Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

“Kuatkanlah Hatimu”?

Zakharia 8:9-13

Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, ...
- Filipi 2:12
Entah berapa kali Tuhan memerintahkan “kuatkanlah hatimu”. Sesudah Tuhan menghukum orang-orang Israel yang mencobai-Nya ketika keluar dari Mesir dengan cara memutar-mutar mereka di padang gurun selama empat puluh tahun, Tuhan memberikan perintah ini sebelum mereka memasuki Tanah Perjanjian (Yos. 1:9). Kini, sesudah Tuhan menghukum umat-Nya di dalam pembuangan di Babel, Dia sekali lagi memberikan perintah ini ketika mereka baru saja kembali ke Tanah Perjanjian.

Meski terlihat sama dalam terjemahan LAI, di dalam bahasa aslinya perintah pada bagian ini agak berbeda. Perintah “kuatkanlah hatimu” dalam bahasa Ibrani berbunyi, “kuatkanlah tanganmu” (teḥĕzaqnāh yəḏêḵem). Jadi, bagian ini sebenarnya bukan membicarakan hati, tetapi membicarakan tangan. Apa maksudnya?

Dalam bagian ini, Tuhan berjanji bahwa Dia akan membawa pemulihan kepada umat-Nya. Tuhan akan memberi mereka damai sejahtera, melimpahi mereka dengan anugerah-Nya (ay. 12), dan yang paling penting menjadikan mereka berkat bagi segala bangsa (ay. 13). Jadi, secara logika manusia, apa yang mereka pikirkan dan akan lakukan? Ahh.. santai-santai saja lah. Toh, Tuhan sudah berjanji dan pasti akan menggenapinya. Jadi, nggak masalah kalau saya tidak melakukan apa-apa, bukan?

Ini adalah logika manusia. Seolah mengantisipasi pikiran ini, dua kali Tuhan mengingatkan mereka, “kuatkan tanganmu!” baik sesudah dan sebelum janji diberikan. Dengan kata lain, fakta bahwa Tuhan beranugerah tidak lantas menghilangkan mereka dari tanggung jawab!

Inilah sebabnya, meski kita telah diselamatkan oleh Tuhan Yesus, Rasul Paulus tetap mengingatkan, “Kerjakan keselamatanmu!” Memang kita diselamatkan oleh anugerah, bukan perbuatan, tetapi ini tidak seharusnya membuat kita malas. Kita harus bekerja dengan giat, bukan untuk memperoleh keselamatan, tetapi justru karena kita telah diselamatkan!

Apa yang telah kita kerjakan bagi-Nya? Yang paling minimal, apakah kita menjadi kutuk atau berkat bagi orang-orang di sekeliling kita (ay. 13)? Menjadi berkat bukan hanya sekedar melakukan kewajiban kita sesuai peran kita di dalam lingkungan sosial tertentu. Menjadi berkat berarti melakukan lebih dari kewajiban kita, guna melayani sesama kita. Dan tentu saja, untuk melayani membutuhkan tangan yang kuat.
Refleksi Diri:
Apakah kehidupan Anda sebagai orang Kristen membuat Anda makin rajin melakukan kebaikan atau justru makin malas?
Apa hal-hal yang telah Anda lakukan, yang melebihi kewajiban Anda, untuk melayani sesama?
Share:

RASA SAKIT MENDORONG PERUBAHAN

BACA Rut 1:1-6;Rut 4:14-15
AYAT HAFALAN
Rut 4:14
RENUNGAN 
Dalam bukunya, Geri Scazzero menjelaskan bagaimana rasa sakit menjadi salah satu motivasi yang secara khas mendorong seseorang untuk berubah. “Rasa sakit dari situasi Anda saat ini begitu hebat sehingga Anda harus membuat perubahan. Beberapa dari kita memiliki toleransi yang besar terhadap rasa sakit sehingga butuh ledakan yang kuat untuk membuat kita bergerak”, ucapnya. 
Pandangan ini membuka pemahaman bagaimana rasa sakit itu sendiri membuka peluang besar bagi sebuah perubahan dalam hidup kita. Tak ada yang menyukai rasa sakit, namun kita harus merubah paradigma kita dalam memandang rasa sakit. Ada saat-saat ketika kita tak lagi tahan akan rasa sakit tersebut, itu justru mendorong kita untuk membuat perubahan. Bukan tidak mungkin Tuhan mengizinkan kita menderita sedemikian rupa agar kita berubah. Kisah Naomi menjadi contoh nyata bagi kita. Bagaimana Naomi akhirnya mengambil langkah perubahan untuk kembali lagi ke Betlehem, tempat asalnya, setelah ia ditinggal mati oleh suami dan kedua anaknya. Yang pada akhirnya keputusan itu membuat Rut, menantunya, memilih untuk ikut bersamanya. Seiring berjalannya waktu, di Betlehem, Rut akhirnya menikah dengan Boas dan melalui mereka lahirlah generasi yang kelak menjadi penerus garis keturunan Tuhan Yesus (Rut 4:14-15). Segala kesakitan Naomi selama itu, Tuhan gantikan dengan kehadiran cucunya melalui Rut dan Boas. Tak ada yang tahu cerita utuh dari kehidupan kita, selain daripada Tuhan. Ia adalah Penulis hidup kita, yang tahu semua cerita hidup kita baik dari awal, pertengahan, sampai akhir. Yang perlu kita lakukan adalah berserah penuh pada tuntunan tangan Tuhan yang kuat. Manakala ada hal-hal yang begitu menyakitkan, berdoalah secara khusus dan tekun kepada Tuhan. Mohonkanlah petunjuk dari-Nya atas perubahan-perubahan apa yang perlu kita lakukan. Jika sudah mantap, ambilah langkah perubahan sebagai sikap kita atas rasa sakit tersebut. Percayalah Tuhan belum selesai dengan hidup kita. Selalu ingat janji firman-Nya bahwa semua akan indah pada waktu-Nya. [RS]

REFLEKSI DIRI 
1. Bagaimana selama ini Anda memandang rasa sakit?
2. Adakah hal yang membuat Anda merasa begitu sakit? Perubahan apa yang hendak Anda ambil atasnya?

YANG HARUS DILAKUKAN
Ketika ada hal-hal yang begitu menyakitkan terjadi, berdoalah secara khusus dan tekun kepada Tuhan. Mohonkan petunjuk dari-Nya untuk perubahan-perubahan yang perlu Anda ambil.

POKOK DOA
Bapa, di tengah situasi menyakitkan yang kualami, mungkin saja Engkau menghendaki sebuah perubahan dalam hidupku. Berikanku kepekaan dan pengertian untuk mengambil langkah perubahan seturut kehendak-Mu. Dengarlah doaku ini ya Tuhan Yesus. Amin.
HIKMAT HARI INI
“Pikiran tentang mengubah situasi bisa dengan mudah membuat kita kewalahan. Namun, ada satu titik tertentu, di mana pemikiran untuk tetap berada di keadaan tertentu lebih lagi menakutkan daripada mengambil risiko karena membuat perubahan.” – Geri Scazzero
Share:

Allah Menyertai Kamu

Zakharia 8:18-23

Kepada mereka Allah mau memberitahukan, betapa kaya dan mulianya rahasia itu di antara bangsa-bangsa lain, yaitu: Kristus ada di tengah-tengah kamu, Kristus yang adalah pengharapan akan kemuliaan!
- Kolose 1:27

Amanat Agung tidak hanya berisi perintah, tetapi juga janji penyertaan. Mengapa Tuhan Yesus perlu menyertai kita? Tentu saja karena kita membutuhkan penyertaan-Nya. Ini benar. Namun, bagian yang kita baca hari ini melengkapi jawaban ini.

