Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

Kembali ke masa silam

Ah, kiranya aku seperti dalam bulan-bulan yang silam. [Ayub 29:2]

Sejumlah orang Kristen dapat melihat masa lampau dengan senang, namun memandang saat ini dengan ketidakpuasan; mereka melihat kembali kepada hari-hari yang sudah mereka lewati ketika bersekutu dengan Tuhan sebagai masa yang termanis dan terbaik yang pernah mereka ketahui. Namun saat ini, persekutuan itu dibalut pakaian hitam yang murung dan suram. Mereka pernah hidup dekat Yesus, namun sekarang mereka merasa telah menjauh dari-Nya, dan berkata, "Ah, kiranya aku seperti dalam bulan-bulan yang silam!" Mereka mengeluh bahwa mereka telah kehilangan bukti-bukti mereka, atau mereka tidak memiliki pikiran yang damai saat ini, atau mereka tidak memiliki sukacita dalam alat-alat anugerah, atau bahwa hati nurani tidak begitu lembut, atau mereka tidak sungguh-sungguh giat demi kemuliaan Allah. Penyebab dari keadaan yang menyedihkan ini bermacam-macam. Ini mungkin timbul oleh diabaikannya doa, karena kamar doa yang terabaikan adalah permulaan dari mundurnya kerohanian. Atau ini mungkin hasil dari penyembahan berhala. Hati sudah diisi dengan sesuatu yang lain, lebih daripada dengan Allah; kepada hal-hal duniawilah yang dikasihi, bukan hal-hal surgawi. Allah yang pencemburu tidak akan puas dengan hati yang bercabang; Dia harus dikasihi, sebagai yang terutama dan terbaik. Dia akan menarik terang kehadiran-Nya dari hati yang dingin dan mengembara. Atau penyebabnya mungkin ditemukan dalam kepercayaan diri dan pembenaran diri. Kesombongan sibuk di dalam hati, dan diri ditinggikan alih-alih terbaring rendah di kaki salib. Orang Kristen, jikalau keadaanmu sekarang tidak sama "seperti dalam bulan-bulan yang silam," jangan pernah berpuas dengan hanya berharap akan kembalinya kebahagiaan masa lampau, namun pergi dan carilah Tuanmu, dan beri tahu Dia keadaanmu yang menyedihkan. Mintalah rahmat dan kekuatan-Nya untuk menolong engkau untuk berjalan lebih dekat dengan Dia; rendahkanlah dirimu di hadapan Dia, dan Dia akan meninggikan kamu [Yak 4:10], dan memberimu lagi untuk menikmati cahaya wajah-Nya. Jangan duduk meratap bermuram durja; ada harapan selama Dokter terkasih hidup, bahkan ada kepastian pemulihan untuk kasus-kasus terburuk.

_
Share:

Pemegang Kunci Masa Depan

Wahyu 5:1-6
Lalu berkatalah seorang dari tua-tua itu kepadaku: “Jangan engkau menangis! Sesungguhnya, singa dari suku Yehuda, yaitu tunas Daud, telah menang, sehingga Ia dapat membuka gulungan kitab itu dan membuka ketujuh meterainya.”
- Wahyu 5:5
Sebuah kutipan dari Fulton Ousler berbunyi: Banyak kita tersalib di antara dua pencuri – menyesali masa lalu dan takut masa depan. Masa lalu disesali karena tak dapat diubah. Masa depan ditakuti karena tak diketahui. Bagi orang Kristen, apakah harus demikian? Tidak! Kita tidak perlu menyesali masa lalu dan tidak harus takut masa depan. Mengapa? Karena Yesus Kristus Pengampun masa lalu dan Pemegang kunci masa depan. Kebenaran ini terungkap jelas dalam Wahyu 5.
Wahyu pasal 5 masih membahas penglihatan Rasul Yohanes tentang kejadian di surga. Yohanes melihat di tangan Allah ada gulungan kitab yang disegel dengan tujuh meterai (ay. 1). Gulungan kitab ini adalah dekrit Allah yang kekal yang di dalamnya tertulis semua masa depan manusia. Siapa yang dapat membuka gulungan dan ketujuh meterainya, dialah yang mengontrol masa depan manusia. Namun, ternyata tidak ada seorang pun di dunia ciptaan yang dapat membukanya (ay. 2-3). Ini membuat Yohanes menangis sedih. Seorang tua-tua menenangkannya dan berkata, “Singa dari suku Yehuda,” “tunas Daud,” yang “telah menang,” mampu untuk membuka ketujuh meterai tersebut. Yohanes berharap akan melihat “Singa dari Yehuda”, tetapi justru yang terlihat di tengah-tengah takhta Allah adalah “Anak Domba seperti telah disembelih” (ay. 6). Singa dari Yehuda adalah Anak Domba yang tersembelih. Dialah Yesus Kristus Tuhan kita.
Yesus Kristus adalah Anak Domba yang telah disembelih. Bekas luka-luka paku itu masih terlihat pada diri-Nya di dalam surga. Ini adalah jaminan bahwa dosa-dosa kita telah dipikul-Nya. Karena itu, kita tidak perlu menyesali masa lalu yang penuh dosa karena semua telah diampuni-Nya. Kita juga tidak perlu takut masa depan karena masa depan ada di tangan Singa dari Yehuda yang “bertanduk tujuh” artinya, Dia memiliki otoritas penuh. Dia juga bermata tujuh artinya, Dia Mahatahu (ay. 6). Kita tidak dapat mengontrol masa depan, tetapi Yesus berkuasa mengontrol dan mengetahui masa depan. Jangan takut masa depan, percayakanlah kepada Yesus Kristus.
Refleksi Diri:
Apakah ada masa lalu yang Anda sesali dan masa depan yang Anda takuti?
Apakah Anda sudah menyerahkan masa lalu dan masa depan Anda kepada Tuhan yang memberikan jaminan pengampunan dan pemeliharaan?
"
Share:

Semua Di Bawah Pengawasan-Nya

Wahyu 6:1-8

Maka aku melihat Anak Domba itu membuka yang pertama dari ketujuh meterai itu, dan aku mendengar yang pertama dari keempat makhluk itu berkata dengan suara bagaikan bunyi guruh: “Mari!”
- Wahyu 6:1

Di mana Tuhan? Apakah Dia tidur? Mengapa Dia tidak mencegah semua ini terjadi? Kata-kata seperti ini sering kita dengar pada waktu bencana dan kejahatan besar terjadi. Manusia secara umum memiliki ekspektasi bahwa Allah yang berkuasa dan baik akan memberikan segala sesuatu yang baik kepada manusia. Apa yang manusia tidak sangka adalah bencana diizinkan terjadi di bawah kontrol Tuhan Allah kita. Kebenaran ini terlihat jelas dalam Wahyu pasal 6.

Gulungan kitab dengan ketujuh meterai adalah simbol dekrit Allah tentang semua yang terjadi. Hanya Yesus Kristus, Sang Anak Domba, yang memiliki otoritas untuk membukanya. Ini berarti segala kejadian di dunia terjadi di bawah kontrol dan izin-Nya. Allah baik dan tidak menyebabkan malapetaka, tetapi Dia mengizinkannya terjadi karena pemberontakan manusia. Ketujuh meterai dibuka dalam tiga tahapan: pertama, empat meterai pertama (ay. 1-8); kedua, meterai kelima dan keenam (ay. 9-17); dan terakhir baru meterai ketujuh (Why. 7). Pada renungan hari ini kita fokus pada keempat meterai pertama.

