Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

Misteri Pertobatan

Yunus 3:1-10

Sebab dukacita menurut kehendak Alah menghasilkan pertobatan yang membawa keselamatan dan yang tidak akan disesalkan, tetapi dukacita yang dari dunia ini menghasilkan kematian.
- 2 Korintus 7:10

Pertobatan sering dilihat sebagai sebuah tindakan hasil keputusan pribadi seseorang. Namun, jika menilik kisah-kisah pertobatan orang Kristen maka akan terlihat suatu fakta menarik. Pertobatan dapat terjadi dalam hidup orang-orang yang kelihatan baik, tetapi juga mereka yang kehidupannya sangat kacau. Pertobatan tidak terjadi dalam kehidupan orang-orang tertentu, semua orang bisa mengalaminya. Bahkan, ada juga orang yang sudah mendengar berita Injil tetapi tetap tidak bertobat. Inilah misteri pertobatan. Lantas, apa faktor yang membuat seseorang bertobat kembali kepada Tuhan?
Kisah-kisah pertobatan dalam kitab Yunus menunjukkan bahwa pertobatan seseorang dapat terjadi hanyalah karena anugerah Tuhan. Ada dua pertobatan yang dicatat dalam pasal 3, yaitu pertobatan Yunus dan juga penduduk kota Niniwe. Yunus bertobat dari pemberontakannya terhadap Tuhan setelah mengalami berbagai peristiwa intervensi yang luar biasa dari-Nya (lih. Yun. 1:1-17). Di lain pihak, penduduk kota Niniwe bertobat dari jalan hidupnya yang salah setelah mendengar pesan dari Tuhan yang dalam bahasa aslinya, hanya berisi lima kata saja (Yun 3:4), singkat tapi mengena. Dua kisah pertobatan ini terlihat begitu kontras, tetapi kita juga dapat melihat bahwa pertobatan mereka dimulai dari penyataan diri Allah dan firman-Nya.
Pertobatan seseorang kepada Tuhan merupakan hasil anugerah-Nya yang memampukan orang tersebut untuk merespons firman. Rasul Paulus juga menegaskan bahwa pertobatan seseorang adalah kemurahan hati Allah. Ia menekankan bahwa seseorang dapat menolak atau percaya karena Allah yang bekerja dalam hatinya (Rm. 9:14-18). Satu hal patut digarisbawahi, orang yang sudah percaya kepada Yesus memiliki tanggung jawab untuk mengabarkan Injil (Rm. 10:14-15). Pemberitaan Injil tidak boleh dihilangkan dengan alasan apa pun. Allah mengerjakan keselamatan dalam hati seseorang melalui berita Injil dalam firman-Nya.
Panggilan utama anak-anak Tuhan bukanlah membuat orang bertobat, melainkan memberitakan Injil. Kita semua dipanggil untuk setia memberitakan Injil, karena itu janganlah menilai panggilan kita dengan berapa jumlah orang yang sudah bertobat kembali ke jalan Tuhan. Marilah kita belajar setia untuk memberitakan Injil karena pertobatan adalah karya Allah semata melalui firman-Nya dan kita hanyalah alat yang digunakan-Nya.

Refleksi Diri:

Bagaimana kisah pertobatan Anda? Apakah Anda melihat tangan Tuhan bekerja di dalam diri Anda?
Apakah Anda pernah memberitakan berita Injil kepada orang lain? Jika sudah, mari teruskan; jika belum, mari belajar untuk setia terhadap panggilan Tuhan!"
Share:

Menikmati Hidup

Pengkhotbah 11

Bersukarialah, hai pemuda, dalam kemudaanmu, biarlah hatimu bersuka pada masa mudamu, dan turutilah keinginan hatimu dan pandangan matamu, tetapi ketahuilah bahwa karena segala hal ini Allah akan membawa engkau ke pengadilan!
- Pengkhotbah 11:9