Sesudah berjanji bahwa Dia akan membawa mereka pulang, diam di tengah-tengah mereka (Zak. 8:7-8), dan memulihkan mereka (Zak. 8:12-13), Tuhan berjanji bahwa bangsa-bangsa lain akan datang mencari mereka. Mengapa? “Sebab telah kami dengar, bahwa Allah menyertai kamu!” (ay. 23). Jadi, mengapa bangsa-bangsa mencari umat Tuhan? Karena di dalam diri umat Tuhan-lah mereka melihat Tuhan yang benar dan penuh kasih, yang tetap menyertai umat-Nya meski mereka telah berdosa terhadap-Nya.

Jadi, kembali ke Amanat Agung. mengapa Tuhan Yesus menyertai kita melaksanakan Amanat-Nya, selain karena kita membutuhkan-Nya? Supaya orang lain pun dapat melihat Tuhan Yesus di dalam kita! Hal ini pula yang dikatakan Paulus di dalam Kolose 1:27. Kita tidak hanya sekedar dipanggil untuk berkata-kata layaknya radio, tetapi juga menunjukkan Kristus sendiri yang selalu beserta dengan kita.

Sayangnya, entah berapa kali kita enggan mengabarkan Injil karena berpikir aku tidak pandai bicara, aku takut ditolak atau aku takut merusak persahabatan. Sebaliknya, kita yang lebih percaya diri menganggap bahwa mengkomunikasikan Injil adalah yang terpenting. Masalahnya, komunikasi verbal saja tidak cukup. Orang lain harus melihat bagaimana Tuhan Yesus menyertai kita, barulah mereka akan datang kepada-Nya.

Jadi, bagaimana caranya menunjukkan penyertaan Tuhan? Jawabannya ada di ayat 18. Yerusalem jatuh ke tangan Babel pada bulan keempat. Bait Allah dibakar pada bulan kelima. Gedalya, gubernur yang diangkat raja Babel atas Israel, dibunuh pada bulan kesembilan. Yerusalem di kepung pada bulan kesepuluh. Semua ini adalah bulan-bulan yang penuh duka.  Namun, Tuhan mengatakan bahwa bulan-bulan ini akan menjadi sukacita.
Bagaimana kita berespons terhadap kesulitan hidup? Jika kita melaluinya dengan bersungut-sungut, bagaimana orang bisa merasakan bahwa kita disertai Tuhan? Sebaliknya, ketika kita dapat tetap bersukacita dalam tiap keadaan, orang dapat melihat Tuhan menyertai kita.
Refleksi Diri:
Apakah Anda merasakan penyertaan Tuhan? Apakah orang yang tidak percaya dapat melihat hal ini?
Apakah Anda merasakan Tuhan memberi sukacita, bahkan di dalam kondisi-kondisi sukar? Jika belum, berdoalah kepada-Nya.
"
Share:

MENGUSAHAKAN KEDAMAIAN HATI

Kolose 3:15-17 Kolose 3:15

Kita semua pasti tak asing dengan sesama kita yang mengatakan, “butuh healing nih”. Belakangan terakhir, istilah “healing” sering digaungkan dan dikaitkan dengan liburan ke tempat-tempat sunyi, sejuk, dan jauh dari hiruk pikuk kota untuk bisa memperoleh kedamaian. Banyak orang yang mendambakan kedamaian dan memaknai kedamaian sebatas ketenangan di tempat-tempat tertentu. Tak salah memang, namun anggapan sebatas tak jarang mendegradasi makna dari kedamaian yang sesungguhnya. Lebih dari sekadar situasi, kedamaian adalah ketenangan hati dan jiwa walau berada di tengah badai sekalipun. 
Tuhan Yesus memandang betapa pentingnya kedamaian. Salah satu tujuan kedatangan-Nya ke dunia ialah hendak melawat kita dan mengarahkan kaki kita kepada jalan damai sejahtera (Lukas 1:78-79). Sebelum naik ke Surga, kedamaianlah yang Ia wariskan, “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu.” (Yohanes 14:27). Itu sebabnya kita harus terus memelihara dan mengusahakan hati kita tetap memiliki damai sejahtera, karena demikianlah diperintahkan di dalam firman-Nya, “Usahakanlah agar kedamaian hati yang berasal dari Kristus selalu ada dalam hidup dan hati Saudara, karena inilah tanggung jawab dan hak Saudara sebagai anggota tubuh-Nya. Dan bersyukurlah senantiasa.” (Kolose 3:15 FAYH). Dunia hanya mengerti dan menetapkan kedamaian berdasarkan keadaan yang nyaman, namun tidak dengan damai yang diberikan Kristus. Kedamaian dimiliki oleh orang percaya, “Yang hatinya teguh Kaujagai dengan damai sejahtera, sebab kepada-Mulah ia percaya.” (Yesaya 26:3). Kedamaian dikehendaki oleh Tuhan, dan merupakan buah roh dari hidup orang percaya. Kedamaian ialah kunci kebahagiaan dalam hidup yang tidak terpengaruh oleh keadaan. Sebagai orang-orang yang hidup di dalam Kristus, adakah alasan bagi kita untuk kehilangan damai sejahtera? Kita harus berjanji bahwa serumit apa pun kehidupan, tetapi kita harus menjalaninya dengan hati yang penuh damai, karena inilah tanggung jawab dan hak kita. [RS]
REFLEKSI DIRI 
1. Apakah Anda sudah menjaga kedamaian hati yang berasal dari Kristus selalu ada dalam hidup dan hati Anda? Dengan cara bagaimana?
2. Mengapa kita harus mengusahakan agar kedamaian hati yang berasal dari Kristus selalu ada dalam hidup dan hati kita?
YANG HARUS DILAKUKAN
Usahakanlah kedamaian hati yang berasal dari Kristus agar selalu ada dalam hidup dan hati kita dengan memiliki hati yang teguh, yang tetap percaya penuh pada Tuhan apa pun keadaan yang menimpa kita.
POKOK DOA
Tuhan Yesus, aku bersyukur karena damai-Mu dicurahkan di hatiku, tidak seperti damai yang diberi oleh dunia ini, yang tak dipengaruhi oleh keadaan terkacau sekalipun. Sungguh itu adalah anugerah. Beri hamba kedamaian di mana pun. Dalam nama Yesus. Amin.
HIKMAT HARI INI
Damai sejahtera yang diberikan Yesus tidak sama seperti damai yang diberikan oleh dunia ini, kedamaian hati dan jiwa walau berada di tengah badai sekalipun.

 
Share:

ROH KUDUS YANG MENGHIBUR KITA

BACAAN ALKITAB HARI INI
Yohanes 16:1-13
AYAT HAFALAN
Yohanes 16:7

Saat akan mengungkap mengenai Roh Kudus, pendeta dan teolog Sinclair Ferguson mengatakan ada sesuatu yang sangat misterius tentang Dia. Dia adalah pribadi ketiga dari Trinitas, yang “tidak menonjolkan diri”. Namun Ia selalu bekerja seiring dengan firman Tuhan, dan Ia adalah salah satu sumber penghiburan terbesar orang Kristen.
Menjelang akhir hidup Rasul Paulus, saat-saat dia akan dipenggal mati dan seorang diri dalam penjara, isi hatinya ia tuangkan dalam suratnya. Katanya, “Pada waktu pembelaanku yang pertama tidak seorangpun yang membantu aku, semuanya meninggalkan aku … tetapi Tuhan telah mendampingi aku dan menguatkan aku.” (2 Timotius 4:16-17). Mustahil bagi Paulus bisa kuat dan bertahan sampai akhir hidupnya, jika Tuhan tidak menguatkannya. Begitu pula halnya dengan Yesus, yang dalam keadaan-Nya sebagai manusia. Menjelang detik-detik kematian-Nya, Yesus harus menghadapi masa di mana orang terdekat, yaitu para murid-Nya meninggalkan dan mengkhianati-Nya. Di masa-masa itulah Roh Kudus berjalan bersama-Nya menuju lembah kematian maut (Ibrani 9:14). Bagi para murid, kenaikan Tuhan Yesus menjadi pukulan bagi mereka. Apalagi sesaat sebelum naik, Yesus memberitahu bagaimana para murid akan mengalami hal-hal mengerikan, dikucilkan, dan akan datang saatnya setiap orang yang membunuh mereka akan menyangka bahwa mereka berbuat bakti bagi Allah. Hal ini tentu menimbulkan ketakutan di dalam diri mereka. Tuhan memahami betul keadaan ini, mereka bisa menjadi sedih, putus asa, sampai-sampai ada yang ingin kembali ke kehidupan masa lalunya. Karenanya Tuhan memberikan Roh Kudus. Sampai tiga kali Tuhan Yesus menyebut Roh Kudus sebagai Penghibur (Yohanes 14:26; 15:26; 16:7), yang menunjukkan betapa pentingnya peran itu. Dalam hidup ini, akan ada saat-saat di mana kita berjalan sendiri. Saat itu adalah saat di mana tak seorang pun dapat menolong, termasuk orang-orang terdekat sekalipun. Saat itu bisa jadi momen ketika kita berada di ruang operasi, saat dikecewakan, dikhiniati di mana tiada seorang pun yang dapat memahami kita. Manakala kita melalui masa-masa itu, alamilah kebenaran ini, “Roh Kudus adalah Sahabat yang menghiburku!” [RS]

REFLEKSI DIRI 
1. Apa peran Roh Kudus yang Anda dapati dalam bacaan REVIVE hari ini?
2. Apakah Anda pernah merasa seorang diri menjalani kehidupan ini, sudahkah Anda merasakan bagaimana Roh Kudus menjadi Sahabat sejati yang menghibur Anda?
YANG HARUS DILAKUKAN
Saat merasa seorang diri menjalani kehidupan, mintalah melalui doa agar Roh Kudus menghibur Anda.
POKOK DOA
Roh Kudus, Engkaulah sahabat sejati yang menghiburku. Engkau ada di setiap musim hidupku, dan Engkau hadir di saat-saat terberat kehidupanku. Ingatkanku selalu bahwa aku memiliki-Mu di dalam hidupku. Dalam nama Tuhan Yesus. Amin.

HIKMAT HARI INI
“Roh Kudus adalah Sahabat yang berharga dan menyertai dalam hidup saya. Dia memberikan penghiburan.” – John Bevere
Share:

JANGAN TINGGALKAN KOMUNITAS

BACAAN ALKITAB HARI INI
Ibrani 10:24-25
AYAT HAFALAN
Efesus 2:19-20
Pada tanggal 8 Juli 2022, perdana menteri Shinzo Abe dibunuh oleh seorang pria berusia 41 tahun bernama Tetsuya Yamagami. Menurut berita lokal, ia menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk merencanakan serangan menggunakan senjata rakitannya dan menghadiri acara-acara kampanye Abe. Pria tersebut percaya bahwa Shinzo Abe terkait dengan kelompok agama yang menjadi alasan kehancuran finansial ibunya. Menurut surat kabar Mainichi, Tetsuya mulai sering bolos kerja tanpa izin. Pada pertengahan April 2022 ia menghabiskan jatah cuti dan berhenti bekerja pada bulan Mei. Kantor berita Reuters juga mewawancarai tetangga Tetsuya yang mengatakan bahwa tersangka adalah seorang penyendiri yang tidak menjawab ketika diajak bicara. 
Dari kisah ini kita belajar bahwa seseorang sangat mungkin memutuskan hal-hal yang fatal tanpa pertimbangan ketika mereka terisolasi dalam masyarakat, menjadi seorang penyendiri yang sulit berkomunikasi dan tidak terbuka dengan orang lain, bahkan meninggalkan komunitasnya (dalam hal ini tempat kerjanya). Setiap orang memiliki masalah dalam hidupnya, namun jika kita tetap berada dalam komunitas yang tepat, terutama komunitas rohani, maka kita dapat saling berbagi suka dan duka. Kita bisa mendapatkan kekuatan, saran, koreksi, bahkan solusi. Seperti dalam bacaan Alkitab hari ini supaya kita tidak menarik diri dari pertemuan ibadah, namun hendaknya kita saling menasihati. Melalui komunitas rohani, kita akan mendapat pengaruh yang baik, saling mendukung untuk bertumbuh di dalam Kristus. Di dalam gereja kita, terdapat komunitas yang disebut  Soli Deo Gloria. Komunitas ini adalah sarana bagi kita untuk saling mendewasakan di dalam Kristus, menjadi wadah untuk saling memperhatikan dan mendukung para jemaat, saling mendoakan, menegur, dan menguatkan satu sama lain layaknya sebuah keluarga. Sebegitu pentingnya berada dalam komunitas, maka usahakanlah untuk tetap ada di dalamnya. [TJ]