Keempat meterai pertama merupakan simbol-simbol bencana dan malapetaka yang timbul karena pemberontakan manusia. Kuda putih dengan penumpang beranak panah adalah simbol invasi Kerajaan Partia (ay. 2). Kuda merah simbol perang (ay. 3-4). Kuda hitam simbol masa kelaparan (ay. 5-6). Kuda hijau simbol kematian (ay. 7-8). Perang, kelaparan, dan kematian terjadi di dunia ini dari zaman purba sampai zaman modern. Pemerintah-pemerintah dunia telah diberikan kuasa oleh Tuhan, tetapi mereka menyalahgunakannya untuk menyerang satu sama lain. Peperangan pada akhirnya menimbulkan kesengsaraan, kelaparan, dan kematian.

Namun, di atas semua kejadian tersebut Tuhan tidak lepas kontrol. Semua ini diizinkan-Nya dan masih di bawah pengawasan-Nya karena Dia-lah yang membuka meterai-meterai tersebut. Bagi setiap kita orang-orang percaya, kita dapat hidup dalam damai sejahtera karena Dia yang mengizinkan semua terjadi. Tetaplah ingat, Tuhan tidak akan mengizinkan pencobaan-pencobaan melampaui segala kekuatan kita (1Kor. 10:13). Camkan itu di dalam hati.

Refleksi Diri:

Apa malapetaka dan bencana yang sedang terjadi di Indonesia atau di dunia ini?
Apakah Anda sudah mendoakan mereka yang menderita karenanya dan mohonkan belas kasihan Tuhan karena semua dalam pengawasan-Nya?"
Share:

Sang Anak Domba Layak Disembah

Wahyu 5:7-14

Dan mereka menyanyikan suatu nyanyian baru katanya: “Engkau layak menerima gulungan kitab itu dan membuka meterai-meterainya; karena Engkau telah disembelih dan dengan darah-Mu Engkau telah membeli mereka bagi Allah dari tiap-tiap suku dan bahasa dan kaum dan bangsa.
- Wahyu 5:9
Apakah yang dikerjakan orang-orang percaya di dalam Kristus di surga?” Anda akan mendapatkan jawabannya di kitab Wahyu. Wahyu pasal 5 membahas penglihatan Rasul Yohanes tentang kejadian di surga. Yesus Kristus, Singa dari Yehuda, Anak Domba yang tersembelih menerima gulungan kitab dengan tujuh meterai (ay. 7). Pada Yesus-lah masa depan seluruh alam semesta dan seisinya bergantung.
Seluruh surga dan bumi meresponi dengan gegap gempita, ketika Sang Anak Domba menerima kitab gulungan tersebut. Bagaimana respons mereka? Pertama, seluruh umat percaya (diwakili oleh ke-24 tua-tua) tersungkur menyembah-Nya. Di tangan mereka masing-masing ada satu kecapi (simbol puji-pujian) dan satu cawan emas penuh kemenyan (simbol doa orang-orang kudus). Jadi, ada dua hal yang dikerjakan orang percaya di surga: memuji dan berdoa. Mereka berdoa agar segala keadilan ditegakkan bagi umat percaya (bdk. Why. 6:10). Mereka memuji kebesaran Sang Anak Domba dengan menyanyikan “nyanyian baru”. Ada nyanyian baru dalam surga, ada pengenalan yang lebih dalam dan segar akan kasih Kristus yang telah menebus orang percaya dari setiap suku, bangsa, kaum, dan bahasa (ay. 9), dan telah menjadikan mereka imam dan raja (ay. 10).
Kedua, para malaikat pun turut memuji Sang Anak Domba bahwa Dia-lah yang layak menerima segala kuasa, kekayaan, hikmat, kekuatan, hormat, kemuliaan, dan puji-pujian (ay. 11-12). Terakhir, juga dicatat bahwa segala makhluk di segenap dunia ciptaan–di surga, di bumi, dan di bawah bumi, di laut–memuji akan kebesaran-Nya dengan nyanyian yang sama (ay. 13-14).
Kebenaran ini mengajarkan kita agar senantiasa berdoa dan memuji. Dalam menjalani hidup, hendaklah kita sedikit mengeluh dan lebih banyak berdoa. Sedikit memegahkan diri dan lebih banyak memegahkan Tuhan. Kita hendaklah rajin berdoa karena doa kita tidak pernah sia-sia. Sang Anak Domba selalu mendengarkan dan menjawab doa-doa kita. Kita juga harus senantiasa memuji Yesus karena Dia yang telah menebus kita, layak menerima segala pujian. Haleluya! Hosana, tinggikan Dia!