Masa muda adalah masa yang menyenangkan. Banyak orang berusaha untuk terlihat dan merasa lebih muda. Bagi beberapa orang, menjadi muda juga berarti bisa hidup sesukanya, mengejar kenikmatan, dan tidak mengkhawatirkan banyak hal.
Kitab Pengkhotbah pasal 11 membawa kita untuk mengobservasi kehidupan kemudian memberikan nasihat kepada orang muda. Sang Pengkhotbah mengatakan bahwa kenikmatan kita dalam hidup di dunia akan dibatasi oleh banyak hal. Pertama, kita tidak tahu malapetaka apa yang akan terjadi di atas bumi (ay. 2b) atau bahwa tindakan kita akan membawa hasil (6b). Sebenarnya, banyak hal di dalam dunia ini yang kita tidak tahu atau tidak mengerti (ay. 5). Kedua, kita hanya bisa berspekulasi tentang kehidupan (ay. 4). Kemampuan kita untuk menikmati hidup akan menemui banyak ketidakpastian, serta batasan-batasan di dalamnya.
Di dalam pasal yang sama, Pengkhotbah pun mengundang pembacanya untuk hidup dengan penuh petualangan dengan mencoba melakukan hal-hal yang tidak biasa (ay. 1). Selain itu, ia mengundang untuk hidup dengan rajin (ay. 6a). Sang Pengkhotbah mengharapkan pembacanya menjalani hidup yang bersukacita (ay. 8a, 9a, 10a). Namun, di ayat 5b dan 9c, Pengkhotbah juga mengingatkan kita untuk hidup dekat dengan Allah serta menjalankan kehendak-Nya.
Intinya, Sang Pengkhotbah mengundang kita untuk menikmati dan menjalani hidup sepenuhnya, tetapi pada saat yang bersamaan tetap bertanggung jawab kepada Tuhan yang telah menciptakan kita. Bagaimana caranya menjalani hidup yang seperti itu? Dengan mengejar kenikmatan yang tidak berdosa. Kenikmatan yang tidak berdosa bisa didapatkan saat kita mengejar Tuhan sebagai sumber kenikmatan yang utama di dalam hidup. Ketika kita mengejar, berusaha mendekat kepada Tuhan, dan menikmati persekutuan dengan Kristus Yesus, kita akan mengejar kenikmatan-kenikmatan yang kudus di mata-Nya dengan sikap yang benar. Mari jalani dan nikmati masa muda Anda dengan bersukacita dan bersekutu di dalam-Nya.
Refleksi Diri:
Apa artinya “menikmati persekutuan dengan Tuhan” bagi Anda? Apakah Anda sudah menikmati hidup dengan cara yang kudus?
Apakah contoh kenikmatan-kenikmatan yang kudus (tidak berdosa) yang bisa Anda alami sebagai orang Kristen?
"
Share:

Ajaib Kasih-Nya

Hosea 1:2-9

Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.
- Yohanes 3:16

Apa yang muncul di benak Anda ketika membaca ayat di atas? Oh... ayat itu lagi? Udah hafallah ayatnya… yah saya tahu, Allah mengasihi saya, karena itu saya diselamatkan. Ayat ini mengatakan bahwa karena begitu besar kasih Allah, Dia memberikan keselamatan. Sebetulnya, seberapa besar dan dalam kasih Allah?
Salah satu penjelasan yang mengungkapkan betapa ajaibnya kasih Allah, bisa kita lihat di dalam kitab Hosea. Kehidupan Hosea menjadi gambaran bagaimana cintanya Tuhan terhadap manusia. Hosea diperintahkan Tuhan untuk menikahi seorang pelacur, perempuan tidak baik, yang tubuhnya sudah dipakai oleh banyak pria. Perempuan ini berlaku tidak setia setelah dinikahi oleh seorang nabi Tuhan. Ia melacurkan dirinya lagi, meninggalkan suami dan anak-anaknya. Perempuan ini mencari kesenangannya sendiri.
Setelah beberapa waktu Tuhan berfirman kepada Hosea. Sebuah firman yang begitu mengagetkan dan menggentarkan turun, “Pergilah lagi, cintailah perempuan yang sudah  bersundal dan berzinah, seperti TUHAN juga mencintai orang Israel, ....” (Hos. 3:1a). Hosea pergi dan menebus kembali Gomer istrinya, sekalipun ia telah berlaku tidak setia,  sudah kotor. Mungkin terdengar kasar, tetapi inilah kenyataannya, Gomer adalah kita.
Kita mungkin pernah mendengar saran terhadap orang yang mengkhianati kita dalam satu relasi, “Orang itu nggak pantes sama kamu. Kamu berhak dapat yang lebih baik lagi.” Kita berada dalam posisi nggak pantes untuk Tuhan, terlalu hina untuk bisa disebut mempelainya Kristus. Kita yang tidak layak dicintai, yang tidak setia, yang tidak mencintai Tuhan, melainkan mencintai diri sendiri, mengutamakan kesenangan pribadi, sungguh kita seburuk itu sebenarnya. Namun, Tuhan Yesus mencintai kita apa adanya. Dicintai Tuhan itu tidak biasa-biasa. Kita dicintai Allah yang Mahakudus ketika masih berlumuran dosa yang menjijikkan. Kita menjadi berharga karena dicintai dan dikasihi Tuhan. Penerimaan yang paling utama dalam hidup kita ketika mengalami kasih Allah di dalam Kristus. Dikasihi Tuhan itu sesuatu yang menakjubkan, mengagumkan, mengherankan, terlalu indah, tidak pernah habis untuk dikatakan. Jika kita memahami dicintai Tuhan begitu ajaib, kita tidak akan asal-asalan dalam menjalani hidup. Sadarkah Anda?
Refleksi Diri:
Apa yang bisa Anda ungkapkan tentang kasih Tuhan yang sudah menyelamatkan Anda?
Apa sikap hidup yang ingin Anda terapkan sebagai wujud rasa syukur atas anugerah keselamatan dari Kristus?
"
Share:

Menikmati Hidup

Pengkhotbah 11
Bersukarialah, hai pemuda, dalam kemudaanmu, biarlah hatimu bersuka pada masa mudamu, dan turutilah keinginan hatimu dan pandangan matamu, tetapi ketahuilah bahwa karena segala hal ini Allah akan membawa engkau ke pengadilan!
- Pengkhotbah 11:9
Masa muda adalah masa yang menyenangkan. Banyak orang berusaha untuk terlihat dan merasa lebih muda. Bagi beberapa orang, menjadi muda juga berarti bisa hidup sesukanya, mengejar kenikmatan, dan tid mengkhawatirkan banyak
Kitab Pengkhotbah pasal 11 membawa kita untuk mengobservasi kehidupan kemudian memberikan nasihat kepada orang muda. Sang Pengkhotbah mengatakan bahwa kenikmatan kita dalam hidup di dunia akan dibatasi oleh banyak hal. Pertama, kita tidak tahu malapetaka apa yang akan terjadi di atas bumi (ay. 2b) atau bahwa tindakan kita akan membawa hasil (6b). Sebenarnya, banyak hal di dalam dunia ini yang kita tidak tahu atau tidak mengerti (ay. 5). Kedua, kita hanya bisa berspekulasi tentang kehidupan (ay. 4). Kemampuan kita untuk menikmati hidup akan menemui banyak ketidakpastian, serta batasan-batasan di dalamnya.
Di dalam pasal yang sama, Pengkhotbah pun mengundang pembacanya untuk hidup dengan penuh petualangan dengan mencoba melakukan hal-hal yang tidak biasa (ay. 1). Selain itu, ia mengundang untuk hidup dengan rajin (ay. 6a). Sang Pengkhotbah mengharapkan pembacanya menjalani hidup yang bersukacita (ay. 8a, 9a, 10a). Namun, di ayat 5b dan 9c, Pengkhotbah juga mengingatkan kita untuk hidup dekat dengan Allah serta menjalankan kehendak-Nya.
Intinya, Sang Pengkhotbah mengundang kita untuk menikmati dan menjalani hidup sepenuhnya, tetapi pada saat yang bersamaan tetap bertanggung jawab kepada Tuhan yang telah menciptakan kita. Bagaimana caranya menjalani hidup yang seperti itu? Dengan mengejar kenikmatan yang tidak berdosa. Kenikmatan yang tidak berdosa bisa didapatkan saat kita mengejar Tuhan sebagai sumber kenikmatan yang utama di dalam hidup. Ketika kita mengejar, berusaha mendekat kepada Tuhan, dan menikmati persekutuan dengan Kristus Yesus, kita akan mengejar kenikmatan-kenikmatan yang kudus di mata-Nya dengan sikap yang benar. Mari jalani dan nikmati masa muda Anda dengan bersukacita dan bersekutu di dalam-Nya.
Refleksi Diri:
Apa artinya “menikmati persekutuan dengan Tuhan” bagi Anda? Apakah Anda sudah menikmati hidup dengan cara yang kudus?
Apakah contoh kenikmatan-kenikmatan yang kudus (tidak berdosa) yang bisa Anda alami sebagai orang Kristen?
"
Share:

Ajaib Kasih-Nya

Hosea 1:2-9

Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.
- Yohanes 3:16

Apa yang muncul di benak Anda ketika membaca ayat di atas? Oh... ayat itu lagi? Udah hafallah ayatnya… yah saya tahu, Allah mengasihi saya, karena itu saya diselamatkan. Ayat ini mengatakan bahwa karena begitu besar kasih Allah, Dia memberikan keselamata. Sebetulnya, seberapa besar dan dalam kasih Allah?

Salah satu penjelasan yang mengungkapkan betapa ajaibnya kasih Allah, bisa kita lihat di dalam kitab Hosea. Kehidupan Hosea menjadi gambaran bagaimana cintanya Tuhan terhadap manusia. Hosea diperintahkan Tuhan untuk menikahi seorang pelacur, perempuan tidak baik, yang tubuhnya sudah dipakai oleh banyak pria. Perempuan ini berlaku tidak setia setelah dinikahi oleh seorang nabi Tuhan. Ia melacurkan dirinya lagi, meninggalkan suami dan anak-anaknya. Perempuan ini mencari kesenangannya sendiri.
Setelah beberapa waktu Tuhan berfirman kepada Hosea. Sebuah firman yang begitu mengagetkan dan menggentarkan turun, “Pergilah lagi, cintailah perempuan yang sudah  bersundal dan berzinah, seperti TUHAN juga mencintai orang Israel, ....” (Hos. 3:1a). Hosea pergi dan menebus kembali Gomer istrinya, sekalipun ia telah berlaku tidak setia,  sudah kotor. Mungkin terdengar kasar, tetapi inilah kenyataannya, Gomer adalah kita.
Kita mungkin pernah mendengar saran terhadap orang yang mengkhianati kita dalam satu relasi, “Orang itu nggak pantes sama kamu. Kamu berhak dapat yang lebih baik lagi.” Kita berada dalam posisi nggak pantes untuk Tuhan, terlalu hina untuk bisa disebut mempelainya Kristus. Kita yang tidak layak dicintai, yang tidak setia, yang tidak mencintai Tuhan, melainkan mencintai diri sendiri, mengutamakan kesenangan pribadi, sungguh kita seburuk itu sebenarnya. Namun, Tuhan Yesus mencintai kita apa adanya. Dicintai Tuhan itu tidak biasa-biasa. Kita dicintai Allah yang Mahakudus ketika masih berlumuran dosa yang menjijikkan. Kita menjadi berharga karena dicintai dan dikasihi Tuhan. Penerimaan yang paling utama dalam hidup kita ketika mengalami kasih Allah di dalam Kristus. Dikasihi Tuhan itu sesuatu yang menakjubkan, mengagumkan, mengherankan, terlalu indah, tidak pernah habis untuk dikatakan. Jika kita memahami dicintai Tuhan begitu ajaib, kita tidak akan asal-asalan dalam menjalani hidup. Sadarkah Anda?