REFLEKSI DIRI 
1. Apakah Anda sudah tergabung di dalam CORE? Jika tidak, apa yang membuat Anda tidak bergabung di dalamnya dan jika ya, apakah Anda sudah aktif terlibat di dalamnya?
2. Hal apa yang pernah Anda lakukan ketika ada salah satu anggota core Anda menceritakan masalahnya kepada Anda?
YANG HARUS DILAKUKAN
Tergabunglah di dalam komunita gereja. Saling memberi dukungan satu dengan yang lain.
POKOK DOA
Bapa, firman-Mu mengajarkanku bahwa Engkau tidak akan membiarkan aku menghadapi masalah sendiri. Hari ini aku mau bertumbuh dengan rekan seimanku, dengan komunitas yang Kau tetapkan. Di dalam nama Yesus. Amin.

HIKMAT HARI INI 
Perubahan yang besar dimulai dari komunitas yang menemukan apa yang menjadi perhatiannya.
Share:

BAHAYA TAAT TAPI MENGGERUTU

BACAAN ALKITAB HARI INI
Filipi 2:12-16 (:14)
Di dalam surat Paulus kepada jemaat di Filipi, ia menyapa mereka sebagai umat yang taat. Kemudian Paulus menasihati supaya mereka menjalani pengakuan iman mereka dengan sikap dan perilaku yang pantas, yaitu melakukan segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantah, supaya mereka tiada beraib dan tiada bernoda, tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya. Dengan kata lain, Paulus juga ingin mengatakan kepada kita bahwa cara kita menaati itu penting.
Tidak sedikit orang yang menggerutu dan membantah di dalam ketaatannya. Mereka melakukan perintah, namun dengan bersungut-sungut. Mereka melakukan perintah, namun dengan beribu bantahan dalam hati. Motivasi dan semangat di balik melakukan sesuatu itu penting. Sebab standar Tuhan kepada kita bukan sekedar hanya untuk ditaati, namun untuk ditaati sepenuhnya, segera, dan dengan ringan hati. Artinya, ketaatan yang dilakukan dengan rasa jengkel, bantahan, dan sungut-sungut sama dengan ketidaktaatan. Kita harus memperhatikan kebenaran ini dalam setiap aspek ketaatan kita kepada Tuhan dan juga kepada otoritas di atas kita. Tanpa mengabaikan kenyataan bahwa ada banyak sumber kesulitan dan frustrasi yang mungkin menekan kita, entah itu rekan kerja, atasan, orang tua, pasangan, atau anak-anak kita, kita cenderung memperlihatkan keluhan dan keengganan dalam kepatuhan kita sehingga semua orang akan tahu dan melihat harga yang harus kita bayar dalam ketaatan tersebut. Jangan bertahan dengan sikap seperti ini, sekali pun atas perintah yang tidak masuk akal, lebih baik kita bertukar pikiran dan berdiskusi mencari solusi daripada bertahan sebagai pengeluh. Tanamkan dalam pikiran kita sebuah kebenaran sederhana, bahwa Tuhan menghendaki ketaatan yang sepenuhnya, segera, dan dengan ringan hati. Ia senang dengan seseorang yang memberi dengan sukacita (2 Korintus 9:7), seseorang yang memberi tumpangan dengan tidak bersungut-sungut (1 Petrus 4:9), dan yang berdoa dengan tidak munafik (Matius 6:5). (LS)