Refleksi Diri:

Apakah kita lebih banyak berkeluh kesah daripada berdoa? Atau lebih banyak bermuram durja daripada memuji kebesaran-Nya?
Apakah Anda mau belajar lebih banyak menaikkan pujian penyembahan dan berdoa bersyukur atas keselamatan yang Dia berikan kepada Anda?
"
Share:

Pemegang Kunci Masa Depan

Wahyu 5:1-6

Lalu berkatalah seorang dari tua-tua itu kepadaku: “Jangan engkau menangis! Sesungguhnya, singa dari suku Yehuda, yaitu tunas Daud, telah menang, sehingga Ia dapat membuka gulungan kitab itu dan membuka ketujuh meterainya.”
- Wahyu 5:5

Sebuah kutipan dari Fulton Ousler berbunyi: Banyak kita tersalib di antara dua pencuri – menyesali masa lalu dan takut masa depan. Masa lalu disesali karena tak dapat diubah. Masa depan ditakuti karena tak diketahui. Bagi orang Kristen, apakah harus demikian? Tidak! Kita tidak perlu menyesali masa lalu dan tidak harus takut masa depan. Mengapa? Karena Yesus Kristus Pengampun masa lalu dan Pemegang kunci masa depan. Kebenaran ini terungkap jelas dalam Wahyu 5.
Wahyu pasal 5 masih membahas penglihatan Rasul Yohanes tentang kejadian di surga. Yohanes melihat di tangan Allah ada gulungan kitab yang disegel dengan tujuh meterai (ay. 1). Gulungan kitab ini adalah dekrit Allah yang kekal yang di dalamnya tertulis semua masa depan manusia. Siapa yang dapat membuka gulungan dan ketujuh meterainya, dialah yang mengontrol masa depan manusia. Namun, ternyata tidak ada seorang pun di dunia ciptaan yang dapat membukanya (ay. 2-3). Ini membuat Yohanes menangis sedih. Seorang tua-tua menenangkannya dan berkata, “Singa dari suku Yehuda,” “tunas Daud,” yang “telah menang,” mampu untuk membuka ketujuh meterai tersebut. Yohanes berharap akan melihat “Singa dari Yehuda”, tetapi justru yang terlihat di tengah-tengah takhta Allah adalah “Anak Domba seperti telah disembelih” (ay. 6). Singa dari Yehuda adalah Anak Domba yang tersembelih. Dialah Yesus Kristus Tuhan kita.
Yesus Kristus adalah Anak Domba yang telah disembelih. Bekas luka-luka paku itu masih terlihat pada diri-Nya di dalam surga. Ini adalah jaminan bahwa dosa-dosa kita telah dipikul-Nya. Karena itu, kita tidak perlu menyesali masa lalu yang penuh dosa karena semua telah diampuni-Nya. Kita juga tidak perlu takut masa depan karena masa depan ada di tangan Singa dari Yehuda yang “bertanduk tujuh” artinya, Dia memiliki otoritas penuh. Dia juga bermata tujuh artinya, Dia Mahatahu (ay. 6). Kita tidak dapat mengontrol masa depan, tetapi Yesus berkuasa mengontrol dan mengetahui masa depan. Jangan takut masa depan, percayakanlah kepada Yesus Kristus.
Refleksi Diri:
Apakah ada masa lalu yang Anda sesali dan masa depan yang Anda takuti?
Apakah Anda sudah menyerahkan masa lalu dan masa depan Anda kepada Tuhan yang memberikan jaminan pengampunan dan pemeliharaan?"
Share:

Tetapi umat yang mengenal Allahnya akan tetap kuat

Daniel 11:32
Setiap orang percaya mengerti bahwa pengenalan akan Tuhan adalah bentuk pengetahuan yang terbaik dan tertinggi; dan pengetahuan rohani ini adalah sumber kekuatan orang Kristen. Ini memperkuat imannya. Orang percaya terus-menerus disebut di dalam Alkitab sebagai orang yang mendapat pencerahan dan diajar oleh Tuhan; mereka disebut "beroleh pengurapan dari Yang Kudus," [1Yoh 2:20] dan memimpin mereka ke dalam seluruh kebenaran [Yoh 16:13] adalah jabatan khusus dari Roh Kudus, dan semuanya ini demi pertumbuhan dan pembinaan iman mereka. Pengetahuan memperkuat kasih, sekaligus iman. Pengetahuan membuka pintu, dan melalui pintu itu kita melihat Juruselamat kita. Atau, dengan perumpamaan lain, pengetahuan melukiskan wajah Yesus, dan ketika kita melihat wajah-Nya, kita mencintai Dia, kita tidak mampu mengasihi Kristus yang kita tidak kenal sama sekali. Jika kita tahu sedikit saja kesempurnaan Yesus, apa yang sudah Dia lakukan bagi kita, dan apa yang sedang Dia lakukan, kita tidak mampu mencintai Dia dengan sepenuh hati; namun semakin kita mengenal-Nya, semakin kita mencintai-Nya. Pengetahuan juga memperkuat pengharapan. Bagaimana kita bisa mengharapkan sesuatu jika kita tidak tahu bahwa itu ada? Bisa saja harapan adalah teleskop, tapi sampai kita menerima instruksi, kebodohan kita merupakan penghalang di depan lensa teleskop, sehingga kita tidak dapat melihat apapun; pengetahuan menyingkirkan obyek penghalang itu, dan ketika kita melihat melalui lensa yang terang itu, kita memahami kemuliaan yang akan dinyatakan, dan menantikannya dengan keyakinan penuh sukacita. Pengetahuan memberi kita alasan untuk bersabar. Bagaimana kita bisa bersabar kecuali kita mengenal sesuatu mengenai simpati Kristus, dan mengerti kebaikan yang akan datang dari didikan keras yang berasal dari Bapa kita di surga? Tidak ada satupun karunia pada orang Kristen yang, dalam kuasa Allah, tidak akan dibina dan disempurnakan oleh pengetahuan kudus. Maka, betapa pentingnya, kita tumbuh tidak hanya dalam anugrah, namun dalam "pengetahuan" tentang Tuhan dan Juruselamat kita Yesus Kristus.
Refleksi:
Apa bukti anda mencintai dan mengenal Yesus Kristus? Tunjukkan dengan tindakan nyata di hari ini.
Share:

Kabarkan Injil Apa Pun Kondisinya

Wahyu 3:7-13

Aku tahu segala pekerjaanmu: lihatlah, Aku telah membuka pintu bagimu, yang tidak dapat ditutup oleh seorangpun. Aku tahu bahwa kekuatanmu tidak seberapa, namun engkau menuruti firman-Ku dan engkau tidak menyangkal nama-Ku.
- Wahyu 3:8
Setiap bulan oktober gereja kita selalu mengadakan bulan Misi. Setiap jemaat didorong untuk terlibat dalam misi melalui sumbangsih apa pun yang bisa ia berikan. Akronim 3D mengingatkan kita untuk minimal salah satunya mendukung misi, yaitu Daya, Doa, atau pun Dana. Tidak perlu menunggu kuat atau kaya untuk bisa mengabarkan Injil.
Berbeda dari jemaat Sardis yang kaya, jemaat Filadelfia kecil, lemah, dan miskin. Mereka juga mengalami penganiayaan baik dari orang lokal maupun orang Yahudi (ay. 9). Namun yang luar biasa, jemaat ini tetap setia dan tidak goyang iman.
Kedua jemaat di atas sama-sama dipuji Tuhan. Yesus Kristus memuji jemaat Filadelfia karena sekalipun kekuatan mereka tidak seberapa, tetapi mereka menuruti firman-Nya dan tidak menyangkal nama-Nya (ay. 8). Namun, bukan berarti jemaat Filadelfia tidak memiliki kelemahan. Kelemahan mereka adalah merasa minder karena kecil dan miskin. Mereka merasa tidak berdaya untuk menjalankan penginjilan.
Tuhan Yesus mendorong mereka untuk bangkit mengabarkan Injil sekalipun lemah dan miskin, bahkan Dia menekankan bahwa tantangan penganiayaan jangan menjadi penghalang. Yesus berharap mereka yakin bahwa diri-Nya yang “memegang kunci Daud”. Kunci penginjilan bukan kekuatan gereja atau orang percaya. Kunci penginjilan adalah Yesus Kristus. “Apabila Ia membuka, tidak ada yang menutup; apabila Ia menutup, tidak ada yang dapat membuka” (ay. 7). Karena Yesus “telah membuka pintu” bagi mereka maka pintu penginjilan telah dibuka di kota Filadelfia. Gereja pasti dapat dan mampu menginjili. Roh Kudus akan bekerja mempersiapkan hati yang akan percaya (ay. 8). Yakinlah ada pemeliharaan Tuhan atas hidup mereka. Dia “akan melindungi [mereka] dari hari pencobaan yang akan datang atas seluruh dunia” (ay. 10).
Hari ini kita diingatkan bahwa sekalipun minoritas, kita harus tetap mengabarkan Injil. Ingatlah akan janji-janji (di alinea sebelum) yang diberikan Tuhan Yesus kepada kita. Ayo, terus kabarkan Injil apa pun kondisi Anda.
Refleksi Diri:
Apakah Anda pernah merasa tak berdaya untuk menginjili seseorang? Apa yang Anda lakukan saat itu untuk memompa semangat terus menginjilinya?
Bagaimana kebenaran bahwa Kristus pemegang kunci menguatkan Anda?"
Share:

Jangan Suam-suam Kuku

Wahyu 3:14-22

Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku.
- Wahyu. 3:16
Bagi Anda penggemar kopi biasanya suka menikmatinya saat kondisi masih panas- panasnya. Saat kopi masih panas, aroma dan rasanya kuat terasa. Berbeda jika sudah suam-suam kuku, rasanya nanggung. Beberapa orang berpendapat, lebih baik menikmati kopi dingin dengan diberi es karena menikmati es kopi punya sensasi tersendiri. Hal serupa disampaikan Tuhan Yesus pada perikop hari ini.
Jemaat terakhir yang menerima surat dari Rasul Yohanes adalah Laodikia. Laodikia adalah kota perdagangan yang sangat kaya di Asia Kecil. Ia terkenal dengan produk tekstilnya. Kualitas kain wol yang dihasilkannya sangat halus. Ia juga pusat industri obat-obatan – terkenal dengan salep matanya yang mujarab.
Pada akhir abad ke-1, saat surat ini dituliskan, jemaat Laodikia telah menjadi besar dan kaya secara finansial. Namun sangat disayangkan, kehidupan rohani mereka justru sebaliknya, miskin dan papa. Sedemikian lesunya kehidupan rohani mereka hingga diumpamakan seperti “air suam-suam kuku” yang rasanya memuakkan dan pantas dimuntahkan dari mulut. Air suam-suam kuku menggambarkan seseorang merasa diri cukup dan nyaman dengan kondisi kerohaniannya. Ia merasa diri sudah cukup baik dalam mengenal, menyembah, dan melayani Tuhan. Seperti orang Farisi yang berdiri di depan rumah ibadat sambil memuji dirinya di hadapan Allah (Luk. 18:9-14).
Tidak ada yang dapat dilakukan untuk mengubah orang seperti ini, selain daripada pertobatan yang sejati. Tuhan Yesus berkata kepada mereka, “Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok.” (ay. 20a). Yesus sedang mengetok pintu hati setiap orang yang merasa dirinya sudah cukup rohani agar membuka diri dan membiarkan-Nya masuk, bertakhta di dalam hati mereka. Hanya dengan pertobatan sejati, kerohanian seseorang yang suam-suam kuku dapat kembali panas membara untuk mengikut Tuhan.
Panggilan pertobatan ini juga ditujukan kepada setiap kita, murid-murid Kristus. Janganlah kita terlena dengan merasa diri cukup baik dalam hal mengikut Yesus Kristus. Marilah menjaga kerohanian kita tetap panas membara agar semangat melayani kita tetap terjaga dan pengenalan kita kepada-Nya semakin bertumbuh setiap harinya.
Refleksi Diri:
Apakah Anda merasa diri sudah cukup baik dalam hal kerohanian, misalnya dalam hal beribadah, memberi persembahan, pelayanan atau penginjilan?
Apa yang ingin Anda lakukan untuk memperbaiki kualitas kerohanian Anda dalam hal mengikut Yesus Kristus?"
Share:

Jangan Suam-suam Kuku

Wahyu 3:14-22

Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku.
- Wahyu. 3:16
Bagi Anda penggemar kopi biasanya suka menikmatinya saat kondisi masih panas- panasnya. Saat kopi masih panas, aroma dan rasanya kuat terasa. Berbeda jika sudah suam-suam kuku, rasanya nanggung. Beberapa orang berpendapat, lebih baik menikmati kopi dingin dengan diberi es karena menikmati es kopi punya sensasi tersendiri. Hal serupa disampaikan Tuhan Yesus pada perikop hari ini.
Jemaat terakhir yang menerima surat dari Rasul Yohanes adalah Laodikia. Laodikia adalah kota perdagangan yang sangat kaya di Asia Kecil. Ia terkenal dengan produk tekstilnya. Kualitas kain wol yang dihasilkannya sangat halus. Ia juga pusat industri obat-obatan – terkenal dengan salep matanya yang mujarab.
Pada akhir abad ke-1, saat surat ini dituliskan, jemaat Laodikia telah menjadi besar dan kaya secara finansial. Namun sangat disayangkan, kehidupan rohani mereka justru sebaliknya, miskin dan papa. Sedemikian lesunya kehidupan rohani mereka hingga diumpamakan seperti “air suam-suam kuku” yang rasanya memuakkan dan pantas dimuntahkan dari mulut. Air suam-suam kuku menggambarkan seseorang merasa diri cukup dan nyaman dengan kondisi kerohaniannya. Ia merasa diri sudah cukup baik dalam mengenal, menyembah, dan melayani Tuhan. Seperti orang Farisi yang berdiri di depan rumah ibadat sambil memuji dirinya di hadapan Allah (Luk. 18:9-14).
Tidak ada yang dapat dilakukan untuk mengubah orang seperti ini, selain daripada pertobatan yang sejati. Tuhan Yesus berkata kepada mereka, “Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok.” (ay. 20a). Yesus sedang mengetok pintu hati setiap orang yang merasa dirinya sudah cukup rohani agar membuka diri dan membiarkan-Nya masuk, bertakhta di dalam hati mereka. Hanya dengan pertobatan sejati, kerohanian seseorang yang suam-suam kuku dapat kembali panas membara untuk mengikut Tuhan.
Panggilan pertobatan ini juga ditujukan kepada setiap kita, murid-murid Kristus. Janganlah kita terlena dengan merasa diri cukup baik dalam hal mengikut Yesus Kristus. Marilah menjaga kerohanian kita tetap panas membara agar semangat melayani kita tetap terjaga dan pengenalan kita kepada-Nya semakin bertumbuh setiap harinya.
Refleksi Diri:
Apakah Anda merasa diri sudah cukup baik dalam hal kerohanian, misalnya dalam hal beribadah, memberi persembahan, pelayanan atau penginjilan?
Apa yang ingin Anda lakukan untuk memperbaiki kualitas kerohanian Anda dalam hal mengikut Yesus Kristus?"
Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.