Refleksi Diri:
Apa yang bisa Anda ungkapkan tentang kasih Tuhan yang sudah menyelamatkan Anda?
Apa sikap hidup yang ingin Anda terapkan sebagai wujud rasa syukur atas anugerah keselamatan dari Kristus?
"
Share:

Berapa Harga Pemuridan?

Lukas 14:25-33

Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku.
- Lukas 14:26

Peribahasa Indonesia mengatakan: ada harga, ada rupa. Artinya, harga sebuah barang disesuaikan/ditentukan dengan kualitas barang tersebut. Dengan kata lain, barang yang mahal adalah barang yang berkualitas tinggi dan sebaliknya, barang yang berkualitas rendah biasanya harganya murah. Demikian juga dengan kualitas seorang murid Yesus Kristus ditentukan oleh harga yang ia bayar.
Yesus mencari orang yang sungguh-sungguh mau berkomitmen membayar harga dalam mengikut Dia. Hal ini diumpamakan seperti seorang yang akan mendirikan menara atau seorang raja yang akan pergi berperang dimana mereka akan duduk dahulu untuk mempertimbangkan kemampuan mereka (ay. 28, 33). Frasa “duduk dahulu” artinya, mempertimbangkan secara matang akan harga yang harus dibayar sebelum bertindak. Yesus menantang para pendengar-Nya untuk memikirkan dahulu harga yang harus mereka bayar ketika menjadi murid-Nya. Apa harga menjadi murid Kristus?
Pertama, berkomitmen mengasihi Tuhan Yesus melebihi yang lain. Kata “membenci” di ayat 26 (miseo) tidak mengajarkan kita membenci keluarga sendiri sebab hal itu bertentangan dengan hukum kelima, hormatilah orangtua kita (Kel. 20:12). Namun, kata ini bisa diartikan kurang mengasihi atau love less (Mat. 10:37), yang merupakan gaya bahasa Ibrani untuk membandingkan kepada siapa kita harus lebih loyal atau lebih mengasihi. Kita harus lebih mengasihi Allah daripada keluarga kita atau apa pun juga. Kasihilah Tuhan dengan segenap hati, jiwa, dan akal budi kita (Mat. 22:37).
Kedua, berkomitmen memikul salib dan mengikut Yesus dengan setia. Salib adalah lambang penderitaan yang sangat mengerikan dan mematikan, sekaligus lambang kemenangan. Jadi, memikul salib adalah menanggung penderitaan sebagai murid Kristus sejati yang meliputi penolakan, penghinaan, dan penganiayaan karena memegang kebenaran demi memperoleh kemenangan hidup di dalam Kristus.
Mengikut Kristus tidak hanya sekadar emosi sesaat, coba-coba atau ikut-ikutan orang. Mengikut Kristus berarti berani membayar harga, yakni meninggalkan dosa, kejahatan, kesenangan dan mungkin juga terputusnya hubungan dengan keluarga, kehilangan pekerjaan atau kerugian materi, bahkan kehilangan nyawa. Marilah kita evaluasi komitmen kita dalam mengikut Yesus dan memperbaruinya agar sesuai dengan tuntutan-Nya.
Refleksi Diri:
Apakah selama ini Anda hanya menjadi penggemar Yesus ataukah murid Yesus? Apakah Anda berani membayar harga pemuridan yang dituntut Yesus di atas?
Apa komitmen yang ingin Anda buat agar menjadi murid Kristus yang sejati?
"
Share:

Roh Allah Bersama Dengan Kita

Roma 8:18-39

Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan.
- Roma 8:26

Sebelumnya kita sudah membahas peranan Roh Kudus dalam perjuangan kita melawan dosa. Dalam Roma 8:18-39, Rasul Paulus melanjutkannya dengan membahas peranan Roh Kudus dalam menolong kita menghadapi penderitaan.