REFLEKSI DIRI 
1. Apa alasan paling sering yang membuat Anda menggerutu atau berbantahan dalam kepatuhan Anda?
2. Mengapa bersungut-sungut dalam ketaatan sama dengan ketidaktaatan?
YANG HARUS DILAKUKAN
Lakukan segala sesuatu dengan ringan hati.
POKOK DOA
Bapa, aku mohon ampun untuk segala bantahan, sungut-sungut, dan gerutuku dalam menjalankan setiap perintah-Mu. Aku mau belajar untuk melakukan dengan ringan hati, agar Engkau disenangkan. Di dalam nama Yesus. Amin.

HIKMAT HARI INI
Kepatuhan yang disertai sungut-sungut sama dengan ketidakpatuhan.
Share:

AGAR IBLIS LARI DARI PADAMU

Yakobus 4:7

The Pope's Exorcist adalah sebuah film yang diangkat dari kisah nyata Pastor Gabriele Amorth, seorang pengusir setan yang berpengalaman dan telah banyak melakukan praktik eksorsisme. Salah satu yang menjadi sorotan di sepanjang film ini adalah momen-momen ketika Pastor tersebut mengusir setan, di mana ia selalu berkata, “Rendahkanlah dirimu di bawah kuasa Allah” dan juga ucapan, “Dalam nama Tuhan Yesus, orang Nazaret.” Kalimat ini senada dengan kebenaran firman Tuhan yang disampaikan oleh Rasul Yakobus, “Karena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu!” (Yakobus 4:7).
Tuhan Yesus Yesus sendiri menunjukkan bagaimana Iblis akhirnya mundur dari pada-Nya ketika Ia memilih untuk taat pada kebenaran firman Tuhan. Ketika dicobai oleh Iblis di padang gurun, yang Yesus lakukan adalah memperkatakan firman Tuhan dan bertindak seturut kebenaran tersebut. Bukan tak mungkin bagi Yesus untuk melakukan apa yang diminta oleh Iblis, tetapi Yesus memilih untuk tunduk dan taat kepada apa yang dikatakan oleh firman. Sampai tiga kali Yesus menolak untuk melakukan apa yang diminta oleh Iblis, sehingga Iblis pun mundur daripada-Nya dan menunggu waktu yang baik. Prinsip yang sama berlaku dalam kehidupan kita. Kita harus senantiasa menyadari bahwa Iblis terus bekerja seperti singa mencari orang yang dapat ditelannya (1 Petrus 5:8). Iblis juga selalu berusaha untuk memperdaya kita dengan segala siasatnya, sebab Iblis adalah bapa dari segala pendusta (Yohanes 8:44). Tetapi kebenaran firman Tuhan telah memberikan arahan bagaimana agar Iblis lari daripada kita, yaitu melalui ketundukan kita kepada Tuhan. Kita telah diberikan senjata rohani, pedang Roh, yaitu firman Tuhan (Efesus 6:17). Kita juga tahu bahwa firman itu adalah Allah (Yohanes 1:1), dan firman itu telah menjadi Manusia (Yohanes 1:14). Melalui ketaatan kepada firman-Nya dan iman akan kuasa di dalam nama Tuhan Yesuslah, maka Iblis akan lari dari pada kita. Maka, tunduklah kepada Allah. [RS]
REFLEKSI DIRI 
1. Mengapa kita harus tunduk kepada Allah?
2. Bagaimana wujud dari ketundukan kita kepada Allah agar kita menang melawan godaan, siasat, dan serangan Iblis?
YANG HARUS DILAKUKAN
Isilah hati kita dengan firman Tuhan, percayalah dalam kuasa nama Tuhan Yesus, dan taatlah kepada firman-Nya.
POKOK DOA
Bapa, terima kasih Engkau memperlengkapiku dengan pedang rohani, yaitu firman-Mu. Tolong aku ya Roh Kudus untuk taat sepenuhnya kepada firman-Mu, sebab melalui ketundukan kepada-Mulah maka Iblis akan lari dari padaku. Dalam nama Tuhan Yesus. Amin.

