 13:14

Tetapi sekarang kerajaanmu tidak akan tetap. TUHAN telah memilih seorang yang berkenan di hati-Nya dan TUHAN telah menunjuk dia menjadi raja atas umat-Nya, karena engkau tidak mengikuti apa yang diperintahkan TUHAN kepadamu.”
- 1 Samuel 13:14

Saya pernah mendengar beberapa julukan disematkan kepada seseorang, misalnya “Beruang”, “Minion”, “Batu” atau “Sultan”. Orang-orang biasanya memberikan julukan dengan melihat fakta kehidupan, baik itu yang positif atau negatif. Misalnya, seorang dengan ciri-ciri fisik kurang ideal dijuluki beruang atau minion. Orang yang keras kepala dipanggil kepala batu. Atau yang lain punya kekayaan melimpah dijuluki sultan. Daftar julukan ini akan sangat panjang jika diteruskan. Intinya, julukan tidak bisa diberikan kepada seseorang tanpa terlebih dahulu mengetahui kisah hidupnya.
Menarik jika mengamati julukan yang disematkan kepada Daud. Ia dijuluki sebagai seorang yang berkenan di hati Allah, dalam bahasa Inggris, “a man after God’s own heart”. Jika diterjemahkan secara bebas dapat berarti seseorang yang dekat atau ada di hati Allah. Dari sekian banyak tokoh Alkitab dan berbagai karya hebat yang menjadi kisah hidup mereka, hanya Daud yang mendapat julukan yang menggambarkan keintiman relasi dengan Allah yang begitu luar biasa.
Berbeda dari cara umum sebuah julukan diberikan, “orang yang berkenan di hati Tuhan” adalah julukan yang diucapkan Nabi Samuel sebelum ia tahu kisah hidup Daud. Julukan ini adalah bagian dari nubuatan yang disampaikan Samuel kepada Saul terkait akan berakhirnya kepemimpinannya sebagai raja. Julukan ini bukan dari Samuel, melainkan firman Allah. Julukan ini bukan berasal dari penilaian Samuel atas hidup Daud, melainkan dari Tuhan. Allah dalam kemahatahuan-Nya mengetahui kisah hidup Daud dari awal hingga akhir dan Dia menilai kehidupan Daud.
Bagaimana dengan kehidupan kita? Tuhan Yesus mengetahui awal dan akhir kisah hidup kita. Dia tidak pernah berhenti untuk melihat dan menilai kehidupan kita. Kita mungkin bisa menutupi kisah hidup kita dari sesama, tetapi tidak di hadapan Tuhan. Sesama kita mungkin bisa memberi julukan bagi kita, entah positif atau negatif, tapi ingat! Julukan dari Tuhan adalah yang paling benar dan yang paling penting untuk kita ketahui. Renungkan kehidupan Anda hari ini. Kira-kira, apa julukan yang Allah akan berikan kepada Anda?
Refleksi Diri:
Apa alasan Allah memberikan julukan “orang yang berkenan di hati Tuhan” kepada Daud berdasarkan penyelidikan Anda di sepanjang Alkitab?
Apa julukan yang ingin Anda dapatkan dari Allah yang bisa menjadi komitmen hidup Anda ke depan?
Share:

Tidak Ongkang-Ongkang Kaki

Lukas 24:50-53

Karena kita sekarang mempunyai Imam Besar Agung, yang telah melintasi semua langit, yaitu Yesus, Anak Allah, baiklah kita teguh berpegang pada pengakuan iman kita.
- Ibrani 4:14
Apa makna kenaikan Tuhan Yesus? Oh, Tuhan Yesus kembali ke surga, ibarat orang pulang sehabis mission trip. Sebelumnya, Yesus tidak lupa menyuruh murid-murid-Nya untuk juga ikut mission trip, seperti yang Dia sampaikan dalam Matius 28:19-20 dan Kisah Para Rasul 1:8. Sesampainya di surga, Yesus ongkang-ongkang kaki di takhta-Nya menunggu untuk datang kedua kalinya.
Mungkin sekali Anda berpikir demikian. Yang sangat menarik adalah Lukas, yang juga menulis Kisah Para Rasul, tidak menuliskan Amanat Agung Tuhan Yesus dalam Injilnya melainkan dalam Kisah Para Rasul. Namun, Lukas memberikan sebuah detail menarik yang tidak dituliskan oleh penulis-penulis Injil lainnya, yakni bahwa murid-murid “senantiasa berada di dalam bait Allah dan memuliakan Allah” (ay. 53).
Berani benar mereka melakukan hal demikian?! Tidak tahukah mereka bahwa musuh-musuh Guru mereka, yakni imam-imam kepala yang menyalibkan-Nya, berada di bait Allah? Tidakkah tragedi ini membuat mereka berpikir, ah, sistem keimaman di dalam hukum Taurat pasti sudah ditiadakan karena semua imam ini orang-orang jahat?
Mereka tentunya ingat ketika Sang Guru berkata bahwa Dia datang bukan untuk meniadakan Taurat melainkan untuk menggenapinya (Mat. 5:17). Jadi, peduli amat kalau imam-imam itu jahat. Tuhan Yesus yang sudah naik ke surga telah menjadi Imam Besar Agung mereka, yang melayani di kemah yang sejati, yang duduk di sebelah kanan Allah Bapa (Ibr. 8:1-2) untuk bersyafaat bagi mereka. Sistem keimaman masih ada dan Tuhan Yesus-lah Imam Besar kita.
Kenaikan Tuhan Yesus ke surga bukan berarti Dia ongkang-ongkang kaki saja di takhta-Nya sehabis menyelesaikan pekerjaan-Nya di dunia. Sebagaimana kita juga tidak ongkang-ongkang kaki saja sesudah percaya kepada-Nya, melainkan giat bekerja bagi-Nya, demikian pula Yesus di surga menjadi Imam Besar yang tak jemu-jemu membawa doa-doa kita ke hadapan Bapa. Itulah sebabnya kita berdoa di dalam nama Tuhan Yesus.
Sayangnya, “dalam nama Tuhan Yesus” sekadar menjadi embel-embel supaya permintaan-permintaan kita dikabulkan. Ingat, Tuhan Yesus naik ke surga menjadi Imam Besar, bukan masuk ke dalam botol untuk menjadi jin yang mengabulkan semua keinginan kita.
Refleksi Diri:
Bagaimana cara Anda mengisi hidup saat ini? Apakah Anda sudah mengisinya dengan pekerjaan Tuhan?
Apakah doa Anda diisi dengan puji syukur dan kemuliaan bagi Tuhan, serta pengakuan dosa? Atau hanya berisi permintaan-permintaan saja?
Share:

Mengenal Allah Dengan Benar

Efesus 1:15-23

Dan meminta kepada Allah Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Bapa yang mulia itu, supaya Ia memberikan kepadamu Roh hikmat dan wahyu untuk mengenal Dia dengan benar.
- Efesus 1:17

Siapa yang kita sering doakan di dalam syafaat kita? Apa yang kita mintakan kepada Allah bagi mereka? Umumnya kita mendoakan orang-orang yang punya hubungan dekat dengan kita dan yang dimintakan adalah agar mereka diberi perlindungan, kekuatan, dan berkat. Tentu permohonan ini tidak salah, tetapi belumlah lengkap. Masih ada hal penting lainnya yang perlu kita doakan, yakni memohon mereka mengenal Allah dengan benar dan hidup memuliakan Dia.
Rasul Paulus mendoakan jemaat di Efesus supaya mereka makin mengenal Allah dan kuasa-Nya. Mengenal di sini bukan saja mengetahui tentang Allah secara rasio, misalnya Allah itu Mahabaik, Mahakuasa dan Mahakasih, melainkan juga untuk mengalami Allah dan kuasa-Nya secara pribadi. Karena itu, mengenal Allah memiliki dua aspek: pertama, aspek hubungan. Kita perlu menyediakan waktu khusus dan rutin untuk menjalin hubungan dekat dengan Tuhan melalui saat teduh, waktu memuji Dia, membaca Akitab, merenungkan firman Tuhan, dan berdoa secara pribadi (ay. 17). Kedua, pengenalan Allah juga berkaitan dengan aspek pengharapan yang terkandung dalam panggilan kita sebagai anak-anak Allah (ay. 18). Kita dipanggil untuk mengambil bagian dalam kodrat Ilahi dan memerintah bersama Kristus dalam kerajaan-Nya (2Ptr. 1:4; 2Tim. 2:12). Kita juga harus menyadari bahwa kita memiliki kuasa untuk hidup bagi Tuhan dan melayani Dia (ay. 19). Kuasa Allah tersebut telah nampak ketika Dia membangkitkan Yesus dari kematian, mendudukkan Yesus di sebelah kanan Bapa (ay. 20) dan dalam melantik Yesus sebagai kepala gereja (ay. 22). Pengenalan akan Allah datang melalui firman Tuhan dan Roh Kudus yang membukakan mata rohani kita  untuk memahami dan menerima kebenaran Allah.
Mari kita saling mendoakan dan meminta Allah untuk menolong supaya kita makin bertumbuh di dalam pengenalan akan Dia, panggilan-Nya, kekayaan-Nya dan kuasa-Nya melalui pengalaman hidup serta memiliki hubungan pribadi yang akrab dengan-Nya. Biarlah mata hati kita dapat melihat demonstrasi kuasa Allah, yang memberi kita keteguhan untuk hidup sebagai pengikut Yesus dan keberanian untuk menjadi saksi-Nya.
Refleksi Diri:
Apakah Anda sudah bertumbuh dalam pengenalan akan Allah? Apa aspek yang perlu Anda kembangkan untuk semakin mengenal Dia?
Apa langkah konkret yang dapat Anda lakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan pengenalan Anda akan Tuhan?
Share:

Anti Ragu-ragu Club

Roma 8:31-39
Sebab itu apakah yang akan kita katakan tentang semuanya itu? Jika Allah di pihak
kita, siapakah yang akan melawan kita?
- Roma 8:31

Neek Lurk, seorang seniman yang berhasil menciptakan brand fashion terkenal, yaitu Anti Social Social Club. Asal mula Lurk memakai nama tersebut adalah sebagai bentuk curahan emosi. Lurk seorang introver yang sulit untuk bersosialisasi sehingga akhirnya mengalami depresi. Setelah melalui berbagai masalah, ia mencoba untuk menuangkan ungkapan emosinya melalui fashion. Bagi Lurk, istilah anti sosial cocok untuk orang-orang seperti dirinya yang mengalami depresi, kesepian, dan tidak punya tujuan hidup.
Dalam menjalani kehidupan di dunia, tak jarang kita menemukan orang yang mengalami depresi maupun tidak mempunyai tujuan hidup. Cukup banyak orang yang merasa dirinya telah gagal menjalani hidup di dunia karena melihat berbagai kesulitan hidup yang dihadapinya. Apakah Anda pernah mengalaminya?
Rasul Paulus dalam surat Roma mengingatkan para jemaat untuk memiliki keyakinan iman dan pengharapan kepada Kristus. Di tengah permasalahan yang terjadi di dalam kehidupan jemaat, Paulus memberikan penguatan agar jemaat tetap menjalani hidup dengan beriman teguh. Ia juga mengingatkan betapa besarnya kuasa Allah. Tidak ada kuasa apa pun di muka bumi yang dapat menjatuhkan-Nya. Paulus dengan yakin mengatakan tidak ada yang dapat melawan jika ada Allah di pihak umat-Nya, bahkan tidak ada seorang pun yang sanggup memisahkan umat percaya dari kasih Allah yang begitu besar (ay. 39). Kuasa dan kasih Allah begitu besar bagi umat manusia dan tidak ada apa pun yang sanggup menghalanginya. Keyakinan inilah yang seharusnya menjadi dasar kekuatan iman umat percaya dalam menjalani kesulitan hidup.
Kita mungkin sedang mengalami berbagai masalah dan kelihatannya tidak ada jalan keluar. Namun, firman Tuhan hari ini mengingatkan bahwa tidak ada yang perlu diragukan di dalam Kristus. Bukti kasih dan kuasa Kristus yang begitu hebat seharusnya terus menjadi fondasi iman kita untuk berharap. Ketika kita hidup sebagai anak Allah maka tidak ada lagi kata ragu dalam hidup kita. Yang ada hanyalah anti ragu dan yakin secara penuh pada pekerjaan Allah. Yuk kita bergabung di anti ragu-ragu club! Kita jalani hidup dengan penuh keyakinan iman kepada Allah Sang Mahakuasa.
Refleksi Diri:
Apa bentuk keraguan terhadap Allah yang kerap kali muncul dalam diri Anda saat menghadapi permasalahan hidup?
Bagaiamana firman hari ini meyakinkan Anda agar tidak lagi ragu pada kuasa dan kasih Allah?
Share:

Hadiah Yang Terbaik

Efesus 2:8-10

Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah,
- Efesus 2:8

Hari ulang tahun adalah hari yang paling  di  tunggu-tunggu. Sejak kecil, keluarga kita pasti  terbiasa merayakan hari ulang tahun setiap tahunnya. Dari pesta yang ramai dengan banyak orang, maupun pesta kecil yang hanya dihadiri keluarga inti saja. Dan di setiap pesta ulang tahun, pasti akan selalu ada hadiah yang diberikan. Inilah momen yang di tunggu-tunggu. Rasanya sangat senang ketika mendapat hadiah dari orang lain. Bagi saya saat itu, hadiah ulang tahun adalah hadiah terbaik. Hadiah yang sungguh dapat memberikan rasa sukacita yang luar biasa. Namun, ternyata saya salah. Bu
Hadiah yang terbaik bukanlah kado ulang tahun. Hadiah terbaik yang saya dapatkan adalah keselamatan dalam Yesus Kristus. Hal ini juga diungkapkan oleh Rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat Efesus. Ayat emas hari ini mengingatkan bahwa keselamatan yang kita peroleh adalah murni pemberian Allah. Paulus mengingatkan kepada jemaat Efesus bahwa tidak ada seorang pun yang berhasil memperoleh keselamatan karena pekerjaan ataupun usahanya. Peringatan ini seharusnya menjadi pengingat juga bagi setiap kita saat ini. Keselamatan yang kita peroleh bukanlah karena sering pelayanan, rajin beribadah, setia berdoa, rutin baca Alkitab, dan sebagainya. Bukan juga karena jabatan yang tinggi, harta kekayaan, ataupun kehebatan kita. Keselamatan hidup kekal bersama Allah Bapa kita dapatkan hanya oleh karena kasih karunia, anugerah Allah semata bagi setiap kita. Pengorbanan Yesus Kristus di atas kayu salib menjadi bukti nyata adanya keselamatan di dalam Allah. Ini adalah hadiah terbaik yang kita dapatkan dalam hidup. Karena itu, tidak ada seorang pun yang dapat menyombongkan diri atas keselamatan yang sudah ia peroleh.
Keselamatan kekal yang telah Allah berikan seharusnya membuat kita terus melakukan pekerjaan Allah dalam hidup setiap harinya. Marilah kita terus bertumbuh di dalam kasih karunia yang sudah Allah berikan kepada kita. Teruslah ingat bahwa hadiah terbesar dalam hidup kita adalah anugerah keselamatan untuk hidup kekal. Kiranya renungan ini dapat mendorong kita tetap bertumbuh dan berusaha untuk senantiasa hidup memuliakan nama Tuhan.
Refleksi Diri:
Apakah Anda sudah sungguh percaya bahwa keselamatan hanya ada di dalam Yesus Kristus? Jika ya, apakah Anda sudah berterima kasih kepada Tuhan?
Bagaimana sekarang Anda menghargai anugerah keselamatan dalam hidup Anda? Apa bukti konkretnya?
Share:

Perhentian Dari Tuhan

Keluaran 35:1-3
Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat
- Keluaran 20:8

         Ketika membicarakan hari perhentian untuk beribadah atau Sabat, kita bisa merenungkan beberapa pertanyaan ini: apakah makna hari Sabat? Apakah masih penting bagi Anda beribadah di hari Sabat? Apakah Anda beribadah ke gereja atau secara daring saat ini? Sayang sekali jika orang Kristen beribadah di hari Sabat hanya sesekali atau kalau sempat saja.
Keluaran 35 bukanlah yang pertama membahas tentang hari Sabat, sebelumnya Tuhan sudah beberapa kali menyampaikannya (Kel. 20:9-11; 23:12; 31:12-17; 34:21). Perintah Sabat kepada orang Israel bukan semata-mata karena mereka perlu beristirahat, tetapi dasarnya adalah tentang karya penyelamatan Allah atas umat-Nya. Sepuluh perintah Allah diberikan juga atas dasar penyelamatan dari Tuhan. Lebih jelas lagi bisa dilihat dalam Ulangan 5:15, “Sebab haruslah kauingat, bahwa engkaupun dahulu budak di tanah Mesir dan engkau dibawa keluar dari sana oleh TUHAN, Allahmu dengan tangan yang kuat dan lengan yang teracung; itulah sebabnya TUHAN, Allahmu, memerintahkan engkau merayakan hari Sabat.” Orang Israel harus mengkhususkan hari Sabat karena Allah sudah menyelamatkan mereka dan mereka senantiasa mengingat akan hal itu.
Enam hari cukup untuk melakukan segala pekerjaan dan kegiatan, satu hari untuk berhenti sangat masuk akal. Pengaturan ini ditetapkan supaya umat Israel bisa kembali fokus dalam hidupnya kepada Tuhan. Di sepanjang enam hari pasti banyak hal yang terjadi sehingga hari ketujuh adalah waktunya disetel kembali hidup dengan Tuhan. Tuhan bukan seperti mengadakan libur nasional, tetapi hari yang ditetapkan Tuhan adalah hari untuk beribadah kepada-Nya maka dikatakan sebagai hari perhentian penuh bagi Tuhan. Ini mengajarkan umat Israel untuk bergantung kepada Tuhan semata, bukan pada pekerjaannya.
Di Perjanjian Baru, kita melihat karya Kristus yang menyelamatkan manusia dari belenggu perbudakan dosa. Dia mati dan bangkit di hari ketiga. Hari kebangkitan-Nya adalah hari yang dipakai (hari pertama/hari Minggu, berbeda dengan di Perjanjian Lama hari Sabat/hari ketujuh/hari Sabtu) oleh jemaat mula-mula, dimana mereka bersekutu bersama- sama dan menyembah Tuhan (Kis. 20:7; 1Kor.16:2).
Setiap hari penting untuk dipersembahkan bagi Tuhan, tetapi kita juga harus mengkhususkan satu hari untuk beribadah bersama-sama saudara seiman, beribadah kepada Tuhan dan mengingat kembali karya keselamatan yang sudah dianugerahkan-Nya kepada kita.
Refleksi Diri:
Apa alasan utama Anda untuk beribadah di hari Minggu?
Bagaimana Anda membangun komitmen untuk rutin mengikuti ibadah setiap minggunya?
Share:

Ikatan Pernikahan

Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap? (2Korintus 6:14)
Sebagaimana terang berbeda dengan kegelapan demikianlah pengikut Kristus haruslah hidup berbeda dengan orang yang belum mengenal Kristus. Perbedaan tersebut antara lain di dalam hal iman, tata nilai dan perilaku kehidupan. Oleh sebab itu pengikut Kristus tidak boleh mengikatkan diri di dalam kesatuan dengan orang yang belum seiman, khususnya dalam ikatan relasi yang dapat melunturkan iman mereka. Salah satunya adalah ikatan perkawinan. Ikatan seperti itu bukan saja akan menghalangi berkat Allah atas hidup yang bersangkutan tetapi juga dapat menyeret mereka untuk berkompromi dengan tata nilai dan perilaku yang tidak kristiani. Kompromi seperti itu akan mengakibatkan mereka tidak lagi hidup berbeda dengan orang yang belum mengenal Kristus.

Hal itulah yang menjadi salah satu alasan dari peringatan rasul Paulus agar jemaat tidak menjadi pasangan yang tidak seimbang dengan orang yang tak percaya, seperti yang ditulis di dalam 2Korintus 6. Bukan berarti mereka tidak boleh bergaul dengan orang yang belum seiman, sebab bila demikian maka pengikut Kristus tidak akan dapat menjadi saksi dan mempengaruhi lingkungan sekitar mereka. Namun apabila mereka bukan sekadar bergaul, tetapi menjalin relasi yang mengikat secara rohani seperti suatu perkawinan, maka ikatan seperti itulah yang dilarang oleh firman Tuhan.
Pertanyaan untuk Direnungkan
Sudahkah Anda hidup berbeda dengan orang yang belum beriman kepada Kristus? Bila sudah, apakah perbedaannya?
Aplikasi
Bapa surgawi, aku mengucap syukur karena oleh anugerah-Mu Engkau telah memanggil aku keluar dari kegelapan dosa dan hidup di dalam terang kebenaran-Mu. Di dalam rencana-Mu yang besar Engkau telah memanggil diriku untuk menjadi terang bagi lingkungan di sekitarku. Oleh karena itu tolonglah aku agar dapat hidup berbeda dengan kegelapan yang ada di sekitarku, sebab hanya dengan demikian barulah aku dapat hidup menjadi saksi-Mu. Tolonglah aku untuk dapat menjaga pergaulanku sebagai pergaulan yang sehat dan tidak membiarkan diriku menjadi pasangan yang tidak seimbang dengan orang yang tak percaya.
Pagi ini kembali aku datang menghadap takhta anugerah-Mu dan menyerahkan hidupku ke dalam tangan-Mu. Aku memohon Engkau berkenan menyertai dan menuntun diriku di sepanjang hari ini. Penyertaan-Mu memberikan damai sejahtera di dalam jiwaku, sebab hanya dekat Engkau saja aku tenang. Tuntunan-Mu memungkinkan diriku untuk berjalan sesuai dengan kehendak-Mu. Tuhan, jangan biarkan aku terjerumus ke dalam pencobaan dan tolonglah aku agar hidupku dapat menjadi berkat bagi lingkunganku. Tolonglah aku di dalam semua hal yang kukerjakan pada hari ini dan jadikan semua itu berhasil serta memuliakan nama-Mu. Di dalam nama Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamatku, aku berdoa. Amin.
Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.