Hal pertama yang disinggung adalah ke
nyataan adanya penderitaan dalam hidup. Sekarang ini, kita hidup dalam masa peralihan. Di satu sisi kita sudah diselamatkan, tetapi di sisi lain, penggenapan keselamatan belum sepenuhnya terjadi. Kita masih hidup di dunia yang sudah jatuh ke dalam dosa dan mengenakan tubuh yang lama. Itu sebabnya kita masih mengalami penderitaan. Namun, penderitaan bersifat sementara. Kelak penderitaan di dunia akan berakhir dan Tuhan akan ganti dengan kemuliaan (ay. 18).
Bagaimana bersikap ketika menderita? Jawabnya: berpengharapan. “Sebab kita diselamatkan dalam pengharapan” (ay. 24a). Hal yang membuat kita kuat dalam menghadapi penderitaan adalah pengharapan. Apa yang kita harapkan? Yaitu “pengangkatan sebagai anak, yaitu pembebasan tubuh kita” (ay. 23). Suatu saat kelak, kita akan dibebaskan dari tubuh yang fana. Kita akan mendapat tubuh baru yang mulia. Jadi, kita tidak menderita sia-sia. Kita menghadapi penderitaan dengan pengharapan. Sikp yang Allah kehendaki adalah bertekun di dalam pengharapan itu (ay. 25).
Syukur kepada Allah, kita tidak menghadapi penderitaan sendirian. Roh Allah membantu kita berdoa (ay. 26). Kalau mengandalkan kekuatan sendiri, kita tidak mungkin sanggup menghadapinya. Ada saat-saat ketika kita sangat lemah dan tidak tahu lagi harus mengucapkan apa dalam doa, Roh membantu kita berdoa. Bahkan Roh mendoakan kita. Inilah penghiburan yang besar bagi kita. Allah sangat peduli keadaan kita. Jika Anda sedang dalam penderitaan yang berat dan merasa tidak sanggup lagi menanggungnya, ingatlah bahwa Roh Allah bersama dengan Anda. Roma 8:38-39 merupakan puncak dari pasal 8, yang menegaskan janji Allah bagi orang percaya. Tak ada hal apa pun yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus.
Refleksi Diri:
Apa yang Anda lakukan ketika mengalami penderitaan?
Bagaimana perasaan Anda mengetahui kebenaran bahwa Roh Kudus berdoa bagi Anda ketika Anda menderita?
"
Share:

Hidup Dalam Roh

Roma 8:1-17

Tetapi kamu tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah diam di dalam kamu.
- Roma 8:9a

Dalam renungan kemarin kita sudah membahas tentang kemungkinan orang Kristen berdosa. Menurut tokoh gereja Agustinus, ada empat kemungkinan manusia dalam hal berdosa. Pertama, manusia sebelum jatuh ke dalam dosa: ia dapat berdosa; ia juga dapat tidak berdosa. Kedua, manusia setelah jatuh ke dalam dosa: ia tidak dapat tidak berdosa. Ketiga, manusia yang sudah lahir baru: ia dapat tidak berdosa. Keempat, manusia dengan tubuh kemuliaan: ia tidak dapat berdosa. Sebagai orang Kristen lahir baru, kita berada dalam status ketiga: dapat tidak berdosa. Artinya, kita juga masih dapat berdosa. Itu terjadi karena kita masih mengenakan tubuh yang lama, yang masih tercemar oleh dosa.

Bagaimana caranya agar kita tidak berbuat dosa? Dalam perikop bacaan hari ini, Rasul Paulus menjelaskannya. Kata kuncinya adalah Roh atau Roh Allah. Jika Roh Allah diam di dalam kita, maka kita tidak akan hidup di dalam atau menurut daging tetapi menurut Roh. Oleh karena Roh Allah diam dalam kita, maka kita punya kesanggupan mematikan perbuatan-perbuatan daging atau dosa.
Tanda bahwa kita itu anak Allah yang sejati adalah hidup kita dipimpin Roh (ay. 14). Hal pertama yang kita taklukkan di bawah Roh adalah pikiran kita (ay. 5). Yang kita pikirkan adalah hal-hal yang dari Roh atau hal-hal yang berkenan pada Allah. Jika pikiran kita sudah dikuasai oleh Roh Allah maka perbuatan kita pun akan seturut kehendak Allah. Kita akan memikirkan hal yang benar dan kudus, bukan perkara dosa.
Oleh karena itu, janganlah kita berdalih, “Saya manusia biasa, wajar kalau berdosa.” Mengapa kita tidak mengatakan, “Saya adalah anak Allah, saya sanggup hidup benar dan kudus.” Jika memulai dari kelemahan maka kita tidak akan mencapai tingkat kerohanian yang lebih tinggi. Sebaliknya, jika memandang diri sebagai umat tebusan yang dipimpin Roh maka ambisi kita adalah ambisi untuk hidup kudus dan berkenan pada Allah. Mari, serahkan diri kita dipimpin Roh Allah. Hanya dengan hidup di bawah pimpinan Roh Allah, kita dapat naik tingkat dalam hubungan dengan Allah.
Refleksi Diri:
Mengapa dalih “saya manusia biasa, wajar kalau berdosa” adalah dalih yang salah?
Bagaimana caranya hidup dipimpin Roh Kudus?
Share:

Bukan Tiruan Sembarangan

Efesus 5:1-2

Sebab itu jadilah penurut-penurut Allah, seperti anak-anak yang kekasih
- Efesus 5:1

Kita mungkin sering terkaget-kaget dengan barang-barang mewah yang mempunyai harga fantastis. Hanya segelintir orang yang mampu memiliki ataupun mengoleksi barang mewah tersebut. Eksklusifitas dalam bentuk, bahan, jumlah, ataupun kualitas dari barang yang dijual, membuat banyak orang mengingininya. Namun, tidak semua orang sanggup membeli barang mewah. Tak heran di beberapa pusat perbelanjaan, kita dapat menemukan berbagai barang tiruan dari barang mewah. Barang tiruan dibuat semirip mungkin dengan wujud barang aslinya karena banyak orang yang mencari barang tiruan dengan kualitas yang bagus. Ini dilakukan agar orang-orang dapat membeli model tiruan barang mewah dengan harga yang murah.
Kalau barang mewah saja ditiru karena keindahan yang dimilikinya, bagaimana dengan hidup kita sebagai anak-anak Allah? Apakah kita meniru hidup Allah yang begitu indah dan sempurna? Efesus 5 berisikan nasihat Paulus kepada jemaat Efesus untuk hidup sebagai anak-anak terang. Ia menekankan bukan hanya hidup menjadi anak terang, tetapi terlebih lagi Paulus meminta jemaat Efesus untuk hidup sebagai peniru Allah.
Kata “penurut” pada ayat di atas, dalam bahasa aslinya menggunakan kata μιμηταὶ (mimētai atau mimetes) yang berarti imitator atau peniru. Paulus berkata seharusnya kita yang sudah menjadi anak-anak Tuhan adalah peniru Allah. Peniru berarti segala sesuatu dilakukan semirip mungkin dengan apa yang Allah lakukan. Begitu juga di dalam hal karakter, sebagai peniru Allah kita harus mengikuti karakter Allah dalam karakter hidup kita. Karena itu, Paulus memerintahkan kita untuk hidup di dalam kasih sebagaimana kasih Allah kepada umat manusia. Kasih dari Allah menjadi dasar bagi kita untuk hidup seturut dan sesuai dengan apa yang Allah inginkan.
Hidup sebagai anak-anak Allah adalah hidup sebagai peniru Allah. Bukan peniru sembarangan, melainkan peniru yang berkualitas sesuai dengan kebenaran firman Tuhan. Barang tiruan saja dicari yang berkualitas bagus maka hidup sebagai anak Tuhan harus meniru Allah secara berkualitas. Mari kita belajar menjadi peniru Allah dengan kualitas terbaik yang kita mampu dengan sungguh-sungguh melakukan firman dan mengikuti kehendak Allah. Stop jadi tiruan sembarangan, tapi jadilah tiruan berkualitas sehingga semakin hari kita dapat semakin serupa dengan Yesus Kristus.
Refleksi Diri:
Apakah hidup Anda sudah menjadi peniru Allah yang berkualitas?
Apa yang ingin Anda lakukan agar dapat semakin serupa dengan Kristus?"
Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.