HIKMAT HARI INI
Ketundukan kepada Allah tampak melalui ketaatan kita terhadap firman-Nya.
Share:

“Kuatkanlah Hatimu”?

Zakharia 8:9-13

Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, ...
- Filipi 2:12

Entah berapa kali Tuhan memerintahkan “kuatkanlah hatimu”. Sesudah Tuhan menghukum orang-orang Israel yang mencobai-Nya ketika keluar dari Mesir dengan cara memutar-mutar mereka di padang gurun selama empat puluh tahun, Tuhan memberikan perintah ini sebelum mereka memasuki Tanah Perjanjian (Yos. 1:9). Kini, sesudah Tuhan menghukum umat-Nya di dalam pembuangan di Babel, Dia sekali lagi memberikan perintah ini ketika mereka baru saja kembali ke Tanah Perjanjian.
Meski terlihat sama dalam terjemahan LAI, di dalam bahasa aslinya perintah pada bagian ini agak berbeda. Perintah “kuatkanlah hatimu” dalam bahasa Ibrani berbunyi, “kuatkanlah tanganmu” (teḥĕzaqnāh yəḏêḵem). Jadi, bagian ini sebenarnya bukan membicarakan hati, tetapi membicarakan tangan. Apa maksudnya?
Dalam bagian ini, Tuhan berjanji bahwa Dia akan membawa pemulihan kepada umat-Nya. Tuhan akan memberi mereka damai sejahtera, melimpahi mereka dengan anugerah-Nya (ay. 12), dan yang paling penting menjadikan mereka berkat bagi segala bangsa (ay. 13). Jadi, secara logika manusia, apa yang mereka pikirkan dan akan lakukan? Ahh.. santai-santai saja lah. Toh, Tuhan sudah berjanji dan pasti akan menggenapinya. Jadi, nggak masalah kalau saya tidak melakukan apa-apa, bukan?
Ini adalah logika manusia. Seolah mengantisipasi pikiran ini, dua kali Tuhan mengingatkan mereka, “kuatkan tanganmu!” baik sesudah dan sebelum janji diberikan. Dengan kata lain, fakta bahwa Tuhan beranugerah tidak lantas menghilangkan mereka dari tanggung jawab!
Inilah sebabnya, meski kita telah diselamatkan oleh Tuhan Yesus, Rasul Paulus tetap mengingatkan, “Kerjakan keselamatanmu!” Memang kita diselamatkan oleh anugerah, bukan perbuatan, tetapi ini tidak seharusnya membuat kita malas. Kita harus bekerja dengan giat, bukan untuk memperoleh keselamatan, tetapi justru karena kita telah diselamatkan!
Apa yang telah kita kerjakan bagi-Nya? Yang paling minimal, apakah kita menjadi kutuk atau berkat bagi orang-orang di sekeliling kita (ay. 13)? Menjadi berkat bukan hanya sekedar melakukan kewajiban kita sesuai peran kita di dalam lingkungan sosial tertentu. Menjadi berkat berarti melakukan lebih dari kewajiban kita, guna melayani sesama kita. Dan tentu saja, untuk melayani membutuhkan tangan yang kuat.
Refleksi Diri:
Apakah kehidupan Anda sebagai orang Kristen membuat Anda makin rajin melakukan kebaikan atau justru makin malas?
Apa hal-hal yang telah Anda lakukan, yang melebihi kewajiban Anda, untuk melayani sesama?"
Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.